Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 16 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Adrian Achyar
"ABSTRAK
Tesis ini membahas pengujian model fit model kepuasan Amerika (American Customer Satisfaction Indeks,ACSI) dengan data Indonesia. Sampel penelitian ini adalah civitas academia UI dan beberapa universitas lain yang memiliki dan menggunakan laptop Acer. Hasil penelitian ini adalah model Amerika fit dengan data Indonesia, dengan convergent validity yang baik di setiap konstruk. Namun, discriminant validity di konstruk persepsi kualitas, kepuasan pelanggan dan keluhan pelanggan kurang karena ada error covariance antara dua indikator di setiap konstruk. Karena itu, saran dari penelitian ini adalah jika model Amerika diterapkan di Indonesia, beberapa indikator tersebut tidak digunakan, dan perlu
dilakukan modifikasi terlebih dahulu dengan menambahkan indikator. Selain itu saran untuk penelitian selanjutnya adalah menguji model fit model kepuasan'
Amerika dengan sampel yang lebih beragam, dan dengan industri yang lebih luas.
"
2010
T38446
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Masitah
"ABSTRAK
Integritas merupakan kekuatan karakter yang mempengaruhi kesehatan mental, kesejahteraan psikologis dan keefektifan hubungan interpersonal. Integritas sangat dibutuhkan dalam dunia pekerjaan terutama dalam hal promosi. Namun, penelitian mengenai integritas masih kurang mendapat perhatian. Alat ukur integritas lebih banyak dikembangkan di luar negeri sehingga kurang sesuai dengan konteks masyarakat Indonesia. Selain itu, umumnya alat ukur integritas dikembangkan menggunakan pendekatan klasik yang memiliki beberapa kelemahan.
Penelitian ini mengembangkan alat ukur integritas menggunakan pendekatan polytomous Item Response Theory (IRT) dengan menerapkan Rating Scale Model (RSM). Alat ukur integritas yang dikembangkan dalam penelitian ini melibatkan 1210 pekerja di Indonesia. Hasil uji coba menunjukkan bahwa alat ukur integritas (26 item) terbukti reliabel (α=0.94) dan valid. Hasil uji coba juga menunjukkan bahwa alat ukur integritas ini memenuhi asumsi unidimensionalitas.
Hasil pengujian dengan menerapkan RSM menunjukkan bahwa alat ukur integritas ini memiliki model yang fit. Dari 26 item, terdapat satu item yang tidak fit, sehingga item tersebut dikeluarkan. Hasil pengujian kembali terhadap 25 item menunjukkan bahwa model fit, dan seluruh item fit mengukur integritas. Analisis menggunakan differential item functioning (DIF) menunjukkan 1 item memiliki bias respon berdasarkan jenis kelamin. Dengan demikian, item yang dipertahankan dalam alat ukur integritas ini berjumlah 24 item.

ABSTRACT
Integrity is a strength of character that affects mental health, psychological well-being and improve interpersonal relationships. Various studies have shown that integrity is essential in the job environment, particularly with regard to their promotion issue. Unfortunately, research on integrity still received little attention and there is no standardized measurement for it. Integrity scale was developed overseas and has not adapted to the Indonesian cultural context. Moreover, the scale development is generally performed with classical theory approach, which has some drawbacks.Therefore, this study develops an integrity scale using polytomous Item Response Theory approach (IRT) by applying the Rating Scale Model (RSM). This study involving 1210 workers in Indonesia.
The pilot study results showed that the integrity scale (with 26 items) is a reliable measure (α = 0.94) and valid. The pilot study results also showed that the integrity scale satisfies unidimensionality assumptions.
The test results using the RSM showed that the integrity scale had a fit model. Of the 26 items, there is one item that does not fit, so the item was issued. The second test results for the remaining 25 items showed that they fit the model and all the items were fit to measure integrity. Analysis using differential item functioning (DIF) showed one items have a response bias based on gender. Thus, there are 24 items remaining in the scale."
2012
T30775
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Raimundus R Karsono
"ABSTRAK
Pengukuran terhadap karakter individu sudah dilakukan sejak lama. Beragam alat ukur dan metode telah dikembangkan. Salah satu pendekatan dalam pengukuran karakter individu adalah dengan menggunakan skala dengan format forcedchoice. Akan tetapi, penggunaan skala dengan format forced-choice ini mengalami sejumlah kesulitan ketika harus diuji secara psikometris. Kesulitan ini berhasil diatasi dengan menggunakan pendekatan perbandingan berpasangan (paired comparison) dari Thurstone sehingga bisa diuji dengan menggunakan teori psikometri modern.
