Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 41 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Cindy Yulia Eka Putri
"Salah satu cara untuk menekan angka kelahiran adalah dengan menggunakan kontrasepsi. Metode Kontrasepsi Jangka Panjang merupakan salah satu kontrasepsi yang lebih cost-efektif dan memiliki efek samping yang sedikit untuk menurunkan tingkat kelahiran. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) pada wanita usia subur di Indonesia tahun 2017. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional. Sumber data penelitian berasal dari Survei Demografi Kesehatan Indonesia tahun 2017. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor yang berhubungan dengan MKJP adalah Pendidikan, umur, jumlah anak hidup, pengabilan keputusan ber-Kb, pengeahuan terhadap kontrasepsi, dan jumlah anak ideal. Faktor yang paling dominan dalam penggunaan MKJP adalah pendidikan tinggi (OR = 2,7; 95%CI=1,7-4,4) dan umur 35-49 tahun (OR=2,3;95%CI=1,9-2,8).

One way to suppress the birth rate is to use contraception. The Long Term Contraceptive Method (LTCM) is one of the more cost-effective contraceptives and has few side effects to lower the birth rate. This study aims to find out the factors related to the use of long-term contraceptive methods (LTCM) in women of childbearing age in Indonesia in 2017. The research design used is cross sectional. The research data source comes from the Indonesian Health Demographics Survey in 2017. The results showed that factors related to LTCM are education, age, number of children living, decision making in family planning, knowledge of contraception, and the ideal number of children. The most dominant factors in the use of LTCM are higher education (OR = 2.7; 95%CI=1.7-4.4) and age 35-49 years (OR=2,3;95%CI=1.9-2.8). "
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aliah Bagus Purwakania Hasan
"Penelitian tentang sistem informasi kesehatan mental untuk komuniti terapetik di Indonesia bisa dikatakan belum pernah dilakukan, padahal dengan semakin parahnya masalah ketergantungan obat di Indonesia, sistem informasi kesehatan mental komuniti terapetik merupakan sesuatu yang semakin penting untuk dikembangkan.
Sistem ini diharapkan dapat mengontrol dan mengevaluasi program komuniti terapetik (yang merupakan kelompok pertolongan diri sendiri) dalam rangka menjaga kualitas program penanganan, pada saat semakin kompetitifnya program yang ditawarkan kepada masyarakat.
Berkaitan dengan keadaan tersebut, maka penelitian ini secara umum akan mengkaji dan mengembangkan sistem informasi kesehatan mental pada Yayasan Titihan Respati sebagai komuniti terapetik residensial pertama di Indonesia. Sedangkan tujuan khusus dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan indikator yang spesifik untuk pengumpulan data evaluasi klinikal komuniti terapetik, membuat format pengumpulan data evaluasi klinikal komuniti terapetik, dan mengembangkan sistem operasional dan prosedural baku untuk evaluasi klinikal komuniti terapetik.
Dan riset yang menggunakan analisis data kualitatif ini diperoleh hasil akan pentingnya pengembangan indikator sistem informasi pada masing-masing elemen sistem. Pada tahap masukan perlu dikembangkan indikator sistem informasi yang lebih berorientasi pada jenis program yang diadakan, gambaran klien sebelum penanganan dan berorientasi pada jenis program yang diadakan, gambaran klien sebelum penanganan, dan segmentasi berdasarkan tingkat keparahan klien.
Pada tingkat proses perlu dikembangkan indikator yang dapat menilai area-area mana dari klien yang perlu ditangani dengan berorientasi pada rencana penanganan individual. Pada tingkat keluaran, perlu dilihat bagaimana klien ketika baru selesai dari program penanganan. Sedangkan pada tingkat hasil perlu dikembangkan indikator yang dapat melihat bagaimana gambaran klien ketika kembali bermasyarakat, sebagai umpan balik dari program.
Kendala yang terdapat dalam pengembangan sistem informasi kesehatan mental ini adalah sumber daya manusia terbatas dan masalah kordinasi pelaksanaan, baik dengan internal maupun eksternal. Sebagai lanjutan, penelitian ini menyarankan perlu diadakannya penelitian lanjutan dengan memperbanyak sumber informasi, memperkaya pengguna informasi, memperluas penelitian dengan memperhitungkan hirarki supervisi klinik, "mengembangkan otomisasi alat-alat tes psikologik, dan mengembangkan otomisasi sistem informasi kesehatan mental komuniti terapetik. Selain itu juga perlu dipertimbangkan untuk membentuk konsorsium atau wadah komunikasi antara lembaga rehabilitasi, mengembangkan mekanisme kontrol/umpan balik dan kualitas penanganan komuniti terapetik di Indonesia melalui sistem akreditasi, dan mengembangkan sumber daya manusia komuniti terapetik di Indonesia.
