Ditemukan 146 dokumen yang sesuai dengan query
Olivia Romauli Kusuma Dewi
"Berkurangnya kepercayaan dari warga Australia kepada pemerintah menunjukkan negara ini kurang memiliki symbol demokrasi yang kuat, sehingga mampu mendorong kemunduran dalam kondisi sosial-politik. Simbol baru demokrasi sebagai entitas arsitektural dapat mempengaruhi tindakan politik dan juga bertindak sebagai katalisator dalam perkembangan sosial-politik. Simbol tersebut dapat membantu menentukan kemajuan sosial-politik, di mana dapat mengarah ke masa depan yang lebih baik bagi masyarakat melalui desain arsitektur secara menyeluruh. Terletak di Brisbane CBD (Central Business District), penelitian proyek desain ini bertujuan untuk memberikan pemahaman baru tentang simbol demokrasi dan definisi demokrasi itu sendiri melalui desain arsitektur. Hal tersebut dapat dipergunakan dalam memberikan solusi desain untuk bagi Brisbane dan area sekitarnya, yaitu, Queensland, yang berkaitan dengan masalah sosial-politik untuk pengembangan desain baru.
The downfall of trust from Australian citizens to their government shows this country lacks a powerful symbol of democracy that can prompt deterioration in socio-political conditions. The new symbol of democracy as an architectural entity can predispose political actions and also act as a catalyst in socio political developments. It is planned to help set a clear socio political progression on where it can lead to an improved future for the society through a thorough architectural design. Situated in Brisbane CBD (Central Business District), this design project research aims to give a new understanding of the previous confusion of democratic symbols and democracy itself through architectural design. It also can provide design solutions to the design problems of Brisbane and in the larger area, Queensland, relating to its socio political issues for new design improvements."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Steve Alexander Harmadianto
"Pada masa kini permasalahan lingkungan merupakan momok dalam segala bidang kehidupan. Menanggapi desakan untuk menciptakan pola pembangunan yang mampu menjaga kelestarian alam, muncul berbagai pandangan dalam dunia arsitektur yang bergerak berdasarkan titik tolaknya masing-masing dalam melihat permasalahan lingkungan. Berbagai sudut pandang tersebut dipetakan kedalam ekologika berdasarkan karaktemya masing-masing. Di sisi lain kehadiran arsitektur organik memberikan nafas tersendiri dalam melihat hubungan antara lingkungan binaan, manusia dan alam. Skripsi ini melihat arsitektur organik dari sudut pandang ekologika serta pengaruh pendekatannya dalam mewujudkan arsitektur yang ramah lingkungan berdasarkan berbagai pola pikir dalam ekologika. Berakar pada kekaguman dan keinginan untuk hidup dalam harmoni dengan alam memicu tampilnya ekologika yang membaur satu dengan yang lainnya menghasilkan desain yang ramah lingkungan dilihat dari berbagai sudut pandang ekologika.
Nowadays, environmental problems have become a scourge in every aspect of our civilization. In the urge for environmentally friendly building practice, many alternative work sprout with distinct character of viewpoint, image, and strategy. Each of these have been mapped according to its characteristic in the term of ecologies. On the other side, organic architecture presents with its unique perspective of built environment in relation with man and nature. This essay is reviewing organic architecture from the ecologies viewpoint. Rooted in amazement of nature and desire to live in harmony with it, organic architecture turns the ecologies upside-down with each character of ecologies merge and complementing each other manifested in environmentally friendly built environment viewed from every perspective of ecologies."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S43509
UI - Skripsi Open Universitas Indonesia Library
Avidyarahma Paramitha Noviyanto
"Arsitektur adalah sebuah studi yang bisa dipelajari melalui semua panca indra. Tujuan dari desain ini untuk menggabungkan kelompok masyarakat di sekitar lokasi proyek yang kemudian memunculkan sebuah proposal Sekolah Arsitektur dengan dua gaya penyampaian ilmu yang berbeda. Universitas sebagai edukasi formal yang ditujukan untuk mahasiswa dan Museum-Gallery sebagai edukasi non-formal yang ditujukan untuk masyarakat termasuk anak-anak dan orang tua. Sebuah proyek yang bersatu untuk memperkaya pengetahuan masyarakat tentang Arsitektur.