Pengembangan alat ukur sendiri kembali marak dalam tiga dekade terakhir,
setelah ada penelitian yang membuktikan bahwa gaya kepribadian dapat
memprediksi kinerja, termasuk di Indonesia. Salah satu alat ukur dikembangkan adalah GPQ, yang menggunakan pola forced-choice item yang menghasilkan data sebagaimana pengukuran ipsatif. Alat ukur ini yang diuji dengan menggunakan model Thurstonian IRT.
Menggunakan data yang berasal dari 119 blok (aslinya, GPQ memiliki 120 blok
pernyataan) penelitian ini melakukan uji kecocokan model (model fit) dengan
menggunakan uji chi square. Hasil uji chi square menunjukkan bahwa estimasi
terhadap data GPQ tidak fit dengan model Thurstonian IRT (χ2=18347.435, df=
6663, p = 0.000, p <.001). Sementara pengujian dengan RMSEA menunjukkan
model tergolong fit (RMSEA = 0.028, p <= 0,05 = 1.000). Selanjutnya, hasil
estimasi parameter item dan trait GPQ berhasil dilakukan dengan menggunakan model Thurstonian IRT. Meskipun demikian tidak semua estimasi parameter item dan trait fit dengan model Thurstonian IRT.

ABSTRACT
Individual character measurement have been done long ago. Various instruments and methods have been developed. One of the approach in individual characters measurement by using forced-choice item. However, using forced-choice item scale is facing a number of difficulties when statistically tested. These difficulties were overcome by using a comparative judgement approach (paired comparison) of Thurstone so that it can be tested using modern psychometric theory.
Research on instrument development emerged in the last three decades, after the research provided evidence that personality can predict job performance,
including in Indonesia. One of new developed instruments is GPQ, which uses
forced-choice item that produced data as ipsative measurement. This instrument is tested using Thurstonian IRT model.
Using data from 119 block of statement (originally, GPQ has 120 block of
statements), this research focused on model fit testing using the chi-square test. The result of chi square testing showed that GPQ data does not fit with the Thurstonian IRT model (χ2=18347.435, df= 6663, p = 0.000, p <.001). RMSEA testing showed that showed model were fit (RMSEA = 0.028, p <= 0,05 = 1.000). Furthermore, Thurstonian Model IRT managed to generate item and trait parameter. However, not all the items fit with this model."
2016
T46589
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Dewi Gayatri
"Aspek kenyamanan merupakan fokus keperawatan namun aspek ini cenderung diabaikan terutama didalam melakukan pengkajian. Luka kronik yang dialami pasien menimbulkan ketidaknyamananyang dapat mempengaruhi kondisi psikologis, spiritual, sosial, dan kultural pasien. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pemodelan teoritis kenyamanan pada pasien ulkus diabetikum. Penelitian ini dilakukan melalui 2 fase, fase I menghasilkan instrumen ketidaknyamanan luka kronik, yaitu Discomfort Evaluation of Wound Instrument (DEWI). Fase kedua dilakukan dengan menggunakan desain potong lintang pada 140 pasien ulkus diabetikum. Hasil pemodelan menunjukkan bahwa luka dapat menimbulkan ketidaknyamanan, luka juga dapat mempengaruhi status emosional psikologis. Ketidaknyamanan yang ditimbulkan dari adanya luka dapat mempengaruhi terjadinya gangguan status emosional psikologis. Dukungan keluarga dapat menurunkan gangguan status emosional psikologis. Sifat hubungan ketidaknyamanan dan status emosional psikologis bersifat timbal balik dimana karakteristik individu tidak mempengaruhi hubungan ketidaknyamanan dan status emosional psikologis. Penelitian ini merekomendasikan agar perawatan yang bersifat holistik diterapkan dalam merawat luka terutama luka kronik. Manajemen pengelolaan stress perlu diajarkan dan diterapkan pada pasien ulkus diabetikum dengan meningkatkan peran keluarga.

