Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 104 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Guntur Argana
"Anemia gizi merupakan salah satu dari empat masalah gizi yang dihadapi oleh bangsa Indonesia, 90% anemia gizi disebabkan oleh kekurangan zat besi. Prevalensi anemia besi pada wanita usia subur (WUS) 39,5%, prevalensi ini tidak berubah dari tahun 1995 sampai tahun 2000. Survei anemia ibu hamil di Kalimantan Selatan 51%, diasumsikan prevalensi anemia pada WUS juga tinggi. Umur 20 sampai 35 tahun merupakan saat yang ideal bagi seorang wanita mempersiapkan diri secara fisik dan mental untuk hamil dan melahirkan sehingga didapatkan bayi yang sehat.
Tujuan penelitian untuk memperoleh gambaran prevalensi anemia dan mengetahui faktor-faktor yang dominan berhubungan dengan kadar Hb pada wanita usia 20 sampai 35 tahun di Kecamatan Kintap Kabupaten Tanah Laut Propinsi Kalimantan Selatan.
Disain penelitian menggunakan metoda crosssectional dan pengambilan sampel dengan sistematik random sampling. Populasi seluruh wanita umur 20 sampai 35 tahun dan sampel wanita usia antara 20 tahun sampai 35 tahun sebanyak 150 orang. Penelitian diadakan di Kecamatan Kintap Kabupaten Tanah Laut Kalimantan Selatan pada bulan Maret sampai April 2002.
Variabel penelitian yang berhubungan dengan kadar Hb adalah umur, IMT, LILA, konsumsi protein, konsumsi besi, konsumsi vitamin C, frekuensi sumber hem, frekuensi vitamin C, banyaknya gelas teh yang diminum, lama haid, pengetahuan tentang anemia dan pengeluaran per kapita per bulan. Pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium.
Pemeriksaan kadar Hb memakai metode cyanmethaemoglobin yang diperiksa dengan menggunakan spektrofotometer. Batasan anemia bila kadar Haemoglobin (Hb) < dari 12 g/dl dan tidak anemia bila 712 g/dl.
Analisa data yang dilakukan univariat, bivariat dan multivariat. Hasil penelitian didapatkan prevalensi anemia sebesar 65,3% yang terdiri dari anemia ringan 53,3% dari anemia sedang 12 %.
Pada uji bivariat dengan menggunakan uji regresi linier sederhana didapatkan variabel yang berhubungan bermakna dengan anemia adalah variabel LILA, frekuensi konsumsi vitamin C dan pengeluaran per kapita per bulan ( p < 0,05). Pada uji regresi ganda dengan memasukkan variabel yang mempunyai nilai (p < 0,25), maka variabel yang diikutkan pada uji regresi ganda adalah variabel; Umur, LILA, IMT, konsumsi protein, konsumsi besi, frekuensi konsumsi hem, frekuensi konsumsi vitamin C, pengetahuan tentang anemia, banyaknya gelas teh yang diminum dan pengeluaran per kapita per bulan. Hasil uji regresi linier ganda dengan mengeluarkan satu per satu variabel yang nilai p paling besar didapatkan variabel LILA dan frekuensi konsumsi vitamin C yang berhubungan dengan kadar Hb (p < 0,05 ).
Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa prevalensi anemia pada wanita umur 20 sampai 35 tahun di Kecamatan Kintap sudah merupakan permasalahan kesehatan masyarakat yang berat. Untuk itu Dinas kesehatan diharapkan bisa mengadvokasi Bupati dan DPRD Kabupaten Tanah Laut untuk mengeleminasi anemia melalui lintas sektoral, juga untuk program gizi adalah melaksanakan monitoring dan skrining dini pada anemia wanita umur 20 sampai 35 tahun dengan pengukuran LILA, melaksanakan penanaman buah-buah penghasil vitamin C yang dapat meningkatkan absorbsi besi dan meningkatkan kadar Hb.

