Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 201 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Muhamad Basit Febrian
"Air merupakan kebutuan vital bagi kehidupan dan perlu dijaga kualitasnya. Sejalan dengan itu, monitoring kualitas air untuk berbagai peruntukan merupakan langkah penting dan strategis. Salah satu parameter penting kualitas air adalah nilai COD (Chemical Oxygen Demand). Nilai COD menggambarkan seberapa besar air telah tercemar oleh pengotor, khususnya pengotor berupa zat organik. Metoda konvensional penentuan nilai COD yang popular adalah metoda dikromat, dimana dalam penentuannya menggunakan oksidator kimiawi berupa kalium bikromat, asam sulfat, dan senyawa merkuri sebagai katalis. Kepedulian akan proses yang ramah lingkungan dan kebutuhan cara praktis dan "real time", yang memungkinkan otomatisasi, telah mendorong para peneliti mempertanyakan penggunaan metoda ini. Penelitian ini merupakan bagian dari rangkaian penelitian pengembangan metoda baru cara penentuan nilai COD berbasis fotoelektrokatalisis. Secara khusus akan dilaporkan evaluasi respon sensor COD yang dikembangkan terhadap berbagai jenis surfaktan dalam air. Sensor COD yang disusun adalah berupa TiO2 yang diimmobilisasi pada kaca berlapis Indium Tin Oxide (ITO), dioperasikan sebagai elektroda kerja dalam sel fotoelektrokatalisis. Dengan melakukan pengukuran arus cahaya dalam sel fotoelektrokimia yang disinari lampu UV pada suatu selang waktu tertentu, akan didapatkan respon arus cahaya (photocurrent) yang dapat dikonversi menjadi muatan [Q = FI dt; i: photocurrent; t: waktu (detik)], dan merupakan representasi reaksi oksidasi surfaktan dalam air yang diperiksa. Dari pengukuran yang telah dilakukan terhadap tiga jenis surfaktan (anionik, kationik dan nonionik), didapatkan hubungan yang linier antara konsentrasi surfaktan terhadap nilai muatan [Q=nFCV; n:jumlah elektron; F: bilangan Faraday; C: konsentrasi zat; V:volume aktif]. Respon photocurrent cenderung akan turun pada kondisi pH asam. Pembandingan hasil pengukuran COD dengan metoda konvensional (metoda dikromat) dan metoda berbasis fotoelektrokatalisis yang dikembangkan, terhadap contoh air yang sama, memberikan nilai yang tidak berbeda secara signifikan."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2008
S30413
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sofiyanti
"Pada penelitian ini diterapkan metode fotoelektrokatalitik untuk mendegradasi zat warna Congo red. Untuk keperluan tersebut dilakukan immobilisasi semikonduktor TiO2 dalam bentuk lapisan tipis pada dinding bagian dalam tabung gelas berpenghantar. Preparasi film TiO2 dilakukan dengan cara proses sol gel (PSG), dimana titanium tetraisopropoksida (TTIP) digunakan sebagai prekursor dan polietilen glikol (PEG) sebagai template, untuk mendapatkan film yang berpori. Terhadap film TiO2 yang dihasilkan dilakukan karakterisasi dengan XRD (X-Ray Difraktometer) dan SEM (Scanning Electron Microscope).
Hasilnya menunjukkan bahwa TiO2 hasil sintesis mempunyai struktur kristal anatase dengan campuran sedikit rutile, sedangkan dari foto SEM menunjukkan adanya pori pada film lapis tipis TiO2 yang dihasilkan. Lapisan tipis TiO2 yang telah disintesis difungsikan sebagai elektroda kerja, yang dipasangkan dengan kawat Pt sebagai elektroda bantu dan Ag/AgCl sebagai elektroda pembanding. Rangkaian sel fotoelektrokimia ini selanjutnya digunakan untuk mendegradasi zat warna Congo red. Uji kinerja fotokatalis dilakukan terhadap dua tipe film TiO2 untuk mendegradasi Congo Red dalam NaNO3 0,1 M selama 100 menit. Kedua tipe film tersebut adalah film TiO2 yang dipreparasi dengan bantuan template PEG masing-masing dengan konsentrasi 0,02M (disingkat TiO2-PEG 0,02M) dan 0,04 M (disingkat TiO2-PEG 0,04M). Dan didapatkan film TiO2-PEG 0,02 M menghasilkan arus cahaya tertinggi. Dari film terbaik tersebut diuji kinerja fotoelektrokatalisisnya pada tiga variasi bias potensial, yaitu berturut-turut 200, 300, dan 400 mV.
