Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Teuku Nolli Iskandar
"Latar belakang : Deformitas nasal pada pasien dengan celah bibir disebabkan oleh deviasi septum nasal, distorsi tulang rawan alar, dan ketidaksejajaran maksila dan tulang alveolar yang disebabkan oleh bidang palatum yang melebar. Penambahan rinoplasti pada teknik labioplasti menjadi solusi pada pengelolaan pasien UCLP dengan tujuan untuk mendapatkan kesimetrisan nostril. Penelitian ini bertujuan membandingkan ukuran dan kesimetrisan nostril sisi celah dan non celah pasca kombinasi Labioplasti teknik Cronin dengan Rinoplasti teknik Tajima.
Metode : Penilaian kesimetrisan nostril berdasarkan skala antropometri dari data fotograf wajah, yaitu ukuran tinggi nostril, lebar nostril, tinggi ¼ medial nostril, dan luas nostril pada 35 pasien UCLP pasca kombinasi Labioplasti teknik Cronin dengan Rinoplasti teknik Tajima.
Hasil : Dari hasil statistik didapatkan P<0,05 pada lebar dan tinggi ¼ medial nostril. Sedangkan pada tinggi dan luas nostril didapatkan P>0,05 . Hal ini menunjukkan tidak terdapat perbedaan bermakna pada tinggi dan luas nostril antara sisi non celah dengan sisi celah pada pasien pasca labioplasti Teknik Cronin dan Rinoplasti teknik Tajima, sedangkan pada lebar dan tinggi ¼ medial nostril terdapat perbedaan yang bermakna.
Kesimpulan: Tidak terdapat perbedaan pada tinggi dan luas nostril pasca labioplasti teknik Cronin dan rinoplasti teknik Tajima pada pasien UCLP. Sedangkan pada lebar dan tinggi ¼ medial nostril terdapat perbedaan antara sisi celah dan non celah.

Background: Nasal Deformity in cleft lip patient is caused by nasal septum deviation, alar cartilage distortion, and unparallel maxilla and alveolar bone which caused by widening of palate. Additional rhinoplasty in labioplasty method becomes a solution in management of UCLP patient in order to achieve nostril symmetrically. The aim of this experiment is to compare nostril size and symmetry between cleft side with non cleft side post labioplasty Cronin method and Rhinoplasty Tajima method.
Methods: Evaluation of Nostril symmetrical according to anthropometry scale from profile photograph, which are nostril height, nostril width, ¼ medial nostril height, and nostril area in 35 UCLP patients post labioplasty with combination of Cronin and rhinoplasty method.
Result: Based on statistic, the result showed P<0,05 within width and ¼ medial nostril height. On the other side, height and nostril area result showed p>0,05. This shows that there is no significant difference between height and nostril area between non cleft side with cleft side in patient post labioplasty Cronin method and Tajima method Rhinoplasty. On the other side, there is significant different between width and ¼ medial nostril height.
Conclusion: There is no significant different between height and nostril area post labioplasty Cronin method and Tajima method Rhinoplasty in UCLP patient. On the other side, there is significant difference between width and ¼ medial nostril height between cleft side and noncleft side.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indira Inunu
"Latar Belakang: Pertumbuhan nasofaring merupakan hal penting dalam evaluasi keseimbangan komponen velofaringeal dan dapat dievaluasi menggunakan titik acuan sefalometri pada tulang-tulang penyusun struktur nasofaring. Tujuan: Mengevaluasi karakteristik pertumbuhan nasofaring pada kasus celah bibir dan langit-langit pasca pembedahan Metode: pada sefalogram pasien UCLP pasca pembedahan ditentukan titik PMP (maksila posterior), Ho (hormion) dan At (atlas), dan dihubungkan menjadi segitiga nasofaring. Segitiga tersebut diproyeksikan terhadap sumbu vertikal dan horizontal. Hasil proyeksi dibandingkan dengan kelompok kontrol dan secara longitudinal pada usia 5-7 dan 10-12 tahun. Hasil perbandingan antar kelompok dan dengan kelompok kontrol dilakukan menggunakan uji Mann-Whitney dan uji Wilcoxon. Hasil: titik PMP pada pasien UCLP terletak lebih superoposterior meskipun segitiga tetap tumbuh harmonis Kesimpulan: pasien UCLP memiliki pola pertumbuhan yang harmonis meskipun bagian posterior maksila terletak lebih superoposterior

