Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 116 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Pranata Yassi Tanzila
"Studi reduksi karbotermik pada bijih nikel saprolit ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh temperatur dalam memperoleh kadar nikel yang optimal. Pengujian dilakukan pada empat temperatur yang berbeda, yaitu: 700, 800, 900, dan 1000°C selama 60 menit. Pada proses pembakaran, perbandingan bijih nikel saprolit dan batubara, masing-masing adalah 20 dan 80 gram. Selama proses pembakaran pada temperatur 700-1000°C, mulai terlihat metalisasi besi pada temperatur 900°C, sedangkan metalisasi nikel dan kobalt yang mulai terlihat pada temperatur yang lebih rendah. Metalisasi nikel, kobalt, dan besi dilihat secara kualitatif melalui karakterisasi Difraksi Sinar-X (XRD) dan untuk mengetahui masing-masing kadar unsur yang diperoleh dari proses reduksi karbotermik dengan menggunakan Floresensi Sinar-X (XRF). Berdasarkan studi yang dilakukan, diperoleh kadar nikel yang optimal 8,23% pada temperatur 800°C selama 60 menit.

The study of carbothermic reduction on saprolitic nickel ore aims to determine the effect of temperature in obtaining optimal levels of nickel recovery. The experiments carried out at four different temperatures, they are 700, 800, 900, and 1000oC for 60 minutes. In the reduction process, the ratio of saprolite ore and coal are 20 and 80 gram, respectively. During the reduction process at temperatures between 700-1000°C, began to look the metallization of iron at a temperature of 900°C, while the metallization of nickel and cobalt are beginning to look at lower temperature. The metallization of nickel, cobalt, and iron quantitively seen through the characterization of X-ray Diffraction (XRD) and to determine the concentration of each element obtained from the carbothermic reduction process using X-ray Flourescent (XRF). Based on studies conducted, the optimal nickel grade of 8.23% is at a temperature of 800°C for 60 minutes."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S63083
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dhea Jullieta Islami
"Dunia industri merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari penggunaan logam dan paduannya. Salah satu tantangan terbesar dan terumit bagi industri adalah bagaimana melindungi logam tersebut dari korosi. Baja karbon dan baja tahan karat merupakan material yang umum digunakan dalam industri. Kedua material tersebut memiliki karakteristik yang berbeda. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui mekanisme pembentukan lapisan pasif pada baja AISI 1018 dan baja 316 L dan juga efisiensi dari penggunaan inhibitor Na2S2O3 pada baja AISI 1018 dalam larutan NaCl 3,5%. Adapun pengujian yang dilakukan terdiri dari pengamatan mikroskopik, pengujian kehilangan berat, pengujian polarisasi, pengujian EIS, dan pengujian SEM-EDS. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa fenomena pasivasi pada baja AISI 1018 terlihat pada penambahan inhibitor Na2S2O3 2000 ppm dimana terbentuknya dua daerah terjadinya pasivasi, yaitu daerah aktif dan daerah pseudo-pasif pada potensial -0,7 V. Sedangkan pada baja tahan karat 316 L fenomena pasivasi ditunjukkan oleh tiga daerah, yaitu daerah aktif, daerah pasif, dan daerah transpasif. Fenomena pasivasi ini dimulai pada potensial -0,3 V dengan rapat arus 2,51 x 10-4 A/cm2 dan kemudian akan memasuki daerah transpasif pada 0,5 V. Nilai efisiensi inhibitor Na2S2O3 pada konsentrasi 1000 ppm sebesar 23,25%, 1500 ppm sebesar 47,45%, 2000 ppm sebesar 59,78%, dan 2500 ppm sebesar 47,43%.