Daftar bacaan: 35 (1974-2000)

Analysis and Design of Mental Health Information System at Yayasan Titihan Respati Therapeutic Community 2000.
Previous research about mental health information system for Indonesian therapeutic community was not conducted before this; although there was a basic tenet that the more severe Indonesian substance abuse problems, the more important - in Indonesia therapeutic community - to develop mental health information system. The system was expected to be a significant source in controlling and evaluating therapeutic community program - a self-help group program - in achieving quality improvement of treatment program, in the world of consumer oriented quality service competition.
In this case, this research will analyze and design mental health information system at Yayasan Titihan Respati as the first residential therapeutic community program in Indonesia.
These research objectives are to develop specific indicators in gathering clinical evaluation data for therapeutic community, to design data collecting instruments for therapeutic community clinical evaluation, and to develop operational and procedural manual for therapeutic community clinical evaluation.
From this qualitative analysis research revealed the importance of developing information system indicators in each system elements. Indicators that program oriented, giving the description of clients before treatment, and client severity segmentation should be designed at input level. At process level, indicators that assess client treatment areas should be developed in basic consideration of individual treatment planning. Clients' description right after completing the program should be recorded at output level; and to describe the outcome, indicators that follow-up clients progress in their society after the treatment should be developed - as a feedback for the program.
The constraints in this mental health information system development were the limitation of human resources and the difficulty in activity coordination - internally or externally. As further investigation, this research recommended to enrich information sources, information users, expanding the research through clinical supervision area, and developing automation of psychological tests and mental health information system. Besides, as the follow-up, this research also recommended to develop rehabilitation facilities consortium or communication forum, to build control and feedback mechanism for quality control through accreditation, and to empower therapeutic community human resources in Indonesia.
References: 35 (1974-2000)
"
2000
T2566
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pitri Noviadi
"Penggunaan Alat Pelindung Pendengaran (APD Telinga) merupakan tahap terakhir dari hirarki pengendalian kebisingan apabila pengendalian secara teknik dan administrasi tidak berhasil dijalankan, hal ini disebabkan risikonya masih cukup tinggi karena susahnya untuk memantau perilaku pekerja dalam menggunakan APD Telinga. Pada kenyataannya di PT Pupuk Sriwidjadja (PUSRI) Palembang dengan tingkat kebisingannya tinggi masih banyak ditemui pekerja yang tidak disiplin mengunakan APD Telinga. Banyak faktor yang mempengaruhi perilaku pekerja sehingga tidak menggunakan APD Telinga tersebut.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku pekerja dalam penggunaan APD Telinga di bagian Produksi Ammonia PUSRI II (P-II) PT PUSRI Palembang. Pendekatan yang digunakan adalah dengan mengadopsi teori Green, yaitu melihat dari faktor predisposing, faktor enabling dan faktor reinforsing.
Rancangan penelitiannya adalah cross sectional, dengan sampel penelitian berjumlah 60 orang pekerja. Pengambilan data dilakukan dengan cara melakukan wawancara dan observasi langsung, serta mengkaji data sekunder. Data kemudian diolah secara statistik menggunakan teknik analisis chi square dan regresi logistik.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 30% pekerja yang berperilaku tidak baik dalam penggunaan APD Telinga dan 70% pekerja yang berperilaku baik dalam penggunaan APD Telinga. Berdasarkan hasil analisis bivariat diketahui terdapat hubungan yang bermakna antara variabel: pengetahuan, sikap, kenyamanan, kebijakan, pelatihan dan keteladanan terhadap penggunaan APD Telinga, sedangkan variabel: umur, masa kerja, kondisi APD Telinga, perawatan, pengawasan dan tanda bahaya bising tidak berhubungan dengan penggunaan APD Telinga. Begitu pula dari model regresi logistik diketahui bahwa variabel yang menentukan Perilaku Penggunaan APD Telinga oleh pekerja adalah Pelatihan (OR=10,19; 95% CI: 0,769-135,243), Pengetahuan (OR= 8,85; 95% CI: 0,75-103,58), Sikap Keteladanan (OR= 8,40 ; 95% CI: 2,40-32,65), Kebijakan (OR= 7,87; 95% CI: 0,53-116,33) dan Kenyamanan APD Telinga (OR= 4,59; 95% CI: 0,25-81,24).
