Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 42 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Joan Erica
"Tujuan utama dari skripsi ini pada prinsipnya adalah memberikan uraian yang jelas mengenal penggunaan verba staan, liggen, dan zitten yang menjelaskan posisi dare subjek, di mana subjek merupakan benda kongkret. Untuk mencapai tujuan tersebut, Iangkah-langkah yang diambil adalah melihat konstituen-konstituen yang terdapat dalam kalimat yang menggunakan verba staan, Liggen, dan zitten, serta melihat hubungan sintaktis dan semantis antara verba staan, liggen, dan zitten dengan konstituen-konstituen tersebut.
Bentuk kalimat yang menggunakan verba staan, liggen, dan zitten, biasanya terdiri dari konstituen subjek, kontituen verbal, dan konstituen preposisi. Verba staan dan liggen dapat dikelompokkan ke dalam tipe verba yang sama karena penggunaan kedua verba tersebut di dalam kalimat menjelaskan khususnya posisi dari subjek.
Verba staan menjelaskan posisi berdiri dari subjek sedangkan verba liggen menjelaskan posisi tergeletak. Kemunculan konstituen preposisi menjelaskan keberadaan dari subjek.
Pemilihan penggunaan verba staan atau liggen dalam menjelaskan posisi benda kongkret sebagai subjek dalam kalimat didasarkan atas ciri dimensi benda; vertikal atau horisontal, sisi atas atau sisi bawah, sifat benda; keras atau lunak, dari kemungkinan posisi fungsional yang dtmiliki oleh benda; satu kemungkinan posisi atau lebih dari satu kemungkinan posisi. Berbeda halnya dengan verba zitten, penggunaan verba ini di dalam kalimat tidak menjelaskan posisi subjek seperti halnya verba staan dan liggen. Verba zitten yang disyaratkan muncul bersama dengan konstituen preposisi menjelaskan keberadaan dart subjek. Kemunculan preposisi dalam konstituen preposisi menentukan secara persis keberadaan subjek.
Pemilihan penggunaan verba zitten didasarkan terutama pada kemungkinan perpindahan tempat dart benda. Beberapa benda disebut permanen dan yang Iainnya dapat berpindah tempat. Pada benda permanen penggunaan verba zitten diikuti oleh preposisi selain ini sedangkan pada benda yang dapat berpindah tempat, penggunaan verba zitten diikuti oleh preposisi in."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1995
S15759
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Triaswarin Sutanarihesti
"ABSTRAK
Tujuan utama dari skripsi ini pada prinsipnya adalah mencari persamaan dan perbedaan baik pembentukan kata maupun pembentukan makna kata-kata jadian yang termasuk dalam kategori -loos, -vrij, dan -arm.'Untuk mencapai hal tersebut, langkah yang dilakukan adalah mencari batasan-batasan fonologis, morfologis, dan semantis dari kata jadian berakhiran -loos, -vrij, -arm, dan mencari nilai kategorial dari kata jadian berakhiran -loos, -vrij, dan -arm yang berkelas kata adjektiva.
Setiap proses pembentukan kata mempunyai bentuk dasar yang unik, yaitu mempunyai kategori tersendiri. Bentuk dasar sejumlah besar adjektiva berakhiran -loos, -vrij, dan -arm adalah nomina. Selain itu dalam aturan pemben_tukan kata harus pula diperhatikan pembatasan bentuk dasar secara morfologis, fonologis, dan semantis. Bentuk dasar yang dapat berkombinasi dengan -loos, -vrij, dan -arm dapat berupa sebuah morfem bebas, derivat, dan kompo_situm. Hal tersebut terlihat setelah batasan morfologisdicari. Dengan melihat batasan fonologis, dapat diketahui bahwa -loos mempunyai alomorf -loos, dan dalam proses penggabungannya dengan bentuk dasar, -loos terkadang mendapatkan bunyi antara yaitu -s dan -e(n)-. Sedangkan beberapa bentuk dasar yang berkombinasi dengan -vrij dan -arm hanya mendapatkan bunyi antara -s-. Untuk menentukan apakah sebuah kata (bentuk dasar) hanya dapat berkombinasi dengan salah satu atau dua dari akhiran -loos, -vrij, dan -arm, atau bahkan dengan ketiganya, pembatasan semantis mempunyai peranan penting.