The industrial world is an inseparable part of the use of metals and their alloys. One of the biggest challenges for the industry is how to protect the metal from corrosion. Carbon steel and stainless steel are materials commonly used in industry. The two types of materials have different characteristics. This research was conducted to determine the mechanism of the formation of a passive layer on AISI 1018 steel and 316 L steel and also the efficiency of the use Na2S2O3 inhibitor on AISI 1018 steel in a 3,5% NaCl solution. The research conducted consisted of optical microscopy observation, weight loss testing, polarization testing, EIS testing, and SEM-EDS testing. The results of the study indicate that the phenomenon of passivation in AISI 1018 steel was seen in the addition of 2000 ppm Na2S2O3 inhibitor where the formation of two regions of passivation, namely the active region and the pseudo-passive region at a potential of -0,7 V. Meanwhile, in SS 316 L steel, the passivation phenomenon is indicated by three regions, namely the active region, passive region, and transpassive region. This passivation phenomenon starts at a potential of -0,3 V with a current density of 2,51 x 10-4 A/cm2 and will enter the transpassive region at 0,5 V. The efficiency values of Na2S2O3 inhibitor at concentrations of 1000 ppm is 23,25%, 1500 ppm is 47,45%, 2000 ppm is 59,78%, and 2500 ppm is 47,43%."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sinaga, John Panatatua
"Lapisan Zinc-Nickel-Cobalt digunakan sebagai lapisan proteksi pelat baja karena memiliki ketahanan korosi yang tinggi. Namun saat terpapar suhu tinggi, karena adanya proses brazing saat penggabungan dua komponen pelat baja dan pipa tembaga, lapisan proteksi ini kehilangan kemampuannya tersebut. Saat pelat baja hasil canai dingin yang telah dilapisi Zn-Ni-Co dengan metode elektro galvanis terpapar panas api brazing dari oxy-acetilene, selama 5; 10; 15; 20; 25; dan 30 detik. Kondisi lapisan proteksi mengalami keretakan mengakibatkan ketahanan korosinya turun dari 288 jam menjadi hanya kurang dari 24 jam saat diuji dengan salt spray. Propertis lainnya seperti komposisi kimia dan berat lapisan cenderung tidak berubah.

Zinc-Nickel-Cobalt coating is used to protect of steel plate because of high corrosion resistance. However, when exposed to high temperatures, due to the brazing process when uniting the two components of steel plates and copper pipe, protection layer is losing its ability. Steel plate cold rolled with Zn-Ni-Co electrogalvanizing coated exposed to the heat of the oxy-flame brazing acetylene, for 5, 10, 15; 20, 25, and 30 seconds; condition of protection layer became cracking, corrosion resistance decreased from 288 hours to just less than 24 hours when tested with a salt spray. Other properties such as chemical composition and coating weight are stable."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S42779
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Achsanul Rizqi
"ABSTRAK
Hardfacing merupakan salah satu alternatif dalam mendapatkan
permukaan logam dengan sifat mekanis tinggi. Penelitian ini memvariasikan
jumlah lapisan buttering dan jenis elektroda untuk melihat pengaruh variabel
tersebut terhadap hasil hardfacing baja tahan aus CREUSABRO 8000. Elektroda
yang digunakan adalah MG DUR-3 dan AWS 309L sebagai lapisan buttering, dan
MG DUR-65 sebagai lapisan hardfacing. Pengujian yang dilakukan meliputi
pengamatan visual, pengamatan radiografi, pengujian kekerasan, pengujian
keausan, dan pengamatan metalografi. Hasil pengujian menunjukkan bahwa
semakin banyak jumlah lapisan akan meminimalisir retak yang timbul dari proses
hardfacing. Selain itu elektroda AWS 309L menjadi lapisan buttering yang lebih
baik dibanding MG DUR-3 untuk menghindari timbulnya retak.

ABSTRACT
Hardfacing is one of the alternatives to obtain highly mechanical
properties of metal surface. This study vary the amount of layer of buttering and
use different electrodes to see the effect of those variables related to the result of
hardfacing of wear resistance steel CREUSABRO 8000. The electode used were
MG DUR-3 and AWS 309L as buttering layer and MG DUR-65 as hardfacing
layer. A series of tests conducted were visual examination, radiographic
inspection, hardness measurement, wear test, and metallography analysis. The
results showed that as the number of buttering layer increased, there is a decrease
amount of cracks that formed during hardfacing process. Besides, the AWS 309 L
electrode is better than MG DUR-3 as buttering layer to resist formation of cracks."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S42805
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Wahidun Adam
"ABSTRAK
Teknologi Hardfacing pada prinsipnya adalah melapisi material induk dengan
material yang lebih keras agar kekerasan dan ketahanan ausnya meningkat dan
umur pakai dari material tersebut menjadi lebih lama. Masalah timbul ketika kita
ingin melakukan hardfacing pada material yang sudah keras. Hasil hardfacing
material keras selalu mengalami retak-retak halus. Untuk itu, dilakukanlah
penelitian guna mencari proses hardfacing yang tepat untuk material keras ini.