Sebagai saran untuk tindak lanjut, maka upaya yang dilakukan oleh pihak manajemen adalah dengan meningkatkan penyuluhan/pelatihan dan motivasi tentang APD Telinga kepada pekerja agar dapat menambah pengetahuan dan menumbuhkan sikap positif pekerja. Selain itu agar lebih tegas dalam memberikan sanksi apabila pekerja tidak menggunakan APD Telinga dan diupayakan memberikan hadiah/penghargaan kepada pekerja yang disiplin menggunakan APD Telinga. Akhirnya, dalam penyediaan APD Telinga mengutamakan faktor kenyamanan alat tersebut dengan meminta masukan dan para pekerja.

The use of hearing protector is the last stage of noise control if technical control and administration control cannot run well. This is due to it's high risk because it's difficult to supervise workers behavior in using hearing protector. In fact, in PT PUSRI Palembang with it's high level of noise, there are still many workers do not use the hearing protector.
The purpose of this research is to investigate factors related to workers behavior in using hearing protector at Ammoniac Production Department of PUSRI II (P-II) in PT PUSRI Palembang. The approach used is by using Green's theory which are consist of predisposing factor, enabling factor as well as reinforcing factor.
The research use Cross sectional design, with 60 workers as samples. Data are collected by using interview and direct observation besides secondary data. Data analyzed statistically by using Chi square and logistic regression.
The result of the research showed that there were 30% of workers did not use hearing protector appropriately. Based on bivariate analysis it is known that there is significant relation between variables: knowledge, attitude, comfort, policy, training and models of using hearing protector. On the other side, variables: age, length of work, the condition of hearing protector, maintenance of hearing protector, supervising and danger signal of noise didn't have significant relation with the use of hearing protector. Through logistic regression, it is known that the determinant variable in the workers behavior in using hearing protector is training (OR= 10,19; 95% CI: 0,769-135,243 ), knowledge (OR= 8,85; 95% CI: 0,75-103,58), attitude*models (OR= 8,40; 95% CI: 2,40-32,65), policy (OR=7,87; 95% CI: 0,53-116,33) and the comfort of hearing protector (OR= 4,59; 95% CI: 0,25-81,24).
Referring to the result of this research, I advice that management should intensify the information/training and motivation about using hearing protector to the workers in order to add their knowledge and positive attitude as well As giving sanction to those without hearing protector. Employee should be rewarded or giving such appreciation especially to the workers who are discipline in using hearing protector. Finally, management should prepare hearing protector that comfort with asking if any workers have suggestion.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2001
T5089
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tati Nuryati
"Kejadian kehamilan tidak diinginkan (KTD) di Indonesia saat ini cenderung mengalami peningkatan. Berdasarkan beberapa penelitian terdahulu, terdapat beberapa faktor yang berhubungan dengan kejadian kehamilan, diantaranya adalah karakteristik ibu hamil dan riwayat keikutsertaan KB.
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran tentang hubungan karakteristik ibu hamil (umur saat hamil, umur menikah pertama, jumlah anak hidup yang dimillki, pendidikan dan pekerjaan) dengan kejadian kehamilan yang tidak diinginkan, serta faktor yang berpengaruh terhadap hubungan tersebut pada ibu yang mempunyai riwayat kehamilan periode 1999/2000 dan kehamilannya bukan karena gagal KB di Desa Penanggapan, Kecamatan Banjarharjo, Kabupaten Berebes, Jawa Tengah.
Penelitian ini merupakan suatu penelitian dengan studi analitis pendekatan cross sectional, dengan menggunakan data primer. Sampel yang diambil adalah 97 ibu yang mempunyai riwayat kehamilan periode 1999/2000 dan kehamilannya bukan karena gagal KB di Desa Penanggapan, Kecamatan Banjarharjo, Kabupaten Berebes, Jawa Tengah,
Dari hasil penelitian tersebut didapat besaran KTD sekitar 21,6 persen, dimana 33,3 persen dari mereka yang mengalami KTD berusaha mengakhiri kehamilannya, dan sekitar (14,3 persen) berhasil mengakhiri kehamilannya. Berdasarkan basil analitis multivariat ternyata karakteristik ibu hamil yang berhubungan secara bermakna dengan KTD adalah jumlah anak hidup (p= 0,00 OR = 19,82) dan pendidikan ( p=0,41 OR10,53), hubungan ini setelah dikontrol variabel riwayat keikutsertaan KB masih tetap bermakna.
Karena tingginya kasus KTD dan adanya usaha-usaha untuk mengakhiri kehamilan yang tidak diinginkan tersebut, maka diperlukan penanganan KTD dengan melakukan konseling yang mendalam oleh petugas kesehatan setempat, serta pencegahan KTD melalui program KB yang berkualitas.