Background: Nasopharyngeal growth is essential to the functional balance of velopharyngeal component, and could be evaluated from the bony nasopharynx landmark on a lateral cephalogram Purpose: To evaluate the nasopharyngeal growth’s characteristics on the operated UCLP cases Method: The bony nasopharynx landmarks were traced on the cephalogram as PMP (posterior maxillary points), Ho (hormion) and At (atlas), and being interconnected as a nasopharyngeal triangle, and being projected on the vertical and horizontal axis. The projection results were compared between UCLP and control groups and longitudinally at the age of 5-7 and 10-12. The results were analyzed statistically with Mann-Whitney and Wilcoxon tests. Result: PMP points on the UCLP cases were located more superoposteriorly with a harmonious growth of the triangle Conclusion: the operated UCLP patient has a harmonious nasopharyngeal growth despite from the superoposteriorly located PMP."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2012
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dimas Maharddhika
"Latar Belakang: Labioplasti dan palatoplasti merupakan tindakan definitif dalam tatalaksana celah bibir dan langit-langit. Pasca tindakan pembedahan, rata-rata ditemukan konstriksi lengkung gigi dalam arah antero-posterior dan lateral. Tujuan: Mengevaluasi dimensi lengkung gigi pada pasien UCLP dan BCLP pasca labioplasti dan palatoplasti menggunakan model studi pada usia 5 tahun. Metode: Dilakukan pencetakan model studi rahang atas dan bawah pada pasien UCLP dan BCLP pasca labioplasti dan palatoplasti, kemudian dilakukan pengukuran lebar lengkung gigi anterior dan posterior serta panjang lengkung gigi rahang atas dan bawah. Hasil perbandingan antar kelompok dan dengan kelompok kontrol dilakukan menggunakan uji Mann-Whitney dan Kruskal-Wallis. Hasil: Terdapat perbedaan yang signifikan pada dimensi lengkung gigi rahang atas antara kelompok kontrol, UCLP dan BCLP. Kesimpulan: Gangguan tumbuh kembang lengkung gigi pada pasien UCLP dan BCLP pasca labioplasti dan palatoplasti tercermin pada model studi saat pasien berusia 5 tahun

Background: Labioplasty and palatoplasty has been becoming the mainstay of treatment in cleft patients. Dental arch constriction in lateral and antero-posterior direction was among the most frequently encountered feature in the operated cases. Purpose: To evaluate the dental arch dimension of operated UCLP and BCLP cases by using dental cast at five years of age Method: dental arch dimensions were measured from the dental cast of the operated UCLP and BCLP cases. The results were compared between both group and a control group consisted of normal subjects. The statistical analysis was performed with Mann-Whitney and Kruskall-Wallis test. Results: There were statistically significant differences on the upper dental arch dimensions between those groups. The differences were also observed at the lower dental arch but not statistically significant. Conclusion: Dental arch constriction of the operated cases of UCLP and BCLP could be observed from the dental cast at five years of age."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2012
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Bayu Rahadian
"Latar belakang: Tanda klinis Pierre Robin Sequence (PRS) meliputi mikrognati, glossoptosis, obstruksi jalan napas atas, dan celah palatal. Adanya sindrom/kelainan penyerta turut berperan terhadap keterlambatan pertumbuhan dan keparahan obstruksi jalan napas. OSA akibat obstruksi jalan napas merupakan kondisi yang umum ditemui pada bayi dengan PRS. Tujuan: Untuk mengetahui gambaran morfologi mandibula dan risiko OSA pada pasien PRS di RSAB Harapan Kita Metode: Penelitian ini merupakan studi retrospektif dengan desain potong lintang. Sebanyak 11 pasien PRS memenuhi kriteria seleksi penelitian ini. Data usia, sindrom/kelainan penyerta, riwayat sesak napas saat lahir diperoleh dari rekam medik. Sefalometri yang diperoleh diukur panjang mandibula, tinggi ramus, panjang body mandibula, dan sudut gonial. Pasien juga dievaluasi risiko OSA dengan menggunakan kuesioner Brouillette. Hasil: Panjang mandibula, panjang body mandibula, dan sudut gonial berbeda bermakna antara grup usia pengambilan sefalometri 5 tahun dan 10 tahun. Panjang mandibula berbeda bermakna antara grup pasien PRS non sindromik dan sindromik. Tidak ada perbedaan bermakna risiko OSA berdasarkan usia pasien maupun status sindrom. Riwayat sesak napas saat lahir berkorelasi dengan morfologi mandibula, namun tidak berkorelasi dengan risiko OSA. Kesimpulan: Kondisi mikrognati yang persisten menunjukkan tidak ada catch up growth pada pasien penelitian ini. Sindrom/kelainan penyerta turut mempengaruhi pertumbuhan mandibula. Sesak napas saat lahir sebagai gejala klinis dari obstruksi jalan napas atas tidak berperan terhadap risiko OSA.

