Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 21 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fidya Najla Arisabmika
"Keberadaan bakteri Enterococci dan Vancomycin Resistance Enterococci (VRE) di air sungai dapat menyebabkan infeksi apabila terpapar pada manusia. Penelitian ini memiliki tujuan untuk menganalisis konsentrasi bakteri Total Enterococci di Sungai Ciliwung dan menganalisis kosentrasi Vancomycin Resistance Enterococci (VRE) dan rasionya terhadap Total Enterococci (TE) dari hasil uji konfimasi dengan Antimicrobial Susceptibility Test (AST) menggunakan metode disk diffusion di Sungai Ciliwung. Hasil penelitian menunjukkan rata – rata TE sebesar 129,67 CFU/100 mL dan 153,33 CFU/100 mL untuk intake IPA Kedung Halang dan intake IPA Legong. Hasil konsentrasi VRE terkonfirmasi dengan menggunakan metode AST menunjukkan presumptive VRE yang hasilnya tidak semua resistant. Konsentrasi VRE terkonfirmasi diperoleh dari hasil konsentrasi rata – rata VRE di intake IPA Kedung Halang sebesar 1,111 × 103 CFU/100 mL dan intake IPA Legong sebesar 0 CFU/100 mL. Rasio VRE yang menunjukkan intake IPA Kedung Halang (27,10%) lebih besar dibandingkan dengan intake IPA Legong (0%).

The presence of Enterococci bacteria that live in the gastrointestinal (GI) tract. Enterococci bacteria can cause various infections, one example is urinary tract infection (UTI). This study has the aim of analyzing the concentration of Total Enterococci bacteria in the Ciliwung River and analyzing the concentration of Vancomycin Resistance Enterococci (VRE) and its ratio to Total Enterococci from the results of the confrimation test with the Antimicrobial Susceptibility Test (AST) using the disk diffusion method in the Ciliwung River. The method used in this study is for the concentration of total Enterococci using the membrane filtration method and the test results confirmed VRE with the Antimicrobial Susceptibility Test (AST) using the disk diffusion method. The results of the research that has been done show the average TE is Kedung Halang IPA intake 129.67 CFU/100 mL and Legong IPA intake 153.33 CFU/100 mL. The results of confirmed presumptive VRE using the AST method show presumptive VRE whose results are not all resistant. The confirmed VRE ratio was obtained from the results of the average VRE concentration at Kedung Halang IPA intake of 1.111 × 103 CFU/100 mL and Legong IPA intake of 0 CFU/100 mL. VRE ratio that shows Kedung Halang IPA intake (27.10%) greater than the Legong IPA intake (0%).
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anastasia Wahyu Untari
"Konsumsi rumah tangga memberikan kontribusi sebesar 72% terhadap emisi GRK global sehingga diperlukan upaya pengendalian, salah satunya melalui studi jejak karbon rumah tangga. Penelitian yang dilakukan di Kecamatan Kelapa Gading ini bertujuan untuk menghitung rata-rata jejak karbon rumah tangga di Kecamatan Kelapa Gading, mengidentifikasi aktivitas dan faktor yang mempengaruhi jejak karbon rumah tangga tersebut, serta memberikan rekomendasi pengendalian jejak karbon rumah tangga. Perhitungan dilakukan dengan menggunakan kalkulator Carbon Footprint Ltd. yang memperhitungkan aktivitas konsumsi energi, transportasi, serta konsumsi barang dan jasa. Pengumpulan data dilakukan secara random-purposive sampling menggunakan kuesioner dimana data kemudian dianalisis secara statistik deskriptif dan regresi linear berganda. Penelitian dilakukan selama masa pandemi COVID-9 dengan pemberlakuan kebijakan PPKM tingkat 3. Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh rata-rata jejak karbon rumah tangga di Kecamatan Kelapa Gading sebesar 1,77 MT CO2e per rumah tangga per bulan dengan dominasi oleh sektor energi (0,71 MT CO2e per rumah tangga per bulan) diikuti oleh sektor konsumsi barang dan jasa (0,66 MT CO2e per rumah tangga per bulan) serta transportasi (0,4 MT CO2e per rumah tangga per bulan). Jejak karbon rumah tangga tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain penghasilan keluarga (r = 0,54 ; Sig = 3,45 x 10-9), ukuran keluarga (r = 0,31 ; Sig = 0,02), dan pola makan (r = 0,37 ; Sig = 0,01). Penghasilan keluarga menunjukkan korelasi yang sedang (r = 0,54) terhadap jejak karbon rumah tangga sementara ukuran keluarga (r = 0,31) dan pola makan (r = 0,37) menunjukkan korelasi yang rendah terhadap jejak karbon rumah tangga. Beberapa rekomendasi pengendalian jejak karbon rumah tangga yang ditawarkan antara lain pembuatan kebijakan konsumsi energi, optimasi penggunaan sumber energi terbarukan, konsumsi ekoefisien, serta perubahan gaya hidup rumah tangga yang intensif karbon.