Daftar Kepustakaan : 34 ( 1983-2001)

Correlation of Pregnant Women Characteristics by Unwanted Pregnancies in Desa Penanggapan, Kecamatan Banjarharjo, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah 1999/2000This research is aimed at getting figures on correlation of pregnant women characteristics (age when pregnant, age of first married, total children owned by pregnant women, education and occupation background) with the women having pregnancy period 1999/2000 and those pregnancies as not result of failure in Family Planning program at Desa Penanggapan, Kecamatan Banjarharjo, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah.
This research using cross sectional approach by primary data. The gotten sample is 97 respondents of pregnant women period 1999/2000 and as not result of failure in Family Planning program Desa Penanggapan, Kecamatan Banjarharjo, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah.
By such research may be found quantity of KTD around 21,6%, 33,3% of which had attempted to terminate their pregnancy and around I4,3% of which had terminated it successfully. In fact, from militarization analysis the pregnant women characteristics having correlation with KTD significantly, is total living children (p = 0.00 OR = 19.82) and educational background (p -- 0.01 OR = 10.53). It remain having significance upon being controlled by participation history in Family Planning program variable.
Because KTD cases is so high and any efforts for terminating pregnancy (abortion) of unwanted pregnancy, then, necessary to handle KTD using in deep counseling by local health professionals any to prevent it by qualified Family Planning program.
Literatures : 34 (1983-2001)"
2001
T5178
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zuhartoni
"Metoda pengukuran kepuasan kerja yang digunakan antara lain adalah single global rating dan summation score dimana pada single global rating responden diminta untuk menyatakan perasaan puasnya dengan menjawab satu pernyataan sikap sedangkan pada summation score perasan puas diberikan melalui jawaban terhadap beberapa pernyataan sikap dan unsur-unsur pekerjaan. Secara intuisif akan tampak bahwa menjumlahkan respon-respon dari beberapa pernyataan sikap dari unsur-unsur pekerjaan akan mencapai penilaian yang akurat, tapi riset tidak mendukung intuisi ini (Scapello dan Campbell dalam Robbins, 1998).
Tenaga pengajar institusi pendidikan kesehatan pada dasarnya mempunyai keinginan untuk bekerja sebagai tenaga pelayanan kesehatan. Keadaan ini dapat dilihat di Sekolah Pengatur Rawat Gigi Banda Aceh dimana dokter gigi yang telah bertugas sebagai tenaga pengajar berusaha pindah keunit kesehatan yang lain. Dari pengamatan peneliti kemungkinan penyebabnya adalah dokter gigi kurang menyenangi tugasnya sebagai pendidik.
Rancangan penelitian yang digunakan adalah cross-sectional. Sampel penelitian adalah seluruh tenaga pengajar tetap baik fungsional guru maupun dosen yang menjadi tenaga pengajar di institusi pendidikan tenaga kesehatan setingkat JPM dan JPT di Kotamadya Banda Aceh tahun 2000.
Hasil penelitian menunjukan bahwa lebih dari separuh tenaga pengajar puas dengan pengukuran single global rating (56.5%) dan dengan pengukuran summation score (52.2%). Dari aspek pemenuhan kebutuhan lebih dari separuh tenaga pengajar puas (53.9%) terhadap aspek kebutuhan untuk berkembang.
Berdasarkan uji Kappa didapat bahwa kepuasan kerja antara hasil pengukuran single global rating dengan pengukuran summation score memberikan hasil dengan kesesuaian yang cukup (moderate) antara kedua metoda (nilai Kappa 0.423; p 0.000).
Pada pengukuran dengan single global rating didapat bahwa faktor masa kerja dan jumlah jam mengajar berhubungan dengan kepuasan kerja. Hasil pengukuran summation score menunjukkan faktor umur, masa kerja, jam mengajar dan jenis ketenagaan berhubungan dengan kepuasan kerja. Dilihat dari aspek kebutuhan didapat bahwa masa kerja dan jumlah jam mengajar berhubungan dengan aspek kebutuhan exist dan aspek kebutuhan saling berhubungan. Jenis ketenagaan berhubungan dengan aspek kebutuhan untuk berkembang. Masa kerja, jam mengajar dan jenis ketenagaan mempunyai hubungan yang paling erat dengan kepuasan kerja.
Penelitian ini menyimpulkan bahwa metoda pengukuran single global rating dan summation score memberikan basil tidak cukup berbeda. Pada pengukuran summation score dapat dilihat gambaran aspek kebutuhan yang memberikan kepuasan.