Architecture is a spatial form of art, which we can study it through all of senses. The purpose of the design is engaging the society on the site which came up with offering two different ways of learning, University as the formal education and Museum-Gallery as the informal education that in one building bring the society all together in enhancing the knowledge of built environment, Architecture."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Alvin Tanzil
"Dunia terus berubah dan menjadi tidak stabil dalam cara yang buruk. Jika situasi ini terus berjalan, dunia akan menghadapi bencana besar, yang cukup untuk menyebabkan kekacauan di masa depan. Karena bencana (perang atau bencana alam), sistem pemerintahan di negara semua akan gagal dan menyebabkan tidak ada batas yang jelas bagi semua negara di dunia. Selain itu, peristiwa ini akan memicu semua budaya di dunia untuk bergabung. Tidak akan ada perbedaan budaya dan orang-orang akan belajar untuk mengakui dan memahami satu sama lain. Karena tidak ada sistem pemerintah, dunia akan berada dalam keadaan kacau dan orang-orang yang tinggal berdekatan satu sama lain akan mengelompokkan diri mereka sendiri dan menciptakan sebuah komunitas baru untuk bertahan hidup. Ini adalah ketika masyarakat mulai berkembang menjadi sebuah komunitas yang cukup mandiri. Dalam rangka mencapai masyarakat yang bisa mencukupi diri mereka sendiri sebagai skenario, semua orang harus bisa saling mengerti. Orang harus mengakui satu sama lain dan budaya memahami bahwa mereka adalah manusia yang sama yang membutuhkan satu sama lain untuk bertahan hidup. Namun,ini semua tidak dapat dicapai dengan hanya memahami satu sama lain. Orang-orang masih perlu menyadari bahwa mereka membutuhkan pendidikan dalam rangka memenuhi kebutuhan mereka sendiri. Oleh karena itu, orang-orang di masa kini membutuhkan pusat pendidikan yang akan mendidik mereka tentang budaya dan cara swasembada. Idenya adalah untuk memperkenalkan orang-orang tentang pentingnya kelangsungan hidup mereka di masa depan dan kemungkinan skenario masa depan terburuk. Oleh karena itu, pusat budaya menjadi sangat penting. Selain itu, gedung ini akan mengajarkan semua hal yang mereka perlu tahu untuk mengatasi skenario terburuk mungkin. Dan pada akhirnya akan menjadi sebuah jembatan yang akan menghubungkan masa kini ke masa depan.
The world keeps on changing and become unstable in a bad way. If this situation keep on going, the world will face a great disaster, which is enough to cause chaos in the future. Because of the disaster (war or natural disaster), the government system in all country will fail and causing there are no clear borders for all countries in the world. Furthermore, this event will trigger the merge of all cultures in the world. There will be no culture differences and people will learn to acknowledge and understand each other. Since there are no government systems, the world will be in state of chaos and people who live near each other will group themselves and create a new community in order to survive. This is when the community start developing into a self sufficient community. In order to achieve the self sufficient community as the scenario describe, a mutual understanding need to be achieved. People need to acknowledge each other cultures and understand that they are the same human being that needs each other in order to survive. However, it cannot be accomplished by only understand each other. People still need to realize that they need education in order to fulfil their own needs. Therefore, people in the present need an education centre which will educate them about the culture and ways of self sufficiency. The idea is to introduce people about the importance of their survival in the future and the possibilities of worst future scenario. Therefore, there is a need of culture centre. Furthermore, this building will provide them all the things which they need to know in order to overcome the worst possible scenario. And eventually will become a bridge which will connect the present to the future."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S45587
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Ardiano Nurbintoro
"Tulisan ini membahas tentang faktor yang berpengaruh pada pembentukan ruang bermain layangan. Pembentukan ruang dianalisis dari kondisi pikiran pemain ketika sedang bermain. Dalam keadaan bermain, imajinasi pemain akan bekerja penuh. Terkait dengan benda yang berada dalam bestand-nya disekitar jalan tempat permainan layangan berlangsung, ternyata pemain dapat mengeksplorasi benda yang mereka temukan dan membentuk fungsinya sebagai alat. Apapun yang bisa digunakan untuk bermain dibangkitkan dari bestand-nya dan dijadikan alat untuk bermain. Skripsi ini akan menitikberatkan peran alat dalam pembentukan ruang bermain layangan dan hubungan pemain dengan alat bermainnya. Pembahasan dilakukan berdasarkan pada pengamatan lokasi permainan layangan di jalan Haji Umaidi, berbincang dengan warga setempat mengenai permainan layangan, dan juga studi teori dan literatur.
