Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 21 dokumen yang sesuai dengan query
cover
A. Setya Budhie
"ABSTRAK
Sebagaimana ditetapkan oieh Pemerintah bahwa dalam rangka
pencapaian swasembada padi, kedelai dan jagung (palagung) serta untuk
meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan para petani pemerintah telah
mencanangkan Gema Palagung 2001. Untuk menunjang program tersebut
pemerintah mengeluarkan kebijaksanaan diantaranya; menghapuskan subsidi
harga pupuk dalam negeri sehingga dapat menghilangkan dualisme harga dan
distorsi penyaluran pupuk di lapangan, selanjutnya membebaskan pula tata
niaga pupuk (distribusi, impor dan ekspor) sesuai dengan mekanisme pasar.
PT. Pupuk Sriwidjaja saat ini di kategorikan sebagai salah satu
pwrusahaan pemerintah dengan predikat Sehat Sekali, dengan pengelolaan
perusahaan yang baik dapat memenuhi target, sehingga perusahaan menjadi
leader dibandingkan dengan pabnk pupuk Iainnya. Untuk itulah dalam rangka
mengantisipasi persaingan dimasa yang akan datang PT. Pusri juga dituntut
dan memandang perlu serta seialu berupaya agar kinerjanya tetap baik di
tengah-tengah persaingan yang semakin ketat.
Peneiitian ini dimaksudkan untuk mengungkap permasalahan yang ada
serta untuk mencari solusi masalah dengan pendekatan analisis hierarki
proses, guna mendapatkan rumusan tentang strategi bisnis yang tepat.
utamanya untuk meningkatkan kinerja perusahaan dalam rangka
memenangkan persaingan bisnis, dengan tujuan sebagai berikut : menganalisis
lingkungan, situasi pasar dan situasi persaingan bisnis serta mencoba untuk
mengidentifikasi posisi industri pupuk PT. Pusri dalam menghadapi persaingan.
menganalisis tentang gambaran peluang yang dapat dimanfaatkan dalam
mengembangkan strategi dan meningkatkan daya saing PT. Pusri,
menawarkan alternatif strategi daya saing untuk meningkatkan dan
mengembangkan peranan kinerja yang lebih optimal.
Metode Pembahasan dilakukan dengan metode Analytical Hierarchy
Process untuk mendapatkan bobot kekuatan bisnis atau faktor-faktor internal
perusahaan dan daya tarik industri atau faktor-faktor eksternal perusahaan,
setelah hasil diperoleh Ialu dipetakan ke General Electric Matrix, sehingga di
dapatkan posisi perusahaan industri pupuk PT. Pusri.
Dari hasil analisa diperoleh didapal total bobot nilai kekuatan bisnis
perusahaan sebesar 3,591, sedangkan daya tank industri total bobot nilainya
sebesar 3,534 dan setelah dipetakan perusahaan PT. Pusri berada pada
kuadran V, Hold and Maintain, yang berarti dalam mengoperasional
perusahaan diperiukan investasi yang selektif.

"
1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Melda Lieyuniati
"Studi serial kasus ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh tata laksana nutrisi perioperatif pada pasien kanker saluran cerna yang menjalani pembedahan elektif dalam menurunkan angka morbiditas dan lama rawat di rumah sakit. Tindakan pembedahan yang dilakukan pada pasien kanker saluran cerna yang sudah mengalami malnutrisi berkaitan dengan serangkaian reaksi inflamasi yang berpotensi memperberat kondisi malnutrisi yang pada akhirnya memperberat gangguan sistem imun. Studi kasus dilakukan terhadap empat pasien dewasa dengan malnutrisi yang direncanakan menjalani pembedahan elektif akibat kanker saluran cerna di divisi Bedah Digestif Departemen Bedah RSUPN dr. Cipto mangunkusumo. Dukungan nutrisi diberikan semenjak periode pra pembedahan sampai dengan periode pasca pembedahan. Penentuan kebutuhan dihitung dengan menggunakan rumus Harris Benedict. Protein diberikan sebesar 1,8?2 g/kgBB kecuali pada satu orang pasien diberikan sebesar 0,8 g/kgBB/hari karena adanya gagal ginjal kronis. Lemak diberikan sebesar 25% dan sisanya berupa karbohidrat. Mikronutrien yang diberikan berupa kapsul multivitamin-multimineral. Hasil studi ini mendapatkan bahwa bahwa pemberian dukungan nutrisi perioperatif yang optimal dapat mempertahankan fungsi fisiologis, berat badan dan kapasitas fungsional serta memberikan kontrol glikemik yang baik pada periode pra pembedahan dan memperbaiki berbagai parameter status nutrisi termasuk fungsi imun pasca pembedahan walaupun tidak didapatkan peningkatan berat badan.

