Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 30 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yunita Diana Sari
"ABSTRAK
Penyakit jantung koroner merupakan pembubuh utama di negara maju maupun
negara berkembang. Salah satu faktor risiko utama penyebab arterosclerosis adalah
hiperkolesterolemia yang ditunjukkan dengan peningkatan kadar kolesterol LDL.
Perubahan pola hidup yang ditandai dengan kurangnya mengkonsumsi buah dan
sayuran serta banyak mengkonsumsi makanan yang tinggi lemak, merupakan salah
satu risiko terjadinya peningkatan kadar kolesterol LDL. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui hubungan asupan serat dengan kadar kolesterol LDL penduduk
usia 25-65 tahun di Kelurahan Kebon Kalapa Bogor tahun 2013. Penelitian dilakukan
dengan desain cross sectional menggunakan data baseline Studi Kohor Faktor Risiko
Penyakit Tidak Menular Badan Litbangkes tahun 2011. Analisis multivariate
menggunakan regresi logistik. Hasil analisis data diperoleh proporsi kolesterol LDL
tinggi sebesar 78.3% dengan rata-rata kadar kolesterol 120 mg/dl. Rata-rata asupan
serat sebesar 7 gram/hari dengan proporsi asupan serat <6.6 gram/hari sebesar 50.5%.
Hasil multivariate menunjukkan asupan serat rendah merupakan faktor protektif (OR
= 0.182) terhadap kadar kolesterol LDL tinggi setelah dikontrol oleh variabel umur,
asupan lemak dan asupan protein nabati. Faktor determinan dalam model ini terhadap
kadar kolesterol LDL adalah asupan protein nabati (OR = 13.356). Model ini mampu
memprediksi kejadian kadar kolesterol LDL sebesar 79.4% dan sisanya dipengaruhi
oleh variabel lain yang tidak tercantun didalam model. Dengan melakukan
penyuluhan akan pentingnya mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung
serat merupakan salah satu upaya pencegahan terjadinya penyakit yang berhubungan
dengan arterocslerosis. Merubah pola makan dengan memperbanyak konsumsi buah
akan mengurangi kadar kolesterol LDL dalam darah.

ABSTRACT
Coronary heart disease considers as one of the major killers both in developed
and developing countries. One of the main risk factors that caused artherosclerosis is
hypercholesterolemia which indicates by elevated LDL cholesterol level. Life style
changing by lack of consuming fruits and vegetables while excess in consuming food
high in fat content considered one of risk to have elevated cholesterol level. The aim
of this research is to identify the relationship between fiber consumption and the
content of LDL cholesterol for the people of 25-65 years of age at Kebon Kelapa
Village in Bogor on the Year of 2013. The research is conducted by Cross Sectional.
The analytic design utilizes the baseline data from Cohort Study of Contagious
Disease Risk Factors of the Research and Development of Health Agency of the
Republic of Indonesia in the year of 2011. Stratification is used in analyzing data and
cog regression is utilized in multivariate analysis. The analysis of the result obtained
that the prevalence of LDL cholesterol is 78.3% with the average of cholesterol
content 120 mg/dl. The average of daily fiber consumption is 7 gram/day with the
proportion of fiber consumption <6.6 gram/day is 50.5%. The result of multivariate
analysis indicates that low fiber consumption considers as a protective factor
(OR=0.182) toward high level of LDL cholesterol level after having controlled by
such variables as age, consumptions of fat and vegetable protein. Determinant factor
in this model toward LDL cholesterol content is the consumption of vegetable protein
(OR=13.356). This model has the ability to predict in experiencing LDL cholesterol
level 79.4% and the remaining would be influenced by other factors that have not
written down in the model. By educating the community about the important of
consuming high fiber foods consider as one of the effort to prevent the occurrence of
diseases relate with artherosclerosis. Changing the eating pattern by consuming more