Background: Clinical signs of Pierre Robin Sequence (PRS) including micrognathy, glossoptosis, upper airway obstruction, and palatal cleft. The presence of sydrome contributes to the growth and severity of airway obstruction. Obstructive Sleep Apnea (OSA) related to airway obstruction is common condition in infants with PRS. Objective: To know mandibular morphology and risk of OSA in patients at RSAB Harapan Kita. Methods: This research is a retrospective study. A total of 11 patients met the selection criteria of this study. Data on age, associated syndrom, history of breath difficulties at birth were obtained from medical records. The cephalometry were measured mandibular length, ramus height, mandibular body length, and sudut gonial. Patients were also evaluated for risk of OSA using brouillette questionnaire. Results: Mandibular length, mandibular body length, and sudut gonial differed significantly between the 5 years and 10 years cephalometric collection age groups. Mandibular length differed significantly betweenn the nonsyndromuc and syndromic PRS. There was no significant difference in OSA risk based on the patient’s age or syndrome status. History of breath difficulties at birth was correlated with mandibular morpholgy, but it was not correlated to risk of OSA. Conclusion: Persistent micrognathic showed no catch up growth in the patients of PRS in this study. Associated syndrome or disorder affected the growth of the mandible. History of breath difficulties at birth as a clinical symptom of upper airway obstruction did not contribute to risk of OSA."
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yayan Andrian
"Cleft orofacialatau celah orofasial di Indonesia termasuk kelainan bawaan sejak lahir yang sering terjadi. Tujuan rencana perawatan pada pasien cleft orofacial adalah memperbaiki fungsi penelanan, bicara, pertumbuhan dan penampilan wajah, rahang dan oklusi gigi, serta gangguan pendengaran. Perawatan awal yang dapat dilakukan adalah dengan prosedur labioplasty dan palatoplasty. Hambatan pertumbuhan rahang pada pasien-pasien pasca labioplasty dan palatoplastytelah banyak dibahas dalam beberapa literatur. Beberapa teknik untuk mengevaluasi anatomi regio maksilofasial seperti model cetakan dan foto sefalometri. Namun terdapat beberapa kekurangan dari kedua teknik ini. Cone Beam Computed Tomography (CBCT) dapat digunakan untuk mengevaluasi perubahan dimensi pada sisi cleft dan sisi normal pasien celah bibir dan langit-langitkarenadapat memberikan gambaran tiga dimensi yang tidak terdistorsi dengan resolusi sangat baik yang memungkinkan visualisasi bentuk struktur anatomis dan ukuran aslinya.Penelitian ini bertujuan untukmengetahui pengaruh labioplasty dan palatoplasty terhadap dimensi lengkung maksila dalam arah transversal dan anteroposterior di sisi cleft dan sisi normal pada pasien celahbibir dan langit-langit unilateral.Pada penelitian ini dilakukan studi observasi crossectional melalui analisis radiografi CBCT pasien-pasien celah bibir dan langit-langit yang telah dilakukan labioplasty dan labioplasty dalam arah transversal dan anteroposterior.Uji parametrik independen t-test menunjukkan terdapat perbedaan bermakna secara statistik dengan nilai p = 0,000 (p < 0,05) pada dimensi transversal regio kaninus dan regio molar kedua sisi cleft dan sisi normal. Selain itu, Hasil uji non parametrik Mann-WhitneyU menunjukkan terdapat perbedaan bermakna secara statistik dengan nilai p=0,003 (p < 0,05) antara dimensi anteroposterior sisi cleft dan sisi normal. Sehingga seluruh hipotesis penelitian diterimaDari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh labioplasty dan palatoplasty terhadap dimensi lengkung maksila dalam arah transversal dan anteroposterior di sisi cleft dan sisi normalpada pasien celah bibir dan langit-langit

Orofacial cleft is congenitaldisorder that usually occurs since newborn. Aims of treatment of orofacial cleft are to improve swallowing, speech, hearing, aesthetic, and occlusion function. Initial treatment for these patients are labioplasty and palatoplasty. Maxillary growth disruption after labioplasty and palatoplasty hadbeen reviewed in many literatures. There are several technique to evaluate maxillofacial region anatomy such as dental cast and cephalometry radiograph. However, there are several disadvantages of these techniques. Cone Beam Computed Tomography (CBCT)can be used to evaluate dimensional changes both in cleft side and normal side in cleft patient because it can give undistorted 3D imaging with a high resolution. The aim of this study wasto analyze effect of labioplasty and palatoplasty to dimensional changes of maxilla in transversal and anteroposterior direction in cleft and normal side of patient with cleft lip and palate.This crossectional study was done by analyzing the CBCT radiograph of patient with cleft lip and palate after labioplasty and palatoplasty in transversal and anteroposterior direction.Independent parametric t-test showed there wasa significant difference statistically p = 0,000 (p<0,05) in transversal dimension of canine and second molar region in cleft and normal side. Mann-WhitneyU non parametric test showed there wasa significant difference statistically p = 0,003 (p<0,05) in anteroposterior dimension both in cleft and normal side.As conclussion there wasan effect of labioplasty and palatoplasty to dimensional changes of maxilla in transversal and anteroposterior direction in cleft and normal side of patient with cleft lip and palate."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ricky Sanjaya