Hasil terbaik diperoleh dari film TiO2-PEG 0,02 M dengan pemberian bias potensial sebesar 200 mV, yaitu menghasilkan persentase hasil degradasi sebesar 99,41%. Sebagai pembanding dilakukan uji degradasi dengan kondisi (a) tanpa pemberian bias potensial (fotokatalisis), (b) tanpa penyinaran (katalisis), dan (c) tanpa kehadiran katalis (fotolisis), yang menghasilkan persen pengurangan konsentrasi Congo Red berturut-turut sebanyak 84,71%, 30,22%, dan 22,33%. Hasil ini menunjukkan bahwa pemberian bias potensial pada fotokatalis TiO2 (metoda fotoelektrokatalisis) terbukti mampu meningkatkan proses degradasi Congo Red.

In this research, the photoelectrocatalytic (PEC) method was employed to degraded Congo red. For this purpose, the TiO2 film was immobilized on to conducting inner wall glass column. Immobilization of TiO2 film was prepared by a sol-gel method using tetraisopropoksida (TTIP) as a precursor and poly ethylene Glycol as templating agent, in order to produce porous film. XRD and SEM were used to characterized the produced films.
The results showed that the prepared TiO2 has mainly anatase structure, with minor rutile structure. Whereas the SEM photographs showed the existence of pores in the thin layer of TiO2 films. The TiO2 film then was functioned as a working electrode, paired with Pt wire as auxiliary electrode and Ag / AgCl as reference electrode. The photoelectrochemical cells then were used to degrade congo red solution. Performance test was carried out toward two type of TiO2 film to degrade Congo red solution for 100 minutes. Those two films were TiO2 fim which were prepared with the aid of PEG at concentration of 00.2 M (abbreviated as TiO2-PEG-0.02 M) and 0.04 M (abbreviated as TiO2-PEG-0.04 M).
The results indicated that the TiO2-PEG-0.02 M film type gave the best result which gave higher photocurrent. To the best film a photoelectrocatalytic test were performed at a bias potential of 200, 300, 400 mV, respectively. The results indicated that the TiO2-PEG-0.02M film type and 200 mV bias potential gave the best result, that was 99.41% degradation. For the comparation purpose, a series of experimental conditions, namely (a) without bias potential expose (photocatalysis), (b) without light (catalysis), and (c) without presence of catalyst but with the light ON (photolysis) were performed to eliminate Congo red in solution, and the results were 84.71%, 30.22%, and 22.33%, respectively. This results showed clearly that photoelectrocatalytic method was able to enhance the degradation of Congo red, thus superior to other method which employing same catalyst.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2011
S620
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Heri Haerul Thamrin
"ABSTRAK
Ekstrak Plasenta Manusia (EPM) digunakan untuk pengobatan berbagai penyakit kulit seperti acne vuL'ars seborrhea dan psorasts. Ekstrak plasenta juga dapat dipakai untuk perawatan kulit yang keriput akibat proses penuaan dan petnercepat penyeinbuhan kulit yang luka. Sebagai suatu sediaan untuk terapi diperlukan standarisasi dan EPH. Standarisasi secara konvensional dilakukan dengañ pemeniksaan ujud fisik, reaksi dengan ninhidrin dan penieniksaan serapan pada daerah ultra-ungu. Penelitian ini bertujuan mengembangkan inetoda standarisasi EPM, sebagai bahan baku untuk sediaan farmasi, dengan cara inenganalisis substansi polipeptida yangterdapat di dalam EFM. Analisis dilakukan dengan tehnik Kromatografi Filtrasi Gel dan Elektroforesis Poliakrilamida - Natrium Dodesilsulfonat (SDS-PAGE). Pada penelitian mi digunakan gel Sephadex G-25 halus sebagai fasa diam kromatografi filtrasi gel. Ukuran kolom 22 x 250 mm dan