This case series study aimed to investigate the effect of perioperative nutritional support in gastrointestinal cancer patients who underwent elective surgery in reducing morbidity and and length of hospitalization. Surgery which was performed in patients with gastric cancer who had experienced malnutrition associated with a series of inflammatory reactions that could potentially aggravate the condition of malnourished which in turn aggravate the immune system disorders. The case study was carried out on four adult patients suffer from malnutrition due to elective surgery for gastric cancer at the Surgical Division of The Department of Digestive Surgery RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo. The nutritional support was gave since the preoperative to postoperative period. Determination of energy needs was calculated using the Harris benedict equation. Protein was given by 1.8 to 2 g/kg body weight/day except in one patient given at 0.8 g/kg body weight/day due to chronic renal failure. Fats were given by 25% and the rest were given as carbohydrate. Micronutrient was given in the form of multivitamin-multimineral capsule. The results of this study found that the provision of perioperative nutritional support could maintain optimal preoperative physiological function, body weight and functional capacity as well as provide good glycemic control and improve the nutritional status parameters including immune function after surgery althought there were not increased in body weight."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2012
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Verawati
"Dukungan nutrisi bertujuan memperbaiki status gizi dan prognosis pasien bedah dengan status gizi malnutrisi Pasien yang menjalani pembedahan traktus gastrointestinal GI merupakan kelompok pasien berisiko tinggi mengalami malnutrisi Dilaporkan bahwa terdapat hubungan positif antara malnutrisi dengan morbiditas dan mortalitas pasca bedah lama perawatan RS re admisi RS kebutuhan pembedahan sekunder dan diagnosis atau terapi Serial kasus ini terdiri dari empat kasus dukungan nutrisi perioperatif pada pasien malnutrisi dengan berbagai indikasi pembedahan GI dan komorbid yang berbeda Pasien pada serial kasus ini berusia antara 45 hingga 70 tahun Seluruh pasien menjalani pembedahan mayor abdominal atas indikasi kanker GI Status gizi pasien adalah malnutrisi ringan hingga sedang Terapi nutrisi diberikan berdasarkan kebutuhan dan kondisi klinis pasien Kebutuhan energi basal dihitung menggunakan persamaan Harris Benedict Pemberian energi dimulai dari kebutuhan energi basal dan ditingkatkan bertahap hingga mencapai kebutuhan energi total Lama perawatan RS pada pasien ini antara 19 hingga 43 hari Monitoring yang dilakukan meliputi toleransi asupan kapasitas fungsional imbang cairan data antropometri dan laboratorium serta dilakukan edukasi dan konseling nutrisi setiap hari Secara umum pasien mengalami peningkatan kondisi umum status gizi toleransi asupan Periode perioperatif mempengaruhi toleransi pasien terhadap asupan makanan dan status GI Terapi nutrisi pada pasien bedah harus dilakukan secara individual sebagai bagian integral tata laksana pembedahan Dukungan nutrisi harus dilakukan pada periode pra intra dan pasca bedah untuk menyediakan nutrien yang adekuat agar dapat mengatasi perubahan metabolik pada pasien Dukungan nutrisi yang baik pada pasien bedah terutama dengan malnutrisi dapat memperbaiki prognosis pasca bedah dan akan meningkatkan kualitas hidup pasien.

