Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 134 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Zari Rafida
"Skripsi ini membahas identitas waria santri di Pondok Pesantren Waria Al-Fatah, mulai dari terbentuknya identitas santri hingga pemahaman mereka mengenai identitas gender dan identitas santri yang melekat dalam diri mereka. Penulis menggunakan pendekatan etnografi dengan metode life history berupa wawancara mendalam dan observasi partisipasi terhadap empat waria santri yang terbagi menjadi dua kategori, yakni waria santri bukan pekerja seks dan waria santri pekerja seks. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa identitas waria santri terbentuk dari tahap identifikasi diri yang diawali dengan minat dan tujuan mereka menjadi santri hingga memunculkan pemahaman diri sebagai bagian dari pondok pesantren waria. Identitas merupakan sesuatu yang terus dikonstruksi dan direkonstruksi supaya dapat diakui sehingga waria santri cenderung mengelola public image-nya sebaik mungkin dihadapan orang lain.

This thesis discussed about the identity of santri in Pondok Pesantren Waria Al-Fatah, starting from the development of their santri identity to their own understanding of gender identity and the santri identity itself. I use ethnographical approach paired with life history methods where I did in depth interview and participant observation with four of the transgender santri which are devided into two categories, transgender santri non sex worker and transgender santri sex worker. The result shows that the identity of transgender santri are formed by the process of self identification based on their interest and goals for being a santri which the proceeded by the self realization as a part of pondok pesantren waria. Their identity is something they constantly construct and re construct to get the acceptance as a transgender santri, which means that they have to manage their public image when interacting with others."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kasyfiyullah
"ABSTRAK
Pendidikan merupakan hal krusial dalam kehidupan manusia. Salah satu tujuan pendidikan adalah proses pendewasaan manusia melalui transmisi pengetahuan. Proses transmisi pengetahuan merupakan proses sosial yang terjadi dalam interaksi sosial. Termasuk pendidikan formal di Madrasah. Secara sederhana, proses sosial dalam pendidikan Madrasah terjadi dalam interaksi dua elemen di Madrasah yaitu Guru dan Murid. Dewasa ini, guru menghadapi banyak permasalahan dalam proses interaksi di Madrasah. Salah satunya adalah perilaku siswa yang tidak terkontrol dan gaduh. Guru semakin dituntut untuk kreatif menghadapi siswa dan mampu membangun keadaan yang kondusif demi terbangunnya proses belajar yang baik.
Berangkat dari permasalahan perilaku siswa yang tidak terkontrol, kajian ini memotret mengenai proses relasi kuasa antara guru dan siswa menggunakan perspektif teori otoritas. Kajian ini merupakan kajian Antropologis dengan metode penelitian Auto-ethnografi bertempat di Madrasah Ibtidaiyah Al Wathoniyah 19. Kajian ini memperlihatkan bagaimana guru membangun otoritas di dalam kelas sebagai bentuk kontrol terhadap siswa dan respon siswa atas otoritas guru dalam interaksi keduanya. Dari potret yang dipaparkan tersebut bisa terlihat bahwa gaya interaksi Guru menghadapi siswa mempengaruhi respon siswa dalam menghadapi Guru di Madrasah. “you gotta give respect to receive respect”.