Penelitian ini menyarankan penggunaan metoda single global rating untuk mengukur kepuasan kerja. Penelitian ini jugs menyarankan perlunya dilakukan pemekaran pekerjaan (job enlargement) dan pemerkayaan pekerjaan (job enrichment) serta pendistribusian jam mengajar yang lebih merata. Peningkatan jabatan fungsional guru menjadi dosen dan memperpanjang masa dinas tenaga pengajar dapat dijadikan kebijakan.

Comparative Analysis of Job Satisfaction Measurement by Single Global Rating and Summation Score Method As Well As Related Factors (A Study of Job Satisfaction for Health Education Theaching Force Institution in Banda Aceh, Year 2000)The measuring method of job satisfaction used such as single global rating and summation score where in single global rating the respodents were asked to express their satisfaction by answering a attitude statement as for summation score that satisfactory feeling si given through answering several attitude statements of work elements. Intuitively it will be clear that to sum up the responses of several attitude statements of work elements will reach its accurate evaluation, but research does not support this intuition (Scapello and Campbell in Robbins, 1998).
The teaching force of health educational institution basically has the desire to become the health service force. This situation can be seen in school of Tooth Nursing in Banda Aceh that dentists who have done their duty as teaching force attempt to move to other health units. From the researcher observation the reason for this is that dentists do not like their job as teaching force.
Design of the research is cross sectional. The research sample is the entire permanent teaching force either teacher functional or lecture who become the teaching force in health force educational institution in the same level with JPM and JPT in Banda Aceh in year 2000.
The result of this research shows that more than half of the teaching force is satisfied with single global rating measurement (56.5%) and with summation score measurement (52.2%). From the aspect of needs meeting, more than half of the teaching force is satisfied (53.9%) with growth needs.
Based on Kappa test it was found out that job satisfaction between the result of single global rating measurement and summation score measurement have a moderate agreement (Kappa value 0.423; p = 0.000).
At the measurement by single global rating it was found out that the factors of working period and the total teaching hour are related with job satisfaction. The result of summation score measurement shows that the age factor, working period, teaching hours and factional title are related with job satisfaction. When seen by the aspect of need it was found out that working period and total teaching hour are related with the need to be exist and the need to be interrelated. Fuctional title is related with the growth need. Working period, teaching hour, and factional title have the closest relation with job satisfaction.
This reaserch concludes that the method of single global rating measurement and summation score measurement giving not enough different results. With summation score measurement, aspect of need that giving satisfaction can be seen.
This research suggests the use of single global rating method to assess job satisfaction. This research also suggests the need of job enlargement and job enrichment as well as distribution of even teaching hours. The improvement of teacher factional title to become lecturer and extending the tenure of teaching force can be made as policy.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2000
T10537
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sulikah
"Penggunaan kondom sebagai alat kontrasepsi masih rendah. Penggunaan kondom di wilayah Puskesmas Perawatan Simpang Empat 0,7%, di bawah pencapaian kabupaten yaitu 1,4% tahun 2012. Tujuan penelitian untuk mengetahui alasan tidak berintensi menggunakan kondom pada suami. Metode yang digunakan desain Cross Sectional. Populasi semua suami berstatus menikah, pengambilan sampel secara probability proportional. Hasil penelitian, penggunaan kondom oleh suami 6,5% dan intensi menggunakan kondom 14,3%. Alasan suami tidak berintensi menggunakan kondom karena adanya stigma perilaku seks di luar pernikahan, malu negoisasi dan malu membeli.
Hasil uji statistik tidak ada hubungan mengurangi kenikmatan dengan intensi menggunakan kondom dengan nilai p=0,57 >α(0.005). Pada variabel stigma perilaku seks di luar pernikahan p value 0.001, malu negosiasi <0,001 dan variabel malu membeli 0,031 < α (0.005) berarti ada hubungan yang bermakna antara ketiga variabel tersebut dengan intensi penggunaan kondom pada suami. Perlunya peningkatan promosi kondom baik melalui bidan, petugas lini terdepan BKKBN, organisasi kewanitaan, tokoh agama dan tokoh masyarakat untuk memberikan informasi yang benar tentang kondom di tengah masyarakat.

The use ofcondoms as contraceptives remains low. The use ofcondoms in the health center Simpang Empat Care 0.7%, below the achievement of the district is1.4% in 2012. The purpose of research to find reasons not to use condoms to their husbands intensions. The method used Cross Sectional design. Population of all husbands are married, probability proportional sampling. Results of the study, the use of condoms by husbands 6.5% and14.3% intentions to use condoms. Reason not intension husband use a condom because ofthe stigma ofsexual beha vior outside ofmarriage, embarrassed and as hamed purchase negotiations.