The aim of nutritional support is to improve nutritional status and clinical outcome in severely malnourished patients Patients who undergone gastrointestinal surgery constitute as important risk group for malnutrition It has been reported that there is a positive correlation between malnutrition and postoperative morbidity and mortality prolonged hospital stays re admissions secondary operation requirement and diagnosis treatment This case series consisted of four cases of periopertive nutrition support in malnutrition patients with different surgical indication and comorbidities The patients in this case series aged between 45 to 70 years old All patients undergoing major abdominal surgery for gastrointestinal cancer Patients have nutritional status ranged from mild nutrition to moderate malnutrition Nutritional therapy was given according to patients needs and clinical condition The basal energy requirement was calculated using the Harris Benedict equation The intake was given begin with basal energy expenditure and gradually increased to the total energy expenditure Monitoring includes food intake tolerance functional capacity fluid balance anthropometric and laboratory data The nutrition education and counseling was conducted everyday In general all the patients show improvement during monitoring The perioperative periode influenced patients tolerance to food intake and gastrointestinal status Nutrition therapy in surgical patient should be done individually as part of integrated therapy in surgical treatment The nutritional support was done in pre intra and post surgery to provide adekuat nutrient to blunt metabolic changes in this patients Each period of perioperative nutrition support have different function and procedure Good nutritional support in surgical patients specially with malnutrition will improved outcome of the surgery and eventually improved quality of life."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nany Budiman
"[Pendahuluan: Acute decompensated heart failure (ADHF) adalah penyebab
utama rawat inap di RS karena morbiditas dan mortalitasnya yang tinggi.
Perubahan metabolisme, pengaruh kongesti sistemik pada gastrointestinal, dan
efek samping terapi medikamentosa ADHF menyebabkan pasien ADHF rentan
mengalami malnutrisi. Perbedaan faktor risiko ADHF juga mempengaruhi tata
laksana nutrisi. Tata laksana nutrisi yang adekuat sesuai dengan faktor risiko dan
kondisi klinis dibutuhkan untuk mencegah malnutrisi, menurunkan morbiditas dan
mortalitas.
Presentasi Kasus: Pasien dalam serial kasus ini adalah dua perempuan dan dua
laki-laki berusia 32–62 tahun dengan ADHF dan berbagai faktor risiko. Pasien
pertama dengan diabetes melitus tipe 2, pasien kedua dengan dilated
cardiomyopathy, pasien ketiga dengan hipertensi, sedangkan pasien keempat
dengan stenosis aorta. Target kebutuhan energi keempat pasien adalah sebesar
130–140% kebutuhan energi basal yang dihitung dengan Harris-Benedict. Target
pemberian protein sebesar 0,8–1,4 g/kg BB/hari, kebutuhan lemak 25% dari
energi total dengan komposisi lemak sesuai therapeutic lifestyle changes.
Kebutuhan natrium 2400 mg/hari dengan restriksi cairan rata-rata sebesar 1500
mL/hari. Pemberian mikronutrien dan nutrien spesifik berupa vitamin B
kompleks, C, B12, asam folat, seng, dan omega 3 disesuaikan dengan kondisi
pasien.
Hasil: Pada keempat pasien didapatkan perbaikan kondisi klinis dan kapasitas
fungsional.
Kesimpulan: Tata laksana nutrisi yang adekuat pada pasien ADHF sesuai dengan faktor risiko dan kondisi klinis dibutuhkan untuk perbaikan outcome, menurunkan morbiditas dan mortalitas., Background: Acute decompensated heart failure (ADHF) is a leading cause for
hospitalization due to its high morbidity and mortality. Metabolic changes,
congestion effects on gastrointestinal, and side effects of therapy result in
increased risk of malnutrition in ADHF patients. Various risk factors and clinical
status also have great impact on nutritional management. An adequate nutritional
management based on risk factor and clinical status is required to prevent
malnutrition, reduce morbidity and mortality.
Case Presentation: Two female and two male patients were included in this case
series, aged 31–60 years old, and diagnosed as ADHF with various risk factors.
The risk factor of ADHF for first patient was diabetes mellitus type 2, the second
patient was dilated cardiomyopathy, the third patient was hypertension, and the
fourth patient was aortic stenosis. Total energy requirement was 130–140% of
estimated basal energy requirement. Target of protein was 0.8–1.4 g/kg BW/day.
Fat requirement was 25% of total energy with composition based on therapeutic
lifestyle changes. Sodium intake was 2400 mg/day with fluid restriction averaged
to 1500 mL/day. Micronutrient and specific nutrient supplementation such as
vitamin B complex, C, B12, folic acid, zinc, and omega 3 were provided to
patients based on clinical status.
Result: There was improvement of clinical status and functional capacity in all
patients.