sebagai eluen digunakan larutan ammonium asetat 0,1 M pH 8,0. Kecepatan aliran optimum adalah 0,4 ml/menit dengan tinggi pelat teoritis (H) 0,83 mm. SDS-PAGE dilakukan dengan sistem diskontinyu dengan konsentrasi akrilamida pada gel pemisah sebanyak 10%. Dari hasil pénelitian diketahui bahwa kromatogram Yang dihasilkan oleh tujuh buah sampel EPM yang dianalisa mempunyai pola yang sama. Hasil analisis protein dengan SDS-PAGE dari beberapa sampel EPM juga mempunyai kemiripan. Oleh karena itu cara standarisasi yang dikembangkan dalam penelitian mi dapat dipakai sebagai suplemen pada standanisasi secara konvensional."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1994
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ratih Kartika Hidayat
"ABSTRAK
Loratadine atau Etil-4-(8-kloro-5,6-dihidro- 11 H-benzo-(5,6)-siklohepta- (1 ,2-b)-piridin -11 -ylidine) piperidin- I karboksilat adalah suatu senyawa yang dapat menginhibisi reaksi histamin dengan reseptor histamin-H,, sehingga dapat mengurangi efek histamin pada pembuluh darah dan macam-macam otot polos. Dengan demikian, Loratadine dapat digunakan sebagai obat simtomatik berbagai penyakit alergi. Penentuan kadar Loratadine dalam plasma darah manusia merupakan salah satu metode untuk mengetahui keefektifan penggunaan obat tersebut. Oleh karena itu penting untuk mencari suatu metode analisis yang cocok pada penentuan kadar Loratadine dalam plasma darah. Salah satu metode analisis yang dapat dilakukan adalah dengan kromatografi gas-spektroskopi massa. Dalam penelitian mi, analisis kuantitatif Loratadine dari plasma darah dilakukan dalam beberapa tahap. Pada tahap awal dilakukan ekstraksi dengan menggunakan 1,5% isobutil alkohol dalam toluena. Terhadap ekstraktan mi dilakukan pengekstrakan kembali dengan menggunakan heksana yang telah dijenuhkan dengan asetonitril. Kadar Loratadine diukur dengan alat kromatografi gas-spektroskopi massa. Metode yang dikembangkan kemudian diaplikasikan untuk mengukur kadar Loratadine dalam plasma darah sukarelawan (in-vivo). Dari penelitian diperoleh hasil sebagai benikut: internal standar yang baik dipakai adalah Diazepam. Batas pengukuran analisis kuantitatif Loratadine dengan kromatografi spektroskopi massa adalah 5 ng/ml plasma. Kadar maksimum Loratadine dalam plasma sukarelawan adalah sebesar 78,9328 ng/ml plasma dan kadar minimumnya adalah 7,7067 ng/mL plasma, yang masing-masing didapat pada saat 3 jam dan 0,25 jam setelah sukarelawan dibenikan obat Loratadine."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1995
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Zubaidah
"Saat mi pencemaran lingkungan sudah menjadi masalah dunia yang
memerlukan penanganan khusus. Salah satu senyawa penyebab pencemaran
lingkungan adalah senyawa organokior. Senyawaan ml diketahui bersifat racun dan
sulit terdegradasi secara alamiah. Banyak usaha dilakukan untuk menangani masalah
pencemaran lingkungan mi, tetapi umumnya menghasilkan efek samping yang tidak
diinginkan. Alternatif cara lain adalah dengan memanfaatkan efek fotokatalisis,
semikonduktor. Metode mi sangat menjanjikan dalam pengolahan air dan limbah karena memberikan beberapa keuntungan seperti produk mineral yang dihasilkan tidak
berbahaya dan proses katalitik dapat diatur dengan mudah.
Pada penelitian mi, efek fotokatalitik diterapkan pada degradasi larutan 4-
kiorofenol dan sebagai katalis digunakan h02 yang diimmobilisasikan pada permukaan
aluminium. Ti02 adalah semikonduktor yang bersifat stabil dan inert. Immobilisasi
Ti02 dilakukan dengan metode sol-gel dan identifikasi adanya Ti0 2 pada permukaan
aluminium dilakukan dengan pengukuran TLC-scanner, difraksi sinar X dan SEM.