Penelitian ini dilakukan pada baja tahan aus CREUSABRO 4800, yang termasuk
baja paduan rendah. Sampel yang digunakan ada lima buah dan parameter
penelitiannya adalah jumlah lapisan dan jenis buttering. Elektroda yang dipakai
ada tiga jenis, untuk buttering memakai MG DUR 3 dan AWS ER309L, serta MG
DUR 65 untuk lapisan hardfacing. Metoda pengelasan yang dipakai adalah
metoda pengelasan Shielded Metal Arc Welding (SMAW). Pengujian yang
dilakukan meliputi pengujian visual dan radiografi, pengujian kekerasan mikro,
pengujian keausan, dan pengamatan metalografi. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa lapisan buttering yang lebih banyak dan penggunaan elektroda AWS
ER309L menghasilkan retak yang lebih sedikit, tetapi terjadi penurunan sifat
mekanis. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa penambahan lapisan
buttering hingga tiga lapis dan pemilihan elektroda yang lebih lunak akan
meningkatkan ketahanan retak hasil hardfacing. Namun, sebagai kompensasinya,
terjadi penurunan sifat mekanis lapisan hardfacing.

ABSTRACT
Hardfacing technology in principle is deposed a material with harder material, in
order to increase hardness, wear resistance and life time of the material. We find
a problem when we want to do hardfacing on material has been hard. The
hardfacing result of hard material always had fine cracks. Therefore, we
conducted this research to find the best of hardfacing processes for this material.
This research was conducted on a wear resistance steel CREUSABRO 4800,
which include on Low Alloy Steel. The samples used were five and research
parameter is the number of layers and types of buttering electrode. There are three
types of electrodes, MG-DUR 3 and AWS ER309L for buttering and MG-DUR
65 for hardfacing layer. The method used is Shielded Metal Arc Welding
(SMAW) process. Tests performed include visual and radiographic testing, micro
hardness testing, wear testing, and metallographic observations. The results
showed that more buttering layer and the use of electrode AWS ER309L produce
fewer cracks, but a decrease in mechanical properties. Thus, it can be concluded
that the addition of a layer of buttering up to three layers and selection of softer
electrodes improves crack susceptibility of hardfacing. However, as
compensation, a decrease in the mechanical properties of hardfacing layer."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S42739
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Harahap, Heri Multi Juliandi
"ABSTRAK
Retak dingin merupakan salah satu permasalahan yang sering terjadi pada
pengelasan baja tahan aus. Skripsi ini berisi tentang penelitian pengaruh
pemanasan awal dan perbedaan ketebalan pelat Creusabro® 4800 dengan
menggunakan pengelasan Shielded Metal Arc Welding (SMAW) Multilayer.
Elektroda yang digunakan adalah elektroda E 7018 dan MG NOX 35. Sampel
yang digunakan terdiri dari delapan buah sambungan pelat baja CREUSABRO®
4800 dengan ketebalan 12 mm dan 16 mm yang dilas dengan variasi elektroda E
7018 dan MG NOX 35 sebagai root atau cap dengan sistem silang . Dua buah
sampel ketebalan 12 mm dan dua buah sampel ketebalan 16 mm diberikan proses
pemanasan awal yang dilakukan dengan menggunakan pemanas listrik dengan
temperatur pemanasan awal 2000C. Kemudian, dua buah sampel ketebalan 12
mm dan dua buah sampel ketebalan 16 mm tidak diberikan perlakuan pemansan
awal. Berdasarkan hasil analisa data, retak dingin tidak muncul pada sampel yang
dilas dengan pengelasan multilayer dengan perlakuan pemanasan awal dan tanpa
perlakuan pemanasan awal. Perlakuan pengelasan multilayer dengan variasi root
elektroda E 7018 dan MG NOX 35 memberikan sifat mekanis yang berbeda .
Pemanasan awal memberikan efek menurunkan kekerasan tetapi menambahkan
keuletan material. Laju keausan ditetukan oleh jenis elektroda yang digunakan.
