Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 23 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Aryadi Sukmana
"Skripsi ini membahas tiga tema besar, yaitu media televisi, budaya massa dan Cultural Studies. Konstruksi budaya massa melalui media televisi merupakan hubungan yang terjadi diantara kedua tema tersebut, kemudian Cultural Studies memberikan pandangannya mengenai fenomena tersebut. Budaya massa yang dihasilkan dari konstruksi media televisi tersebut merupakan suatu jenis budaya yang memiliki hak yang sama untuk menunjukkan eksistensinya tanpa adanya pembedaan antara budaya tinggi dan budaya rendah.

The Focus of this study is about three big topics, they are television, mass culture, and Cultural Studies. The construction of mass culture is the relationship between mass culture itself and television, and then Cultural Studies wants to give its view on this socio-cultural phenomenon. Mass culture which made by the construction through television is one type of the culture that has the same rights to exist without any differentiation between high culture and lower culture."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2009
S16163
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Raditya Margi Saputro
"Skripsi ini membahas mengenai teori ranah publik Jürgen Habermas dan media komunikasi internet sebagai dua substansi yang dipandang mampu mewujudkan sebuah bentuk ruang diskursus baru yang komunikatif dan dapat menjangkau khalayak ramai. Degradasi sosial akibat progres ekonomi, yang menurut Habermas sedang terjadi di masyarakat ini, ia percaya telah membawa masyarakat kepada situasi dimana keterbukaan sosial telah tertutup oleh kontrol yang coba diimplementasikan oleh korporasi dan sistem kapitalisme. Hal tersebut meruntuhkan ranah publik yang oleh Habermas dipandang telah terbangun di abad ke-18. Internet sebagai sebuah media komunikasi massa yang memiliki tingkat keterbukaan yang tinggi masuk menjadi nominasi sebagai pendukung pembangunan kembali ranah publik tersebut.

This thesis explains about Jürgen Habermas? theory of public sphere and internet, both as two substance that is capable of forming a new public sphere that is communicative and widely accessible to the mass. The social degradation because of economical progresswhich according to Habermas is happening right now in the societyis believed to be bringing the society to the situation where the used-to-be-open society is now being repressed by the control implemented by corporation and the capitalism system. Such thing has torn down the public sphere th that is been built in the 18century. Internet as a mass communication media that allowed high access is being nominated as the new accomodator to rebuilt the public sphere."
Depok: Universitas Indonesia, 2009
S16083
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Napitupulu, Hendri
"Kondisi kehidupan pada masyarakat majemuk sering menimbulkan suatu problematika berupa ketidaksetaraan, diskriminasi kebudayaan dan asimilasi. Munculnya problematika tersebut biasanya didasari atas perbedaan identitas etnis, ras, gender dan agama. Menurut Michael Walzer problematika yang timbul pada masyarakat mejemuk pada dasarnya karena atas usaha suatu kelompok ataupun komunitas tertentu yang menerapkan suatu prinsip keadilan secara universal tanpa mempertimbangkan prinsip keadilan yang partikular. Michael Walzer mengatakan bahwa keadilan merupakan hasil dari konstruksi manusia yang hidup dalam suatu komunitas dengan nilai-nilai yang dianutnya. Oleh karena itu konsekuensinya adalah, tidak akan ada suatu prinsip keadilan yang dapat diterapkan secara universal ditengah-tengah masyarakat majemuk.