Conclusion: An adequate nutritional management in ADHF patients based on risk factor and clinical status leads to better outcome and reduction of morbidity and mortality. ]"
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
SP-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Jovita Amelia
"Latar Belakang: Karsinoma pankreas umumnya merupakan adenokarsinoma duktus dari pankreas, karena lebih dari 90% tumor pankreas berasal dari epitel duktus dan memiliki angka mortalitas tinggi. Adenokarsinoma pankreas menyebabkan berbagai gejala akibat obstruksi duktus biliaris dan duktus pankreatikus serta hipermetabolisme terkait perubahan metabolik pada kanker. Tindakan kuratif meliputi pembedahan menyebabkan perubahan anatomi fisiologik saluran cerna dan dapat menimbulkan berbagai komplikasi gastrointestinal yang menyebabkan malnutrisi pada pasien. Perubahan metabolik, gejala penyakit, dan tatalaksana adenokarsinoma pankreas dapat menyebabkan malnutrisi dan kaheksia kanker. Terapi nutrisi perioperatif yang adekuat akan menghasilkan outome bedah yang baik, menurunkan morbiditas dan mortalitas pascabedah, dan meningkatkan kualitas hidup pasien.
Metode: Laporan serial kasus ini menguraikan empat kasus adenokarsinoma pankreas, yaitu dua kasus adenokarsinoma papila Vateri, satu kasus adenokarsinoma papila Vateri yang sudah infiltrasi ke duodenum, dan satu kasus adenokarsinoma pankreas dari kaput sampai kauda. Keempat pasien serial kasus tergolong kaheksia kanker. Pembedahan pada keempat kasus disesuaikan dengan lokasi dan metastasis kanker. Terapi nutrisi pada serial kasus ini dilakukan sesuai dengan pedoman terapi nutrisi perioperatif. Seluruh pasien mendapat terapi nutrisi mulai dari masa prabedah hingga pascabedah dengan pemberian energi dan makronutrien ditingkatkan bertahap sesuai dengan kondisi klinis dan toleransi pasien. Suplementasi mikronutrien juga diberikan kepada keempat pasien. Pemantauan pasien meliputi keluhan subjektif, hemodinamik, analisis dan toleransi asupan, pemeriksaan laboratorium, antropometri, keseimbangan cairan, dan kapasitas fungsional.
Hasil: Selama pemantauan di RS, keempat pasien menunjukkan perbaikan klinis, peningkatan toleransi asupan, outcome bedah yang baik, serta perbaikan kapasitas fungsional dan hasil laboratorium.
Kesimpulan: Terapi nutrisi perioperatif pada keempat pasien berperan penting dalam menunjang perbaikan klinis, dan outcome bedah, serta mendukung terapi pada kasus kanker pankreas.

Background: Pancreatic cancer usually refers to ductal adenocarcinomas of the pancreas, since more than 90% of the tumors are ductal epithelium origin and have high mortality rate. Pancreatic adenocarcinoma causes various symptoms resulted from ductal biliary and pancreatic ducts obstruction, along with hypermetabolism related to metabolic alteration in cancer. Curative management involves surgery will make changes in gastrointestinal anatomy and physiology, and cause various gastrointestinal complication that will lead to malnutrition. Metabolic changes, symptoms of the disease and pancreatic adenocarcinoma therapy will cause malnutrition and cancer cachexia. Adequate perioperative nutrition will have good surgery outcome, reduce postoperative morbidity and mortality and increase patients quality of life.
Methods: This serial case report described four cases of pancreatic adenocarcinoma consist of two cases with adenocarcinoma of the papilla of Vater, one case with adenocarcinoma of the papilla of Vater with duodenum infiltration, and one case with pancreatic adenocarcinoma from head to tail. All patients classified as cancer cachexia. Surgery was carried out corresponds to cancer location and metastasis. Nutrition therapy in this serial case report was conducted in accordance to perioperative nutrition therapy guideline. All patients received nutrition support from preoperative to postoperative with gradual increased of energy and macronutrient adjusted to the clinical condition and food tolerance of the patients. Micronutrients supplementation was given to all patients. Monitoring included patients complaints, hemodynamic, food analysis and intake tolerance, laboratory results, anthropometry, fluid balance and functional capacity.