Comfort is focus of nursing that tend to have less attention when conducting assessment. Wound chronic occurs discomfort on patient that influences psychologicl, spiritual, social, and cultural aspect. This study was to examine theoretical model of comfort on diabeticum ulcer. This study consisted of two phases. Phase 1 developed an instrument of wound chronic discomfort, namely Discomfort Evaluation of Wound Instrument (DEWI). Phase 2 was conducted with cross sectional involving 140 diabetic patient with ulcer. The result of modelling shows that chronic wound can occur discomfort. Chronic wound also affects emotional psychological status. This discomfortable contributes to emotional psychological disturbance. The relationship discomfort and emotinal psychological status is recursive which individual characteristics does not this fundings recommend to provide holistic care in wound care specifically chronic wound. Stress management needs to teach and apply on diabeticum ulcer patients with improving of family role.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
D1864
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rumeser, J.A.A.
"Penelitian ini dirancang untuk membuktikan bahwa awak kokpit penerbangan komersial mempunyai mental model yang mempengaruhi efektivitas kerja tim. Sampel penelitian adalah awak kokpit (pilot) yang masih terlibat di kegiatan tim selama 1 tahun terakhir (N=208 pilot). Pengolahan data menggunakan SPSS PASW STATISTIC 18 dan LISREL 8.72 dengan metode pengujian model fit dan signifikansi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mental model awak kokpit dibangun oleh indikator-indikator trust, openness, realization dan interdependence (TORI) dan tidak dipengaruhi oleh usia awak kokpit. Dengan kata lain, semua awak kokpit mempunyai mental model TORI. Mental model tersebut mempengaruhi efektivitas tim kerja awak kokpit. Variabel ketiga yaitu faktor kepemimpinan dan faktor pembelajaran bersama-sama dengan mental model memberikan pengaruh positif terhadap efektivitas tim kerja awak kokpit. Khusus bagi awak kokpit yang berpengalaman kerja lebih dari 11 (sebelas) tahun terbukti faktor kepemipinan (L=Leadership) menjadi bagian dari indikator mental model (TORIL).

This study is designed to prove that commercial airline cockpit crew have mental models which influence the effectiveness of teamwork. Samples of the research were cockpit crew (pilots) who are still involved in team activities during the last 1 year (N = 208 pilot). SPSS PASW Statistics 18 and LISREL 8.72 was used for data processing with model fit and significance testing methods. The result shows that the mental models of the cockpit crew was built on the indicators of trust, openness, realization and interdependence (TORI) and was not influenced by the age of the cockpit crew. In other words, all cockpit crew showed adoption of the TORI mental model. These mental models affect the effectiveness of cockpit crew’s work teams. The third variable which is the leadership and learning factors together with the mental model provided a positive influence of the effectiveness of the cockpit crew’s work teams. In addition, especially for seasoned cockpit crew with more than 11 (eleven) years of work experience, it has been proven that the leadership factor (L = Leadership) is a part of the (TORI-L) mental model indicator."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mochamad Enoch Markum
"Disertasi ini mengetengahkan masalah kualitas Sumberdaya Manusia (SDM) Indonesia berkenaan dengan Pembangunan Nasional. Dari pengamatan terhadap negara-negara maju dan negara-negara yang tergolong "The New Industrialized Countries" ternyata negara-negara itu tidak memiliki sumberdaya alam yang melimpah, tetapi mereka memiliki sumberdaya manusia yang kualitasnya tinggi. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa kemajuan suatu negara. antara lain ditentukan oleh kualitas SDM yang tinggi. Bagi Indonesia yang sedang membangun dan menghadapi persaingan yang semakin ketat sebagai konsekuensi dari era globalisasi, maka mau tidak mau harus mengandalkan pada SDM yang kualitasnya tinggi. Masalahnya adalah bagaimana kualitas SDM Indonesia itu pada kenyataannya.
Berbagai pendapat mengenai kualitas SDM Indonesia (Koentjaraningrat, 1974, 1976, dan 1979; Soeryohadiprodjo, 1982; Lubis, 1990: Swasono, 1984. 1988, dan Sukardi, 1991) pada intinya menunjukkan bahwa SDM Indonesia pada umumnya belum siap menghadapi tuntutan pembangunan yang makin majemuk dan persaingan yang semakin ketat di masa yang akan datang. Oleh karena itu perlu dipersiapkan SDM Indonesia yang mampu menghadapi tuntutan pembangunan dan era globalisasi. Masalahnya adalah unsur kualitas SDM apakah yang perlu disiapkan (baca: ditingkatkan dan dikembangkan) ditinjau dari sudut psikologi. Sebelum menjawab pertanyaan itu perlu ditegaskan bahwa pengertian SDM dalam studi ini cakupan yang terbatas pada melihat manusia sebagai sumberdaya atau tenaga kerja yang erat kaitannya dengan hal-ikhwal produktivitas, efisiensi, dan efetivitas suatu performa kerja.
