Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 11 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Candrika Kusuma Pujnadati
"Latar belakang : Tingginya prevalensi karies dan penyakit periodontal merupakan masalah kesehatan gigi dan mulut yang dapat menyebabkan kehilangan gigi. Kehilangan gigi dapat mengganggu keseimbangan sistem stomatognati dan menyebabkan perubahan struktural dan fungsional serta menyebabkan dampak negatif pada kualitas hidup. Untuk memperbaiki kondisi kehilangan gigi, klinisi dapat merekomendasikan perawatan prostodontik. Namun kebutuhan (need) terhadap perawatan prostodontik tidak selalu diikuti oleh permintaan (demand) gigi tiruan. Faktor lokal dan sosiodemografi dapat mempengaruhi proses perubahan kebutuhan (need) menjadi (permintaan) terhadap gigi tiruan.
Tujuan : Menganalisis hubungan antara kebutuhan dan permintaan gigi tiruan serta faktor-faktor yang berperan.
Metode : Subyek terdiri dari 129 orang dan diwawancarai oleh pewawancara yang telah dikalibrasi untuk menjawab pertanyaan kuesioner mengenai kebutuhan dan permintaan gigi tiruan. Kemudian dilakukan pemeriksaan rongga mulut untuk memeriksa kehilangan gigi dan penggunaan gigi tiruan. Desain penelitian yang digunakan adalah analitik potong lintang dan analisis uji Chi-square.
Hasil : Terdapat hubungan antara kebutuhan dan permintaan gigi tiruan (p<0,05). Biaya perawatan merupakan faktor yang berperan terhadap permintaan gigi tiruan.
Kesimpulan : Terdapat hubungan antara kebutuhan (need) dan permintaan (demand) gigi tiruan dan terdapat hubungan antara permintaan (demand) gigi tiruan dan biaya perawatan. Selain itu, terdapat ketidaksesuaian antara jumlah kebutuhan terhadap gigi tiruan dengan jumlah kehilangan gigi dan terdapat ketidaksesuaian antara jumlah permintaan gigi tiruan dengan jumlah pemakai gigi tiruan.

Background : High prevalence of caries and periodontal disease was main oral health problem causing tooth loss. Tooth loss could interfere stomatognatic system balance and causing structural and functional changes and also had negative effect to quality of life. Clinician could recommended prosthodontic treatments to treat condition of tooth loss. Prosthodontic treatment need does not always followed by denture demand. Local factor and sociodemography could affect prosthodontic treatment need-demand process.
Purpose : To analyze association between need and demand for denture also its confounding factors.
Method : Subjects of this research were 129 person. They were interviewed by callibrated interviewers to answer questionnaire about denture need and demand. After the interviewed, subjects tooth loss and use of denture were examined intraorally. This research design was cross sectional and analyzed with Chi-square test.
Result : There was association between need and demand for denture (p<0,05). Treatment cost found as influencing faktor of denture demand.
Conclusion : There was an association between need and demand for denture and there was association between demand for denture and treatment cost. Beside that, there was inconsistence between need of denture number and tooth loss amount was found, also inconsistence found between demand of denture and number of denture wearer.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agrippina Maria Winardi
"Deteksi dini osteoporosis perlu dilakukan untuk mencegah kegagalan perawatan gigi tiruan. Quantitative Ultrasound (QUS) selama ini dipakai secara luas untuk skrining osteoporosis. Kuesioner Postur-P juga digunakan untuk skrining osteoporosis. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis sensitivitas dan spesifisitas kuesioner Postur-P terhadap QUS dalam penilaian densitas tulang perempuan pascamenopause. Penelitian ini merupakan uji diagnostik. Pengambilan data dilakukan lewat wawancara menggunakan kuesioner Postur-P dan pengukuran densitas tulang menggunakan alat QUS. Hasil penelitian menunjukkan sensitivitas dan spesifisitas kuesioner Postur-P terhadap QUS cukup baik dengan persentase masing-masing sebesar 77,23% dan 75% sehingga kuesioner Postur-P dapat dijadikan sebagai pengganti QUS dalam melakukan skrining osteoporosis.