Household consumption contributes 72% to global GHG emissions. Thus, control efforts are needed, one of which is through a household carbon footprint study. This research, which was conducted in Kelapa Gading District, aims to calculate the average household carbon footprint in Kelapa Gading District, identify activities and factors that affect the household's carbon footprint, and provide recommendations for controlling the household carbon footprint. Calculations were made using a calculator from Carbon Footprint Ltd. which takes into account the energy consumption, transportation, and consumption of goods and services activities. Data was collected using a random-purposively using questionnaire where the data were then analyzed using descriptive statistics and multiple linear regression. The study was conducted during the COVID-9 pandemic with the implementation of the PPKM level 3 policy. Based on the results of the study, the average household carbon footprint in Kelapa Gading District was 1.77 MT CO2e per household per month with the dominance of the energy sector (0 ,71 MT CO2e per household per month) followed by the consumption of goods and services sector (0.66 MT CO2e per household per month) and transportation (0.4 MT CO2e per household per month). The household's carbon footprint was influenced by several factors, including household income (r = 0.54 ; Sig = 3.45 x 10-9), household size (r = 0.31 ; Sig = 0.02), and diet (r = 0.37 ; Sig = 0.01). Household income showed a moderate correlation (r = 0,54) to the household carbon footprint while household size (r = 0,31) and diet (r = 0,37) showed a low correlation to the household carbon footprint. Several recommendations for controlling household carbon footprints were offered, including making energy consumption policies, optimizing the use of renewable energy sources, eco-efficient consumption, and changing carbon-intensive household lifestyles."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farizan Radhiyya Yahya
"Tingginya permintaan pengujian kualitas air permukaan di laboratorium komersil menyebabkan adanya antrian. Dengan adanya antrian, maka sampel yang diserahkan memiliki kemungkinan tidak langsung diuji sehingga sampel akan mengalami fase yang dinamakan fase waktu tunggu. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perubahan nilai konsentrasi nitrogen selama rentang waktu tunggu. Selain itu, penelitian ini bertujuan menentukan laju perubahan selama proses nitrifikasi berdasarkan nilai perubahan konsentrasi yang terjadi. Kemudian penelitian ini bertujuan untuk memperkirakan nilai konsentrasi awal dari setiap parameter yang ada di dalam proses nitrifikasi. Adapun metode yang digunakan untuk mengetahui perubahan nilai konsentrasi nitrogen selama waktu tunggu adalah dengan melakukan pengujian laboratorium berdasarkan HACH. Sedangkan penentuan laju perubahan yang terjadi dilakukan dengan menggunakan metode Solver. Analisis perkiraan nilai konsentrasi awal dilakukan dengan pemodelan yang menggunakan solusi persamaan ODE Linear faktor pengintegrasian. Hasil pengujian laboratorium menunjukan adanya perubahan nilai konsentrasi amonia, nitrit, dan nitrat dari sampel yang didiamkan selama rentang waktu 14 hari dengan kondisi tanpa diawetkan dan dengan diawetkan. Rentang persentase perubahan nilai konsentrasi yang terjadi adalah sebesar 0,4% - 100% untuk amonia, 7% - 300% untuk nitrit, dan 18,2% - 960% untuk nitrat. Nilai laju perubahan amonia secara berurutan adalah 0,74/hari dan 0,4/hari untuk sampel tanpa pengawetan dan dengan pengawetan sedangkan nitrit adalah sebesar 0,05/hari dan 0,08/hari. Nilai error terkecil ada pada hari kedua untuk meperkirakan konsentrasi awal. Nilai konsentrasi amonia, nitrit, dan nitrat dengan kondisi tanpa pengawetan dan dengan pengawetan secara berurutan dengan menggunakan hari kedua sebagai waktu acuan adalah 17,29 dan 13,17 mg/L, 2,84 dan 15,26 mg/L, 0,93 dan 1,46 mg/L

The high demand for surface water quality testing in commercial laboratories causes queues. With the existence of a queue, the samples submitted have the possibility of not being directly tested so that the sample will experience a phase called the holding time phase. This study aims to analyze changes in the value of nitrogen concentrations during the waiting period. In addition, this study tries to determine the level of change during the nitrification process based on the value of the changes in concentration that occur. Then this study aims to develop the concentration of the initial value of each parameter in the nitrification process. The method used to determine changes in the value of nitrogen concentration during the holding time is by conducting laboratory tests based on HACH. While the rate of change that occurs is done using the Solver method. Analysis of the estimated value of the initial concentration was carried out by modeling using the solution of the Linear integrating factor ODE equation. The results of laboratory tests showed that there was a change in the concentration values of ammonia, nitrite, and nitrate from the samples which were left for a period of 14 days with unpreserved and preserved conditions. The proportion of change in concentration value that occured is 0,4% - 100% for ammonia, 7% - 300% for nitrite, and 18,2% - 960% for nitrate. The value of the rate of change of ammonia respectively is 0,74/day and 0,4/day for samples without preservation and with preservation while for nitrite is 0,05/day and 0.08/day. Most of the smallest error value exist on the second day to estimate the initial concentration. The concentration values of ammonia, nitrite and nitrate under the condition of unpreserved and preserved respectively using the second day as a time reference were 17,29 and 13,17 mg/L, 2,84 and 15,26 mg/L, 0,93 and 1,46 mg/L."