ABSTRACT
Education is a crutial thing in human life. One of the education goal is human maturation process throug h knowledge transmition. This is a social process which takes place in social interaction, included the formal education in Madrasah. Simply, social process in Madrasah education occurs in two elements in Madrasah, i.e. teachers and students. Todays, teachers are facing many problems in interaction process in Madrasah. One of them is students`s rowdy and uncontrolled deportment. Teachers are required to be more creative in dealing with students and be able to build up a conducive condition for a good learning process.
Based on students` uncontrolled deportment, this study captured the power relation between teachers and students using the perspective of theory of authority. This study is antropological study by using Auto-ethnography research methode, which is located in Madrasah Ibtidayah Al Wathoniyah 19. This study shows how teachers build their authority in their class room as a form of a control toward their students and as students responses of teachers authority in their interaction. Based on these explanations, it shows that the way of teachers interaction in dealing with their students affects students responses in dealing with their teachers in Madrasah. “you gotta give respect to receive respect”"
2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Imam Ardhianto
"ABSTRAK
Pasca kejatuhan rezim orde baru, pendapat bahwa hanya ada satu media yang menjadi relung publik untuk saluran mengartikulasikan identitas tidak lagi relevan. Dalam konteks masa ini, individu/kelompok memiliki kekuasaan dan otoritas untuk mempublikasikan dan mengartikulasikan aspirasi politik dan kultural melalui aneka saluran dan dengan beragam narasi. Gejala tersebut berperan dalam kemunculan ragam relung publik yang terbangun dari mode partisipasi politik baru pasca orde. Tulisan ini hendak menganalisis konsekuensi keragaman narasi dan berbagai saluran media tersebut terhadap kelompok keagamaan di kota besar di Indonesia yang ternyata menciptakan relung publik sendiri berbasiskan interpretasi dan praktik politik mereka sendiri, yang dalam konteks kontemporer menggunakan sejarah narasi mengenai Ummat, gejala kontemporer dari kewarganegaraan, dan kebudayaan popular. Mengambil kasus dari kemunculan gerakan keagamaan popular #IndonesiaTanpaJIL, yang hadir melalui media sosial (twitter, facebook, dan Youtube) oleh kalangan aktivis tarbiyah, beberapa seniman kelas menengah, dan wiraswastawan di Jakarta dan Bandung, tesis ini hendak mengulas bagaimana gerakan ini secara kreatif memainkan dan mempertahankan narasi mengenai ummat yang dikemukakan kelompok Islam revivalis dengan isu kewarganegaraan dan kebangsaan melalui materi kebudayaan popular perkotaan yang berorientasi pasar. Apropriasi narasi tersebut telah menciptakan ideology keagamaan dan kesalehan disebarkan melalui modalitas dan mode sirkulasi dari komoditi kebudayaan popular. Dengan melakukan hal tersebut, mereka menciptakan relung publik mereka sendiri melalui kontradiksi-kontradiksi berbagai narasi dan posisi identitas tersebut. Fenomena ini menunjukan bagaimana subjek keagamaan dihadirkan dalam bentuk sekular kebudayaan popular di perkotaan, dan melaluinya mereka melakukan politik penciptaan publik diantara berbagai relung publik keagamaan di Indonesia.

ABSTRACT
In the aftermath of Indonesia New Order regime, the notions of single media public sphere as the only channel of identity articulation became irrelevant since every individuals/groups has authority to publish and articulate their political and cultural aspiration in diverse historical discourses and through a more diverse and egalitarian media technology (internet and social media). This writing try to explain how those multiple public sphere, influenced by socio-political changes and media technology revolution, have influenced certain religious groups in major cities of Indonesia to articulate particular practice of citizenship and religious identity in urban context. This research had shown how certain religious group that based on social media interaction had create their own public sphere based on their own interpretation of Islamic religiosity, citizenship, and popular culture. Taking case on the emerging popular-religious movement of #IndonesiatanpaJIL, that were arise from social media sites (Twitter, Facebook, and Youtube) by political Islam activist, middle class artist, and entrepreneur from urban Jakarta and Bandung, this thesis examined how this movement is creatively playing Islamic discourse and the notions of nationalism/citizenship through Indonesian urban pop culture materiality and market oriented public spaces. The appropriation of religiosity, citizenship, popular culture discourse, and its materiality has creating religious ideology and piety that spread trough popular culture material modality and modes of circulation. These phenomena had shown how religious subject articulate faith and piety in secular form of popular culture in urban Indonesia, and by doing so produce their own public in examining the changing context of religious-political life in Indonesia."
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vir Risky Kustiani
"Tesis ini membahas mengenai praktik utang yang dilakukan calon pengantin untuk membiayai pesta pernikahan melalui aplikasi pinjaman online. Penelitian ini dilakukan dengan metode etnografi dan teknik pengumpulan data wawancara mendalam yang diambil sejak Januari – Maret 2024. Temuan menunjukkan bahwa dorongan untuk berutang didasarkan pada pandangan informan tentang pernikahan dan pesta pernikahan yang tidak lepas dari pengaruh lingkungan sekitar. Keputusan menggunakan pinjaman online untukk membiayai pernikahan dianalisis dengan konsep moralitas utang Gustav Peebles. Analisis menunjukkan bahwa dalam praktik pinjaman online untuk membiayai pernikahan tidak terlepas dari evaluasi terhadap pertimbangan moral yang dianut oleh calon pengantin. Pengantin memilih pinjaman online, karena kemudahan dan anggapan bahwa aplikasi pinjaman online memberi penawaran yang meringankan. Akan tetapi, hal tersebut menjebak para informan dan membuat informan terlibat dalam utang yang berkelanjutan. Dampak dari hal tersebut adalah pengantin melakukan praktik “gali lubang tutup lubang”, yaitu mengambil pinjaman baru untuk menutupi pinjaman terdahulu sebagai bentuk mempertahankan tanggung jawab moral pada diri individu yang sudah terbentuk.