fiber will decrease the content of cholesterol level in the blood"
Universitas Indonesia, 2013
T35199
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eka Ramadayanti
"ABSTRAK
Hipertensi disebut silent killer karena muncul tanpa gejala yang spesifik. Tinjauan tren saat ini menunjukkan bahwa jumlah orang dewasa dengan hipertensi meningkat dari 594 juta pada tahun 1975 menjadi 1,13 miliar pada tahun 2015, dengan peningkatan di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah. Prevalensi hipertensi meningkat seiring bertambahnya usia dengan prevalensi tertinggi pada kelompok usia lanjut. Hipertensi yang tidak mendapatkan perawatan dengan baik dapat menjadi hipertensi tidak terkendali, yakni kondisi medis serius yang secara signifikan meningkatkan risiko serangan jantung, stroke, gagal ginjal, dan kebutaan. Kondisi ini menjadi salah satu penyebab utama kematian dini di seluruh dunia. Dari perkiraan 1,13 miliar orang yang memiliki hipertensi, kurang dari 1 dari 5 orang yang hipertensinya terkendali. Meskipun demikian, masih sedikit penelitian yang membahas mengenai faktor risiko dari hipertensi tidak terkendali pada lansia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi dan faktor risiko hipertensi tidak terkendali pada lansia hipertensi. Penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional dan data sekunder dari register kohort dan hasil pemeriksaan kesehatan lansia di Posyandu Lansia Sehat Sejahtera Desa Tales Kecamatan Ngadiluwih Kabupaten Kediri pada periode November 2019-Maret 2020. Peneliti menggunakan analisis bivariat dengan uji Chi Square serta menggunakan nilai Prevalens Rasio (PR) sebagai ukuran asosiasi. Berdasarkan hasil analisis bivariat, ada hubungan yang signifikan secara statistik antara jenis kelamin, tidak minum obat anti hipertensi, kepatuhan pemeriksaan tekanan darah, dan riwayat diabetes mellitus dengan kejadian hipertensi tidak terkendali. Upaya untuk meningkatkan keaktifan lansia melakukan kunjungan ke posyandu lansia perlu dilakukan untuk menurunkan kejadian hipertensi tidak terkendali dan mencegah komplikasi. "
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Purba, Antonius Sima
"Penyakit malaria disebabkan oleh Plasmodium dan ditularkan melalui nyamuk Anopheles serta menyerang semua orang. Berdasarkan data surveilans penyakit malaria di Kabupaten Kotawaringin Timur tahun 1997 sampai dengan 2000 menunjukkan bahwa kejadian malaria di kabupaten ini tidak mengalami perubahan yang berarti. Kecamatan Cempaga terletak di wilayah Kabupaten Kotawaringin Timur merupakan daerah endernis malaria. Sebagian masyarakat Cempaga melakukan aktivitas di hutan sebagai sumber penghasilan keluarga, serta menginap di hutan. Petani yang menginap di hutan ini diduga berisiko menderita malaria.
Penelitian kasus kontrol ini bertujuan untuk mengetahui hubungan petani yang menginap di hutan dengan kejadian malaria di Kecamatan Cempaga Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah tahun 2002.
Dan hasil studi ini diketahui faktor petani yang menginap di hutan berhubungan dengan kejadian malaria, setelah dikontrol variabel lain OR 12,08 (95% CI 5.648 - 25.857). Sedangkan variabel kovariat yang berhubungan dengan kejadian malaria adalah kebiasaan memasang kelambu waktu tidur malam OR 2.507 (95% CI 1.239 - 5.073), jarak rumah dari hutan OR 2.507 (95% CI 1.239 - 5.073) dan kebiasaan berpakaian keluar rumah malam hari OR 2.285 (95% CI 1,089 - 4.794).
Berdasarkan hasil penelitian ini disarankan agar puskesmas di Kecamalan Cempaga dan puskesmas lain di Kabupaten Kotawaringin Timur yang memiliki persamaan keadaan lingkungan dengan Kecamatan Cempaga melakukan penyuluhan kesehatan masyarakat tentang pemberantasan malaria. Penyuluhan ini diprioritaskan kepada petani yang menginap di hutan. Dalam penyuluhan tersebut disarankan agar tidak rnenginap di hutan, jika harus menginap agar memasang kelambu waktu tidur malam.