Landasan teoretis yang digunakan dalam studi ini adalah teori sifat (trait) Banellport karena teori ini dapat menjawab tujuan penelitian. Yaitu menemukan suatu predisposisi tingkahlaku yang perwujudannya dalam kehidupan sehari-hari menunjukkan adanya konsistensi.
Seeara umum tujuan penelitian ini adalah menemukan sifat yang harus dimiliki oleh SDM Indonesia dan lingkungan keluarga serta sekolah yang kondusif bagi pembentukan sifat SDM Indonesia. Untuk itu dilakukan dua tahap penelitian yang masing-masing menggunakan pendekatan yang berbeda.
Penelitian tahap I dilakukan dengan melakukan pengkajian 68 buku mengenai riwavat hidup orang-orang berprestasi dalam berbagai bidang dengan menggunakan metode kualitatif. Hasil penelitian tahap I menunjukkan adanya 6 sifat dari orang yang berprestasi tinggi, yakni kerja keras, disiplin, prestatif, komitmen, mandiri, dan realistis.
Penelitian tahap II merupakan penelitian lapangan sebagai kelanjutan dari penelian tahap I yang bertujuan menguji hipotesis mengenai sejauhmana (1) individu berprestasi tinggi memiliki ke 6 sifat di atas dan (2) pengaruh'lingkungan keluarga dan sekolah terhadap pembentukan sifat individu berprestasi tinggi.
Subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswa (280 orang) yang terdiri dan mahasiswa berprestasi tinggi (149 orang) dan mahasiswa berprestasi rendah (131 orang). Instrumen pengumpulan data terdiri dari (1) ISI '95 : untuk menemukan sifat. (2) Skala Keluarga : untuk melihat latar belakang keluarga. dan (3) Skala Sekolah : untuk meliltat peran lingkungan sekolah.
Untuk menguji hipotesis dari penelitian ini, digunakan metode analisis LISREL (Liniar Structural Relations) yang pada hakikatnya terdiri dari 2 tahap yang saling terkait, yaitu : (1) menguji kebenaran model dengan melihat apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara model teoritik dan data ini atau tidaknya model). (2) jika model dinyatakan fit selanjutnva dilakukan pengujian atas hipotesis tentang hubungan kausal antar variabel. Dari hasil studi ini dapat disimpulkan :
(1) sifat yang harus dimiliki oleh SDM Indonesia sebagai penunjang pembangunan, adalah sifat kerja keras, disiplin komitmen. prestatif mandiri, dan realistis.
(2) lingkungan keluarga yang kondusif bagi pembentukan sifat individu berprestasi tinggi adalah lingkungan yang menerapkan pola asuh yang otoritatif.
(3) lingkungan sekolah yang kondusif bagi pembentukan sifat individu berprestasi tinggi adalah lingkungan sekolah yang menerapkan pola bina yang otoritatif.
(4) ada alur pembentukkan individu berprestasi tingkat 0 yakni diawali dengan pola asuh dan pola bina yang otoritatif yang keduanya akan berpengaruh terhadap pembentukkan sifat, dan pada akhirnya akan mempengaruhi prestasi individu.
(5) peran ibu dan guru cukup signifikan terhadap pembentukan sifat.
(6) ibu berpengaruh terhadap tinggi atau rendahnya prestasi.