Pada penelitian mi degradasi larutan 4-kiorofenol dilakukan dengan tiga
perlakuan berbeda, yaitu tanpa pemberian UV (TUV-TBP), tanpa bias potensial (UVTBP)
dan pemberian bias potensial (UV-BP). Persen pengurangan 4-kiorofenol paling
besar terjadi pada perlakuan UV-BP, disusul dengan UV-TBP dan dan terakshir TUVTBP.
Jika membandingkan pH 6,7 dan 8, persen pengurangan 4-klorofenol paling
besar terjadi pada pH 6 (40,7 %), kemudian pH 7 (31,8 %) dan terakhir pada pH 8
(25 %). Pemberian bias potensial (UV-BP) bertujuan untuk meningkatkan persen
pengurangan 4-kiorofenol, tetapi berdasarkan analisis ragam, hanya ph 7 yang
memberikan beda nyata pengurangan 4-kiorofenol antara perlakuan UV-TBP dan UVBP.
Adanya perubahan dan 4-kiorofenol menjadi HCI dapat dibuktikan dengan
pengukuran penambahan Cl- yang terbentuk."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1997
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Heru Imam Santoso
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2003
S30175
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Permatasari
"Telah dilakukan preparasi lapisan tipis TiO2 di atas plat Ti dengan metode oksidasi termal pada suhu yang kondusif untuk pembentukan fasa anatase, yaitu 300°C dan 400°C. Uji aktifitas fotoelektrokatalisis menggunakan metode Linier Sweep Voltammetry (LSV) menunjukkan bahwa lapisan tipis TiO2 yang dipreparasi pada suhu 400°C selama 48 jam memiliki respon arus cahaya tertinggi. Lapisan tipis TiO2 yang dipreparasi pada suhu 400°C selama 48 jam kemudian dibandingkan aktifitas fotoelektrokatalisisnya dalam mendegradasi zat warna congo red menggunakan reaktor fotoelektrokatalisis sistem batch, dengan lapisan tipis TiO2 rutile yang dipreparasi pada suhu 650°C selama 2 jam. Pengaruh beberapa parameter seperti bias potensial, konsentrasi awal, dan pH dipelajari untuk menentukan kondisi optimum. Kondisi optimum dicapai dengan menggunakan bias potensial +1 V vs Ag/AgCl, konsentrasi awal congo red 10 ppm dalam NaNO3 0,1 M, dan pada pH alami yaitu 5,3. Pada kondisi optimum, lapisan tipis TiO2 rutile yang dipreparasi pada suhu 650°C selama 2 jam menunjukkan aktifitas fotoelektrokatalisis yang lebih tinggi dalam mendegradasi congo red selama 60 menit, yaitu mencapai 80,957% dibandingkan lapisan tipis TiO2 yang dipreparasi pada suhu 400°C selama 48 jam, yang hanya mencapai 78,487 % . Lapisan tipis TiO2 yang dipreparasi pada suhu 650°C selama 2 jam selanjutnya diaplikasikan pada reaktor fotoelektrokatalisis rotating drum. Pengaruh kecepatan putar rotating drum dipelajari. Hasil menunjukkan bahwa pada kecepatan putar 39 rpm, lapisan tipis TiO2 yang dipreparasi pada suhu 650°C selama 2 jam menghasilkan aktifitas fotoelektrokatalisis tertingginya dalam mendegradasi congo red selama 60 menit, yaitu mencapai 63,618 %.