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rifky Arif Yuliantono
"Pertumbuhan penduduk Kota Depok menyebabkan meningkatnya kebutuhan air minum yang harus diolah oleh PDAM Kota Depok. Instalasi Pengolahan Air (IPA) Legong merupakan salah satu instalasi yang beroperasi di Kota Depok dengan kapasitas eksisting 1400 l/s. IPA tipe Konvensional memiliki kapasitas awal 300 l/s mengalami uprating hingga 1000 l/s untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Namun kualitas air baku yang diolah mengalami fluktuasi. Untuk mengolah air baku tersebut, IPA Legong menggunakan desinfektan klorin yang memungkinkan pembentukan Disinfection By-Products (DBP) berupa asam haloasetat (HAA) dan total trihalometana (TTHM). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kualitas air baku dan produksi serta menganalisis pembentukan DBP menggunakan software Watpro. Parameter yang akan dianalisis kualitasnya adalah TOC, UV 254, kekeruhan, kesadahan, alkalinitas dan amonia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat parameter air baku yaitu amonia yang tidak memenuhi baku mutu Peraturan Pemerintah No.2 Tahun 2021 yakni melebihi 0,1 mg/l. Sementara itu kualitas air produksi telah memenuhi baku mutu Permenkes No.2 Tahun 2023. Untuk dapat menentukan parameter yang memiliki pengaruh terbesar pada pembentukan DBP dilakukan analisis sensitivitas pada parameter TOC, pH, UV 254 dan dosis klorin. Berdasarkan analisis tersebut, kondisi maksimum parameter memberikan pengaruh terbesar pada pembentukan TTHM sebesar 8,93 μg/l dan HAA sebesar 74,1 μg/l. Kondisi tersebut meningkatkan risiko terkena kanker berdasarkan penilaian Excess Cancer Risk (ECR) yang melebihi 10-4. Karena hal tersebut, diperlukan optimasi jangka pendek yaitu pengurangan dosis klorin yang digunakan sampai 4 mg/l dan optimasi jangka panjang berupa penggantian jenis desinfektan seperti ozon dan sinar UV sehingga dapat meminimalisir kehadiran DBP.

The population growth of Depok City has led to an increase in the demand for drinking water that must be processed by the Depok City PDAM. Legong Water Treatment Plant (IPA) is one of the installations operating in Depok City with an existing capacity of 1400 l/s. Conventional type IPA has an initial capacity of 300 l/s uprating to 1000 l/s to meet these needs. However, the quality of raw water treated fluctuates. To treat the raw water, Legong IPA uses chlorine disinfectants which allow the formation of Disinfection By-Products (DBP) in the form of haloacetic acid (HAA) and total trihalomethane (TTHM). This study aims to analyze the quality of raw and production water and analyze the formation of DBP using Watpro software. The parameters to be analyzed for quality are TOC, UV 254, turbidity, hardness, alkalinity and ammonia. The results showed that there is a raw water parameter, ammonia, which does not meet the quality standards of Government Regulation No.2 of 2021, which exceeds 0.1 mg/l. Meanwhile, the quality of production water has met the quality standards of Permenkes No.2 of 2023. To be able to determine the parameters that have the greatest influence on the formation of DBP, a sensitivity analysis was carried out on the parameters TOC, pH, UV 254 and chlorine dose. Based on this analysis, the maximum condition of the parameters has the greatest influence on the formation of TTHM of 8.93 μg/l and HAA of 74.1 μg/l. These conditions increase the risk of developing cancer based on the Excess Cancer Risk (ECR) assessment which exceeds 10-4. Because of this, short-term optimization is needed, namely reducing the dose of chlorine used to 4 mg/l and long-term optimization in the form of replacing disinfectant types such as ozone and UV light so as to minimize the presence of DBP."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ma’alim Fithoriq Aqwam