The Factors that Related to Hemoglobin (HI)) Contains on Women Age 25-35 Years at Kintap Sub-District, Tanah Laut District, South Kalimantan Province, 2002. Nutritional anemia is one of four nutrition problems that faced by Indonesia, 90% nutritional anemia caused by the lack of iron folate. The prevalence of iron folate anemia on fertile-age women as 39.5%, this prevalence was not changed from 1995-2000. The survey anemia on pregnant mother at South Kalimantan as 51%, it assumed that the prevalence anemia on fertile-age women was also high. The age 20-35 is the best age for women to prepare themselves physically and mentally to pregnant and giving a birth, so they will obtained healthy babies.
The objective this study is to obtain the description of prevalence anemia and the factors that the most dominant related to Hemoglobin contents on women aged 20-35 years at Kintap Sub-District, Tanah Laut District, South Kalimantan Province.
The study design was cross-sectional method and the sample taken by random sampling. The population is women age 20-35 years and the number of sample as 150 people. This study is conducted at Kintap Sub-District, Tanah Laut District, and South Kalimantan Province on March-April 2002.
The variable that related to Hemoglobin contents are age, HMI, MUAC, protein consume, iron folate consume, vitamin consume, the frequency of hem source, vitamin c frequency, the number of tea glass that drink, duration of menstruation, the knowledge on anemia and expenses per capita per month. The data collected by questionnaire, physic and laboratory examinations.
Hemoglobin content examined by cyanmethaemoglobin method used spectrophotometer. The burden of anemia when the Hemoglobin contents < 12 g/dl and not anemia if 12 g/dl.
The data analyzed by univariate, bivariate and multivariate. The result of this study showed that the prevalence of anemia as 553°/x, that consist of light anemia as 53.3% and moderate anemia as 12%.
On bivariate test by simple linear correlation regression test obtained that the variable that having significant relationship with anemia was the variable MUAC, the frequency of vitamin C and expenses per capita per month (p <0.05). On double correlation and regression test by entering variable that having value (p<0.25), so those variable that followed on double correlation regression test are as the followings. They are Age, MUAC, BMI, protein consumes, zinc consume, hem consume frequency, frequency of vitamin C, knowledge on anemia, and amount tea that drink and expenses per capita per month. The result of double linear regression test by taking one by one variable that having the biggest p value, it was obtained the variable of MUAC and frequency of vitamin C consume that related to Hemoglobin content (p <0.05).
Based on this study, it concluded that the prevalence of anemia on women age 20-35 at Kintap Sub-District has already serious problem for community health. It is recommended to the Local Health Service to advocate the District and the Provincial Level People's Representative Council of Tanah Laut eliminate the anemia through cross-sector. It also for nutrition program to do monitoring and early screening on women anemia age 20-35 years by MUAC measurement, plant fruit trees that produce vitamin C that could increase the absortion of iron folate, and increase Hemoglobin contents.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2002
T604
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arif Setyawan
"Penelitian ini merupakan analisa data sekunder dari data penelitian mengenai Pola Pemberian Makan, Masukan Makanan, dan Status Gizi Anak Umur 0 - 23 bulan di Indramavu. Jawa Barat 1997. Desain Penelitian adalah Cross Sectional. Analisis data yang dilakukan adalah untuk mengetahui hubungan antara praktek pemberian makan dan karakteristik lain dengan status gizi bayi usia 6-11 bulan di Kecamatan Gabus Wetan dan Kecamatan Sliyeg, Kabupaten Indramayu tahun 1997. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 10,8 % bayi umur 6-11 bulan memiliki status gizi kurang. Sebagian besar (88,7 %) bayi diberikan ASI, 83,3 % diberikan kolostrum dan 86.8% memiliki pola makan ASI dengan makanan tambahan. Gambaran lain dari hasil penelitian ini adalah masih tingginya penyakit infeksi (44,1 %) dan rendahnya tingkat pendidikan ibu ( SD = 89,2 %). Penelitian ini menyarankan perlunya dilakukan upaya peningkatan dan perbaikan praktek pemberian makan pada bayi, perbaikan kesehatan lingkungan, serta menggalakkan pemberian ASI dan sosialisasi penggunaan MP ASI yang memenuhi syarat gizi dan annan untuk mencegah terjadinya gizi kurang pada bayi.