Daftar pustaka : 3l (1950 -2002)

The Association between Settling in the Forest and the Occurrence of Malaria in Sub-district Cempaga, District Kotawaringin Timur, Central Kalimantan in 2002Malaria is caused by Plasmodium and transmitted through Anopheles mosquito. The disease may attack every body. Based on surveillance data on malaria in district Kotawaringin Timur, in 1997 -2000, the disease incidence was not changed considerably. Sub-district Cempaga lies in the district of Kotawaringin Timur which is an endemic area for malaria. Some residents in the sub-district need to stay several nights in the forest to do their works as farmers. The farmers settling in the forest were suspected to beat higher risk of suffering from malaria.
The objective of this case control study was to know the association between settling in the forest and the occurrence of malaria in sub-district Cempaga, district Kotawaringin Timur, Central Kalimantan in the year of 2002.
The findings showed that settling in the forest, after being adjusted by other variables, was significantly associated with the occurrence of malaria (OR= 12.08; 95% CI: 5,648 - 25,857). Other variables associated with the occurrence of malaria were habit of using bed-nets (OR=2,507; 95% CI: 1 .239 - 5.073), distance from home (OR=2.507; 95% Cl: 1.239 - 5.073) and habit of using clothes when staying outside (OR= 2.285; 95% Cl: 1.089 - 4.794).
Based on the results, we recommended the community health center (CHS) in sub-district Cempaga dan other CHS's in district Kotawaringin Timur having the similar environment to conduct public health education and promotion about malaria control. The education and promotion intervention should be a priority for farmers settling in the forest. They are suggested to avoid staying in the forest. Should they settle in the forest, using bed-nets for sleeping is highly recommended.
Reference: 31 (1950 - 2002)"
2001
T10748
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Diany Litasari
"Campak merupakan masalah kesehatan di Indonesia dan sering menimbulkan kejadian luar biasa (KLB) meski cakupan imunisasi campak yang dilaporkan tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran pengelolaan imunisasi dan hubungannya dengan kejadian campak di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kota Tanggerang Selatan tahun 2011.
Desain penelitian ini adalah korelasi/ekologi yang meneliti 25 puskesmas. Pengambilan sampel dengan sampel jenuh. Analisis data menggunakan uji statistik chi square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel penetapan target cakupan bulanan (p value < 0.05) yang berhubungan dengan kejadian campak. Disarankan agar meningkatkan supervisi dan monitoring evaluasi dan pimpinan sehingga meningkatkan program imunisasi.

Measles is one of public health problems in Indonesia that often causes an extraordinary emergence although the immunization coverage is high. This study aims to identify descriptive of immunization programme management on public health center and relation with measles cases at south tanggerang 2011.
Design for this study was correlation/ecology with 25 public health center. The sampling for this study used sattured sample. The data analysis uses chi-square statistic test. The result of this study shows that decision monthly coverage target variable which has relation with measles cases (p value <0,05). Recommendation to add supervision and monitoring evaluation from head institution to increase immunization quality program.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Habibi Syahidi
"Kejadian ISPA pada anak berumur 12 ? 59 bulan di Puskesmas Kecamatan Tebet, Jakarta selatan mencapai angka 42,95% dan Puskesmas Kelurahan Tebet Barat merupakan Kelurahan yang memiliki prevalensi penderita ISPA yang berumur 12 ? 59 bulan terbanyak dengan proporsi tertinggi dari lima puskesmas kelurahan yang lain yaitu sebesar 23,20% (LB1-SP2TP, Puskesmas Kec. Tebet Tahun 2012). Oleh karena itu, peneliti ingin mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kejadian ISPA anak berumur 12-59 bulan di Puskesmas Kelurahan Tebet Barat.
Penelitian menggunakan desain studi cross-sectional dengan jumlah minimal sampel awal 220. Dari 220 sampel tersebut, hanya terdapat 104 sampel yang eligible. Sampel yang dimaksud disini adalah anak berusia 12-59 bulan yang pernah melakukan kunjungan di Puskesmas Kelurahan Tebet Barat pada tahun 2013. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner berisi pertanyaan yang diajukan kepada ibu/caretaker anak. Data yang digunakan berupa data primer dari hasil wawancara dan data sekunder yaitu rekam medis dari puskesmas.