Early detection of osteoporosis needs to be done to prevent the failure of denture treatment. Quantitative Ultrasound (QUS) is widely used for osteoporosis screening. So is Postur-P questionnaire. This research was done to analyze the sensitivity and specificity of the Postur-P questionnaire towards QUS in assessing postmenopausal women bone density. This study was a diagnostic test. Data were collected through interviews using Postur-P questionnaire and bone density was measured with QUS. The results of this study show that the sensitivity and specificity of the Postur-P questionnaire towards QUS are quite good with the value of 77.23% and 75% therefore questionnaire Postur-P can be considered to replace QUS in osteoporosis screening."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2013
S45347
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Henny Susanty
"Latar belakang: Meningkatnya kebutuhan estetik pasien edentulous terutama untuk mendapatkan hasil warna elemen gigi tiruan yang akurat merupakan suatu tantangan bagi dokter gigi, khususnya prosthodontis. Namun belum ada data mengenai ketiga gigi anterior untuk pemilihan warna gigi yang lebih estetis. Terbatasnya informasi tentang penentuan warna gigi berdasarkan usia, jenis kelamin dan warna kulit menyulitkan untuk memilih warna elemen gigi tiruan pada pasien yang tidak bergigi.
Tujuan: Menganalisis perbedaan warna antara ketiga geligi anterior atas dan menganalisis hubungan warna gigi insisif sentral rahang atas dengan kelompok usia, jenis kelamin dan warna kulit.
Metode: Cross sectional pada 84 subjek dengan penentuan warna gigi menggunakan spektrofotometer pada gigi insisif sentral, insisif lateral dan kaninus rahang atas. Warna kulit dicocokkan dengan Wardah compact shade guide powder sesuai klasifikasi warna kulit Fitzpatrick.
Hasil: Hasil uji Kruskal Wallis menunjukkan terdapat perbedaan warna yang bermakna antara gigi insisif sentral, insisif lateral dan kaninus (p < 0,05). Hasil Uji Chi-Square mendapatkan hasil yang bermakna warna gigi berdasarkan usia (p < 0,05) namun tidak bermakna pada perbedaan jenis kelamin dan warna kulit (p > 0,05).
Kesimpulan: Terdapat perbedaan warna antara ketiga geligi anterior atas. Faktor usia mempengaruhi warna gigi namun jenis kelamin dan warna kulit tidak mempengaruhi warna gigi.

Background: Esthetic demands for fully edentulous patients to get a natural tooth colour of denture treatment has been increasing and become a challenge for dentist, especially prosthodontist There is presently no available data about anterior maxillary tooth shades and limited information in relationship between tooth shades with age, gender and skin tone has made difficulties for edentulous patients on their complete denture.
Objective: To analyze the shade differences of maxillary anterior teeth and also to analyze the relationship between shades of maxillary central incisor with age, gender and skin tone.
Methods: Cross sectional study was performed towards 84 subjects using spectrophotometer on maxillary central incisor, lateral incisor and canine. Wardah compact powder shade guide were used to examine skin type according Fitzpatrick's classification.
Result: Kruskal Wallis test showed there was a significant shades difference between maxillary central incisor, lateral incisor and canine (p<0,05). Chi-Square test showed there was a significancy relationship maxillary central incisors shade with age (p<0,05) but no significancy different in relation with gender and skin tone (p>0,05).
Conclusion: there is a shade differences between maxillary anterior teeth. Age factor has influence of tooth shade determination but there is no relation between tooth shade with gender and skin tone.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2014
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Astari Larasati
"Latar belakang: Keadaan mulut yang buruk berdampak pada kualitas hidup lansia. Studi sebelumnya telah mendapatkan alat ukur kualitas hidup namun subjek yang digunakan adalah pasien geriatri. Oleh karena itu diperlukan alat ukur yang baru yang dapat digunakan pada lansia yang sehat.
Tujuan: Mendapatkan alat ukur kualitas hidup lansia yang baru ditinjau dari aspek kesehatan gigi dan mulut, menganalisis hubungan antara kualitas hidup dengan kesehatan gigi dan mulut dan mengetahui faktor yang paling mempengaruhi kualitas hidup lansia.