Dalam hal ini laju keausan elektroda E7018 lebih rendah. Karakteristik HAZ yang
terbentuk oleh pengelasan multilayer ini sangat berbeda, dimana luas HAZ yang
terbentuk ketika pengelasan root lebih luas daripada ketika pengelasan cap. Fasa
yang terbentuk sepanjang daerah HAZ adalah fasa martensit. Begitu juga dengan
inti las elektroda E 7018 dan MG NOX 35 yang terbentuk setelah pengelasan
sangat berbeda ketika pengelasan root dan cap. Hal ini jugalah, yang berpengaruh
terhadap sifat mekanis material hasil lasan.

Abstract
Cold cracking is one of the problems that often occur in the welding of wear
resistant steel. This thesis contains a study about the influence of preheating and
the difference in thickness of the plate Creusabro ® 4800 using the Shielded
Metal Arc Welding welding (SMAW) Multilayer. The electrodes used were
electrode E 7018 and NOX MG 35. The sample used consisted of eight pieces of
steel plate joint CREUSABRO ® 4800 with the thickness 12 mm and 16 mm are
welded to the variation of the electrode E 7018 and NOX MG 35 as a root or a
cap with cross-system. Two samples of thickness 12 mm and two samples of
thickness 16 mm given preheating is performed using an electric heater with
preheating temperature of 200 oC. Then, two samples of thickness 12 mm and
two samples of 16 mm thickness are not given preheating treatment. Based on the
results of data analysis, cold cracks do not appear on the welded samples with
multilayer welding with preheating treatment and without pre-heating treatment.
Treatment with a variety of root multilayer welding electrodes E 7018 MG NOX
35 provide different mechanical properties. Preheating gives effect to reduce the
hardness but adds ductility of the material. Wear rate is influenced by the type of
electrodes used. In this case the E7018 electrode wear rate is lower.
Characteristics of the HAZ is formed by a multilayer welding is very different,
where the wide HAZ is formed when welding root wider than cap. Phase formed
along the HAZ was martensitic phase. Core welding electrodes E 7018 and NOX
MG 35 is formed after the welding is very different when weld root and cap. It is
also likely, which affects the mechanical properties of the weld material."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S43575
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rona Khairol Pratama
"ABSTRAK
Pengelasan baja tahan aus memiliki masalah serius yang harus ditangani,
yaitu terjadinya retak dingin. Sehingga dengan latar belakang tersebut maka
lahirlah skripsi ini yang berisi tentang penelitian pengaruh pemanasan awal dan
perbedaan ketebalan pelat terhadap ketahanan retak dan sifat mekanis baja tahan
aus CREUSABRO® 8000 dengan pengelasan smaw multilayer. Elektroda yang
digunakan adalah elektroda E 7018 dan MG NOX 35. Sampel terdiri dari 8
pasang plat CREUSABRO® 8000 dimana 4 pasang sampel dilas dengan
elektroda E 7018 sebagai root dan MG NOX 35 sebagai cap, dan untuk 4 pasang
sisanya dilakukan sebaliknya. Proses pemanasan awal dilakukan dengan
menggunakan electrical preheater pada 4 hasil sambungan dengan varibel tanpa
pemanasan awal, dan pemanasan awal 2000C. Berdasarkan hasil analisa data,
penerapan pengelasan SMAW multilayer pada perlakuan pemanasan awal 2000C
dan tanpa pemanasan awal tidak mengakibatkan adanya retak dingin pada hasil
lasan. Selain itu, perlakuan pemanasan awal dapat meningkatkan sifat mekanis
pada hasil lasan, lalu logam yang lebih tebal memiliki kekerasan yang lebih
tinggi, dikarenakan laju pendinginannya yang lebih cepat.