Hasil menunjukkan bahwa dari 11 variabel yang dilakukan uji bivariat, variabel yang diketahui memiliki hubungan yang bermakna (P value < 0,05) dengan kejadian ISPA pada anak berusia 12 ? 59 bulan adalah pendidikan (OR=3,16 : 95% CI 1,20?8,31), pengetahuan (OR=2,76 : 95% CI 1,12-6,79), pendapatan keluarga (OR=2,75 : 95% CI 1,10-6,86), kepadatan hunian (OR=5,59 : 95% CI 2,16-14,50), perilaku merokok keluarga dalam rumah (OR= 8,02 : 95% CI (2,42-26.57) dan perilaku merokok keluarga di luar rumah (OR=5,12 : 95% CI 1,24-21,19). Penelitian ini menyatakan bahwa kejadian ISPA di Puskesmas Kelurahan Tebet Barat pada tahun 2013 masih tinggi.

ARI occurence in children aged 12-59 months in the sub-district primary health centers Tebet, South Jakarta reach 42.95% and Tebet Barat Primary Health Center is a place that has a prevalence of ARI patients aged 12-59 months with the highest proportion of most others in the amount of 23 , 20% (LB1-SP2TP, District Health Center. Tebet). Therefore, researcher wanted to determine the factors that influence the incidence of respiratory infection in children aged 12-59 months Tebet Barat Health Center.
This research using a cross-sectional design with sample size 220 persons. From the 220 samples, only 104 samples are eligible. The samples here are children aged 12-59 months who ever visited Tebet Barat Primary Health Center in 2013. Instrument used was a questionnaire containing questions posed to the mother/child caretaker. The Primary data was used in this study. The form of primary data from interviews and secondary data is medical records from the Tebet Barat Health Center.
The results showed that from 11 variables bivariate test, variables that are known to have a significant association (P value <0.05) with the incidence of respiratory infection in children aged 12-59 months are education of respondent (OR=3,16 : 95% CI 1,20?8,31), knowledge of respondent (OR=2,76 : 95% CI 1,12-6,79), family income (OR=2,75 : 95% CI 1,10-6,86), residential density (OR=5,59 : 95% CI 2,16-14,50), smoking behavior of family members (OR= 8,02 : 95% CI (2,42-26.57) and family smoking behavior in the outside of home (OR=5,12 : 95% CI 1,24-21,19). This study suggests that the incidence of ARI in Tebet Barat Village Health Center in 2013 was still high.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S55182
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Ika Putri
"ABSTRAK
Stroke tercatat sebagai penyebab kematian kedua tertinggi pada usia 45-54
tahun di wilayah perdesaan Indonesia. Stroke merupakan penyakit gangguan fungsi
otak akibat kelainan vaskuler yang bersifat multikausal. Penelitian ini bertujuan
mengetahui frekuensi dan determinan kejadian stroke berdasarkan faktor risikonya
pada penderita hipertensi berusia ≥ 45 tahun di wilayah perdesaan Indonesia.
Penelitian ini merupakan analisis lanjut dari data Riskesdas 2013 yang
menggunakan desain studi cross-sectional. Sampel dari penelitian ini adalah
penderita hipertensi yang berusia ≥ 45 tahun, dan tinggal di wilayah perdesaan.
Hasil penelitian ini menunjukkan, prevalensi stroke pada penderita hipertensi
dewasa di perdesaan adalah sebesar 5,3%. Prevalensi stroke tertinggi ditemukan di
provinsi Maluku Utara (7,2%) dan terendah di provinsi Papua (1,7%). Pada variabel
yang diteliti, jenis kelamin, stress, aktivitas fisik, konsumsi obat anti-hipertensi,
perilaku merokok dan tingkat pendidikan memiliki hubungan bermakna terhadap
kejadian stroke pada penderita hipertensi dewasa (≥ 45 tahun) di wilayah perdesaan
Indonesia.