Results: During monitoring in the hospital, all patients showed improve clinical outcomes, increased food intake tolerance, good surgery outcomes, and improved functional capacity, and laboratory results.
Conclusion: Perioperative nutrition therapy in all patients play an important role in supporting clinical outcome improvement, surgery outcomes, and therapy in pancreatic cancer.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nani Utami Dewi
"Latar Belakang: Stroke iskemia merupakan disfungsi neurologik area tertentu atau menyeluruh akibat gangguan aliran darah ke otak yang dapat menyebabkan kerusakan jaringan. Berbagai faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi dan dapat dimodifikasi seperti usia, jenis kelamin, riwayat keluarga, hipertensi, diabetes melitus, obesitas berperan menyebabkan pembentukan aterosklerosis, iskemia serebral selanjutnya menyebabkan stroke iskemia. Stroke iskemia dan sejumlah penyulit akan menimbulkan defisit neurologi yang menyebabkan malnutrisi, dehidrasi, keluaran yang buruk dan kualitas hidup menurun. Terapi medik gizi klinis berperan memberi nutrisi optimal, membatasai natrium, mengontrol glukosa darah dan memperhatikan volume cairan yang diberikan sehingga status nutrisi tetap terjaga, memperbaiki keluaran, dan mencegah rekurensi.
Metode: Serial kasus ini memaparkan empat kasus stroke iskemia pada pasien perempuan dan laki-laki dengan rentang usia 53 ndash;66 tahun, dengan penyulit seperti disfagia, perdarahan GIT dan pneumonia, disertai komorbiditas yaitu DM tipe 2, hipertensi, dan chronic kidney disease,. Keempat pasien membutuhkan dukungan nutrisi akibat komplikasi stroke iskemia yaitu disfagia dengan risiko terjadinya malnutrisi, dehidrasi dan ketidakseimbangan elektrolit. Satu pasien dengan berat badan normal, 1 pasien BB lebih, dan 2 pasien obes I. Masalah nutrisi yang dihadapi keempat pasien ini adalah asupan makro dan mikronutrien yang tidak optimal, jalur pemberian nutrisi, kebutuhan nutrisi yang tidak terpenuhi selama sakit, anemia, hiperglikemia, dislipidemia, gangguan fungsi ginjal dan keseimbangan cairan. Terapi medik gizi klinik diberikan sesuai rekomendasi stroke iskemia dan disesuaikan dengan komorbidnya. Pemantauan pasien meliputi keadaan umum, hemodinamik, analisis dan toleransi asupan, monitoring terhadap kadar glukosa darah, fungsi ginjal, keseimbangan cairan, elektrolit dan kapasitas fungsional.
Hasil :Ketiga pasien pada serial kasus menunjukkan perbaikan klinis, berupa tekanan darah terkontrol, kadar glukosa darah terkontrol, dan kapasitas fungsional yang membaik. Satu pasien meninggal pada hari perawatan ke-35 akibat sepsis.
Kesimpulan:Terapi medik gizi klinik yang optimal dapat memperbaiki kondisi klinis pada pasien stroke iskemia dengan DM tipe 2 dan penyulitnya.

Background: Ischemic stroke is a partial or comprehensive neurological disfunction caused by cerebral blood flow disturbance as basis of tissue damages. A diversity of non modified and modified risk factors such as age, sex, family history, hypertension, diabetes mellitus, and obesity act as underlying causes to atherosclerosis, ischemia cerebral, that lead to ischemic stroke. Ischemic stroke with accompanying comorbidity will inflict neurological deficit causing malnutrition, dehydration, bad outcome and the diminution quality of life. The role of nutritional medical therapy is pivotal for optimal nutritional support, sodium intake restriction, and glycemic control with the goal to maintain nutrition status, improve outcome and prevent recurrence.
Methods: The case series describes four ischemic stroke cases with complications such as dysphagia, gastrointestinal bleeding, and pneumonia, and aggravated by DM type II, hypertension, and chronic kidney disease comorbidity, in males and females aged 53 ndash 66 years old. Due to risk of malnutrition, dehydration and electrolyte imbalance caused by dysphagia, nutrition support was required by all patients to treat this ischemic stroke complication. One patient was normoweight, while three other cases included one overweight and two obese I patients. The nutritional problems faced by these four patients laid on the non optimal macro and micro nutrient intake, route of nutrient intake, nutrition composition imbalance during ill period, anaemia, hyperglycaemia, dyslipidemia, decrease of renal function, and fluid imbalance. Nutritional medical therapy was given according to recommendations for ischemic stroke and adjusted with its comorbidity. Patients rsquo monitoring was done including their general condition, hemodynamic, intake analysis and tolerance, monitoring in blood glucose, kidney function, fluid balance, electrolyte and functional capacity.