"Latar Belakang: Celah bibir dan langit-langit merupakan kelainan bawaan yang umum ditemukan yang terjadi saat perkembangan janin karena kegagalan proses pertumbuhan organ wajah. Defisiensi pertumbuhan maksila secara tiga dimensi (3D) sering ditemukan pada penderita celah bibir dan langit-langit terutama pada kasus unilateral. Pasien yang telah menjalani prosedur operasi menunjukkan adanya penurunan tinggi basis kranial, maksila yang lebih pendek, retrograntik maksila berlebihan dan inklinasi gigi insisif atas dan bawah yang lebih ke lingual. Perawatan bertahap dibutuhkan untuk penanganan pasien dengan celah bibir dan langit-langit seperti bedah perbaikan tulang alveolar, restorasi prostodontik, dan koreksi dental definitif. Tujuan: Menganalisis pengaruh labioplasti dan palatoplasti terhadap tinggi maksila, volume sinus maksilaris dan ukuran sella turcica pada pasien celah bibir dan langit-langit unilateral. Material dan Metode: Penelitian analitik observasional dengan desain potong lintang. Subjek penelitian ini adalah anak berusia ³13 tahun dengan celah bibir dan langit-langit unilateral, telah dilakukan labioplasti dan palatoplasti, serta tidak mengikuti prosedur perawatan ortodontik cekat di RSAB Harapan Kita, Jakarta dalam kurun waktu 2011-2013. Berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi diperoleh jumlah samepl sebanyak 12 subjek. Setiap subjek dilakukan pengambilan gambaran radiografi CBCT untuk penilaian tinggi maksila, volume sinus maksilaris dan ukuran sella turcica. Perbandingan tinggi maksila dan volume sinus maksilaris dilakukan pada sisi celah dan sisi normal, sedangkan perbandingan ukuran sella turcica dilakukan secara deskriptif menggunakan data sekunder. Hasil penelitian: Terdapat perbedaan tinggi maksila dan volume sinus maksilaris yang signifikan antara sisi celah dan sisi normal (p=0,00 dan p=0,01). Terdapat perbedaan ukuran lebar dan kedalaman sella turcica antara subjek dengan kelompok kontrol. Kesimpulan: Labioplasti dan palatoplasti mempengaruhi tinggi maksila, volume sinus maksilaris dan ukuran sella turcica pada pasien dengan celah bibir dan langit-langit unilateral

Background: Cleft lip and palate is a common congenital disorder that formed during fetal development due to failure of the developmental processes of the face. Three-dimensional (3D) maxillary growth deficiency is often found in patients with cleft lip and palate, particularly in unilateral cases. Patients who had undergone surgical procedures show a decrease on cranial base height, shorter maxilla, severe maxillary retrograntic and more lingual inclination of upper and lower incisor teeth. Multistage treatment is neccessary for patients with the lips and palate such as alveolar bone repair, prosthodontic restoration, and definitive dental correction. Objective: To analyze the effect of labioplasty and palatoplasty to maxillary height, maxillary sinus volume and sella turcica size in patients with unilateral cleft lip and palate. Materials and Methods: Observational analytic study with cross-sectional design. The subjects of this study were children ³13-years-old with unilateral cleft lip and palate, had undergone labioplasty and palatoplasty, and did not undergo fixed orthodontic treatment procedures at RSAB Harapan Kita, Jakarta in the period of 2011-2013. Based on the inclusion and exclusion criteria, a total of 12 subjects were obtained. Each subject took a CBCT radiographic to assess the maxillary height, maxillary sinus volume and sella turcica size. Comparison of maxillary height and maxillary sinus volume was performed on the cleft and normal sides, while the comparison of the size of the sella turcica was performed descriptively using secondary data. Results: There are significant differences in the maxilla height and maxillary sinus volume between the cleft side and the normal side (p = 0.00 and p = 0.01). There is a difference in width and height of the sella turcica between the subject and the control group. Conclusion: Labioplasty and palatoplasty affect maxillary height, maxillary sinus volume and sella turcica size in patients with unilateral cleft lip and palate."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library