Di sini terlihat bahwa pola pembentukan kata jadian bera_khiran -loos, -vrij, dan -arm sama. Tetapi dengan melihat bahwa -loos sebagai akhiran dalam kata jadian mempunyai ciri-ciri tidak bermakna mandiri, maka -loos dianggap sebagai sufiks. Sedangkan -vrij dan -arm dianggap sebagai setengah sufiks karena meskipun makna kedua akhiran terse-but tidak memperlihatkan ciri-ciri makna yang mandiri, makna asalnya masih dapat dilihat pada makna keseluruhan dari kata jadian.
Nilai kategorial dari -loos adalah 'tanpa x, tidak mengandung x (lagi), tidak mempunyai x (lagi)'. Nilai kategorial dari -vrij adalah batas dari x, tidak mengandung x (lagi), tidak mempunyai x (lagi)', sedangkan _arm adalah 'miskin akan x, mengandung sedikit x'.
Di antara akhiran -loos, -vrij, dan -arm, -loos memiliki tingkat produktivitas tertinggi."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1995
S15906
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Wasiat
"ABSTRAK
Penggunaan Om Fakultatif Dalam Artikel Surat Kabar Berbahasa Belanda. Skripsi ini untuk membuktikan masalah penggunaan konstruksi om yang bersifat fakultatif + te + infinitif dalam kalimat di lingkungan jurnalistik Belanda. Menurut taalbaak majalah Onze Taal, jurnalis Belanda mempunyai kecenderungan untuk menghilangkan om yang bersifat fakultatif dalam kalimat mereka dan oleh karena itu menurut Gerard Sweep dalam artikelnya, masih di majalah yang sama, muncul kalimat-kalimat hiperkoreksi dan kalimat-kalimat ambigu.
Penelitian skripsi ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan menggunakan dua belas surat kabar berbahasa Belanda dua orang jurnalis Belanda sebagai objek penelitian. Dari kedua belas koran tersebut dicari kalimat-kalimat yang menggunakan om fakultatif, kalimat-kalimat yang tidak menggunakan om fakultatif, kalmiat--kalimat hiperkoreksi dan kalimat-kalimat ambigu. Hasilnya dimasukkkan kedalam tabel-tabel dan dibuat prosentase masing-masing kemunculannya.
Berdasarkan penelitian di atas, ternyata para jurnalis Belanda tidak terlalu menganggap hal itu sebagai suatu masalah. Memang mereka cenderung untuk menghilangkan om yang bersifat fakultatif dan hanya memiliki fungsi gramatikal dalam kalimat. Perbandingan penggunaan om fakultatif ini adalah 1:2. 1 untuk penggunaaan om fakultatif dan 2 untuk penghilangan om fakultatif. Namun mereka sama sekali tidak takut akan muncul suatu kalimat ambigu dan kalimat hiperkoreksi. Dalam hal ini mereka menggunakan dan percaya terhadap rasa bahasa mereka. Bagi mereka, yang terpenting adalah bagaimana kalimat menjadi supel dan mudah dibaca, dengan atau tanpa menggunakan om yang bersifat fakultatif dalam kalimat mereka.

"
1999
S15858
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Venansia Ajeng Surya Ariyani Pedo
"ABSTRAK
AbstrakPenelitian ini bertujuan untuk menemukan bentuk, jenis fungsi ungkapan fatis dan unsur-unsur yang berperan dalam penggunaan ungkapan fatis untuk mempertahankan percakapan yang digunakan oleh penutur jati Bahasa Inggris ragam Amerika. Dalam penelitian ini, metode yang diterapkan adalah metode kualitatif. Lebih khususnya, sehubungan dengan penelitian di bidang linguistik, maka metode simak diterapkan yang didalamnya meliputi teknik catat. Penelitian ini didasarkan pada teori sintaksis oleh Biber 1999 , teori konteks dari Halliday Hasan 1976 dan teori percakapan dari Carroll 2008 . Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah percakapan yang dilakukan oleh penutur jati Bahasa Inggris ragam Amerika pada acara Tonight Show with Jimmy Fallon dan The Ellen Show. Setelah melakukan analisis terhadap data, hasil penelitian menunjukan bahwa bentuk ungkapan fatis yang digunakan dalam kedua acara tersebut adalah kata, frase dan klausa dengan jenis fungsi ungkapan fatis adalah untuk mengganti topik dalam percakapan, menanyakan hal lain dalam topik, mengambil alih percakapan, memberikan jeda bagi penutur untuk berpikir, mengganti sub topik, memberikan kesempatan berbicara kepada mitra tutur dan memfokuskan percakapan pada pertanyaan selanjutnya. Di samping itu, unsur yang berperan dalam penggunaan ungkapan fatis untuk mempertahankan percakapan adalah topik dan partisipan. Kata kunci: fatis, penutur jati, pemertahanan percakapan, bentuk fatis, jenis fungsi fatis, unsur dalam penggunaan fatis.