Result: Three patients in the case series showed positive changes in clinical conditions, shown by improvement in blood pressure, blood glucose, and functional capacity. One patient died on the 35th treatment day due of sepsis.
Conclusion: Optimal nutritional medical therapy plays important role in improving clinical conditions of ischemic stroke patient with DM type 2 and other complications.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Wahyu Ika Wardhani
"Latar Belakang: Malnutrisi pada kanker pada kanker ginekologis dilaporkan terjadi pada sekitar 20-26 kasus. Terapi radiasi pelvis merupakan pilihan terapi pada kanker serviks lanjut dan seringkali menyebabkan komplikasi pada saluran gastrointestinal berupa enteritis akut.
Metode: Pasien pada serial kasus ini berusia antara 50 ndash;66 tahun dengan stadium yang berbeda. Seluruh pasien menjalani terapi radiasi definitif, satu pasien terapi radiasi ajuvan pasca histerektomi. Keempat pasien mengalami enteritis akut saat menjalani terapi radiasi. Pasien memiliki hasil skrining MST > 2. Pemantauan dilakukan meliputi keluhan subjektif, kondisi klinis, tanda vital, pemeriksaan laboratorium, antropometri, komposisi tubuh, kapasitas fungsional dan analisis asupan 24 jam.
Hasil: Dari hasil pemantauan didapatkan bahwa dengan terapi nutrisi yang diberikan dapat meningkatkan asupan dan mempertahankan berat badan pada tiga dari empat pasien. Satu pasien dengan komorbiditas diabetes melitus mengalami penurunan berat badan yang minimal. Kapasitas fungsional keempat pasien tidak mengalami penurunan.
Kesimpulan: Pemberian nutrisi seimbang, tinggi kalori, tinggi protein, dapat mempertahankan status nutrisi pada pasien kanker serviks yang menjalani terapi radiasi dengan komplikasi enteritis akut.

Objective: Malnutrition in cervical cancer was about 20 ndash 26 cases. Pelvis radiotherapy was treatment of choices for cervical cancer, often being complicated by acute enteritis.
Methods: Patients age in this case series were between 50 ndash 66 years old with a different stage of cervical cancer. All patients underwent radiotherapy, with one patients had an adjuvant radiotherapy after histerectomy. All patients had a scrining score of MST 2. Monitoring included subjective complaints, clinical conditions, vital signs, laboratory results, anthropometric measures, body composition analysis, and 24 hours records of intake analysis.
Results: From monitoring, results for all patients that nutritional therapy could increase intakes, maintain body weights, and improve skeletal mass presentation for three of four patients. One pastient with diabetes comorbidity had a minimal weight and skeletal mass loss. Functional capacity of all patients did not decline.
Conclusion: Nutritional balance diet with high calories, high protein could preserve nutritional status in cervical cancer patients during radiotherapy complicated by acute enteritis.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Carolina Paolin Kanaga
"Latar Belakang: Gagal jantung kongestif merupakan penyakit tahap akhir yang disebabkan oleh multifaktor. Pada gagal jantung kongestif terjadi perubahan metabolisme dan perubahan neurohormonal, yang dapat menyebabkan asupan tidak adekuat. Selain itu, akibat obat-obatan yang sering digunakan, terjadi gangguan elektrolit. Terapi nutrisi sejak dini, dapat mendukung proses penyembuhan pasien dan mencegah terjadinya malnutrisi.
Kasus: Dalam serial kasus ini terdapat empat kasus pasien gagal jantung kongestif dengan berbagai faktor risiko, diantaranya obesitas, diabetes melitus, hipertensi, dan acute on chronic kidney disease. Pada awal pemeriksaan didapatkan asupan pasien yang kurang dari kebutuhan, kadar glukosa darah yang tidak terkontrol, gangguan elektrolit dan penurunan kapasitas fungsional. Terapi nutrisi diberikan sesuai dengan klinis, hasil laboratorium, dan asupan terakhir masing-masing pasien.