The study analized data from survey on Feeding Pattern, Nutritional Intake, and Nutritional Status among Children 0-23 months in Indramayu, West Java, 1997. This study is a cross sectional study and the goal of this research is to get information about feeding practice and other determine factors of infant nutritional status 6-11 months old at Gabuswetan and Sliyeg subdistrict of Indramayu, 1997. The study revealed that infant 6-11 months with malnutrition were 10,8 %. 88.7 % infant were breastfeed, 83,3 % have cholostrum, and 86,8 % with breastfed with weaning foods. The other results of this study are prevalence of infectious diseases remain high (44.1 %), and most of the mothers have low educational level (5 SD = 89.2 °ro). Base on the study, it is suggested to give more attention to feed pattern practice infant 6 - 11 months, health environment rehabilitation, and also to promote and socialize breast feeding and the useful of weaning food to prevent malnutrition."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2002
T7929
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Noor Mintarsih
"Faktor-faktor yang berhubungan dengan cakupan distribusi kapsul vitamin A dosis tinggi antara lain partisipasi ibu, kader dan sarana yang menunjang kegiatan tersebut. Partisipasi ibu dalam kegiatan tersebut berhubungan dengan karakteristik ibu, peran pembinaan dari kader, petugas kesehatan dan partisipasi tokoh masyarakat setempat. Masih dijumpai beberapa daerah dengan angka cakupan distribusi kapsul vitamin A rendah atau dibawah target yang telah ditetapkan, namun ada pula daerah dengan angka cakupan yang tinggi atau melebihi target yang telah ditetapkan.
Penelitian ini bertujuan mempelajari faktor-faktor yang berhubungan dengan cakupan distribusi kapsul vitamin A dosis tinggi di desa Tlogopragoto dan desa Kertodeso, Kecamatan Mirit Kabupaten Kebumen. Sasaran dalam penelitian ini adalah 248 ibu balita, 33 orang kader dan 8 posyandu. Teknik pengumpulan data melalui wawancara, kujungan rumah dan pengamatan. Jenis penelitian adalah Cross Sectional dengan menggunakan data primer. Teknik analisa data adalah analisa univariat dan analisa bivariat dengan menggunakan uji Khi Kuadrat, U Mann Whitney dan perhitungan Odds Ratio (OR).
Berdasarkan analisa bivariat diperoleh hasil bahwa faktor-faktor yang berhubungan dengan cakupan distribusi kapsul vitamin dosis tinggi adalah partisipasi ibu dan pengetahuan kader tentang vitamin A. Sedangkan faktor yang berhubungan dengan partisipasi ibu yaitu pengetahuan ibu tentang vitamin A, pembinaan oleh kader, pembinaan oleh petugas kesehatan dan partisipasi tokoh masyarakat.

Factors Related with the Coverage of Distribution of High Dosage Vitamin A Capsule in Tlogopragoto Village and Rertodeso Village, Sub district of Mirit, District of KebumenThe factors which are related with the coverage of distribution of high dosage vitamine A capsule among others are the mother's participation, cadres and supporting facilities of the activity. The mother's participation in the activities are related with the mother's characteristics, roles of the cadres, health staffs and participation of the local leaders. There are still areas with low coverage of distribution of vitamine A or below the target, however, there are also area with high coverage of distribution of vitamine A or above the target.
This research is intended to study factors which are related with the distribution coverage of high dosage of vitamine A capsule in Tlogopragoto village and Kertodeso village, Subdistrict of Mirit, District of Kebumen. The subject of this research is 248 mothers, 33 cadres, and 8 integrated health service centers. The data collection technique is interview, home visits and observation. The type of research is a cross sectional by using primary data. The data analysis technique is univariate analysis and bivariate analysis by using the Chi Square test, U Mann Whitney test and calculation of Odds Ratio (OR).
Based on the bivariate analysis that the factors related with the high dosage vitamine A capsule distribution coverage are the mother's participation and cadres knowledge regarding vitamine A. The mother's participation are related with the mother's knowledge regarding vitamine A, counseling of cadres, counseling of health staffs and participation of the community leaders.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M.I. Tri Hadiah Herawati
"ABSTRAK
Pemberian makanan tambahan (PMT) merupakan suatu bentuk intervensi gizi
untuk mengatasi masalah Kurang Energi Protein (KEP) pada balita. Sejak tahun
1997 Departemen Kesehatan RI telah menyusun Buku Pedoman Penanggulangan
KEP dan Petunjuk Pelaksanaan PMT pada balita, namun sampai sekarang belum
pernah dilakukan penelitian pengaruh PMT tersebut terhadap status gizi. Penelitian
ini dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh PMT terhadap perubahan status
balita KEP.