"Peningkatan jumlah penduduk memberikan dampak terhadap lingkungan, salah satu contoh yaitu menurunnya kualitas air akibat aktivitas penduduk yang dilakukan di wilayah tersebut. Oleh karena itu, diperlukan monitoring kualitas air sebagai upaya penjagaan lingkungan yang dapat dilakukan dengan cara pengujian kualitas air. Namun, diperlukan adanya waktu tunggu dalam menguji sampel sehingga konsentrasi pencemar yang dihasilkan tidak akurat. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dinamika perubahan konsentrasi, menganalisis laju perubahan yang terjadi terhadap konsentrasi total coliform dan fecal coliform akibat adanya waktu tunggu, serta menyimulasikan proses perubahan konsentrasi untuk memprediksi konsentrasi awal. Simulasi dilakukan berbasis prinsip kesetimbangan massa yang diolah dengan menggunakan persamaan ODE Linear dengan metode separable equation. Model dibangun menggunakan data hasil uji laboratorium, dimana sampel yang digunakan adalah sampel air Danau Mahoni. Hasil uji laboratorium menunjukkan bahwa terdapat adanya perubahan nilai konsentrasi walaupun masih dalam rentang waktu tunggu maksimum pengujian sampel. Nilai laju degradasi (k) untuk total coliform dari sampel tanpa pengawetan dan dengan pengawetan memiliki rata-rata sebesar 2,64 dan 2,05. Sedangkan nilai k untuk fecal coliform dari sampel tanpa pengawetan dan dengan pengawetan memiliki rata-rata sebesar 2,48 dan 1,53. Kemudian, nilai k tersebut digunakan dalam persamaan perhitungan pemodelan untuk memperkirakan konsentrasi awal. Dari hasil simulasi yang telah dilakukan, dapat dikatakan bahwa pemodelan untuk sampel tanpa pengawetan hanya reliable saat hari ke-0, sedangkan sampel dengan pengawetan dapat digunakan hingga hari ke-2 setelah pengambilan sampel.

An increase in population has an impact on the environment, one example of which is the decrease in water quality due to the activities of residents in the area. Therefore, it is necessary to monitor water quality as an effort to protect the environment which can be done by testing water quality. However, waiting time is required in testing the sample so that the resulting pollutant concentration is not accurate. This study aims to analyze the dynamics of concentration changes, analyze the rate of change that occurs in total coliform and fecal coliform concentrations due to waiting time, and simulate the process of changing concentrations to predict initial concentrations. The simulation is carried out based on the pemisses balance principle, which is processed using the Linear ODE equation with the separable equation method. The model was built using data from laboratory tests, where the sample used was Lake Mahoni water. Laboratory test results showed that there was a change in the concentration value even though it was still within the maximum waiting time range for sample testing. The rate of degradation (k) for total coliform from samples without preservation and with preservation had an average of 2.64 and 2.05. While the k values ​​for fecal coliform from samples without preservation and with preservation had an average of 2.48 and 1.53. Then, that k value is used in modeling calculation equations to estimate the initial concentration. From the simulation results that have been carried out, it can be said that modeling for samples without preservation is only reliable on day 0, while samples with preservation can be used up to day 2 after sampling."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zahra Shabrina Humaira
"Kualitas udara di dalam ruangan perlu diperhatikan karena banyak pekerjaan yang dilakukan di dalam ruangan dan kualitas udara yang buruk akan memicu adanya penyakit dan menurunkan kinerja pekerja. Penelitian dilakukan untuk meningkatkan kualitas udara di dalam ruangan yang ditinjau berdasarkan konsentrasi bakteri dan jamur yang terdapat pada ruang uji coba. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis pengaruh konsentrasi bakteri dan jamur, menganalisis air purifier dan sistem ventilasi terhadap kualitas udara, dan menganalisis korelasi antara konsentrasi bakteri dan jamur dengan suhu ruangan, kelembapan, dan intensitas cahaya di ruang uji coba. Penelitian dilakukan dengan cara mengambil sampel udara dengan metode impaction menggunakan alat EMS E6 Bioaerosol Sampler selama 3 menit di pagi hari dan siang hari pada masing-masing ruang uji coba dengan debit pompa sebesar 28,3 L/menit. Pengambilan sampel pada konsentrasi bakteri dan jamur menggunakan media pertumbuhan Tryptic Soy Agar (TSA) untuk bakteri yang diinkubasi selama 24 jam dan Potato Dextrose Agar (PDA) untuk jamur yang diinkubasi selama 48 jam. Ruang uji coba memiliki jenis ruangan yang berbeda, yaitu ruang rapat, laboratorium, dan mushola. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi bakteri tertinggi yaitu ruang Mushola Dosen sebesar 1943 CFU/m3 dan terendah yaitu ruang tengah lantai 1 sebesar 71 CFU/m3. Konsentrasi jamur tertinggi yaitu ruang Mushola Dosen sebesar 883 CFU/m3 dan terendah yaitu 188 CFU/m3. Parameter pendukung lain yaitu suhu ruangan (24,3–30,5?) sudah memenuhi kriteria yang telah ditetapkan Permenaker Nomor 5 Tahun 2018, terdapat beberapa ruangan yang tidak memenuhi kelembapan (54,6–82,6%) dan intensitas cahaya untuk tiap ruangan (5,3–261 Lux) telah sesuai dengan kriteria masing-masing jenis ruang kerja. Uji korelasi yang dilakukan yaitu Uji Spearman yang menunjukkan bahwa data tidak terdistribusi normal. Terdapat korelasi positif antara pertumbuhan bakteri dengan suhu ruangan dan intensitas cahaya serta jamur dengan kelembapan. Korelasi negatif didapatkan pada pertumbuhan bakteri dengan kelembapan dan jamur dengan intensitas cahaya.