This writing elaborates the factors that contributes to the making of playing space in kite-playing. The formation of space is analised from the players state of mind during the duration of play, in which the players imagination is working at its best. Related to the objects that lie in their surroundings,on the streets where kite-players play, they actually have the ability to explore the found objects and generate a tool out of it. Anything that are found in their surrounding has the potential to become a playing tool as soon as the player evokes the object off its "bestand". This undergraduate thesis focuses mainly on the role of tools in the production of kite-playing space and the relation of the player with the tool he is using. The elaboration of this undergraduate thesis is based on site observation on the game of kite in jalan Haji Umaidi, interviews and discussion with locals about the game, and also theory and text studies."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S45473
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Mohammad Fazrin Rahman
"Keberadaaan ruang khalayak yang tidak diatur tata-tertibnya dengan ketat oleh pemerintah, membuat ruang khalayak diokupasi oleh banyak pelaku-pelaku usaha yang juga membuat aturan untuk mempertahankan posisinya. Hal tersebut membuat aturan yang baku dan dipahami bersama menjadi tidak jelas bagi masyarakat. Menarik bagi saya untuk melihat bagaimana masyarakat memenuhi tujuannya di ruang khalayak ketika bertabrakan dengan banyaknya aturan tersebut.
Teleoaffective structure sebagai bentuk hubungan yang mencocokan antara pemahaman individu mengenai aturan dan masyarakat, dengan aturan yang berlaku memberi peran dalam terbentuknya jalinan timespace yang harmonis. Jalinan ini yang akhirnya mempengaruhi terbentuknya ruang relasi yang menjadi wadah bagi masyarakat memenuhi tujuannya dengan aman dan nyaman di ruang khalayak.
Jalan sebagai salah satu bentuk dari ruang khalayak yang kerap terancam keberadaannya oleh para pengokupasi tersebut. Jalan juga memungkinkan terjadinya jalinan timespace yang sangat beragam dengan berbagai tujuannya. Oleh karena itu skripsi ini berfokus pada Jalan Margonda Raya sebagai contoh kasus dengan fokus utamanya adalah Gang Sawo yang berada di ruas jalan tersebut.
Hasil pemetaan dan analisis menunjukan bagaimana peran teleoaffectiven structure dalam upaya menjaga keharmonisan di area pengamatan. Keharmonisan tersebut dapat dipengaruhi oleh tingkat pemahaman seseorang terhadap aturan yang berlaku, sehingga tingkat keharmonisan yang dapat tercapai juga beragam. Jalinan timespace yang harmonis ini dapat tampak dari ruang relasi yang terbentuk antara setiap pelaku di area pengamatan.