Hasil: Tiga pasien mencapai kebutuhan energi total dan satu pasien mencapai 85 kebutuhan energi total, kadar glukosa darah terkontrol, terdapat perbaikan kapasitas fungsional pada semua pasien.
Kesimpulan: Terapi nutrisi yang adekuat dan sesuai dengan kondisi pasien gagal jantung dapat mendukung perbaikan klinis pasien, perbaikan kadar glukosa darah, perbaikan kapasitas fungsional, sehingga dapat mempercepat lama rawat di rumah sakit dan mencegah terjadinya malnutrisi.

Background: Congestive heart failure is an end stage disease caused by a multifactor. In congestive heart failure changes in metabolism and neurohormonal changes, which can cause inadequate intake. In addition, due to frequently used drugs, electrolyte disorders occur. Early nutrition therapy, can support the process of healing the patient and prevent the occurrence of malnutrition.
Case: In this case series there are four cases of patients with congestive heart failure with various risk factors, including obesity, diabetes mellitus, hypertension, and acute on chronic kidney disease. At the beginning of the examination was obtained less patient intake of the need, uncontrolled blood glucose levels, electrolyte disorders and decreased functional capacity. Nutritional therapy is given in accordance with clinical, laboratory outcomes, and the patient's final intake.
Result: Three patients achieved total energy requirements and one patient achieved 85 of total energy requirements, controlled blood glucose levels, and improved functional capacity in all patients.
Conclusion: Adequate nutritional therapy appropriate to the condition of patients with heart failure can support patient clinical improvement, improvement of blood glucose levels, functional capacity improvement, so as to accelerate hospital stay and prevent malnutrition.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Liliana
"ABSTRAK
Latar Belakang: Malnutrisi terjadi pada 80 karsinoma gaster. Pasien kanker yang menjalani pembedahan memerlukan dukungan nutrisi perioperatif dengan tujuan meningkatkan status gizi, mengurangi sensitivitas insulin dan menurunkan proses katabolisme. Metode: Pasien serial kasus adalah perempuan dengan rentang usia 28-74 tahun dengan diagnosis karsinoma gaster stadium lanjut. Terapi medik gizi prabedah diberikan dalam bentuk nutrisi oral dan enteral untuk mendukung kecukupan status gizi. Enam jam menjelang pembedahan, tiga pasien mendapatkan nutrisi parenteral formula glukosa asam amino dengan kandungan 15 g protein dan 37,5 g asam amino, sedangkan satu pasien dengan penyakit penyerta diabetes melitus tipe 2 mendapatkan nutrisi berupa cairan glukosa 50 g. Hasil: Pasien diberikan nutrisi enteral dini 2-30 jam pascabedah gastrektomi disertai dengan dukungan nutrisi parenteral. Hanya satu pasien mengalami kenaikan glukosa darah pascabedah hari pertama, namun glukosa darah terkontrol dengan pemberian insulin. Klinis dan penyembuhan luka pascabedah baik, pasien mendapatkan nutrisi oral pada 3 ndash; 7 hari pascabedah. Kesimpulan: Terapi medik gizi perioperatif pada karsinoma gaster memberikan hasil yang baik pada outcome bedah.