ABSTRACT
Stroke was recorded as the second-highest mortality cause at the age of 45-
54 years in rural areas of Indonesia. Stroke is multicausal brain function disorder
due to vascular abnormalities. This study aimed to determine the frequency and
determinants of stroke based on risk factors in hypertensive patients aged ≥ 45 years
in rural areas of Indonesia. This study is a further analysis of the Riskesdas 2013
data which used cross-sectional study design. The sample of this study is
hypertensive patients who aged ≥ 45 years old and lived in rural areas. The results
of this study showed that the prevalence of stroke in adult hypertensive patients in
rural areas amounted to 5.3%. The highest prevalence of stroke was found in North
Maluku province (7.2%) and the lowest in Papua province (1.7%). In the studied
variables, gender, stress, physical activity, consumption of anti-hypertensive drugs,
smoking and education have relation to the prevalence of stroke in adult
hypertensive patients (≥ 45 years) in rural areas of Indonesia."
2015
S57339
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ruth Handayani
"Tahun 2012, kanker serviks merupakan kanker terbanyak keempat yang diderita perempuan di dunia dan merupakan kanker terbanyak kedua di Indonesia. Pencegahan kanker serviks dapat dilakukan dengan deteksi dini. Tahun 2007 Indonesia menerapkan program skrining IVA (Inspeksi Visual Asam asetat) sebagai bentuk deteksi dini kanker serviks. Penelitian ini menggunakan desain studi ekologi dengan provinsi sebaga unit agregat. Data sekunder yang digunakan berasal dari subdirektorat penyakit kanker, Kementerian Kesehatan dengan variabel terikat cakupan skrining IVA dan variabel bebas tenaga kesehatan, puskesmas IVA, kasus IVA positif, kasus IVA positif yang dikrioterapi, dan curiga kanker serviks. Korelasi kuat ditujukan antara persentase kasus IVA positif yang dikrioterapi dengan cakupan skrining IVA (Rs=0,661; p=0,001) dan antara curiga kanker serviks dengan cakupan skrining IVA (Rs=0,549; p=0,001). Meningkatnya cakupan IVA akan meningkatkan pengobatan segera kanker serviks. Untuk meningkatkan cakupan skrining IVA diperlukan kurikulum pendidikan skrining IVA untuk pendidikan dokter dan kebidanan.

In 2012 cervical cancer is the fourth highest cancer suffered by women in the world and is the second largest cancer in Indonesia. Cervical cancer can be prevented by early detection. In 2007, Indonesia implemented a screening programe named VIA (Visual Inspection Acetic Acid) for early detection for cervical cancer. This study uses the ecological design with Province as the aggregate unit. We used secondary data from subdit cancer, Ministry of Health Republic of Indonesia with the dependent variable of VIA screening coverage and independent variables of health personnel, VIA health centers, VIA positive, Cryoteraphy for VIA positive, and suspected of cervical cancer. The strong correlation shows between the percentage of positive VIA with cryoteraphy and coverage VIA screening (Rs=0,661; p= 0,001) and among suspected of cervical cancer with coverage of cervical cancer VIA screening (Rs= 0,549; p= 0,001). The increase of VIA coverage will improve immediate treatment for cervical cancer. To improve VIA screening we required educational curriculum for medical education and midwifery.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
S60569
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nugrahani Meika Narvianti
"Stunting merupakan masalah gizi kronis yang diukur berdasarkan TB/U. Di Indonesia, prevalensi stunting pada balita umur (0-59 bulan) mengalami peningkatan dari tahun 2007, 2010, hingga tahun 2013. Prevalensi stunting pada balita umur (0-59 bulan) di Pulau Sulawesi mengalami peningkatan hingga 41,05 persen pada tahun 2013. Angka tersebut menggambarkan masalah kesehatan masyarakat yang serius.
Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat hubungan faktor risiko dengan kejadian stunting pada balita umur (12-59 bulan) di Pulau Sulawesi tahun 2013. Penelitian ini menggunakan data sekunder Riskesdas 2013, dengan desain cross sectional. Sampel penelitian ini adalah 7462 balita umur (12-59 bulan) di Pulau Sulawesi yang memiliki data lengkap, dan tidak mempunyai data z-score TB/U < -6SD dan > +6SD.