Metode: Cross-sectional pada 101 lansia. Pencatatan data sosiodemografis dan pemeriksaan intraoral. Wawancara untuk pengisian kuesioner kualitas hidup lansia dengan alat ukur yang telah divalidasi.
Hasil: Uji validitas dan reliabilitas menunjukkan hasil yang baik. Hasil uji chisquare untuk variabel sosiodemografik, OHI-S berhubungan bermakna dengan penghasilan (p=0.01) dan pendidikan (p=0.004) dan DMF-T berhubungan bermakna dengan usia (p=0.04). Faktor risiko yang masuk ke dalam model multivariat adalah variabel usia (p<0.250), variabel penghasilan (p=0.006), variabel skor OHI-S (p=0.001) dan variabel skor DMF-T (p=0.004). Faktor yang paling berkontribusi pada kualitas hidup adalah skor DMF-T (p=0,006; OR=3,328), diikuti skor OHI-S (p=0,009; OR= 3,289), dan tingkat ekonomi (p=0,005; OR=3,318).
Kesimpulan: Diperoleh alat ukur kualitas hidup yang valid dan reliabel. Faktor yang mempengaruhi kualitas hidup lansia antara lain DMF-T, OHI-S dan tingkat ekonomi.

Background: Poor oral health can impact elderly's quality of life. Previous study has already create a new Oral Health related Quality of Life but the index was mainly use for geriatric patients, therefore the new OHRQoL index was needed for healthy elderly.
Objective: to get a new oral health related quality of life (OHRQoL) index for elderly, to analyze the correlation between eldery quality of life and their oral health conditions and to determine factors that contribute the most in their quality of life.
Methods: Cross-sectional study was performed towards 101 elderly. Their demographic data was collected, intra oral examination was performed. OHRQoL status was measured using a new index that combines several index and already tested its validity and reliability in a personal interview.
Result: the new OHRQoL index had a good validity and reliability.Chi-square test showed, OHI-S score was strongly associated with income (p=0.01) and education (p=0.004) and DMF-T score was strongly associated with age (p=0.04). OHI-S (p=0.001), age (p<0.025), income (p=0.006) and DMF-T score (p=0.004) are risk factors that were incorporated into multivariate model. From the final multivariate model, DMF-T score (p=0,006; OR=3,328), contributed most to OHRQoL, followed by OHI-S score (p=0,009; OR= 3,289), and income (p=0,005; OR=3,318).
Conclusion: The new OHRQoL index is valid and realiable to measure the elderly OHRQoL. DMF-T score is the factor that contribute the most in elderly OHRQoL followed with OHI-S score and income.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2014
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Siwan
"Pemillihan ukuran gigi anterior atas yang tepat saat pembuatan gigi tiruan sehingga menghasilkan penampilan yang baik secara estetik, merupakan suatu tantangan. Terdapat berbagai metode untuk menentukan lebar gigi anterior atas apabila tidak tersedianya catatan pra-ekstraksi. Meskipun sejumlah metode telah dikemukakan, cara penentuan lebar gigi anterior atas yang tepat masih belum dapat dipastikan, khususnya lebar gigi insisif sentral atas dan lebar enam gigi anterior atas.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah jarak bizygomatik, jarak interkomisural, jarak interalar, jarak intercanthal dan jarak interpupil dapat digunakan sebagai panduan untuk pemilihan lebar gigi anterior atas pada populasi di Jakarta. Subjek berjumlah 100 orang (30 laki-laki dan 70 perempuan) dengan rentang usia 18-35 tahun, dipilih berdasarkan kriteria yang telah ditentukan. Digunakan alat modifikasi Trubyte dengan milimeter blok yang dicetak pada plastik transparan untuk pengukuran wajah. Jangka kaliper digunakan untuk mengukur lebar gigi anterior atas. Data yang diperoleh dianalisis statistik menggunakan korelasi Pearson.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa lebar enam gigi anterior atas maupun lebar gigi insisif sentral atas tidak berkorelasi terhadap jarak bizygomatik, jarak interkomisural, jarak intercanthal, jarak interpupil. Jarak interkomisural berkorelasi terhadap jarak bizygomatik, jarak interalar, jarak intercanthal dan jarak interpupil secara signifikan. Dengan segala keterbatasan penelitian ini disimpulkan bahwa lebar enam gigi anterior atas dan lebar gigi insisif sentral atas hanya berkorelasi terhadap jarak interalar dan jenis kelamin.