ABSTRACT
Abstract This study aims to figure out the category of phatic utterance, the kinds of function of phatic utterance and the aspects influencing the speaker to use phatic utterance for maintaining conversation. The research applies qualitative method, specifically observation method by using note taking technique. In this study, the researcher uses the syntax theory by Biber 1999 , the context theory by Halliday Hasan 1976 and the conversation theory by Carroll 2008 . The data used is taken from the conversation done by the native speaker of American English in the reality show Tonight Show with Jimmy Fallon and The Ellen Show. Analysing the data, the result shows that the categories of phatic utterance are word, phrase and clause while the kinds of function of phatic utterance are changing the topic, asking other things in one topic, changing sub topic, getting the turn taking, giving a phase for the speaker to think, giving a chance to the other participant to talk and focusing on the next topic. Besides, the aspects influencing the participants to use phatic utterance for maintaining the conversation are topic and participant. Keywords phatic, native speaker, maintaining conversation, phatic category, kinds of fuction of phatic utterance, aspects in phatic uses "
2016
T46610
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Rahmawanto
"Pagelaran wayang kulit purwa merupakan salah satu produk budaya unggulan orang Jawa. Dialog yang disajikan dalam pagelaran wayang kulit purwa itu merupakan data penggunaan bahasa yang merepresentasikan budaya Jawa, termasuk di dalamnya bagaimana mewujudkan kerukunan. Pemilihan cara bertutur mempertimbangkan reaksi emosional kawan tutur agar tidak terjadi perselisihan dan kerukunan tetap terjaga. Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini bertujuan menemukan strategi kerukunan dalam tuturan orang Jawa pada pertunjukan wayang. Konsep kerukunan diperoleh berdasarkan prinsip rukun dan prinsip hormat yang dikemukakan oleh Franz Magnis Suseno 1991 . Suasana kerukunan terbangun melalui keharmonisan, pencegahan perselisihan, dan ketenteraman. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang mengkaji secara mendalam tuturan orang Jawa dalam pertunjukan wayang. Melalui kajian tersebut ditemukan strategi-strategi orang Jawa untuk mewujudkan kerukunan melalui tuturannya. Hasil identifikasi jenis tindak tutur, dengan klasifikasi tindak tutur Searle 1975 menunjukkan bahwa pilihan tindak ilokusioner tuturan berperan dalam pengendalian terjadinya perselisihan dalam komunikasi. Dengan menggunakan teori kesantunan yang dikemukakan oleh Brown dan Levinson 1978 dan Leech 1983 penelitian ini menemukan bahwa kesantunan dalam bertutur digunakan untuk mengekspresikan nilai-nilai kerukunan orang Jawa.
Purwa shadow puppet performances is one of the superior cultural products of the Javanese people. The dialogue presented in the purwa shadow puppet performances is a data of language usage that represents Javanese culture, including how to realize harmony. Selection of the way of speech consider the emotional reaction of hearers to avoid disputes and harmony remained awake. This study aims to find a strategy of kerukunan in Javanese speech on puppet shows. The concept of kerukunan is based on the principles of kerukunan and the principle of respect by Franz Magnis Suseno 1991 . The atmosphere of harmony awakens through harmony, dispute prevention, and serenity. This research is a qualitative research that deeply examines Javanese speech in purwa puppet performances. Through the study, Javanese strategies were found to realize harmony through his speech. The result of identification of speech acts, with the classification of the speech act of Searle 1975 indicates that the choice of illocutionary acts of speech plays a role in controlling the occurrence of disputes in communication. By using the theory of politeness proposed by Brown and Levinson 1978 and Leech 1983 this study found that politeness in speech is used to express the values of kerukunan Jawa."