The results of the statistical test has nothing to do with the intention of reducing the pleasure of using a condom with a value ofp=0.57>α(0005). On stigma variables of sex outside of marriage behavior p value 0.001, shame negotiation <0.001 and 0.031variables embarrassed buy <α(0005) means there is a significant association between these three variables withthe intention of using condoms to their husbands. The need for increased promotion of condoms through midwives, BKKBN front line officers, female organizations, religious leaders and community leaders to provide correct information about condoms in the community.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Aji Haryanto
"Angka kematian bayi (AKB) di Kabupaten Garut mencapat 54,8 per l000 kelahiran hidup pada tahun 2005 dan anglca ini masih jauh diatas AKB Provinsi Jawa Barat (44 per 2000 kelahiran hidup). Rendahnya status kesehatan neonatal di Kabupaten Garut dapat dilihat dari masih banyak ditemukan kasus kematian neonatal dalam tiga tahun temkhir. Tahun 2003 ditemukan ada sebanyak 272 kasus kematian neonatal, dan meningkat pada tahun 2005 menjadi 297 kasus. Penyebab tidak langsung dari kasus kematian neonatal ini adalah karena perilaku masyarakat yang belum mendukung dalam penanganan bayi baru lahir secara adekuat.
Tujuan pcnelitlan ini adalah diketahuinya determinan praktek ibu dalam perawatan neonatal di Kabupaten Garut Provinsi Jawa Barat Tahun 2007. Penelitian ini menggunakan data sekunder dari hasil Survei Data Dasar Kesehatan Bayi Baru Lahir Esensial di Kabupaten Gantt Provinsi Jawa Barat Tahun 2007. Metode penelitian yang digunakan adalah Cross sectional, dengan populasi adalah ibu yang mempunyai bayi berumur 1-ll bulan yang tinggal menetap di 10 kccamatan di Kabupaten Garut. Sampel berjumlah 577 ot-ang, diambil menggunakan vmetode cluster probability proportionate size.
Hasil penelitian memmjukkan dari 577 ibu, baru 48,5% yang melakukan praktek pcrawatan neonatal baik. Pengetahuan ibu lentang pemwatan neonatal berhubungan dengan praktek ibu dalam perawatan neonatal, dimana ibu bcrpengetahuan baik bepeluang 2,2 kali melakukan praktek perawatan neonatal secara baik dibanding dengan ibu yang berpengetahuan tidak baik, setelah dikontrol penyuluhan oleh tenaga kesehatan, duktmgan keluarga, pendidikan ibu dan pckerjaan ibu (OR = 2,2; 95% Cl = 1,2 ~ 3,7). Dukungan keluarga berhubungan dengan praktek ibu dalam perawatan neonatal, dimana ibu yang mcnilai dukungan keluarganya cukup, berpeluang 1,7 kali melakukan praktek perawatan neonatal sccara baik dibanding dengan ibu yang menilai dukungan kcluarganya kurang, setelah dikontrol oleh pengetahuan ibu, penyuluhan oleh tenaga kesehatan, pendidikan ibu dan pekerjaan ibu (OR = l,7; 95% Cl = 1,0-3,0).
Oleh karena pcngetahuan ibu merupakan faktor yang paling dominan berhubungan dengan praktek ibu dalam perawatan neonatal maka disarankan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Garut uutuk berupaya meningkatkan pengetahuan ibu mclalui pelatihan komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) bagi bidan di desa (BdD) dan tokoh masyarakat, sebingga bidan di desa dan tokoh masyarakat terampil dalam menyampaikan intbrmasi tentang perawatan neonatal. Biden di desa perlu meningkatkan kegiatan penyampaian informasi tentang perawatan neonatal yang benar menurut kesehatan dengan lebih memanfaatkan buku KIA dan gambar-gambar dalam lembar balik, pada saat berkunjung ke rumah maupun dilcunjungi para ibu hamil serta ibu nifas dan keluarganya. Kcgiatan pemberian informasi ini agar dilakukan bertahap dan berulang sampai ibu tersebut bcnar-bcnar memahami dan mampu mempralctekkan perawatan neonatal sesuai kesehatan. Bidan di desa juga pcrlu meningkatkan upaya motivasi kepada para ibu hamil dan ibu nifas, agar mereka dapat mengadopsi perilaku sehat untuk diri dan bayinya, melalui kegiatan penyuluhan di posyandu dan di pengajian ibu-ibu.

In Garut District Infant Mortality Rate (IMR) is still low, 54,8_/ 1000 live births in 2005. lt’s higher than Ill/ill in West .lava44 I 1000 live births). The neonatal status in Garut district was still low wich was indicated by high neonatal deaths in the last three years. 'I`he neonatal mortality rate was increased from 272 cases in 2003 to 297 cases in 2005. Indirect causes of neonatal deaths was inadequate newborn care.