Indoor air quality needs to be taken into consideration because many tasks are performed indoors, and poor air quality can lead to illness and decrease workers' performance. The research was conducted to improve indoor air quality based on the concentration of bacteria and fungi present in the test rooms. The objectives of this study were to analyze the influence of bacteria and fungi concentrations, assess the effectiveness of air purifiers and ventilation systems on air quality, and examine the correlation between bacteria and fungi concentrations with room temperature, humidity, and light intensity in the test rooms. The research was conducted by sampling air using the impaction method with an EMS E6 Bioaerosol Sampler for 3 minutes in the morning and afternoon in each test room, with a pump flow rate of 28.3 L/minute. Bacterial and fungal samples were collected using Tryptic Soy Agar (TSA) growth medium for bacteria, which were incubated for 24 hours, and Potato Dextrose Agar (PDA) for fungi, which were incubated for 48 hours. The test rooms consisted of different types of rooms, including meeting rooms, laboratories, and prayer rooms. The results of the study showed that the highest concentration of bacteria was found in the Lecturers' Prayer Room at 1943 CFU/m3, while the lowest was in the central room on the first floor at 71 CFU/m3. The highest concentration of fungi was found in the Lecturers' Prayer Room at 883 CFU/m3, while the lowest was at 188 CFU/m3. Other supporting parameters such as room temperature (24.3–30.5°C) met the criteria set by the Ministry of Manpower Regulation No. 5 of 2018. However, some rooms did not meet the humidity requirements (54.6–82.6%), and the light intensity in each room (5.3–261 Lux) complied with the respective workspace criteria. The correlation analysis, using Spearman’s test, indicated that the data was not normally distributed. There was a positive correlation between bacterial growth with room temperature and light intensity, and between fungal growth with humidity. Negative correlations were observed between bacterial growth with humidity and fungal growth with light intensity."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adiba Putri Rahmahakim
"Air merupakan sumber daya alam yang sangat penting bagi kehidupan makhluk hidup dan harus selalu terjaga kualitasnya. Pengujian kualitas air perlu dilakukan segera setelah pengumpulan sampel, namun seringkali laboratorium tidak dapat menganalisis sampel air secara langsung dan memungkinkan penyimpanan sampel memerlukan waktu tunggu (holding time). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dinamika perubahan konsentrasi terhadap waktu tunggu, menganalisis laju reaksi penguraian, serta menyimulasikan perubahan konsentrasi BOD dan COD untuk mengetahui konsentrasi awal. Perubahan konsentrasi terhadap waktu tunggu diketahui melalui metode pengujian parameter BOD dan COD yang diambil dari sampel air Danau Mahoni dan diuji di laboratorium pada t(0), t(0,25), t(2), t(5), t(7), dan t(14) dalam satuan hari. Adapun analisis laju reaksi dilakukan perhitungan kesetimbangan massa dan disempurnakan menggunakan ‘Solver’ pada Microsoft Excel. Sedangkan simulasi perubahan konsentrasi BOD dan COD untuk mengetahui konsentrasi awal dilakukan dengan perhitungan solusi persamaan diferensial dari model yang telah dibuat. Berdasarkan analisis, diperoleh bahwa perubahan konsentrasi parameter BOD dan COD terhadap holding time cenderung menurun pada semua sampel. Konsentrasi BOD secara keseluruhan mengalami penurunan signifikan konsentrasi BOD yang terjadi setelah pengukuran t(2). Konsentrasi COD sampel dengan pengawetan mengalami penurunan signifikan pada pengukuran t(2). Sedangkan konsentrasi COD sampel tanpa pengawetan menurun signifikan setelah waktu pengukuran t(2) dan t(7). Nilai KD BOD dengan pengawetan 1 dan 2 berturut-turut adalah 0,064/hari dan 0,059/hari. Sementara itu, KD BOD pada sampel tanpa pengawetan 1 dan 2 berturut-turut adalah 0,124/hari dan 0,0827. Nilai KD COD dengan pengawetan 1 dan 2 berturut-turut yaitu 0,004/hari dan 0,0169/hari. Sementara itu, pada sampel tanpa pengawetan 1 dan 2, diperoleh nilai KD COD berturut-turut yaitu 0,039/hari dan 0,047/hari. Nilai KD BOD dan COD pada sampel dengan pengawetan cenderung lebih rendah dibandingkan dengan sampel tanpa pengawetan. Hal ini menunjukkan bahwa pengawetan mampu memperlambat laju penguraian BOD dan COD dalam sampel air. Pemodelan parameter BOD dan COD sampel dengan pengawetan maupun tanpa pengawetan untuk memperkirakan nilai konsentrasi awal secara efektif dapat digunakan hingga t(2).