Dari hasil studi ini disarankan (1) ke enam sifat yang ditemukan hendaknya dijadikan rujukan dalam pengembangan SDM Indonesia, seperti dalam pendidikan dan pelatihan. buku cerita yang menonjolkan ke enam sifat. dan ekspose orang-orang yang berprestasi tinggi. (2) membuat sinergi pola asuh di rumah dan pola bina di sekolah seperti melalui perteinuan orangtua siswa dan guru secara teratur. (3) pengembangan pola asuh otoritatif d.alam berbagai bidang. (4) melakukan penelitian mengenai sifat individu yang lingkupnya lebih luas, seperti pada olahragawan, seniman, ilmuwan yang berhasil. (5) pengembangan instrumen penelitian untuk melihat sejaulunana ada konsislensi antara sifat dan tingkah laku nyata."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1998
D224
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eko Winarto
"Infeksi HIV terus bertambah. Angka kesakitan dan angka kematian infeksi HIV dapat dihambat dengan terapi ARV. Terapi ARV efektif menekan viral load namun dapat menimbulkan dampak ketidaknyamanan. Kenyamanan spiritual merupakan aspek sentral untuk kesehatan. Pengkajian kenyamanan spiritual digunakan untuk menentukan masalah keperawatan. Penelitian ini ditujukan untuk membentuk instrumen kenyamanan spiritual pada pasien HIV positif. Metode penelitian menggunakan mixed methode. Hasil penelitian kenyamanan spiritual pasien HIV terdapat tiga faktor kenyamanan spiritual yaitu intrapersonal, interpersonal dan transpersonal. Instrumen kenyamanan spiritual pasien HIV positif valid dan reliabel untuk digunakan. Hasil respon regulator tekanan darah sistolik dan denyut jantung berhubungan dengan kenyamanan spiritual dengan tekanan darah sistolik dapat mendeteksi kenyamanan spiritual pada faktor intrapersonal (sensitivitas 70,8%), faktor interpersonal (spesivisitas 70,4%) dan faktor transpersonal (spesivisitas 81,5%). Uji diagnostik perubahan denyut jantung dapat mendeteksi kenyamanan spiritual pada faktor intrapersonal (sensitivitas 60%), faktor interpersonal (spesivisitas 61,5%) dan faktor transpersonal (spesivisitas 80,8%).

The infection of HIV increases continuously with morbidity and mortality rates can be inhibited through the provision of ARV therapy. Giving ARV therapy suppresses effectively the viral load even though it has an impact on patients' discomfort. However, spiritual comfort is a central aspect in health care. Therefore, spiritual comfort needs to be determine nursing problems. This research intended to produce a spiritual comfort instrument to patients with HIV positive. The research used a mixed-method. The HIV patients' spiritual comfort consisted of three factors which are intrapersonal, interpersonal and transpersonal. The instrument of spiritual comfort for patients with HIV positive valid and reliable to use.  The regulator response of systolic blood pressure and heart rate related to the spiritual comfort. The systolic blood pressure detect the spiritual comfort for intrapersonal factor 70.8% sensitivity, interpersonal factor 70.4% specificity, and transpersonal factor 81.5% specificity. The heart rate changes in diagnostic test detect spiritual comfort in intrapersonal factor 60% sensitivity, interpersonal factor 61.5% specificity, and transpersonal factor 80.8% specificity."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
D2580
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mochamad Enoch Markum
"Disertasi ini mengetengahkan masalah kualitas Sumberdaya Manusia (SDM) Indonesia berkenaan dengan Pembangunan Nasional. Dari pengamatan terhadap negara-negara maju dan negara-negara yang tergolong "The New Industrialized Countries" ternyata negara-negara itu tidak memiliki sumberdaya alam yang melimpah, tetapi mereka memiliki sumberdaya manusia yang kualitasnya tinggi. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa kemajuan suatu negara. antara lain ditentukan oleh kualitas SDM yang tinggi. Bagi Indonesia yang sedang membangun dan menghadapi persaingan yang semakin ketat sebagai konsekuensi dari era globalisasi, maka mau tidak mau harus mengandalkan pada SDM yang kualitasnya tinggi. Masalahnya adalah bagaimana kualitas SDM Indonesia itu pada kenyataannya.
Berbagai pendapat mengenai kualitas SDM Indonesia (Koentjaraningrat, 1974, 1976, dan 1979; Soeryohadiprodjo, 1982; Lubis, 1990: Swasono, 1984. 1988, dan Sukardi, 1991) pada intinya menunjukkan bahwa SDM Indonesia pada umumnya belum siap menghadapi tuntutan pembangunan yang makin majemuk dan persaingan yang semakin ketat di masa yang akan datang. Oleh karena itu perlu dipersiapkan SDM Indonesia yang mampu menghadapi tuntutan pembangunan dan era globalisasi. Masalahnya adalah unsur kualitas SDM apakah yang perlu disiapkan (baca: ditingkatkan dan dikembangkan) ditinjau dari sudut psikologi. Sebelum menjawab pertanyaan itu perlu ditegaskan bahwa pengertian SDM dalam studi ini cakupan yang terbatas pada melihat manusia sebagai sumberdaya atau tenaga kerja yang erat kaitannya dengan hal-ikhwal produktivitas, efisiensi, dan efetivitas suatu performa kerja.