Penelitian dilakukan pada masyarakat yang tinggal di empat puskesmas
kabupaten Sidoarjo propinsi Jawa Timur pada bulan September sampai dengan
Nopember 1999. Disain penelitian ini adalah trial klinik, dengan PMT (frekuensi
makanan lengkap, jumlah energi, jumlah protein, Iama pemberian) sebagai variabel
perlakuan, penambahan status gizi sebagai variabel tercoba dan sebagai variabel non
perlakuan adalah umur, jenis kelamin, konsumsi energi, konsumsi protein,
pendidikan ibu, dan pengeluaran makanan. Subyek penelitian (perlakuan dan
kontrol) adalah balita KEP tingkat sedang dan berat (indeks persentase median .BBU
rujukan WI-10-NCI-IS <70%) yang berumur 12-36 bulan. Subyek perlakuan sebanyak
36 diberi PMT setiap hari selama 90 hari, bentuk makanan bergantian antara
makanan jajanan (300 kkal dan 5 gram protein) dan makanan lengkap (400 kkal dan
S gram). Subyek kontrol sebanyak 37 berasal dari puskesmas lain yang tidak diberi
PMT.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa analisis hanya dapat dilakukan terhadap
pelaksanaan PMT sampai hari ke-60. Pengamatan pada hari ke-60 menunjukkan
bahwa subyek perlakuan yang telah diberi PMT selama 60 hari (rata-rata: 9.0 kali
makanan lengkap, energi 275 kkal, protein 4.3 gram , 58 hari) status gizinya rata-rata
meningkat sebesar 3.55 i 3.46 % indeks persentase median BBU rujukan WHO-
NCHS, sedangkan subyek kontrol rata-rata meningkat sebesar 2.01 2.73 % indeks
persentase median BBU rujukan WHO-NCHS. Terdapat perbedaan yang bermakna
antara subyek perlakuan dan subyek kontrol (p
adanya pengaruh variabel jumlah energi dan jumlah protein teghadap perubahan
status gizi.
Dalam penelitian ini ditemukan bahwa PMT selama 60 hari dapat
menurunkan tingkat KEP balita dari KEP tingkat sedang dan berat (indeks persentase
median BBU rujukan WHO-NCHS <70%) menjadi KEP ringan sebanyak 44.4%.
Namun demikian tidak diketemukan satupun subyek penelitian yang sembuh dari
KEP (indeks persentase median BBU menunjukkan WHO-NCI-IS >80%).
Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa PMT selama 60 hari bagi balita
KEP tingkat sedang dan berat dapat meningkatkan indeks persentase median BBU
rujukan WHO-NCHS balita KEP tetapi tidak bisa menyembuhkan KEP balita.
Disarankan agar program PMT bagi balita KEP tingkat sedang dan berat di masa
mendatang diberikan lebih dad 60 hari. Perlu dilakukan penelitian lain untuk
mengetahui dampak PMT tersebut setelah diberikan selama 90 hari.

Abstract
Supplementary feeding (Pemberian Makanan Tambahan = PMT) is a kind of
nutrition intervention to overcome the problem of protein-energy-malnutrition
(PEM), in children under five years. Since 1997, Ministry of Health in Indonesia
published the manual book of controlling PEM and the standard operational
procedures for supplementary feeding in children under five years, but until now
there has not any reaserch been done on the effect of supplementary feeding to the
nutrition status. This research was done to know the effect of the supplementary
feeding on nutrition status changes.
The research was done in the community based, who five in the regency of
four health centers in Sidoarjo-East Java from September until Nopember 1998. This
research design was a clinical trial with PMT (complete meals frequency, energy
amount, protein amount, the given sequence) as the experimental variabel, the
nutrition status changes as the non-experimental variabel, and the ages, sex, energy
consumption, protein consumption, mother education, and food outcomes as the
intervening variabel. The research subjects was the moderate and the severe level of
PEM (<70% of the median weight for age ofthe WHO-NCHS reference) children
under five whose age between 12-36 months, The 36 six experimental subjects were
given PMT every day for 90 days, the food werw varied between snack (300 kcal and 5 grams protein) and meals (400 kcal and S grams protein). The 37 controlled
subjects who came from other regency of health centers were not given PMT.