The existence of public spaces that are not regulated by the government, make the public space occupied by many business actors that also create rules to maintain their position. This obscures the standard rules that are widely understood by the society. So it will be interesting to see how the society meet their goals in the public space when they are faced with these kind of rules. Teleoaffective structure, a form that joins individual understanding with the rules, has a role in the production of a harmonious interwoven timespace. This joint affects the production of relational space that become a place for the society to meet their objectives safely and comfortably in public space. Road as a form of public space is the most threatened area by the occupant. Roads also allow the diverse interwoven timespace with different objectives. Therefore this undergraduate thesis focuses on Jalan Margonda Raya as the case study with the main focus being on the Gang Sawo segment. The result of mapping and analysis shows the role of teleoaffective structure in maintaining harmony in this area. The level of individual understanding of the rules can influence and form diverse level of harmonization. This harmonious interwoven timespace can be seen from the relational space that established among each actor in this area."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S52700
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Meliala, Nicky Putra Perwira
"Rumah merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia karena ia mengakomodasi berbagai macam aktivitas manusia sehari hari Salah satu cara pemenuhan kebutuhan rumah adalah pembangunan perumahan formal Pembangunan perumahan formal juga ditujukan untuk membentuk masyarakat dan lingkungan yang berkualitas Rumah pada perumahan formal biasanya dibuat identik satu sama lain sementara aktivitas manusia biasanya berbeda satu sama lain Rumah pada perumahan formal merupakan sebuah ruang yang asing bagi penghuni karena belum diketahui kesesuaiannya dengan aktivitas penghuni Saat manusia menggunakan ruang tersebut ada dua hal yang mungkin terjadi yaitu adaptation ndash manusia mengubah aktivitasnya agar sesuai dengan lingkungan ndash dan adjustment ndash manusia mengubah lingkungan agar sesuai dengan aktivitasnya Tulisan ini membahas proses adaptation dan adjustment yang terjadi pada perumahan Greenland Depok Jakawa Barat Saya melakukan pengamatan dan pemetaan kegiatan di dalam rumah serta wawancara terstruktur dengan 5 lima pemilik tipe rumah yang berbeda Dengan menerapkan metode penelitian kualitatif saya mengidentifikasi kedua kegiatan tersebut terjadi sebagai konsekuensi perbedaan antara prediksi yang dilakukan oleh pengembang dengan jenis kegiatan dan kualitas ruang yang dibutuhkan oleh penghuni
The house is one of the essential needs of human beings due to its capability to accommodate various everyday human activities One of the methods to meet the human needs of having a house is the construction of formal housing It is also created in order to form a high quality environment and society Houses in a formal housing usually are built identical with each other however human daily activities are different in one person to another These houses will become a new environment for the inhabitants During the process of entering a new unknown environment humans tend to make adaptations and adjustments The former is human altering their activities in order to match the environment the latter is where they change their environment to their needs This writing tries to explain the process of adaptation and adjustment according to the case studied in Greenland Housing Depok West Java It is based on activities researching mapping and interviewing with 5 different families By doing qualitative researching method I indicated that both of those activities adaptation and adjustment are happened as a dissimilarity in accommodating activities between developer prediction and the inhabitants needs in their house."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S52413
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Muhammad Agus Dwi Setianto
"Pemakaman mengalami perubahan jenis heterotopia yang disebabkan oleh berubahnya pengertian dan pemahaman manusia mengenai kematian, yang pada akhirnya mempengaruhi sudut pandang manusia terhadap norma yang berlaku di dalamnya. Hadirnya aktivitas-aktivitas lain yang tidak berhubungan dengan aktivitas pemakaman merupakan salah satu dampak dari perubahan sudut pandang tersebut. Padahal heterotopia sebagai ruang yang membentuk pemakaman memiliki karakterisitiknya sendiri, mulai dari norma, kelompok pengguna, dan aktivitas yang terdapat di dalamnya. Selain itu, pemakaman juga memiliki perimeter yang berfungsi untuk mencegah masuknya aktivitas lain guna menjaga kesakralan pemakaman.
Dalam melihat penambahan aktivitas lain pada heterotopia di dalam pemakaman, saya menggunakan pemakaman Jeruk Purut sebagai studi kasus. Pemakaman Jeruk Purut merupakan salah satu pemakaman di Jakarta Selatan yang terdapat penambahan aktivitas lain tersebut. Perubahan prinsip-prinsip pada heterotopia di dalam pemakaman ini membuka peluang bagi masyarakat untuk melakukan aktivitas lain yang sebenarnya merupakan aktivitas menyimpang. Hal ini dikarenakan ketidaksesuaian aktivitas tersebut dengan norma yang berlaku di dalam pemakaman. Aktivitas menyimpang di dalam pemakaman Jeruk Purut ini dilakukan oleh sebuah kelompok baru yang mempunyai pemahaman yang berbeda dan sering kali bertentangan dengan norma yang berlaku. Perbedaan pemahaman ini selain dijadikan sebagai landasan mereka untuk melakukan aktivitas menyimpang, juga mereka gunakan sebagai cara untuk menciptakan ruang di dalam pemakaman. Tidak terdapatnya penolakan terhadap aktivitas menyimpang membuat aktivitas ini menjadi rutinitas yang pada akhirnya mengubah jenis heterotopia di dalam pemakaman.