Selection of appropriate size of the maxillary anterior teeth for dentures to provide an esthetically pleasing appearance is a challenge. Various guidelines have been suggested for determining the width of the maxillary anterior teeth when pre extraction records are not available. In spite of numerous methods available, the establishment of correct selection of the width of the maxillary anterior teeth has not been defined yet, especially the width of maxillary central incisor and the width of six anterior teeth.
A clinical study was conducted to determine whether bizygomatic width, intercommissural distance, interalar distance, intercanthal distance and interpupillary distance can be used as a guide for selection of width of maxillary anterior teeth of Jakarta population. A total of 100 subjects (30 males and 70 females) of 18-35 years were selected, based on predetermined selection criteria. A modified Trubyte with millimeter block imprints on a transparent sheet was constructed and used for the measurements. A caliper was used for measuring the width of maxillary anterior teeth. The data were statistically analyzed using the Pearson Correlation.
The results of this study showed that the width of six maxillary anterior teeth and the width of maxillary central incisor were not correlated with the bizygomatic width, intercommissural distance, intercanthal distance and interpupillary distance. The intercommissural distance was significantly correlated with bizygomatic width, interalar distance, intercanthal distance and interpupillary distance. Within the limitations of the study it can be concluded that the width of six maxillary anterior teeth and the width of maxillary central incisor were correlated only with interalar distance and sex variable.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2014
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Leslie Odelia
"ABSTRAK
Latar Belakang: Temporomandibular Disorders atau yang dikenal dengan TMD
merupakan kumpulan gangguan yang terjadi pada musculoskeletal dan neuromuscular yang
berhubungan dengan otot mastikasi, sendi temporomandibula (TMJ) dan atau struktur yang
lainnya. TMD memiliki etiologi yang multifaktorial, dan cara penentuan diagnosis TMD
dapat dilakukan dengan berbagai cara, melalui pengisian kuesioner, pemeriksaan klinis
maupun pemeriksaan penunjang seperti radiografi. Kuesioner TMD telah banyak
dikembangkan di dunia, dan di Indonesia sendiri, telah dikembangkan ID-TMD dan Indeks
Etiologi Gangguan Sendi Temporomandibula, namun butuh dikembangkan suatu kuesioner
yang mencakup seluruh tanda gejala dan etiologi TMD dengan referensi terkini yang dapat
mempermudah klinisi untuk mendeteksi TMD pada pasien. Tujuan: Mengembangkan
suatu kuesioner Gangguan Sendi Rahang yang valid dan reliabel. Metode: Pengembangan
kuesioner dijalankan dengan dua tahap, yaitu pada tahap kualitatif dilakukan 28 wawancara
terstruktur dan mendalam dengan pasien TMD menggunakan panduan semi-struktur yang
dibuat peneliti dan melewati diskusi pakar. Hasil kuesioner tahap kualitatif dilanjutkan
dengan studi potong lintang pada 126 pasien TMD. Seluruh hasil pengisian kuesioner
dilakukan Exploratory Analysis Factor dan dilanjutkan dengan pengujian validitas dan
reliabilitas menggunakan SPSS untuk mendapatkan nilai Alpha Cronbach. Hasil:
Pengembangan Kuesioner Gangguan Sendi Rahang terdiri atas 56 item pertanyaan yang
memiliki 3 komponen besar yaitu tanda dan gejala sebanyak 14 pertanyaan, kebiasaan
buruk 15 pertanyaan dan stres emosional 27 pertanyaan. Kesimpulan: Pengembangan
Kuesioner Gangguan Sendi Rahang valid dan reliabel.

ABSTRACT
Background: Temporomandibular Disorders, also known as TMD, is a collection of
disorders that occur in the musculoskeletal and neuromuscular that are associated
with masticatory system, temporomandibular joint (TMJ) and or other structures.