Water is a natural resource that is very important for the life of living things and its quality must always be maintained. Water quality testing needs to be done immediately after sampling, but laboratories often cannot analyze water samples directly and allow sample storage to require holding time. This study aims to analyze the dynamics of changes in concentration during holding time, analyze the rate of decomposition reactions, and simulate changes in concentrations of BOD and COD to determine initial concentrations. The change in concentration during holding time is known through the BOD and COD parameter testing methods taken from Lake Mahoni water samples and tested in the laboratory at t(0), t(0.25), t(2), t(5), t(7) ), and t(14) in days. The reaction rate was carried out by calculating the mass balance and using 'Solver' in Microsoft Excel. Meanwhile, the simulation of changing the concentration of BOD and COD to determine the initial concentration was carried out with differential solutions from the model that had been made. The analysis found that changes in the concentration of BOD and COD during holding time tended to decrease in all samples. BOD concentration as a whole experienced a significant decrease in BOD concentration that occurred after t(2) measurement. The COD concentration of the samples with preservation decreased significantly in the t(2) measurement. In contrast, the COD concentration of samples without preservation was significantly reduced after the measurement time t(2) and t(7). KD BOD values with preservation 1 and 2 were 0.064/day and 0.059/day, respectively. Meanwhile, the samples without preservation 1 and 2 were 0.124/day and 0.0827 respectively. The KD COD values with preservation 1 and 2 were 0.004/day and 0.0169/day, respectively. Meanwhile, the KD COD values were obtained for samples without preservation 1 and 2, respectively, 0.039/day and 0.047/day. KD BOD and COD values in samples with preservation tended to be lower than those without preservation. This condition shows that pickling can slow down the rate of decomposition of BOD and COD in water samples. BOD and COD modeling with or without preservation to determining initial concentration values can be used up to t(2)."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Almer Zaidan Basyir Kiat
"Sistem pengolahan lumpur tinja yang baik mutlak diperlukan untuk menciptakan kondisi sanitasi yang ideal serta masyarakat yang sehat. Di area DKI Jakarta, total cakupan layanan sistem pengolahan air limbah domestik hanya mencapai 22,43% pada tahun 2021. IPLT Duri Kosambi merupakan salah satu IPLT di DKI Jakarta yang memiliki kapasitas desain 900 m3 /hari. Tujuan dari penelitian ini yaitu mengevaluasi sistem pengolahan konvensional pada IPLT Duri Kosambi dan memeberikan saran optimasi berdasarkan hasil evaluasi untuk mencapai hasil efluen yang memenuhi baku mutu. Evaluasi yang dilakukan mencakup parameter desain dan metode operasional, dengan parameter uji yang mencakup padatan total, padatan volatil, BOD5, COD, fecal coliform, pH, suhu, dan oksigen terlarut. Beberapa hasil yang diperoleh mencakup penyisihan padatan total dan volatil sebesar 92,82% dan 97%, penyisihan fecal coliform sebesar 1,82 log removal pada saringan & aerobic digester dan 3,52 log removal pada kolam stabilisasi. Permasalahan desain dan metode operasional mencakup level daya aerator kolam fakultatif yang melebihi batas, penempatan saluran outlet, ketiadaan media filter pada bak pengering lumpur, endapan lumpur pada kolam anaerobik dan fakultatif, kerusakan peralatan, serta filtrat bak pengering lumpur yang tidak diresirkulasi. Optimasi yang disarankan berupa penggunaan aerator sesuai kebutuhan oksigenasi, penempatan ulang saluran inlet dan outlet, revitalisasi media filter, serta pelaksanaan metode operasional yang sesuai standar.