The research results showed that we could not analyzed the research more
than day-60. The 60 day of the observation showed that the nutrition status of the
experimental subject which had been given PMT for 60 days (approx-= 9.0 times
complete meals, 2.75 kcal energy, 4.8 grams protein, 58 days) had an increase
approx as big as 3.55 3.46 % of the median weight for age of the WHO-NCHS
reference, while the controlled subject increased approx as big as 2.01 5 2.73 % of
the median weight for age of the WHO-NCHS reference. There was significantly a
difference between experimental subject and controlled subject (p< 0.05). The linier
regression test showed that there was an effect of the energy amount variabel and the
protein amount to the nutrition status changes.
There are 44.4% moderate and severely PEM children (<70% of the median
weight for age of the WHO-NCHS reference) who received PMT during 60 days
became mild PEM (70-79% of the median weight for age of the WHO-NCHS
reference). However, there was none of the subject released from PEM (>=80% of
the median weight for age ofthe WHO-NCHS reference).
PMT during 60 days increased the WAM-index of those who were moderate
and severely PEM at base line, but not released from PEM. These Findings suggest
that PMT-program on the next time should be held more than 60 days."
1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur`aeni
"Masalah kesehatan yang masih menjadi beban negara berkembang, salah satunya adalah tingginya prevalensi gizi kurang. Penyebab masalah gizi kurang adalah kurangnya asupan makanan atau anak terkena infeksi, penyebab langsung yaitu konsumsi makanan dan infeksi, sedangkan penyebab tidak langsung yaitu ketersediaan pangan, pola asuh anak, pelayanan kesehatan, sanitasi dan air bersih. Semua penyebab tidak langsung ini dipengaruhi oleh pendidikan, pengetahuan dan ketrampilan. Wilayah Puskesmas Depok Jaya merupakan salah satu dari empat wilayah puskesmas di Kecamatan Pancoran Mas dengan persentase gizi buruk pada tahun 2007 sebesar 0,96% yang merupakan persentase diatas rata-rata Kota Depok (persentase gizi buruk di Kota Depok pada tahun 2007 adalah 0,82%). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara asupan energi, protein dan faktor lain dengan status gizi baduta ( 0-23 bulan ) di Wilayah Kerja Puskesmas Depok Jaya tahun 2008.
Jenis penelitian yang dilakukan bersifat deskriptif dengan rancangan penelitian cross sectional. Data yang dikumpulkan merupakan data sekunder. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah status gizi, sedangkan variabel independen yang diteliti adalah asupan energi, asupan protein, penyakit infeksi, pola asuh, pendidikan ibu, pekerjaan ibu, pengetahuan ibu, pendidikan dan pekerjaan ayah. Populasi dalam studi analisis ini adalah seluruh keluarga yang memiliki anak baduta umur 0-23 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Depok Jaya. Sedangkan unit sampel adalah anak baduta (0-23 bulan) di Wilayah Kerja Puskesmas Depok Jaya. Jumlah sampel 391 orang. Status gizi dihitung berdasarkan indeks BB/U baku rujukan WHO-NCHS, sedangkan asupan energi dan protein dihitung dengan metode recall 1x24 jam. Analisis pengolahan data hasil univariat dan bivariat dilakukan dengan menggunakan komputer.
Hasil analisis univariat menunjukkan bahwa prevalensi gizi buruk (Zskor <-2 SD) berdasarkan indeks BB/U di Wilayah Kerja Puskesmas Depok Jaya adalah 0.8% dan gizi kurang 6.1%. Sebagian besar (61.1%) asupan energi "cukup" (≥100 % AKG) pada anak baduta, demikian juga asupan protein "cukup" (≥100 % AKG) sebesar 70.3%. Proporsi anak yang menderita penyakit infeksi/diare (3.8%), sedangkan ibu dengan pola asuh baik cukup banyak (68%). Sebagian besar (79%) tingkat pendidikan ibu tinggi , sementara proporsi ibu yang tidak bekerja sebesar 70.1%. Ibu dengan tingkat pengetahuan ibu kurang cukup besar (79.5%), Ayah berpendidikan rendah sedikit jumlahnya (13.8%) sedangkan sebagian besar ayah (97.2%) bekerja. Dari 9 variabel bebas sesudah dilakukan uji bivariat terdapat hubungan bermakna antara asupan energi, asupan protein, tingkat pendidikan ibu dan tingkat pendidikan ayah dengan status gizi anak baduta.