The condition of life on the plural society often causes problems such as unequality, cultural discrimination and assimilation. The existence of those problems usually based on the etnic differential identity, race, gender, and religion. According to Michael Walzer, the problems that exist on the certain community which applies justice principle universally without considering justice principle particularly. Michael Walzer mentioned that justice is a result of human constructions which lives in a community with values followed by them. The consequence is there will never be justice principle which can be applied universally in the middle of a plural society."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2011
S25
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Yan Priyadi
"Pesatnya perkembangan teknologi pada media komunikasi telah membawa perubahan pada peradaban manusia ke suatu era dimana Batas waktu dan ruing dihilangkan. Dalam teorinya mengenai teknologi sebagai perluasan tubuh manusia atau human extension dan konsep global village; McLuhan mengemukakan era bare tersebut menghasilkan masyarakat informasi. Teknologi tidak hanya berdampak positif melalui kegunaannya, tetapi juga melahirkan dampak negatif yang disebut Mcl,uhan sebagai auto-amputation. Manusia semakin teramputasi dari fungsi-fungsinya secara fisik dan biologis yang nienyebabkan dehumanisasi pada manusia sebagai makhluk sosial. Penelitian ini terfokus pada hubungan manusia dan teknologi dalam perkembangannya di era informasi menurut pandangan Mashall McLuhan tenting konsep human extension dan global village, dimana dunia dilihat sebagai satu kesatuan yang utuh. Pcngaruh teknologi yang tak terclakkan daiam peradaban manusia, berujung pada implikasi-implikasi yang menyiratkan gejala amputasi diri. Penelitian ini disusun menggunakan metode studi kepustakaan dengan mengumpulkan referensi teori yang sesuai dengan topik penelitian yang diangkat. Permasalahan penelitian dipaparkan secara deskriptif menggunakan teori media komunikasi Marshall McLuhan mengenai human extension dan global village. Hasil penelitian kemudian dianalisis secara kritis refleksif"
Depok: Universitas Indonesia, 2008
S16080
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Stephani Natalia W.
"Ketertindasan yang dialami oleh setengah dari jumlah manusia tidak dapat lagi ditolerir. Penerapan subjektivitas maskulin pada tataran pemikiran yang terletak pada ketidaksadaran manusia telah membuat ketimpangan di mana-mana. Pola pikir atau subjektivitas seseorang di dalam dunia yang ia hidupi sangat dipengaruhi oleh unsur-unsur yang ada pada struktur sosial di mana ia berada dan mengada. Subjektivitas yang digunakan akan mencerminkan bagaimana seseorang mencerap dan mendefinisikan dunia. Bagaimana proses pembentukan subjektivitas inilah yang menjadi permasalahan awal. Lewat psikoanalisa, Jacques Lacan mengembangkan teorinya tentang proses pembentukan subjek di dalam tatanan simbolik melalui bahasa yang terstruktur pada tataran ketidaksadaran manusia. Keberlangsungan sistem dan nilai patriarkal dalam bahasa maskulin dan tatanan simbolik yang berpusat pada phallus telah merepresi _yang feminin_ sedemikian rupa. Dalam hal ini, terdapat dominasi hirarkis dalam relasi kekuasaan antara satu dengan yang lain. Untuk keluar dari keterasingan ini, perempuan harus mendapatkan subjektivitasnya sendiri demi terbebas dari subjektivitas yang maskulin. Feminisme berupaya untuk menghapus segala bentuk dominasi yang ada pada kultur kebudayaan manusia yang bersifat patriarkal. Luce Irigaray merupakan salah satu pemikir feminis yang berupaya melakukan hal ini dengan mengkritik _budaya laki-laki_ (phallomorphisme) yang mendominasi dalam segala tataran kehidupan. Tatanan simbolik harus dihilangkan sehingga perempuan dapat menjadi subjek yang berbicara dengan bahasanya sendiri. Hal ini demi memberlangsungkan pluralitas dan keberagaman yang ada pada manusia dan menghindari penekanan dari salah satu pihak saja. Dengan demikian, pihak laki_laki dan perempuan akan mendapatkan keadilan seksual lewat keberagaman yang dilakukan melalui perubahan kaidah bahasa dan konsepsi tentang kebenaran serta nilai-nilai yang mengatur tatanan sosial.