A good sludge treatment system is essential to create ideal sanitation conditions and a healthy community. In the DKI Jakarta area, the total coverage of domestic wastewater treatment systems only reached 22.43% in 2021. IPLT Duri Kosambi is one of the wastewater treatment facilities in DKI Jakarta with a design capacity of 900 m3 /day. The aim of this research is to evaluate the conventional treatment system at IPLT Duri Kosambi and provide optimization suggestions based on the evaluation results to achieve effluent that meets quality standards. The evaluation includes design parameters and operational methods, with test parameters including total solids, volatile solids, BOD5, COD, fecal coliform, pH, temperature, and dissolved oxygen. Some of the results obtained include the removal of total and volatile solids by 92,82% and 97%, respectively, fecal coliform removal by 1,82 log removal in the screening & aerobic digester, and 3,52 log removal in the stabilization pond. Design and operational problems include the facultative pond aerator power level exceeding the limit, incorrect placement of outlet channels, absence of filter media in the sludge drying bed, sludge deposits in anaerobic and facultative ponds, equipment damage, and the non-recirculation of filtrate from the sludge drying bed. The suggested optimization measures include using aerators according to oxygenation needs, repositioning inlet and outlet channels, revitalizing filter media, and implementing operational methods that adhere to the standards."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Ryzki Abror
"Seawater Reverse Osmosis (SWRO) merupakan teknologi desalinasi yang paling populer di dunia untuk memenuhi permintaan air bersih yang tinggi. Namun, beberapa masalah dalam operasi SWRO terjadi, yaitu penurunan kinerja membran akibat pencemaran. Pencemaran pada membran umumnya disebabkan oleh salinitas tinggi dan kandungan organik dalam air laut. Oleh karena itu, untuk memenuhi standar kualitas, teknologi pretreatment diperlukan untuk meningkatkan kualitas air dan mengurangi beban kerja SWRO. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan teknologi pretreatment yang cocok, dengan memeriksa efisiensi penghilangan parameter-parameter dalam air menggunakan membran ultrafiltrasi dan mikrofiltrasi. Dalam penelitian ini, air feed diperoleh dari air laut yang telah diolah. Percobaan menggunakan membran Ultrafiltrasi berukuran pori rata-rata 0,01 mikron polikarbonat track-etched (PCTE) dan membran mikrofiltrasi polikarbonat (PC) berukuran pori 0,2 mikron, masing-masing dengan metode filtrasi dead-end dan nilai fluks konstan pada 60 L/m².jam dan 120 L/m².jam. Pemilihan membran polikarbonat didasarkan pada beberapa keunggulan, seperti daya tahan tinggi dan ketahanan terhadap bahan kimia. Parameter kualitas air seperti kekeruhan, total padatan terlarut (TDS), konduktivitas, oksigen terlarut (DO), zat organik (UV274), dan chemical oxygend demand (COD) diamati untuk menentukan kinerja masing-masing jenis membran. Hasil penelitian menunjukkan bahwa operasi membran ultrafiltrasi mampu menghilangkan kekeruhan dan COD dalam jumlah yang tinggi dengan persentase penghilangan masing-masing sebesar 88 ± 4% dan 97 ± 1%. Selain itu, efisiensi penghilangan yang lebih rendah ditemukan untuk DO, TDS, UV274, dan konduktivitas menggunakan membran ultrafiltrasi. Dibandingkan dengan mikrofiltrasi, membran ultrafiltrasi terbukti sebagai pretreatment yang menjanjikan untuk SWRO dengan retensi parameter yang diukur lebih tinggi dan kinerja filtrasi membran yang lebih baik pada fluks 120 L/m².jam.