TMD has a multifactorial etiology, and the method of determining the diagnosis of
TMD can be done in various ways, through filling in questionnaires, clinical
examinations and investigations such as radiography. The TMD questionnaire has
been widely developed in the world, and in Indonesia itself, ID-TMD and the
Questionnaire to determine the Etiology of Temporomandibular Disorders have been
developed, but a questionnaire is needed to cover all symptoms and etiology of TMD
with the latest references that can facilitate clinicians to easily detect TMD in
patients. Objective: To develop a valid and reliable Temporomandibular Disorder
questionnaire. Method: The development of the questionnaire was carried out in two
stages, namely in the qualitative stage, 28 TMD patient were interviewed using semistructured
guidelines made by researcher and passing expert discussions. The results
of the qualitative stage questionnaire were followed by cross-sectional studies on 126
TMD patients. All the results of filling out the questionnaire were carried out by
Exploratory Analysis Factor followed by testing validity and reliability using SPSS to
produce Cronbach Alpha value. Results: Development Temporomandibular Disorder
Questionnaire has total 56 items (questions) distributed amongst 3 major components,
namely Signs and symptoms consist of 14 items, Bad habits 15 items and Emotional
stress 27 (questions). Conclusion: Development of Temporomandibular Disorder
Questionnaire were valid and reliable."
2019
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Savedra Pratama
"Latar Belakang: Kemampuan mastikasi merupakan kemampuan untuk memecah partikel makanan agar mudah dicerna tubuh sehingga berperan dalam pemenuhan nutrisi. Penggunaan gigi tiruan lepasan diperlukan ketika seseorang mengalami kehilangan gigi karena dapat mengurangi kemampuan mastikasi. Berbagai faktor lain juga dapat mempengaruhi kemampuan mastikasi.
Tujuan: Menganalisis hubungan berbagai faktor terhadap kemampuan mastikasi pemakai gigi tiruan lepasan.
Metode: Tiga puluh empat pemakai gigi tiruan lepasan (GTL, GTLT, dan GTSL) berpartisipasi dalam uji mastikasi dengan permen karet yang dapat berubah warna (Masticatory Performance Evaluating Gum Xylitol®) dengan desain potong lintang. Laju alir saliva dievaluasi dengan gelas ukur, dan ketinggian residual ridge diukur secara klinis menggunakan kaca mulut No.3 yang diberi ukuran mm.
Hasil: Ketinggian residual ridge (p=0,003) dan pengalaman memakai gigi tiruan (p=0,051) berperan terhadap kemampuan mastikasi. Faktor usia (p=1,000), jenis kelamin (p=0,711), laju alir saliva (p=0,400), jenis gigi tiruan (p=0,218), dan jumlah serta lokasi kehilangan gigi (p=0,097) tidak memberikan hubungan yang bermakna.

Background: Masticatory performance is the ability to breakdown food to facilitate digestion, and its role in nutrition is important. Removable dentures are used to rehabilitate loss of teeth, which could jeopardize masticatory performance. There are also various factors that affect masticatory performance.
Objective: To analyze the relationship between various factors and masticatory performance.
Method: Thirty four removable denture wearers (full dentures, single complete dentures, or partial dentures) participated in a cross-sectional study of masticatory performance using color-changeable chewing gum (Masticatory Performance Evaluating Gum Xylitol®). The volume of saliva were evaluated using measuring cups, and residual ridge heights were measured using modified mouth mirror no. 3 with metric measurements.