2018
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yoses Antonius A.
"Proses peminjaman tidak terpaku pada bentuk kata yang harus mirip dengan bentuk aslinya. Banyak orang yang tidak mengetahui bahwa banyak kata yang digunakan setiap hari merupakan basil dari peminjaman dari bahasa lain. Selain peminjaman kata-kata tunggal, ternyata ada juga bentuk peminjaman dari kata-kata majemuk. Peminjaman tersebut berbentuk pinjam terjemah, contohnya kata luar negeri dan dalam negeri yang berasal dari kata binnenland dan buitenland; pinjam campur, contohnya kata air ledeng yang berasal dari kata waterleiding; dan pinjam ubah, contohnya pispot yang berasal dari kata piespot.
Dengan bentuk peminjaman tersebut, kata-kata tersebut disesuaikan dengan kaidah-kaidah bahasa Indonesia. Hasilnya ada yang tetap berbentuk sebagai kata majemuk atau menjadi satu kata tunggal saja. Bila hasilnya merupakan kata majemuk, pembentuk kata tersebut dapat berupa kata pinjaman juga atau hanya basil penerjemahan biasa. Kesulitannya adalah untuk menentukan bahwa kata-kata tersebut merupakan basil peminjaman karena mungkin memang sudah ada sejak dulu dala bahasa Indonesia dan mungkin terdapat juga dalam bahasa lain selain dalam bahasa Indonesia. Begitu juga dengan frekuensi pemakaian kata-kata tersebut yang sangat tinggi, sehingga sudah dianggap kata-kata asli, misalnya kata kepala sekolah berasal dari kata hoofdschool yang merupakan bentuk pinjam terjemah, begitu juga uang sekolah atau whoa/geld.
Dalam skripsi saya ini saya menganalisis perubahan dan penyesuaian yang ada dalam peminjaman kata-kata majemuk bahasa Belanda ke dalam bahasa Indonesia. Skripsi ini saya bagi dalam empat bab, yaitu Bab I berisi pendahuluan; Bab II berisi kerangka teori, secara semantis dan fonologis, serta sosiolinguistik; Bab III berisi analisis kata-kata bahasa Indonesia basil peminjaman dari kata-kata majemuk bahasa Belanda dilihat secara fonoIogis dan semantis; serta Bab IV berisi kesimpulan dari analisis sebelumnya."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2001
S15834
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dahlia Djohan
"ABSTRAK
Bahasa Belanda merupakan bahasa yang memegang peranan cukup panting dalam sejarah Indonesia, Masa kolonialisme Belanda di Indonesia yang berlangsung selama tiga setengah abad telah mengakibatkan adanya kontak bahasa yang kemudian memacu terjadinya proses pemungutan kata. Terdapat sekitar 5000 kata pungutan bahasa Belanda dalam bahasa Indonesia yang popular dan banyak digunakan oleh masyarakat Indonesia dalam kehidupannya sehari-hari. Sebaliknya terdapat sekitar 400 kata pungutan bahasa Indonesia dalam bahasa Belanda yang walaupun tidak semuanya popular digunakan oleh masyarakat Belanda, kata-kata tersebut secara jelas tertera dalam kamus besar bahasa Belanda Van Dale Groot Woordenboek der Nederlandse Taal (1999: Cetakan XIII).
Kontak yang terjadi antara bahasa Indonesia dan Belanda merupakan akibat dari adanya hubungan sejarah antara Indonesia dan Belanda yang bermula pada tahun 1596 yang kemudian mengakibatkan pada masa-masa selanjutnya banyak orang Belanda yang berbahasa Indonesia dan orang Indonesia yang berbahasa Belanda sehingga kemudian terjadi proses pemungutan kata antara kedua bahasa.
Perbedaan struktur tata bahasa Indonesia dan tata bahasa Belanda mengakibatkan disesuaikannnya beberapa kata pungutan bahasa Indonesia ke dalam sistem bahasa Belanda. Penyesuaian yang terjadi dapat merupakan penyesuaian morfologis, penyesuaian fonologis, atau penyesuaian semantis.