Abstract
Wear resistance steel on welding have problem is that occurance of cold
cracks. So with this background is made this project which consist of reseach on
effect of preheating and different thickness plate on crack resistance and
mechanical properties of CREUSABRO® 8000 wear resistance steel welded by
multilayer SMAW process. Welding electrodes that be used are E 7018 and MG
NOX 35. All of sample consisted of 8 pieces CREUSABRO® 8000 wear
resistance steel plates, where 4 pieces of plates that be joined with E 7018
electrode as root and MG NOX 35 electrode as cap, and 4 pieces plates other do
otherwise. The process of preheat is done by using electrical preheater with 4
joining for each variable consisting of without preheat and preheat 2000C. Based
on the results of data analysis, cold cracking is not consist to the application of
SMAW multilayer in without preheat and preheat 2000C. Application of preheat
also can improve mechanical properties of weld area, and than metal which more
thickness have more hardness, it?s cause of cooling rate is faster."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S43610
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Fauzi Bahanan
"ABSTRAK
Pengelasan resisitansi titik dengan dua material berbeda telah banyak digunakan
pada struktur kendaraan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sifat mekanik
dari pengelasan dua material yang berbeda. Pada penelitian ini pengelasan
dilakukan antara baja karbon rendah SPCC dan aluminium paduan A5052 dengan
pengelasan resistansi titik dengan dua tipe penyambungan. Tipe pertama
menyambungkan dua tumpukan (SPCC/A5052) dan tipe kedua menyambungkan
tiga tumpukan (SPCC/A5052/SPCC). Pembahasan utama dalam penelitian ini
adalah menganalisa pengaruh arus pengelasan terhadap sifat mekanik sambungan
dari kedua tipe penyambungan tersebut. Parameter pengelasan yang digunakan
adalah waktu pengelasan 1 detik, tekanan elektroda 150 kgf, dan variasi arus 6kA,
8kA, 10kA, dan 12 kA. Karakterisasi yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi
pengujian tarik-geser, pengujian kekerasan mikrovickers, dan pengukuran lebar
manik las yang terbentuk. Berdasarkan penelitian ini didapatkan hasil bahwa pada
pengelasan dua tumpukan kekuatan tarik-geser tertinggi pada arus 6kA dan pada
pengelasan tiga lembaran kekuatan tarik-geser meningkat seiring peningkatan arus
pengelasan. Nilai kekerasan vickers tertinggi pada daerah lasan mencapai 249,2
HV. Nilai kekerasan meningkat dengan meningkatnya arus pengelasan di kedua
tipe sambungan.

ABSTRACT
Resistance spot welding with dissimilar workpiece have been widely used in the
structure of the vehicle. This study aims to determine the mechanical properties of
this joint. In this research, low carbon steel SPCC and aluminium alloy A5052 has
been welded using resistance spot welding with two kind of joint type. The first
type is joined two stack sheets (SPCC/A5052) and the second type is joined three
stack sheets (SPCC/A5052/SPCC). The main discussion in this research is to
analyse the influences of welding current to the mechanical properties of the both
of joint types. Welding parameters used are 1 second welding time, 150 kgf
electrode pressure, and current variations are 6kA, 8kA, 10kA, and 12kA. The
characterizations including tensile-shear testing, mikrovickers hardness testing,
and measurement of nugget width. It is found that the highest tensile-shear
strength of two stack sheets is on the welding current 6 kA and the tensile-shear
strength of three stack sheets increases with increasing welding current. The
highest vickers hardness value in the weld area reached 249,2 HV. Hardness
values increased with increasing welding current in both of joint types.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S43848
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
M. Dimas Sanjaya
"Persaingan yang ketat di dunia industri otomotif menuntut setiap perusahaan manufaktur Indonesia untuk melakukan inovasi produknya agar kualitasnya meningkat dengan biaya produksi yang sama. Inovasinya berupa proses high concentration carburizing pada komponen pin rantai tipe timing chain berbasis baja SCM 440. Rangkaian proses terdiri dari 2 proses karburisasi, yaitu karburisasi primer dan karburisasi sekunder. Karburisasi primer dilakukan pada 950°C dengan karbon potensial 0,9% dan waktu 60 menit, lalu diturunkan menuju 690°C dengan furnace quenching. Karburisasi sekunder dilakukan pada 850°C dengan karbon potensial 1,2%. Variabel waktu 30, 60 dan 90 menit digunakan untuk melihat pengaruhnya dari proses ini, kemudian dilakukan pendinginan dengan media oli ke 100°C. Proses ini bertujuan untuk membentuk karbida yang tersebar merata pada permukaan dan sub-permukaan. Karakterisasi yang dilakukan mencakup pengujian kekerasan permukaan, pengujian case depth hardness, pengamatan struktur mikro, pengujian laju aus, dan pengujian SEMEDS.