The objective of this research is to know the determinants of mother’s pmotico on neonatal sore in Garut district in 2007. This study using data from Baseline Survey of Neonatal Care Essential in Gantt District in 2007. Cross sectional design was used with 577 mothers with babies I-11 months as a sample. Sample design was 2 stages cluster and sample were selected using probability proportionate to size (PPS).
This research showed only 48,5% of mothers practice on neonatal care well. There was a significant relationship between mother’s knowledge and practice on neonatal care after adjusted by education and conselling from health provider, family support. mothers education and motl;or’s worklrlg status. Mothers who had good knowledge about neonatal care had chance 2,2 times to practice well on neonatal care compare to mother with not good of knowledge (OR = 2,2; 95% CI = 1,2-3,7). There was a significant relationship between families support and practice on neonatal care alle: adjusted by mother’s knowledge, education and conselling from health provider, mother‘s education and mother’s working status. Mothers who had enough of families support had chance 1,7 times to practice well on neonatal care compare to mother with not enough families support (OR = l,7; 95% Cl = 1,0-3,0).
Because of mothers knowledge is the most dominant factor significant relationship with practice on neonatal care, suggestions to do like communication skill training, communication, information and education process to increase village midwives’s and community leaders skill ability to give infomation about neonatal care to pregnant women and their ti-smilies, postnatal mother and their families need to be done. information about essential neonatal care, by using Mother and Child books, pictures folds, while health workers visiting mother and her family is important. These activities need to be done repeatedly until mother and her family could adopt and do neonatal care correctly based on health standard. Improve regnant and postnatal women motivation to adopt health behaviour in Posyandu and women religion meeting are very important to be done.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
T34429
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ema Maratus Sholihah A
"[ABSTRAK
Keberdayaan perempuan merupakan sesuatu yang penting untuk akses terhadap layanan kesehatan reproduksi, termasuk keluarga berencana. Keikutsertaan perempuan dalam pengambilan keputusan dalam ekonomi, rumah tangga dan mobilitas fisik dapat menggambarkan keberdayaan perempuan. Indeks Pemberdayaan Gender (IDG) Provinsi Nusa Tenggara Barat yakni 57,90 persen, lebih rendah dibandingkan pencapaian nasional 70,07 persen, dan diketahui kesertaan KB di Nusa Tenggara Barat sebesar 56 persen belum mencapai target MDG's. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan keberdayaan perempuan dengan penggunaan kontrasepsi pada wanita usia subur di Provinsi Nusa Tenggara Barat tahun 2013. Penelitian ini menggunakan data Pemantauan dan Evaluasi Penggunaan Kontrasepsi di Provinsi Nusa Tenggara Barat tahun 2013 dengan desain cross sectional. Sampelnya adalah wanita usia subur yang berusia 15-49 tahun yang telah menikah di Provinsi Nusa Tenggara Barat yang diwawancarai Pusat Penelitian Kesehatan Universitas Indonesia sebanyak 6613 responden. Analisis menggunakan metode chi-square. Hasilnya diperoleh keberdayaan perempuan dalam pengambilan keputusan rumah tangga berhubungan dengan penggunaan kontrasepsi di tiga kabupaten yakni Lombok Barat, Lombok Timur, dan Sumbawa, sedangkan pengambilan keputusan untuk mobilitas fisik terdapat hubungan bermakna secara statistik dengan penggunaan kontrasepsi hanya di Kabupaten Lombok Timur.

ABSTRACT
, Women’s empowerment recognized as important to their acces to reproductive
health services, including family planning. Women’s joint decision making in
economic, household and physical mobility represent women empowerment.
Index development Gender (IDG) of Nusa Tenggara Barat is 57,90 percent, it’s
lower than national accomplishment that’s 70,07 percent, and contraceptive
prevalence rate of Nusa Tenggara Barat about 56 percent, it’s not reach MDG’s
target. This paper aims to analyzed the relationship betwen women’s
empowerment and the use of contraception in women of reproductive age in
Nusa Tenggara Barat (Lombok Barat, Lombok Timur, Sumbawa) 2013. Data
come from Observasional and Evaluation of contraception use in Nusa
Tenggara Barat 2013 by cross sectional design. The sample are 6613 respondent
who merried women of reproductive age (5-49 years) in Nusa Tenggara Barat and
interviewed by The Center of Health Research University of Indonesia. Data
analyzed by chi-square methode. The result found there is association betwen
women empowerment in economic household making and contraceptive use in all
regencies, and physical mobilitydecision making had association betwen
contraceptive use in Lombok Timur.]