Landasan teoretis yang digunakan dalam studi ini adalah teori sifat (trait) Banellport karena teori ini dapat menjawab tujuan penelitian. Yaitu menemukan suatu predisposisi tingkahlaku yang perwujudannya dalam kehidupan sehari-hari menunjukkan adanya konsistensi.
Seeara umum tujuan penelitian ini adalah menemukan sifat yang harus dimiliki oleh SDM Indonesia dan lingkungan keluarga serta sekolah yang kondusif bagi pembentukan sifat SDM Indonesia. Untuk itu dilakukan dua tahap penelitian yang masing-masing menggunakan pendekatan yang berbeda.
Penelitian tahap I dilakukan dengan melakukan pengkajian 68 buku mengenai riwavat hidup orang-orang berprestasi dalam berbagai bidang dengan menggunakan metode kualitatif. Hasil penelitian tahap I menunjukkan adanya 6 sifat dari orang yang berprestasi tinggi, yakni kerja keras, disiplin, prestatif, komitmen, mandiri, dan realistis.
Penelitian tahap II merupakan penelitian lapangan sebagai kelanjutan dari penelian tahap I yang bertujuan menguji hipotesis mengenai sejauhmana (1) individu berprestasi tinggi memiliki ke 6 sifat di atas dan (2) pengaruh'lingkungan keluarga dan sekolah terhadap pembentukan sifat individu berprestasi tinggi.
Subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswa (280 orang) yang terdiri dan mahasiswa berprestasi tinggi (149 orang) dan mahasiswa berprestasi rendah (131 orang). Instrumen pengumpulan data terdiri dari (1) ISI '95 : untuk menemukan sifat. (2) Skala Keluarga : untuk melihat latar belakang keluarga. dan (3) Skala Sekolah : untuk meliltat peran lingkungan sekolah.
Untuk menguji hipotesis dari penelitian ini, digunakan metode analisis LISREL (Liniar Structural Relations) yang pada hakikatnya terdiri dari 2 tahap yang saling terkait, yaitu : (1) menguji kebenaran model dengan melihat apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara model teoritik dan data ini atau tidaknya model). (2) jika model dinyatakan fit selanjutnva dilakukan pengujian atas hipotesis tentang hubungan kausal antar variabel. Dari hasil studi ini dapat disimpulkan :
(1) sifat yang harus dimiliki oleh SDM Indonesia sebagai penunjang pembangunan, adalah sifat kerja keras, disiplin komitmen. prestatif mandiri, dan realistis.
(2) lingkungan keluarga yang kondusif bagi pembentukan sifat individu berprestasi tinggi adalah lingkungan yang menerapkan pola asuh yang otoritatif.
(3) lingkungan sekolah yang kondusif bagi pembentukan sifat individu berprestasi tinggi adalah lingkungan sekolah yang menerapkan pola bina yang otoritatif.
(4) ada alur pembentukkan individu berprestasi tingkat 0 yakni diawali dengan pola asuh dan pola bina yang otoritatif yang keduanya akan berpengaruh terhadap pembentukkan sifat, dan pada akhirnya akan mempengaruhi prestasi individu.
(5) peran ibu dan guru cukup signifikan terhadap pembentukan sifat.
(6) ibu berpengaruh terhadap tinggi atau rendahnya prestasi.