Saran dari penelitian ini adalah meningkatkan kegiatan penyuluhan tentang pengetahuan gizi yang berkaitan dengan zat-zat gizi, pola pemberian makanan tambahan, menu seimbang, pengasuhan dan perawatan anak serta kadarzi guna mencegah terjadinya gizi kurang. Mengoptimalkan kegiatan posyandu dengan melibatkan lintas sektor (tokoh masyarakat, tokoh agama, lurah, camat) dan LSM guna mencegah dan menanggulangi kejadian kurang gizi baik di Wilayah Kerja Puskesmas Depok Jaya maupun di Kota Depok."
Depok: Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Anni Kartika Putri
"Menarche adalah sebuah tanda dimana seorang remaja putri beranjak dewasa dan sudah siap menjadi seorang wanita seutuhnya dimana semua organ intim remaja putri tersebut telah siap untuk suatu sistem reproduksi (menghasilkan keturunan). Umur menarche yang semakin menurun ini dapat menyebabkan masalah remaja misalnya kehamilan diluar nikah. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara status gizi, genetik (status menarche ibu), media massa, dan aktivitas olahraga dengan status menarche siswi SMP Islam Al-Azhar, Rawamangun, Jakarta Timur. Penelitian ini bersifat kuantitatif dengan desain peneitian cross sectional dan sampel yang diambil berjumlah 173 responden. Analisis statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji chi square. Hasil penelitian dikatakan berhubungan bermakna apabila hasil uji statistik Pvalue ≤ 0.05. Hasil penelitian menunjukkan dari total responden sebanyak 93.1% responden telah mengalami menarche dengan rata-rata usia menarche adalah 11.42 ± 0.93 tahun dan rata-rata usia menarche ibu adalah 12.73 ± 1.26. Sebagian besar responden memiliki status gizi normal 55.5%. Sebanyak 51.4% status menarche ibu dikategorikan cepat (≤ 12 tahun), 69.9% responden telah terpapar media elektronik dewasa dan 97.1% responden telah terpapar media cetak orang dewasa, sedangkan 68.2% responden melakukan aktivitas olahraga <3 kali dalam seminggu. Berdasarkan uji statistik, variabel antara genetik (status menarche ibu) dengan status menarche responden dan keterpaparan media elektronik orang dewasa dengan status menarche responden mengalami hubungan bermakna. Saran bagi sekolah adalah perlu dibentuknya program komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) atau penyuluhan yang berkala mengenai kesehatan repoduksi dan faktor-faktor yang mempengaruhi menarche serta dapat mengikutsertakan orang tua siswi, khususnya ibu, agar mereka dapat memiliki pengetahuan yang benar mengenai kesehatan respoduksi khususnya menarche, sehingga hal-hal yang tidak diinginkan atau embahayakan si anak melalui pergaulan bebas tidak terjadi."