Hasil penelitian menunjukkan, kejadian stunting pada balita umur (12-59 bulan) di Pulau Sulawesi tahun 2013 sebesar 43,3 persen. Hasil analisis bivariat menunjukkan hubungan yang bermakna (nilai p ≤ 0,05) antara umur, jenis kelamin, status imunisasi dasar, berat badan lahir, pendidikan ibu, tinggi badan ibu, wilayah tempat tinggal, status ekonomi keluarga, dan fasilitas sanitasi dengan kejadian stunting pada balita umur (12-59 bulan) di Pulau Sulawesi tahun 2013. Oleh karena itu perlu dilakukan pencegahan terhadap faktor risiko, utamanya pencegahan primer, serta melakukan deteksi dini dengan pengukuran TB/U secara teratur.

Stunting is a chronic malnutrition measured using height-for-age indicator. In Indonesia, prevalence of stunting on under-five-children (0-59 months) increases from 2007, 2010, to 2013. Prevalence of stunting on under-five-children (0-59 months) in Sulawesi Island increases by 41,05 percent in 2013. This number indicates a serious public health problem in Sulawesi Island.
This study aims to determine the relationship between risk factors with stunting on under-five-children (12-59 months) in Sulawesi Island in 2013. This study uses secondary data from the Riskesdas 2013, with a cross-sectional study. The sample amounts to 7462 under-five-children (12-59 months) in Sulawesi Island, who have complete data, and don’t have z-score data H/A < -6SD and > +6SD.
The results of this study indicate that the occurrence of stunting on under-five-children (12-59 months) in Sulawesi Island in 2013 is 43,3 percent. The bivariate analysis indicates significant association (p ≤ 0,05) between age, gender, status of primary immunization, birth weight, maternal education, maternal height, region of residence, family economic status, and sanitation facilities with stunting on under-five-children (12-59 months) in Sulawesi Island in 2013. Therefore, it’s necessary to implement prevention of risk factors especially primary prevention, and early detection using height-for-age measurement frequently.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S60887
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fitriah Siti Nurjanah
"Secara global setiap tahunnya pneumonia menyebabkan kematian hampir sebanyak 1 juta pada anak usia dibawah 5 tahun. Populasi yang rentan terserang pneumonia adalah anak-anak usia kurang dari 2 tahun (Baduta). Period prevalence pneumonia pada anak Baduta berdasarkan data Riskesdas 2013 sebesar 1,7%.
Tujuan dari penelitian ini ialah mengetahui gambaran faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian pneumonia pada anak baduta di Indonesia dengan menggunakan data Riskesdas tahun 2013. Desain penelitian ini adalah cross-sectional. Analisis univariat digunakan untuk mendeskripsikan masingmasing variabel yang diteliti, dan analisis bivariat digunakan untuk melihat hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen.
Hasil penelitian menunjukkan berhubungan secara statistik dengan kejadian pneumonia pada baduta: umur 13-23 bulan berisiko 1,7 dibandingkan umur 0-12 bulan, tidak diberikan kolostrum (OR=1,742; 95% CI= 1,140-2,664), belum diberikan imunisasi campak karena umur anak (OR= 0,548; 95% CI= 0,388-0,773), tinggal di perdesaan (OR=1,448; 95% CI= 1,093-1,919), ada asap hasil pembakaran (OR=1,511; 95% CI= 1,142-1,998), ventilasi ruangan masak/dapur kurang (OR=1,829; 95% CI= 1,279-2,614), dan status sosial ekonomi rendah (OR=1,807). Belum dapat disimpulkan hubungan yang pasti bermakna secara statistik karena analisis dilakukan sampai bivariat, perlu dilakukan analisis multivariat.

Globally each year, pneumonia causes almost 1 million deaths in children under 5 years of age. Populations susceptible to pneumonia are children aged less than 2 years. Period prevalence of pneumonia in children under two years based on data Riskesdas 2013 by 1.7%.
The aim of this study is to reveal the factors associated with the incidence of pneumonia in children under two years in Indonesia using data Riskesdas 2013. The study design was cross-sectional. Univariate analysis is used to describe each of the variables studied, and bivariate analysis is used to examine the relationship between the dependent and independent variables.