Dari hasil studi ini disarankan (1) ke enam sifat yang ditemukan hendaknya dijadikan rujukan dalam pengembangan SDM Indonesia, seperti dalam pendidikan dan pelatihan. buku cerita yang menonjolkan ke enam sifat. dan ekspose orang-orang yang berprestasi tinggi. (2) membuat sinergi pola asuh di rumah dan pola bina di sekolah seperti melalui perteinuan orangtua siswa dan guru secara teratur. (3) pengembangan pola asuh otoritatif d.alam berbagai bidang. (4) melakukan penelitian mengenai sifat individu yang lingkupnya lebih luas, seperti pada olahragawan, seniman, ilmuwan yang berhasil. (5) pengembangan instrumen penelitian untuk melihat sejauhmana ada konsislensi antara sifat dan tingkah laku nyata."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1998
D677
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Widaningsih
"Pengukuran kinerja perawat dalam sistem layanan kesehatan merupakan hal yang tidak terpisahkan dalam upaya meningkatkan kualitas dan citra keperawatan. Ruang perawatan intensif sebagai bagian dari layanan kesehatan yang memiliki karakteristik ruang perawatan berbeda dengan unit lainnya, hingga saat ini belum memiliki instrumen untuk mengukur kinerja perawat pelaksana. Tujuan penelitian terwujudnya instrumen pengukuran kinerja perawat pelaksana ruang perawatan intensif rumah sakit di Indonesia. Penelitian menggunakan desain research and development, dengan jumlah responden sebanyak 722 perawat pelaksana yang ditentukan dengan teknik total sampling. Penilaian kinerja perawat pelaksana diperoleh melalui penilaian diri sendiri, atasan, dan sejawat. Hasil penelitian berdasarkan uji pakar didapatkan nilai Content Validity Index 0.78 untuk keterwakilan, dan 0.70 untuk kejelasan. Nilai validitas dan reliabilitas instrumen berdasarkan uji Alpha-Cronbach untuk penilaian diri sendiri antara 0.25-0.56, dengan reliabilitas 0.86, untuk penilaian pimpinan diperoleh nilai antara 0.73-0.93, dengan realibilitas 0.95, dan penilaian sejawat nilainya antara 0.52-0.83 dengan reliabilitas 0.97. Hasil uji Goodness of Fit menyatakan model fit dengan data, ditunjukkan dengan nilai RMSEA (≤005) untuk evaluasi diri 0.045, atasan 0.05, dan sejawat 0.075. Selanjutnya, hasil penghitungan koefisien loading factor untuk penilaian diri sendiri diperoleh 14 butir pernyataan valid (> 0.5), sedangkan atasan dan sejawat hanya 7 butir pernyataan yang valid. Hasil tersebut menunjukkan semua butir valid mengukur satu hal yang sama, yaitu kinerja perawat pelaksana. Simpulan penelitian bahwa instrumen yang telah dikembangkan dan diberi nama Instrumen WIDA (Work performance Instrument of intensive care nurses Direct Assessment) ini dapat digunakan untuk mengukur kinerja perawat pelaksana di ruang perawatan intensif rumah sakit. Rekomendasi ditujukan kepada Direktorat Keperawatan Kementrian Kesehatan, instrumen WIDA dapat digunakan sebagai alat pengukur kinerja perawat di ruang intensif berbagai rumah sakit di Indonesia.

The assessment of nursing work performance in health care system may influence the improvement of quality and image of nursing working performance. Intensive care unit has specific service that differs from general and other unit in the hospital, and yet has not had a nursing work performance tool to measure their staff within the unit. The purpose of this study was to establish a Nursing Work Performance assessment tool in Intensive Care in Indonesia. This study used a research and development design, and 722 staff nurses were recruited as respondents using a total sampling method. The tool was developed for three types of assessment head nurse, peer & self evalution. Based on an expert review, it was found that. Content Validity Index score is 0.78 for representation, and 0.70 for clarity. The validity score Alpha- Cronbach) for self assessment between 0.25-0.56, and reliability of 0.86. The head nurse assessment had scores between 0.73-0.93, and the reliability of 0.95, whereas the peer assessment score between 0.52-0.83, and the reliability 0.97. The result of Goodness of Fit showed that RMSEA (≤0.05) for self assessment is 0.045, the head nurse assessment is 0.05, and the peer assessment is 0.075. Further,the result of loading factor for self assessment found 14 statement items are valid (> 0.5), whereas the head nurse and the peer assessment are only 7 statement items valid. Those valid items measure the same variable which is nursing work performance. Conclusion: this study had succeeded to establish a valid instrument to measure nursing work performance in intensive care which named as WIDA (Work performance Instrument of intensive care nurses Direct Assessment). A recomendation is directed to Directorate of Nursing at Ministry of Health Republic of Indonesia to utilize the instrument of WIDA as a tool to measure Nursing work performance in variety hospital in Indonesia."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>