"
2001
S15814
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sarah Sayekti
"
ABSTRAK
Sarah Sayekti. Distribusi fonem letupan dalam bahasa Belanda. Tujuan dari pembahasan topik ini adalah untuk memberikan gambaran mengenai posisi fonem-fonem letupan bahasa Belanda baik di dalam lingkup kata yang ditinjau menurut suku kata. Apakah di awal atau di akhir kata. Juga untuk memberikan gambaran mengenai kemunculan fonem-fonem letupan tersebut dalam kombinasinya dengan fonem vokal dan konsonan yang lain.
,br>
Selain pembahasan mengenai fonem letupan, kata dan suku kata secara khusus, juga akan dibahas mengenai aturan-aturan fonologis yang berkaitan dengan fonem letupan Aturan-aturan fonologis ini juga perlu diuraikan di sini karena dengan terjadinya proses-proses fonologis tersebut maka kemunculan dan kemungkinan pengkombinasian fonem letupan dalam kata-kata bahasa Belanda sudah dapat dipastikan. Misalnya proses fonologis pengawasuaraan. Karena proses fonologis ini juga terjadi pada fonem letupan bersuara yang muncul di akhir kata, maka dapat dipastikan bahwa di dalam ujaran kita tidak akan mendapatkan fonem letupan bersuara pada akhir kata.
Pada akhirnya dapat ditarik kesimpulan atas distribusi dan pengkombinasian fonem letupan berdasarkan bentuk fonem seperti fonem bilabial, dental atau velar. Kesimpulan berdasarkan bentuk fonem ini diharapkan dapat mempermudah orang asing yang berbicara bahasa Belanda dalam menentukan fonem yang berkombinasi dengan fonem letupan ini dalam kata-kata.
"
1998
S15951
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dina Giovani Utami
"ABSTRAK
Bahasa Pecuk adalah sebuah bahasa yang dipergunakan oleh sekelompok masyarakat Indo Belanda di Indonesia. Secara sekilas orang akan menyatakan bahwa bahasa Pecuk itu adalah bahasa Belanda, namun dalam pembentukannya banyak terjadi penyimpangan kaidah-kaidah bahasa dalam tataran fonologi, morfologi, sintaksis maupun semantik.
Dalam skripsi ini dipaparkan penyimpangan kaidah-kaidah bahasa secara sintaksis. Adapun unsur sintaksis yang dibahas adalah struktur kalimat tunggal dan kalimat majemuk bahasa Pecuk, kemudian dideskripsikan.
Hasil tinjauan sintaksis ini adalah untuk membuktikan bahwa struktur kalimat bahasa Pecuk mendapat pengaruh dari bahasa Betawi, walaupun sebagian besar pola katanya berasal dari bahasa Belanda.

"
2001
S15916
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ika Apriani Pata
"Tesis ini merupakan kajian semiologi yang dikaitkan dengan perempuan. Penelitian kualitatif ini membahas teori konotasi dan ideologi Barthes untuk melihat makna perempuan. Korpus berasal dari rubrik "Opini" yang berjenis tulisan narasi dan argumentasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penanda (signifier) konotasi perempuan menggunakan pendekatan petanda (signified) tematis, yaitu benda hidup, benda mati, sifat, dan aktivitas. Sementara itu, hasil temuan ideologi berdasarkan tematis tersebut menunjukkan perempuan dipandang secara positif dan negatif. Pandangan positif terdapat dalam tema konotasi sifat dan aktivitas, sedangkan pandangan negatif terdapat dalam tema benda hidup dan benda mati. Pandangan negatif lebih dominan dibandingkan pandangan positif perempuan.

This thesis is a semiological research associated with women. This qualitative study discusses Barthes' theory of connotation and ideology related to women. The corpus was taken from a colomn named "Opini" Serambi Indonesia. The corpus was a combination between narrative's and argumentative?s writing type. The result showed up that signifier?s connotation of women were discussed by the signifieds of four kinds. The four kinds were living thing, inanimate thing, adjective and activity. Meanwhile based on four kinds theme the result of ideology told that women were viewed in negative's and positive?s perspective. The negative's perspective was on adjective and activity theme, and positive?s ones was on living and inanimate thing. The negative's perspective of women were definitely dominant rather than positive's ones."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2011
T29232
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5   >>