Preparation a thin film of TiO2 on Ti plate with thermal oxidation method at temperatures that is conducive to the formation of anatase phase, 300°C and 400°C, has been done. Photoelectrocatalytic activity test using Linear Sweep Voltammetry (LSV) shows that a thin film of TiO2, prepared at 400°C for 48 hours has the highest photocurrent response. Photoelectrocatalytic activity to degrade congo red using a batch reactor system, of thin film of TiO2, prepared at 400°C for 48 hours compared with a thin film of TiO2 rutile, prepared at 650°C for 2 hours. The influence of several parameters such as applied potential, initial concentration, and pH has been studied to determine the optimum conditions. The optimum condition is achieved by using applied potensial + 1 V vs Ag/AgCl, initial concentration of 10 ppm Congo Red in NaNO3 0,1 M, and at natural pH 5,3. At optimum conditions, a thin film of TiO2 rutile that prepared at 650°C for 2 hours shows a higher photoelectrocatalytic activity to degrade Congo Red for 60 minutes, reaching 80,957 %, compared with thin film of TiO2, prepared at 400°C for 48 hours, only reaching 78,487 %. Thin film of TiO2 that is prepared at 650o C for 2 hours then is applied to the rotating drum photoelectrocatalytic reactor. The effect of rotating speed has been studied. The results show that at 39 rpm rotating speed, a thin film of TiO2 that is prepared at 650°C for 2 hours produces the highest photoelectrocatalytic activity to degrade Congo Red for 60 minutes, reaching 63,618 %."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S42575
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nurlita Puspitasari
"Sel surya tersensitasi zat warna (dye-sensitized solar cell, DSSC) merupakan perangkat yang dapat mengkonversi cahaya matahari menjadi arus listrik dengan menggunakan elektroda kerja berupa semikonduktor TiO2 yang dilapisi oleh zat warna dan kaca ITO (Indium Tin Oxide) sebagai elektroda counter. Lapisan tipis TiO2 dipreparasi di atas plat Ti dengan cara anodisasi dalam larutan NH4F dalam gliserol pada bias potensial 25 volt selama 4 jam dan dikalsinasi pada suhu 500°C selama 3 jam. Karakterisasi dengan SEM menunjukkan bahwa TiO2 yang terbentuk mempunyai morfologi nanotube dengan diameter tabung yang teratur, yaitu 40-60 nm. Karakterisasi dengan XRD dan DRS UV-Vis menunjukkan bahwa kristal TiO2 yang terbentuk berupa fasa anatase. Zat warna yang digunakan sebagai photosensitizer adalah zat warna alami cyanidin yang diekstrak dari buah black mulberry (Morus nigra L) dengan pelarut metanol:HCl (99:1). Karakterisasi cyanidin dengan UV-Vis menunjukkan serapan kuat paada panjang gelombang 513 nm. Cyanidin diadsorpsikan ke dalam TiO2 nanotube menggunakan metode elektroforesis, dengan variasi bias potensial dan waktu. Plat Ti/TiO2- nanotube/cyanidin dirangkai menjadi DSSC dengan larutan elektrolit Iˉ/I3ˉ dan kaca ITO. Nilai efisiensi konversi cahaya menjadi arus listrik tertinggi adalah 0,2678 % dan 0,2672%, ditunjukkan oleh plat Ti/TiO2-nanotube/cyanidin yang masing-masing dielektroforesis pada tegangan 20 volt selama 12 menit dan 25 volt selama 8 menit.

Dye-sensitized solar cell (DSSC) is a device that can convert the sunlight to electrical current, by employing dyes coated TiO2 semiconductor as working electrode and ITO (Indium Tin Oxide) glass as counter electrode. TiO2 thin film was prepared by anodization of Ti plate in NH4F/glycerol at potential 25 volt for 4 hours and then heated at 500°C for 3 hours. Characterization by SEM showed the TiO2 has a nanotube morphology having internal diameter of 40-60 nm. Characterization by XRD and DRS UV-Vis indicated that the TiO2 is in anatase crystal phase. Cyanidin, a natural dye, that was used as photo sensitizer was extracted from black mulberry fruit (Morus nigra L) in methanol:HCl (99:1) solvent. The extracted cyanidin showed a strong absorption at wavelength of 513 nm, which is suitable to absorb visible light. The cyanidin is coated into TiO2 nanotube by using electrophoresis method, at various bias potential and time. The Ti/TiO2-nanotube/cyanidin plate was assembled into DSSC using Iˉ/I3ˉ electrolyte solution and ITO glass. The highest efficiency values were 0.2678 % and 0.2672%, for Ti/TiO2-nanotube/cyanidin which were prepared by electrophoresis at 20 volt for 12 minutes and 25 volt for 8 minutes, respectively."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
S44351
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>