The misery which has been experienced by the half of human species, i.e. women, cannot be tolerate no more. Masculine subjectivity which has been used all along, which is under the human_s unconsciousness, has already made lots of problem everywhere. System of thought or someone_s subjectivity inside the world which they are living in influenced by those elements which are embedded in the social structures where they are exist in. The subjectivity we are using can reflect on how we observe and perceive the world. The first problem is how is the process on the shaping of our subjectivity. Through psychoanalysis, Jacques Lacan developed his theories on how subject exists inside the symbolic order through language system, which structured on the human_s unconsciousness. Patriarchal system and the values upon it inside the masculine language and symbolic order, which centered on phallus, repressed the feminine in some way or another. In this problem, there is a hierarchal domination upon power relation between one with the other. To escape from this isolation, womens must have their own subjectivities so that they can free themselves from the masculine subjectivity. Feminism trying to erase all forms of masculine dominations inside the human_s culture. Luce Irigaray is one of the feminist thinker and she critisize the phallomorphism cultures which dominate all aspects of our lives. Symbolic order must be exclude so that women can become a subject which can speak up with their own language. This has to be this way to continue plurality and diversity among human and to avoid the pressure from one side only. So that is, men and women will attain a sexual justice through diversity which can be achieve with the change of language and truth conception, also the change of values which is embedded in the social structures."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2009
S16150
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Irianto Wijaya
"Tesis ini akan memeriksa apa pengetahuan bernilai yang dapat diberikan oleh ilmu ekonomi dengan reliabilitas yang cukup tinggi. Yang akan diperiksa pertama-tama adalah kemungkinannya untuk menjadi sumber yang terpercaya bagi pengetahuan yang sejenis dengan yang diberikan oleh ilmu-ilmu alam. Kemudian, akan diperiksa pula adakah pengetahuan lain yang meskipun berbeda secara kategoris dari pengetahuan yang diberikan oleh ilmu-ilmu alam, tetapi juga bernilai dan pantas untuk lebih diharapkan dari ilmu ekonomi.
Hasil analisis menunjukkan bahwa kemungkinan ilmu ekonomi menjadi ilmu yang sejenis dengan ilmu alam itu memang ada, tetapi aktualisasi dari kemungkinan itu menuntut perubahan yang drastis pada ilmu ekonomi. Di sisi lain, sesungguhnya ada pengetahuan bernilai lain yang dapat diberikan oleh ilmu ekonomi tanpa perlu melalui transformasi yang drastis itu, yaitu pengetahuan dengan karakter instrumental 'panduan negatif.'

"The thesis examines what kind of knowledge that economics could give in a reliable manner. The first object to be examined is its possibility to be a reliable source for the same kind of knowledge given by the natural sciences. The next object of examination is its possibility to give a kind of knowledge that although is categorically different from the one given by the natural sciences, but it is still valuable and could be more expected from economics.
The analysis reveals that it is truly possible for economics to become a same kind of science with the natural sciences, but the actualization would demand a drastic change. Meanwhile, there is another kind of valuable knowledge that could be given by economics without any need for that drastic transformation, which is the knowledge with a peculiar instrumental characteristic called 'negative guidance.'
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2009
T39929
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Noory Okthariza
"Teori kekuasaan modern adalah turunan dari filsafat modern. Teori ini melihat kekuasaan terbentuk lewat asumsi-asumsi khas dari liberalisme dan dependensia. Pendekatan seperti ini gagal melihat aspek teknik kekuasaan, relasi, diskursus, ketidaksadaran, dan praktek-praktek lain yang kerap disingkirkan dalam sejarah. Kekuasaan justru terbangun dari sana. Alih-alih melihat kekuasaan yang terbentuk secara prosedural maupun lewat cengkraman hegemoni, skripsi ini berargumen bahwa kekuasaan adalah proses rumit yang terjalin berkelit, memiliki jejaring, saling tumpang-tindih, tetapi terorganisir sedemikian rupa sehingga tidak menganggap penting peran agensi dalam perubahan sosial. Dengan mencermati sejumlah pengalaman kekuasaan Indonesia abad ke-20, skripsi ini berfokus pada kondisi-kondisi apa, kapan, dan bagaimana sebuah kekuasaan beroleh artikulasi, mengapa suatu bentuk kekuasaan terjadi pada waktu tertentu dan tidak di waktu lain, dan faktor-faktor apa saja yang mengundang perlawanan sekaligus menguatkan rezim kekuasaan.