Seawater Reverse Osmosis is the most popular desalination technology in the world to meet high clean water demand. However, several problems in SWRO operations occurs, namely the decrease in membrane performance due to fouling. Fouling on the membrane is generally caused by high salinity and organic content in seawater. Therefore, to meet quality standards, pre-treatment technology is needed to improve water quality and reduce the workload of SWRO. This study aims to determine the suitable pre-treatment technology, by examining the removal efficiency of parameters in water using Ultrafiltration and microfiltration membranes. In this study, feed water was obtained from treated seawater. The experiment employed an average pore size of 0.01 micron polycarbonate track etched (PCTE) ultrafiltration membrane and 0.2 micron polycarbonate (PC) microfiltration membrane, respectively, with a dead-end filtration method and constant flux values at 60 L/m².h and 120 L/m2.h. The choice of polycarbonate membrane is based on several advantages, such as high durability and chemical resistance. Water quality parameters such as turbidity, total dissolved solid (TDS), conductivity, dissolved oxygen (DO), organic substances (UV274), and chemical oxygen demand (COD) were observed to determine the performance of each membrane types. The results showed that the operation of ultrafiltration membranes able to remove high amount of turbidity and COD with 88 ± 4 % and 97 ± 1 % removal percentage. Moreover, less efficiency removal was found for DO, TDS, UV274 and conductivity employing ultrafiltration membrane. In comparison to microfiltration, Ultrafiltration membrane was revealed as promising pretreatment for SWRO with higher retention of measured parameters and better membrane filtration performance at 120 L/m2.h."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adelia Tsaltsani Bilqis
"Sampah organik merupakan sampah yang paling dominan dihasilkan dari aktivitas di pesantren. Namun, Pesantren Al Hikam Kota Depok belum menerapkan pengolahan sampah organik karena minimnya pemahaman, pemilahan, dan penggunaan alat dalam mengolah sampah organik. Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui timbulan dan komposisi sampah, memberikan edukasi melalui pelaksanaan kegiatan sosialisasi, dan transfer teknologi anaerobic digestion. Pada teknologi tersebut dilakukan pengukuran skala pilot dengan massa sampah 7,6 kg/hari sehingga menghasilkan OLR 1,4 kg.VS/m3.hari. Berdasarkan hasil pengukuran timbulan dan komposisi sampah di Pesantren Al Hikam Kota Depok memiliki massa sebesar 33,638 kg/hari, volume sebesar 683,221 L/hari, dan komposisi sampah didominasi oleh 41,831% sampah organik. Pelaksanaan kegiatan sosialisasi dilakukan sebanyak dua kali, dimana kegiatan sosialisasi pertama dihadiri oleh 66 orang, sedangkan kegiatan sosialiasi kedua dihadiri oleh 25 orang. Mengacu kepada hasil pre test dan post-test, kegiatan sosialisasi pertama tidak meningkatkan pengetahuan peserta (sig 2-tailed >0,05). Sementara itu, kegiatan sosialisasi kedua meningkatkan pengetahuan peserta (sig 2-tailed <0,05). Pada penerapan teknologi anaerobic digestion di Pesantren Al Hikam telah melakukan proses seeding, aklimatisasi, dan operasional. Sampah organik memiliki karakteristik pH sebesar 6,1±0,38, suhu sebesar 29,5±1,12oC, TS sebesar 25±0,092%, VS sebesar 95±0,0054%TS, dan COD sebesar 453±188 g/L.COD. Hasil penelitian menujukkan kandungan volatile solid destruction sebesar 91±0,015% dan reduksi COD sebesar 89±0,081% mempengaruhi nilai volume biogas dan metana yang dihasilkan dengan nilai volume biogas sebesar 805±219 L.biogas/hari dan methane yield sebesar 292±130 L.CH4/kg, sehingga mengandung konsentrasi 59±0,035% CH4 dan 41±0,035% CO2. Selanjutnya, kandungan amonia digestat sebesar 1057±378 mg/L.NH3 tidak mempengaruhi proses operasional anaerobic digestion.

Organic waste is the most dominant waste generated from activities in Islamic boarding schools. However, Al Hikam Islamic Boarding School has not implemented organic waste processing due to the lack of understanding, sorting, and use of tools in processing organic waste. This study aims to determine the generation and composition of waste, provide education through the implementation of socialization activities, and transfer of anaerobic digestion technology. In this technology, pilot-scale measurements were carried out with a waste mass of 7.6 kg/day so as to produce an OLR of 1.4 kg.VS/m3.day. Based on the results of the measurement of generation and composition of waste at Al Hikam Islamic Boarding School has a mass of 33.638 kg/day, a volume of 683.221 L/day, and the composition of waste is dominated by 41.831% organic waste. The implementation of socialization activities was carried out twice, where the first socialization activity was attended by 66 people, while the second socialization activity was attended by 25 people. Referring to  the pre-test and post-test results, the first socialization activity did not increase participants knowledge (sig 2-tailed>0.05). Meanwhile, the second socialization activity increased participants knowledge (2-tailed sig<0.05). In the application of anaerobic digestion  technology at Al Hikam Islamic Boarding School has carried out seeding, acclimatization, and operational processes. Organic waste has pH characteristics of 6.1±0.38, temperature of 29.5±1.12oC, TS of 25±0.092%, VS of 95±0.0054%TS, and COD of 453±188 g/L.COD. The results showed that  the volatile solid destruction content of 91±0.015% and COD reduction of 89±0.081% affect the value of the volume of biogas and methane produced with a volume value of biogas of 805±219 L.biogas/day and methane yield of 292±130 L.CH4/kg, so that it contains concentrations of 59±0.035% CH4 and 41±0.035% CO2. Furthermore, the ammonia digestate content  of 1057±378 mg/L.NH3 does not affect the operational process of anaerobic digestion."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>