Result: Residual ridge height (p=0,003) and removable denture-wearing experience (p=0,051) had significant relationship with masticatory performance. Age (p=1,000), gender (p=0,711), saliva (p=0,400), denture types (p=0,218), the number and the location of missing teeth (p=0,097) did not have significant association with masticatory performance.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2016
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Hendrik
"ABSTRACT
Penentuan lebar enam gigi anterior rahang atas cukup menyulitkan, terutama bila tidak terdapat catatan pra ekstraksi. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk menemukan rumus untuk membantu memprediksi lebar enam gigi anterior rahang atas dengan pengukuran fasial tertentu diantaranya : jarak interalar, jarak intercanthal, dan jarak intercommissural, dan untuk menentukan korelasi antara lebar enam gigi anterior rahang atas dengan pengukuran fasial yang dilakukan. Penelitian ini dilakukan di RSKGM UI dengan jumlah subjek sebanyak 60 orang terdiri dari 36 wanita dan 24 laki laki. (Persetujuan etik FKG UI, Jakarta, 26 Maret 2013 Nomor: 19/Ethical Clearance/FKG UI/III/2013). Tiap subjek dilakukan pengukuran jarak interalar, jarak intercanthal, jarak intercommissural dan lebar enam gigi anterior rahang atas dengan menjumlahkan lebar masing masing gigi anterior rahang atas. Korelasi koefisien Pearson dan Spearman digunakan untuk menentukan korelasi antar variabel dan hasilnya menunjukkan adanya korelasi signifikan antara lebar enam gigi anterior rahang atas dengan jarak interalar, jarak intercommissural, dan jenis kelamin. Dari hasil analisis multivariat dapat diperoleh suatu rumus untuk memprediksi lebar enam gigi anterior rahang atas yaitu 38,27 + 2,011 x (jenis kelamin )+ 0.167 x ( jarak intercomissural), dengan memasukkan angka 1 untuk jenis kelamin perempuan dan angka dua untuk jenis kelamin laki laki. Berdasarkan hasil yang diperoleh, maka dapat disimpulkan bahwa pengukuran fasial terurama jarak intercommissural dan jenis kelamin dapat digunakan untuk memprediksi lebar enam gigi anterior rahang atas.

ABSTRACT
It is difficult to determine the width of six maxillary anterior teeth especially when pre-extraction record are not available. Therefore, this clinical study was carried out to determine a formula to predict the width of six maxillary anterior teeth using certain facial measurements which included interalar, intercanthal, and intercommissural width, and to determine the correlation between width of six maxillary anterior teeth with other facial measurements. This clinical study was performed in RSKGM UI with total subject of 60 people consist of 36 female and 24 male. (Ethical approval from Faculty of Dentistry University Indonesia on march 26th 2013, No: 19/Ethical Clearance/FKG UI/III/2013). Each subject was measured for interalar, intercanthal, intercommissural width and the width of six maxillary anterior teeth was determined by adding mesiodistal width of each maxilary anterior teeth. Pearson and Spearman correlation coefficient was used to determine the correlation between all variables and shows significant correlation between width of six maxillary anterior teeth and interalar width, intercomissuralwidth , and sex. Based on the result from multivariate analysis, a formula can be determine to predict the width of six maxillary anterior teeth which is 38,27 + 2,011 x (sex) + 0,167 x (intercommissural width), with no 1 as data input for female and no 2 as data input for male subject. Based on the outcome results, it can be concluded that facial measurements, especially intercommissural width and sex, can be used to predict width of six maxillary anterior teeth."
2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ariyanti Rezeki
"Tujuan: Mendapatkan alat ukur kepuasan pasien terhadap gigi tiruan lengkap yaitu Patient's Denture Assessment PDA versi Indonesia yang valid dan reliabel serta menganalisis hubungan antara kepuasan pasien terhadap gigi tiruan lengkap dengan kemampuan mastikasi, usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, pengalaman serta lama pemakaian gigi tiruan lengkap.
Metode: 101 subjek 50 laki-laki dan 51 perempuan berusia 45 tahun keatas, berpartisipasi dalam uji validasi dan reliabilitas kuesioner PDA bahasa Indonesia. Uji statistik Chi-Square dan regresi logistik digunakan untuk menganalisis hubungan antara kepuasan pasien terhadap gigi tiruan lengkap dengan kemampuan mastikasi, usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, pengalaman serta lama pemakaian gigi tiruan lengkap.
Hasil: Hasil uji validasi dan reliabilitas kuesioner PDA menunjukkan, Cronbach's Alpha pada skor keseluruhan kuesioner PDA 0,708, uji validitas konvergen menunjukkan korelasi antara kepuasan pasien dan kemampuan mastikasi dengan uji spearman p=0,001 r=0,633. Hubungan bermakna secara statistik ditemukan antara kepuasan pasien terhadap gigi tiruan lengkap dengan kemampuan mastikasi p=0,000.