Cemeteries undergo changes in form of heterotopia which is caused by the alteration of human’s perception and understanding towards death, which eventually affects human’s perspective of norms that are being applied on it. The presence of other activities unrelated to the burial rites in one of the impacts from the shift of the aforementioned point of view. The fact is, heterotopia as a field that formed cemeteries has its own characteristic, starting from norms, users group, and activities contained within. Besides, cemeteries also have a parameter that serves a function to avoid the entry of other activities, hence conserving the sacredness of a funeral. In order to observe the increase of other heterotopia activities inside the graveyard, I decided to choose Jeruk Purut cemetery as my case study due to the fact that It is one of the cemeteries in South Jakarta where those activities occur. Alter of the activity’s principles opens a wide range of chances for the public to do, hence the custom or law of funerals. These digressions are done mostly by a new group of people that have different understanding which often clash with the existing norms. The differentiation between the group and the norms has been misused as a foundation for the group to apply deviate activities, also as a fundamental to create a space inside the cemetery. The fact that there's no appropriate action of renunciation and protest towards it makes those behaviours become a routine which eventually changes the kind of hetrotopia inside the cemetery."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S52594
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Siti Sarwati
"Skripsi ini membahas produksi dan reproduksi ruang sosial di permukiman padat penduduk. Studi kasus berada di permukiman padat penduduk Jalan Gang Aut Rt 04 Rw 04 Kelurahan Gudang, Bogor. Pembahasan studi kasus meliputi bagaimana masyarakat memproduksi dan mereproduksi ruang dalam kegiatan keseharian dan kegiatan khusus. Individu-individu yang berkegiatan di jalan gang dan beberapa rumah yang berdekatan, kemudian saling berinteraksi. Hal ini mengakibatkan terciptanya ruang-ruang sosial yang menembus batas kepemilikan. Batas temporer merupakan unsur penting yang mempengaruhi terjadinya interaksi. Melalui skripsi ini, saya mengidentifikasi bahwa masyarakat di permukiman padat penduduk memproduksi dan mereproduksi ruang sosial tidak hanya di ruang publik, tetapi juga menembus batas dan memasuki ruang-ruang domestik.
This paper discusses the production and reproduction of social space in high density settlement. The case study were in high density settlement on Jalan Gang Aut Rt 04 Rw 04 Kelurahan Gudang, Bogor. The explanantion of case study describes how people produce and reproduce space in their daily activities and special activities. People inside houses interact with other people in alley. Temporary boundaries are the important element that affects this interaction. The conclusion in this paper is that people who live at the high density settlement produce and reproduce social space not only in public spaces, but also includes domestic spaces."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S52698
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Sianturi, Joel Andreas Martua
"Keberlanjutan telah menjadi topik diskusi yang berkembang di dunia modern di hadapan tantangan perubahan iklim. Tesis sarjana ini bertujuan untuk mengeksplorasi intervensi arsitektur berkelanjutan, yang berusaha memberikan jawaban atas masalah ini. Solusi tersebut bertujuan untuk menawarkan pendekatan holistik, dalam meminimalkan konsumsi energi, melalui desain spasial yang kontekstual dan berbasis penelitian, untuk lingkungan binaan, dalam suatu komunitas (Bowen Hills, Brisbane, Queensland, Australia). Metode kualitatif dan kuantitatif digunakan untuk penelitian. “Eden” menghadirkan keterlibatan arsitektur dalam diskursus perubahan iklim, dengan mengembangkan solusi berupa sebuah taman perkotaan mixed-use, midrise, yang terinspirasi oleh taman Eden alkitabiah. Melalui pembinaan pembangunan berkelanjutan, proposisi arsitektur ini juga memecahkan masalah kontekstual dalam masyarakat.
Sustainability has become a growing topic of discussion throughout the modern world as we face the challenges of climate change. This undergraduate thesis aims to explore a sustainable architectural intervention, that seeks to provide answers to this problem. Such solution aims to offer a wholistic approach, in the minimization of energy consumption, through spatial and research-based contextual design, for the built environment, within a community (Bowen Hills, Brisbane, Queensland, Australia). Qualitative and quantitative methods are used for research. “Eden” delivers an architectural engagement within the climate change discourse, by developing a solution in the form of a mixed-use, midrise, urban garden, inspired by the biblical garden of Eden. Through fostering sustainable development, this architectural proposition solves contextual problems within the community as well."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library