Depok: Universitas Indonesia, 2009
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Yosefin Hanna
"Skripsi ini membahas hubungan antara konsumsi suplemen vitamin dan mineral, serta minuman energi dengan kebugaran jasmani pada atlet cabang olahraga akuatik. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan menggunkaan desain penelitian cross sectional. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner, lembar catatan, stopwatch, dan kolam renang. Sampel dalam penelitian ini adalah orang yang berumur minimal 13 tahun, pernah mengikuti kejuaraan, dan terdaftar sebagai anggota salah satu klub renang, loncat indah, renang indah, atau polo air yang berlatih di Stadion Renang Gelora Bung Karno Senayan. Hasil penelitian menyarankan agar atlet tidak mengonsumsi suplemen vitamin dan mineral, serta minuman energi karena tidak dapat meningkatkan kebugaran jasmani atlet tersebut. Pelatih juga diharapkan tidak menganjurkan konsumsi suplemen dan minuman energi , kecuali jika atlet tersebut mengalami defisiensi vitamin dan mineral."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2009
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Noor Rizqi Skriptiana
"Konsumsi minuman ringan dunia pada tahun 2005 menunjukkan angka 498 miliar liter, kemudian meningkat di tahun 2007 menjadi 552 miliar per liter atau sekitar 82,5 liter per orang. Rata-rata remaja di Indonesia mengonsumsi minuman ringan sebanyak 2 botol/kaleng dalam seminggu. Tingginya perilaku konsumsi remaja mungkin disebabkan pengetahuan gizi, pengaruh dari teman sebaya, keluarga dan media massa serta faktor-faktor lain. Penulis melalui penelitian ini ingin mengetahui gambaran perilaku konsumsi minuman ringan dan faktor-faktor yang memengaruhinya di SMPIT Nurul Fikri Depok yang tidak menyediakan minuman ringan berkarbonasi di kantin sekolahnya.
Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan disain studi cross sectional, mengambil sejumlah 108 siswa kelas VII dan VIII menjadi responden dengan metode acak sederhana. Setiap responden diminta untuk mengisi sendiri (self-administered) kuesioner yang tersedia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya 32,4% siswa SMPIT Nurul Fikri yang mengonsumsi minuman ringan. Preferensi, teman sebaya, keluarga, dan media massa memiliki peran dalam konsumsi minuman ringan remaja. Meskipun hasil uji statistik menunjukkan tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan konsumsi minuman ringan, namun siswa laki-laki cenderung mengonsumsi minuman ringan lebih tinggi dibandingkan siswa perempuan. Siswa yang memiliki uang saku di atas rata-rata memiliki kecenderungan mengonsumsi minuman ringan lebih tinggi. Peraturan dari pihak sekolah dan yayasan dalam melarang penjualan minuman ringan di kantin sekolah sudah baik dan perlu dipertahankan.

World's consumption of carbonated soft drinks consumption in 2005 was 498 billion litters and increased up to 552 billion litters in 2007. This equivalent into global soft drinks consumption of 82.50 litters per person. Average of Indonesian teenagers consumption of soft drinks are about 2 bottles/cans per week. The high consumption of carbonated soft drinks in teenagers probably caused by nutrition knowledge, influences from peer group, family through parents modeling, mass media and other factors. The aim of this study is to see the prevalence of carbonated soft drinks consumption and factors that affect its consumption in SMPIT Nurul Fikri Depok where carbonated soft drinks is not allowed to sale in school's canteen.
This study is a quantitative study with cross sectional design, using 108 students of grade VII and VIII as respondents taken by simple random sampling method. Each students were asked to fill the questionnaire by self-administered way. Results show that only 32.4% SMPIT Nurul Fikri's students who consume carbonated soft drinks. Preference, peer group, family and mass media seems have a strong relation with teenager's carbonated soft drinks consumption. Eventhough statistics didn't show a significant relation between sex and carbonated soft drinks consumption, boys tend to have higher consumption of carbonated soft drinks than girls. Students with high daily allowance also have a high soft drinks consumption. Not to sale carbonated soft drinks in this school is really good rule and need to be maintained by school itself and the foundation.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2009
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Harahap, Ito Leiliana Warnani
"Anak sekolah merupakan golongan yang dipersiapkan menjadi sumber daya manusia yang berkualitas. Pada masa ini, Anak mulai memiliki kebiasaan mengonsumsi makanan tertentu serta mulai ada rasa suka atau tidak suka terhadap makanan tertentu. Selain itu, mereka lebih senang untuk menghabiskan waktu bersama dengan teman atau melakukan aktivitas lain yang disukainya, seperti menonton televisi atau bermain video games sehingga sering melupakan waktu makan. Hal tersebut menyebabkan kebutuhan zat gizi tidak terpenuhi khususnya vitamin dan mineral. Untuk mengatasi kekurangan zat gizi tersebut, umumnya ibu memberikan suplemen makanan. Hal ini sangat dipengaruhi oleh iklan-iklan di televisi yang menawarkan berbagai macam produk suplemen makanan.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan konsumsi suplemen makanan pada anak sekolah kelas IV dan V di SD Islam Al-Husnah Bekasi Selatan Tahun 2008. Penelitian ini dilakukan dengan desain deskriptif. Sampel adalah siswa/i kelas IV dan V sebanyak 136 anak. Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan perangkat lunak computer, kemudian dilakukan analisis univariat dan bivariat.