Kesimpulan: Kuesioner PDA-ID dapat digunakan untuk mengetahui kepuasan pasien terhadap perawatan gigi tiruan lengkap. Kemampuan mastikasi dan lama pemakaian gigi tiruan.

Objectives: The purpose of this study is to develop a valid and reliable Patient's Denture Assessment PDA Questionnaire in Indonesian version and to analyze the relationship between patient's satisfaction to their complete denture with masticatory performances, age, sex, education level, denture experience and the duration of their recent complete denture.
Methods: Total of 101 subjects 50 men, 51 women aged 45 years and older was participated in this study. Univariate, bivariate and multivariate test are done in this study, to do validity and reliability tests and also to analyze relationship between patient's satisfaction towards their complete denture with masticatory performances, age, sex, education level, denture experiences and the duration of current complete denture.
Results: Validation and reliability test shows Cronbach's Alpha in summary score PDA 0,708, convergent validity shows correlation between the masticatory performances with patient's satisfaction p 0,001 r 0,633. Statistically, a significant correlation P.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2017
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
I Gusti Ayu Ratih Utari Mayun
"Kepuasan pasien terhadap perawatan gigi tiruan lepasan dipengaruhi oleh banyak faktor. Keberhasilan perawatan gigi tiruan lepasan dapat diukur berdasarkan nilai persepsi pasien terhadap perawatan yang diterimanya dan kualitas hidup dari aspek kesehatan gigi dan mulut OHRQoL.
Tujuan penelitian ini untuk mendapatkan alat ukur kepuasan pasien menggunakan kuesioner Turker's Patient's Perceptions bahasa Indonesia, dan menganalisis hubungan antara kepuasan pasien dengan OHRQoL pemakai gigi tiruan lepasan. Sebanyak 140 pemakai gigi tiruan lepasan GTL atau GTLT atau GTSL berpartisipasi dalam penelitian potong lintang ini. Dilakukan validasi kuesioner Turker's Pasient's Perceptions. Kemudian wawancara untuk pengisian kuesioner Turker's Pasient's Perceptions bahasa Indonesia yang telah divalidasi dan kuesioner Kualitas Hidup Lansia serta pemeriksaan rongga mulut.
Hasil penelitian didapatkan uji validasi dan reliabilitas menunjukan nilai Cronbach's Alpha 0,743. Terdapat hubungan bermakna antara kepuasan pasien menggunakan kuesioner Turker's Patient's Perceptions bahasa Indonesia dengan OHRQoL p=0,000. Analisis multivariat menunjukan variabel lama pemakaian gigi tiruan lepasan paling mempengaruhi kepuasan pasien dan pengalaman memakai gigi tiruan lepasan paling mempengaruhi OHRQoL.
Kesimpulan penelitian ini diperoleh alat ukur kepuasan pasien yang valid dan reliabel berupa kuesioner Turker's Patient's Perceptions-ID. Terdapat hubungan antara kepuasan pasien dengan OHRQoL. Lama pemakaian gigi tiruan mempengaruhi kepuasan pasien dan pengalaman memakai gigi tiruan mempengaruhi OHRQoL.

Patient's satisfaction with prosthodontic treatment is affected by many factors. Success of removable denture treatment can be measured using an index to evaluate patients'perceptions of their treatment and their oral health related quality of life OHRQoL.
The objectives of this research are to analyze the relationship between patient satisfaction using Turker's Patient's Perceptions questionnaire and the OHRQoL of removable denture wearers. One hundred and forty removable denture wearers complete dentures, single complete dentures and removable partial dentures participated in this cross sectional study. Participants were interviewed using a validated Turker's Patient's Perceptions questionnaire in Indonesia and an OHRQoL questionnaire.
The results are there was a significant relationship between patient's satisfaction and OHRQoL p 0.000. Multivariate analysis showed that the duration of using removable dentures had a significant effect on patient's satisfaction using Turker's Patient's Perceptions questionnaire. The experience of using removable dentures showed a significant effect on OHRQoL.
Conclusion are Turker's Patient's Perceptions ID questionnaire are valid and reliable. There was a relationship between patient's satisfaction and their OHRQoL. The duration of using removable dentures affected patient's satisfaction and the experience of using removable dentures affected OHRQoL.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2017
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>