The results showed statistically associated with the incidence of pneumonia in children under two years old: age 13-23 months of age at risk of 1.7 compared to 0-12 months, not given colostrum (OR = 1.742; 95% CI = 1.140 to 2.664), not given measles immunization for the child's age (OR = 0.548; 95% CI = .388 to .773), live in rural areas (OR = 1.448; 95% CI = 1.093 to 1.919), there was the smoke of burning (OR = 1.511; 95% CI = 1.142 -1.998), ventilate the room cookware / kitchen less (OR = 1.829; 95% CI = 1.279 to 2.614), and lower socioeconomic status (OR = 1.807). Can not be concluded definite relationship was statistically significant due to the bivariate analyzes were performed, multivariate analysis is needed.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S61406
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nenden Hikmah Laila
"Skizofrenia adalah gangguan jiwa berat yang mempengaruhi lebih dari 21 juta orang di seluruh dunia. Keluarga-keluarga di Indonesia melakukan tindakan sosial yang represif terhadap anggota keluarga dengan gangguan jiwa. Proporsi rumah tangga yang pernah memasung anggota rumah tangga ART gangguan jiwa berat sebesar 14,3 persen dan terbanyak pada rumah tangga di perdesaan. Di Jawa Barat prevalensi gangguan jiwa berat sebesar 1,6 per mil. Di Kabupaten Bogor pada tahun 2012-2016 pemasungan terlapor sebanyak 4. Penelitian ini bertujuan mengetahui faktor risiko perilaku memasung pada keluarga penderita skizofrenia di Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat Tahun 2017. Penelitian ini menggunakan Mixed Method dengan desain studi unmatched case control dan pendekatan Exploratory. Penelitian dilakukan di Kabupaten Bogor pada bulan Mei-Juni Tahun 2017. Definisi kasus pada penelitian ini adalah penderita Skizofrenia yang sedang/pernah pasung. Sedangkan kontrol yaitu penderita Skizofrenia yang tidak pernah pasung. Sampel kasus untuk penelitian kuantitatif adalah 114 orang, sedangkan kontrol yaitu 136 yang merupakan perbandingan kasus 1:1. Metode pemilihan sampel menggunakan multistage sampling. Penelitian kualitatif melibatkan 12 key informant. Analisis data dilakukan dengan analisis bivariate dengan uji chi-square dan analisis multivariate dengan uji regresi logistic. Ada hubungan antara perilaku agresif destruktif penderita OR 4,49; 95 CI 2,52 8,00 , keluarga yang tidak bekerja OR 2,74; 95 CI 1,09 - 6,90 dan keluarga yang bekerja di sektor informal OR 2,54; 95 CI 1,10 5,84 dan sikap negatif keluarga OR 2,52; 95 CI 1,43 4,43 dengan perilaku memasung. Persepsi pasung menurut keluarga dan masyarakat adalah sebagai jalan keluar terbaik dan merupakan alternative satu-satunya. Upaya pencegahan bisa dilakukan dengan terapi secara rutin, program pemberdayaan eks penderita dan mendorong keluarga untuk merawat penderita dengan penuh kasih sayang.

Schizophrenia is a severe mental disorder that affects more than 21 million people worldwide. Families in Indonesia take repressive social measures against the madness of their family members. The proportion of households who have had mental disorders was 14.3 percent and most were from rural households. In West Java, severe mental disorders prevalence is 1.6 per 1000 population. Pasung prevalence in Bogor District in 2012 2016 is 4 percentage. This study aims to determine risk factor of family members of schizophrenia patient for pasung in Bogor District West Java Province In 2017. This research used unmatched case control design and exploratory approach. The study was conducted in Bogor District from May to June 2017. Cases were Schizophrenia patients who are in pasung, controls were Schizophrenia patients without pasung. There were 114 cases and 136 controls for the unmatched case control study. Qualitative research involved 12 key informants. Data analysis was done by bivariate analysis using chi square and multivariate analysis with logistic regression. Aggressive destructive behavior OR 4.49, 95 CI 2.52 8.00 , Family unemployment OR 2.74, 95 CI 1.09 6.90 and family with informal employment OR 2.54, 95 CI 1.10 5.84 , and family attitude OR 2.52, 95 CI 1.43 4.43 toward schizophrenia patient were associated with pasung. Pasung perception by family and society is the best way out and there is the only alternative. Prevention efforts can be done by getting medical treatment routinely, empowerment program for ex patient to return to work, and encourage families to caring patients with affection. "
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
T47622
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>