ABSTRACT<>br>
Objective Almost 80 gastric carcinoma patients was malnourished. Perioperative nutrition aims to support nutrition status, reduce insulin resistance and lower hypercatabolic state. Methods Four patients in this case series were female, age ranged 28-74 years with end stage gastric carcinoma. Preoperative nutrition was given by oral and enteral to support nutrition status. Six hours prior to surgery, patients were given preoperative nutrition glucose amino acid formula in three patients and dextrose formula in one patient. Glucose amino acid formula contains 15 g protein and 37,5 g amino acid, while dextrose formula contains 50 g glucose. Results All of patients have early enteral nutrition within 2 ndash 30 hours postoperative. Only one patient have risen blood glucose level, but had been controlled by administer insulin. Postoperative wound healing were good, the patients have oral nutrition within 3 ndash 7 days postoperative. Conclusion Perioperative nutrition supports good clinical outcomes in gastric carcinoma patients."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Imelda Wiradarma
"ABSTRAK
Latar Belakang: Status nutrisi seringkali berhubungan dengan infeksi tuberkulosis TB. TB aktif menyebabkan kehilangan berat badan dan berat badan kurang merupakan faktor risiko infeksi TB, baik melalui reaktivasi TB laten maupun penyakit primer yang progresif menjadi TB ekstrapulmonar TBEP. Defisiensi makro dan mikronutrien pada pasien malnutrisi akan mempengaruhi sistem cell-mediated immunity CMI. Selain itu infeksi TB juga meningkatkan kebutuhan energi, penurunan asupan makanan, penurunan berat badan, dan malabsorpsi makro dan mikronutrien sehingga terjadi wasting. Terapi medik gizi pada pasien TB paru dengan komplikasi TBEP dan malnutrisi bertujuan untuk memperbaiki parameter ststus nutrisi, mempertahankan imbang nitrogen dan mencegah proses wasting lebih lanjut. Metode: Pasien pada laporan serial kasus ini berusia antara 8 ndash;28 tahun menderita TB paru dengan komplikasi lesi TBEP yang berbeda-beda, yaitu: 1 limfadenitis TB, skrofuloderma, dan efusi pleura, 2 spondilitis TB, 3 TB intestinal pasca laparotomi dengan fistula enterokutan, serta 4 meningoensefalitis TB dan TB milier. Status gizi keempat pasien adalah 2 pasien malnutrisi berat dan 2 pasien malnutrisi ringan, dengan hasil skrining skor >2. Terapi medik gizi yang diberikan disesuaikan dengan kondisi klinis dan kelainan yang terdapat pada pasien. Keempat pasien diberikan suplementasi mikronutrien. Pemantauan yang dilakukan meliputi keluhan subjektif, tanda vital, analisis dan toleransi asupan, pemeriksaan laboratorium, kapasitas fungsional, serta pada pasien TB intestinal dilakukan pemantauan produksi fistel serta perubahan berat badan. Hasil: Tiga pasien mengalami perbaikan kondisi klinis, asupan makanan dan kapasitas fungsional, satu pasien perburukan dan meninggal. Kesimpulan: Terapi medik gizi yang adekuat pada pasien TB dengan TBEP dan malnutrisi dapat mempercepat pemulihan dan memperbaiki status nutrisi.Kata kunci: Malnutrisi, terapi medik gizi, tuberkulosis ekstrapulmonar, suplementasi mikronutrien, keluaran klinis.

ABSTRACT<>br>
Objective Nutritional status and tuberculosis TB infections are frequently related. Active TB leads to weight loss and undernutrition is a risk factor for TB infection, either through the reactivation of latent TB or progressive primary disease into extrapulmonary TB EPTB. Macro and micronutrient deficiencies in malnourished patients will affect the cell mediated immunity CMI system. TB infection also increases energy demand, decreased food intake, induced weight loss, and macro and micronutrient malabsorption resulting in wasting. The aims of nutritional medical therapy in pulmonary tuberculosis patients complicated by EPTB and malnutrition are to improve the parameters of nutritional status, maintain nitrogen balance and prevent further wasting. Methods Patients age on this case series report between 8 and 28 years old, have pulmonary tuberculosis with complications of different EPTB lesions 1 TB lymphadenitis, scrofuloderma, and pleural effusion, 2 spondylitis TB, 3 post laparotomy intestinal TB with enterocutaneous fistula, and 4 TB meningoencephalitis and miliary TB. The nutritional status of all patients was 2 patient had severe malnutrition and 2 patients had mild malnutrition. All patient had screening score 2. Nutritional therapy which was given to all patients, was adjusted to the clinical conditions and abnormalities suffered by the patient. All patients received micronutrient supplementation. Monitoring included subjective complaints, vital signs, analysis and intake tolerance, laboratory examination, functional capacity, and in one patient with intestinal TB, fistel production and weight changes. Results Three patients showed improved clinical conditions, dietary intake and functional capacity, one patient suffered deteriorated and died. Conclusion Adequate medical nutrition therapy in malnourished and EPTB patients can improve recovery and improve nutritional status.Keywords Malnutrition, medical nutrition therapy, extrapulmonary tuberculosis, micronutrient supplementation, clinical outcome."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>