"
2015
S59405
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizqi Amelia
"Penelitian ini merupakan penelitian dengan metode kuantitatif yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pernikahan usia muda dengan riwayat reproduksi pada wanita usia subur di Provinsi Jawa Timur tahun 2013. Desain penelitian dengan cross sectional dan menggunakan data sekunder Improving Contraceptive Method Mix 2013.
Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan signifikan antara pendidikan, penggunaan KB dan status ekonomi terhadap usia nikah pertama, namun tidak berhubungan antara pengambilan keputusan keluarga terhadap usia nikah pertama. Terdapat perbedaan rata-rata lama penundaan kehamilan pertama, rata-rata jumlah paritas terhadap usia nikah pertama, akan tetapi tidak ada perbedaan rata-rata jumlah abortus terhadap usia nikah pertama.

This is a quantitative research study which aim to know the association between early marriage with child bearing women?s reproductive history in East Java on 2013. This research used crossectional study design and the data was collected from secunder data?s of Improving Contraceptive Method Mix 2013.
The result showed that there was a significant associations between education, contraceptive use and economic status, toward first age of married. However, there were no association between decision maker in family toward first age of married. There are differences on rate of first pregnancy delayed and rate of parity toward first age of married. However, there are no different on rate of abortus event toward first age of married.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
S61794
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Inna Apriantini
"Persalinan Caesar di Indonesia cenderung meningkat. Hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2017 menunjukkan prevalensi tindakan Caesar pada persalinan adalah 17%. Berdasarkan data diduga bahwa peningkatan persalinan Caesar terkait dengan peningkatan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan akurasi peran kepemilikan jaminan kesehatan terhadap pemilihan persalinan Caesar pada wanita umursubur (WUS) umur 15-49 tahun yang memiliki riwayat persalinan Caesar atau normal dalam kurun waktu lima tahun sebelum survei dengan menggunakan data sekunder SDKI 2017. Penelitian ini menggunakan analisis data dengan teknologi machine learning dengan analisa metode hierarki, metode k nearest neighbor dan regresi linier. Hasil penelitian mendapatkan pembentukan klaster optimal sebanyak 4. Didapatkan bahwa persalinan Caesar tertinggi berada pada klaster 2 yaitu Provinsi Jakarta, Bali dan Yogyakarta. Sedangkan penggunaan JKNterbesar berada pada klaster 1 sebesar 77%. Berdasarkan hasil grafik K nearest neigbor dan regresi linier didapatkan bahwa hipotesis ditolak sehingga penggunaan JKN tidak mempengaruhi penggunaan persalinan Caesar. Namun dalam penggunaannya KNN lebih baik dibandingkan regresi linier karena memiliki nilai RPSME lebih rendah. Hasil akurasi tertinggi didapatkan ketika nilai K= 16 yaitu sebesar 85.80% dengan nilai sensitivitas 99.80%.Maka disimpulkan bahwa dalam menganalisis persalinan Caesar dengan data SDKI 2017, KNN memiliki kemampuan 99.80% mendeteksi secara tepat yang merupakan ibu yang melakukan persalinan Caesar walaupun persalinan Caesar tidak dipengaruhi oleh penggunaan JKN.

Cesarean deliveries in Indonesia are increasing. The results of the 2017 Indonesia Demographic and Health Survey (IDHS) DHS showed the prevalence of cesarean delivery in labor is 17%. The data suggest that the increase in cesarean delivery is related to the increase in national health insurance. This study aims to obtain the accuracy of the role of ownership of health insurance on the choice of cesarean delivery in women of childbearing aged 15-49 years who have a history of cesarean delivery or normal in the five years prior to the survey using secondary data from the 2017 IDHS. data analysis using machine learning technology with hierarchical analysis method, k nearest neighbor method and linear regression. The results showed that the optimal klaster formation was 4. It was found that the highest cesarean delivery was in klaster 2, namely the provinces of Jakarta, Bali and Yogyakarta. Meanwhile, the largest use of JKN is in klaster 1 at 77%. Based on the results of the K nearest neigbor graph and linear regression, it was found that the hypothesis was rejected so that the use of JKN did not affect the use of cesarean delivery. However, in its use, KNN is better than linear regression because it has a lower RPSME value. The highest accuracy results are obtained when the K = 16 value is 85.80% with a sensitivity value of 99.80%.So it was concluded that in analyzing cesarean deliveries using the 2017 IDHS data, KNN had the ability to accurately detect 99.80% of mothers who had cesarean deliveries even though cesarean deliveries were not affected by the use of JKN."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5   >>