Abstract
Modern Theory of power is derived from modern philosophy. The theory emphasizes power that is formed through both the typical assumptions of liberalism and dependency theory. Such an approach fails to see the importance of technique of power, relation, discourse, unconsciousness, and other practices that are often excluded in history. Power precisely formed from there. Instead of seeing power formed both procedurally and through hegemony, the thesis argued that power is a complicated process tied continuously, by overlapping network, moreover, organized in such a way that does not assume the importance of agency in social change. By examining a number of Indonesian experience in the 20th century, the thesis focuses on the question of when, how, and what kind of conditions if power articulates, why some kind of power occurs at a certain time and not at other, and what are the factors that invite resistance as well as strengthen the regime of power. "
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2011
S316
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Asep Muhammad Romly
"Hubungan ateisme dan kebebasan manusia merupakan tema yang selalu menjadi perdebatan dalam sejarah filsafat. Penganut atiesme sendiri terus meningkat jumlahnya. Salah satu tokoh pemikir yang memperbincangkan masalah ini adalah Karl Marx. la adalah pemikir sekaligus aktivis militan. Upaya mewujudkan teorinya menjadi praxis bukan sekedar wacana, melainkan suatu upaya nyata yang diperjuangkan bersama para pengikutnya dari masa ke masa. Disertasi ini bermaksud mengungkap gagasan Karl Marx tentang ateisme sebagai jalan bagi manusia untuk mencapai kebebasan berdasarkan teorinya tentang alienasi. Tujuannya adalah untuk mencari cara yang rasional dalam membendung bahaya atiesme dan kebebasan tanpa batas. Dalam kaitan ini penulis merumuskan pernyataan tesis bahwa ateisme bukanlah satu-satunya jalan emansipasi manusia dalam memperoleh kebebasannya. Tesis ini menegaskan bahwa ateisme bukan merupakan syarat mutlak untuk mencapai kebebasan manusia, dan teisme bukan merupakan suatu halangan bagi manusia untuk menjadi bebas."
Depok: Universitas Indonesia,
RB 000 A 385 a
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Manurung, Sanjifa
"MADILOG merupakan buku yang ditulis oleh Tan Malaka untuk memberi sedikit pemikiran tentang kemerdekaan yang seharusnya adalah sesuatu yang sudah melekat di dalam diri manusia. Tan Malaka meletakkan epistemologi sebagai dasar dari perjuangan untuk menjadi negara dan individu yang merdeka. Ia berpendapat bahwa manusia yang bebas untuk berpikir sesuai dengan fakta, nalar dan sangat objektif, merupakan landasan untuk manusia dan negara itu merdeka. Sebagaimana Tan Malaka meletakkan materialisme, dialektika dan logika dari Karl Marx, Hegel, dan Aristoteles sebagai dasar teorinya, skripsi ini juga menggunakan teori tersebut untuk membedah pemikiran Tan Malaka digunakan dalam skripsi ini.

MADILOG the book authored by Tan Malaka offered some of his thought about an independence that should be naturally sticked in a human being. Tan Malaka laid the epistemology as a fundamental of a stand-up fight to become a selfdetermining person and an autonomous nation. He considered that citizens declared themself free and objectively with facts and common sense, is the major to pursue a liberated people and country. Similar to Tan Malaka?s critics, positioned materialism, dialectic and logic from Karl Marx, Hegel and Aristoteles as his essential theory, this study also handled them to investigate Tan Malaka's critical thinking."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2012
S43683
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ranti Putriani
"Tesis ini membahas tentang adanya kesadaran bahwa pengetahuan dan kemampuan diri untuk memutuskan suatu pilihan sejatinya memberikan kesempatan kepada manusia untuk mampu mempertimbangkan konsekuensi yang harus dipikul sebagai sebuah tanggung jawab. Tujuan dari penelitian tesis ini adalah untuk memaparkan panorama pandangan tentang konseptualisasi takdir dari perspektif teologi dan filsafat, serta memberikan pencerahan praktis dan teoritis terhadap orang yang dalam situasi bingung karena mengalami kontradiksi tentang kebebasan dan keterbatasan. Metode penelitian yang digunakan adalah fenomenologi hermeneutik. Temuan dari penelitian ini adalah adanya permasalahan konseptualisasi dan bahasa dalam kaitannya dengan terminologi takdir. Sedangkan kesimpulan yang bisa diambil adalah bahwa takdir merupakan sebuah fenomena metafisik yang memang ada dalam masyarakat yang beragama, namun demikian kebebasan yang dimiliki tidak dapat dijadikan alasan untuk tidak bertanggung jawab terhadap putusan pilihan kehendak bebasnya.

This thesis discusses about the awareness of human being whose self-knowledge and ability can decide on particular option where its essence is to provide an opportunity to be able to consider all consequences as for their responsibility. The purpose of this thesis is to present a panoramic view of conceptualization of destiny from theology and philosophy perspectives, as well as providing practical and theoritical enlightment of the people who are in confused situation due to the contradictions between freedom and determination. The methodology of this thesis is hermeneutics phenomenology. The findings of this study is the conceptualization and language issues related to the terminology of destiny. The conclusion which can be drawn is that destiny is a metaphysical phenomenon that exists in community that value religion or belief system, but even so freedom can not be used as a reason not to being responsible for any decisions of human freewilled choices.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2014
T41913
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>