Hasilnya menunjukkan bahwa semakin lama waktu karburisasi, kekerasan yang dihasilkan meningkat dan laju ausnya semakin rendah. Kekerasan permukaan untuk masing-masing variabel waktu adalah 63,77 HRC, 65,5 HRC, dan 65,65 HRC. Sedangkan untuk komponen pin rantai tipe timing chain hasil impor memiliki kekerasan 65,3 HRC. Berdasarkan pengamatan struktur mikro dan pengujian SEM-EDS, terdapat karbida krom yang tersebar merata di area permukaan dan sub-permukaan. Dari penelitian ini didapatkan bahwa proses high concentration carburizing dapat diaplikasikan pada komponen pin rantai untuk menggantikan produk impor.

Very tight competition in the automotive industry requires every manufacturing company in Indonesia to innovate on its products so that their quality increases with the same production costs. The innovation is high concentration carburizing process applied in the chain pin type timing chain based on SCM 440 steel. The process consists of two carburization, primary carburization and secondary carburization. Primary carburization performed at 950°C with carbon potential 0.9% and 60 minutes, so lowered to 690°C with furnace quenching. Secondary quenching performed at 850°C with 1.2% CP. Time variable 30, 60 and 90 minutes are used to see the effects of this process, then performed oil quenching to 100°C. This process aims to form a uniformly dispersed carbides on the surface and sub-surface. Characterization is performed include surface hardness testing, case depth hardness testing, observation of the microstructure, the rate of wear testing, and testing of SEM-EDS.
The results showed that the longer time of secondary carburization, which generated increased hardness and smaller the rate of wear. Surface hardness for each variable of time is 63.77 HRC, HRC 65.5, and 65.65 HRC. Whereas for the import chain pin type timing chain has a hardness of 65.3 HRC. Based on microstructure observation and SEM-EDS testing, there are dispersed chrome carbides evenly in the area of surface and sub-surface. From this study it was found that the high concentration carburizing process can be applied to the chain pin component to replace imported products.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S42386
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Maimun Ibnu Masykur
"Material nilon memiliki banyak kegunaan dan aplikasi yang luas di berbagai bidang. nilon terkenal dengan higroskopisitasnya yakni menyerap kelembaban dari lingkungan sekitar dan juga rentan terhadap degradasi dengan adanya uap air pada temperatur tinggi. Penggunaan nilon dalam jangka waktu yang cukup panjang, perlu pertimbangan yang lebih lanjut mengenai kekuatan serta umur pakainya. Pelapis silika merupakan produk lapisan nano yang terdiri atas oksida dan silikon. Dengan dimensi yang kurang dari 100 nm dan disebut sebagai nanopartikel ini menawarkan berbagai keuntungan dalam memproteksi material seperti hidrofobisitas, stabilitas pH, dan konsistensi dimensi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh pelapis silika pada nilon hasil cetak tiga dimensi (3D) terhadap daya serap air dan uap air pada temperatur tinggi. Penelitian ini dilakukan dengan beberapa tahapan proses, dimulai dari pencetakan sampel dengan pencetakan 3D, pengaplikasian lapisan SiO2, perlakuan penuaan hidrotermal, analisa daya serap air dan desorpsi massa, uji tekuk, dan pengamatan melalui mikroskop elektron. Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat pengaruh pelapis silika yang diaplikasikan pada sampel nilon hasil cetak tiga dimensi (3D) terhadap penuaan hidrotermal, baik sebagai penghalang penyerapan kelembapan, kekuatan mekanis tambahan, dan juga pelindung terhadap pembebanan.

Nylon material has many uses and wide applications in various fields. Nylon is famous for its hygroscopicity, namely absorbing moisture from the surrounding environment and is also susceptible to degradation in the presence of water vapor at high temperatures. When using nylon for a long period of time, further consideration is needed regarding its strength and lifespan. Silica coating is a nano-coating product consisting of oxide and silicon. With dimensions of less than 100 nm and referred to as nanoparticles, they offer various advantages in protecting materials such as hydrophobicity, pH stability and dimensional consistency. The aim of this research is to analyze the effect of silica coating on three-dimensional (3D) printed nylon on the absorption capacity of water and water vapor at high temperatures. This research was carried out in several process stages, starting from printing the sample using 3D printing, applying a silica coating, hydrothermal aging treatment, analyzing water absorption and mass desorption, bending tests, and observing via an electron microscope. The research results show that there is an effect of silica coating applied to three-dimensional (3D) printed nylon samples on hydrothermal aging, both as a barrier to moisture absorption, additional mechanical strength, and also protection against loading."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>