Hasil penelitian menunjukkan 64.7% siswa mengonsumsi suplemen makanan dalam satu bulan terakhir. Pada hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna antara status gizi siswa, pengetahuan orang tua, pekerjaan ayah dan konsumsi suplemen makanan ibu dengan konsumsi suplemen makanan anak, sedangkan hasil analisis antara umur, jenis kelamin, kebiasaan makan, aktivitas fisik, penyakit infeksi, pedidikan orang tua dan pekerjaan ibu dengan konsumsi suplemen makanan anak adalah tidak berbeda secara bermakna.
Dalam mengatasi kesulitan makan pada anak sebaiknya para ibu tidak menyelesaikan permasalahan tersebut dengan langsung memberikan suplemen penambah nafsu makan atau vitamin mineral. Suplemen tidak perlu diberikan pada anak sehat dengan status gizi baik, gizi lebih dan obesitas. Sebelum mengonsumsi suplemen makanan sebaiknya baca label mengenai kandungan zat gizi, dosis, jangka waktu kadaluarsa, daftar atau nomor registrasi dari Depkes, serta aturan pemakaiannya.

Schooling children are group that prepared to be qualified human resources. Nowadays, these children start to have habits; consume certain food and having likeness and dislike feeling at certain food. Moreover, they prefer to spend their time to watch television or playing video games until forget their eating time. This causing their necessity of nutrient are incomplete especially vitamins and minerals. To solve the lack of nutrient, generally the mothers giving their children food supplement. This is affected by some advertising on television which offers various kind of food supplement product.
The aim of the research is to know factors that related with food supplement consumption at elementary school children grade IV and V at Al-Husna Islamic Elementary School South Bekasi in 2008. This research conducted with descriptive design. The samples are the elementary school students` grade IV and V as 136 children. The obtained data are managing trough computer software then analyze with univariate and bivariate analysis.
The result shown 64,7% students consume the food supplement in the last one month. Analysis result shown that there is a significant difference between students nutrient status`, parent`s knowledge, father`s work and mother`s food supplement consumption with children`s food supplements consumption, while the analysis between age, sex, eating habits, physical activity, infectious disease, parent`s knowledge, and mother`s work with children`s food supplements consumption are significantly not different.
To overcome the children problem on food consume its better not to solve it with straightly giving the food supplements or vitamins and minerals. The supplements are not necessary for healthy children with good nutrient status, over nutrient, and obesity children. Before consume the food supplement its better to read the ingredients label, dosage, expired time, list of registration number on Health Department, and the usage rules.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Luh Anggi Vertikal
"Gizi lebih pada anak berkontribusi terhadap risiko terjadinya penyakit kardiovaskuler di masa dewasanya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan gizi lebih. Penelitian dilakukan secara cross-sectional pada siswa kelas 4 dan 5 SD Negeri Pondokcina 1 Depok (n=122; usia 8?11 tahun). Hasil penelitian menunjukkan bahwa 44,3 % siswa termasuk gizi lebih. Faktor-faktor yang mempunyai hubungan bermakna dengan gizi lebih adalah aktivitas fisik (p=0,009; CI 95%), asupan energi (p=0,004; CI 95%), dan lemak (p=0,001; CI 95%). Dari hasil penelitian, diharapkan adanya perhatian mengenai asupan zat gizi (energi dan lemak) serta aktivitas fisik siswa.

Overnutrition in children contribute to the risk of cardiovascular disease in adult life. The objective of this study was to determine factors associated with overnutrition. The study was conducted with cross-sectional design in 4th and 5th grades in SD Negeri Pondokcina 1 Depok (n = 122; 8-11-years old). Result of this study showed 44.3% of students were overnutrition. Factors significantly associated with overnutrition were physical activity (p = 0.009; CI 95%), energy intake (p = 0.004; CI 95%), and fat intake (p = 0.001; CI 95%). Based on this research, attention should be given more to nutrient intake (energy and fat) and physical activity of students."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>