This thesis discusses about debt practices carried out by the bridegroom to pay wedding cost using online loans. This research was conducted use ethnographic methods and in dept interview to collect data since January – March 2024. The findings show that the motives to pay wedding cost using online loans was based on the informants’ view about marriage and wedding celebration which influenced by their surrounding. The decision to used online loan to pay wedding cost was explained by Gustab Peebles’ concept of morality in debt. The analysis show that the practice of online loans to pay wedding cost surrounded with the bridegroom’ morality. Online loans offer conveniences to get loans with profitable offer for borrowers. However, this condition leads the bridegroom’ trapped in overindebtedness. It caused the bridegroom’ “gali lubang tutup lubang”, take new debt to pay previous debt to maintain moral responsibility that had been formed."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mariska Prijanka
"Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui pemaknaan perempuan novelis mengenai kecantikan dalam karyanya. Sumber data yang digunakan yaitu empat essai dalam novel Si Parasit Lajang terdiri atas esai berjudul Klinik THT (Telinga, Hidung dan Tetek); Barbie, Barbie Barbie; dan Keputihan sedangkan dalam novel Pengakuan Eks Parasit Lajang yaitu esai berjudul Nilai. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan tipe analisis semiotika. Hasil penelitian menunjukan bahwa secara denotatif, konstruksi kecantikan dalam novel tidak berbeda dengan yang direpresentasikan dalam media massa (iklan, film, dll) yakni disimbolisasikan dengan Barbie, tubuh tinggi, putih, langsing meskipun teks tersebut ditulis perempuan novelis yang tergolong sastra wangi (feminis). Makna konotasi menunjukan bahwa kecantikan dinilai dari segi fisik seperti tinggi, putih, langsing yang merujuk pada kemampuan finansial karena mampu mereparasi tubuh. Makna konotasi juga menunjukkan bahwa perempuan novelis mengkonstruksikan kecantikan sejalan dengan nilai dominan, walaupun masih menawarkan nilai kecantikan alternatif (non-fisik). Mitos menunjukan makna bahwa kecantikan perempuan melalui berbagai macam bentuk reparasi tubuh dianggap berdosa dan konsumtif karena masyarakat masih mempercayai penilaian kecantikan sebagai kodrat. Kecantikan fisik diungkapkan novelis lebih banyak dimaknai sebagai cara utama dalam menilai kecantikan dibandingkan penilaian kecantikan non-fisik. Konstruksi novelis mengenai kecantikan dalam novel sejalan dengan pemaknaan novelis tentang kecantikan. Novelis menilai bahwa perempuan memiliki hak untuk dapat membentuk kecantikan sesuai dengan keinginannya melalui reparasi tubuh, baik operasi plastik atau pun bersolek.

This study aimed to find out the meaning of beauty according to female novelist in her work. The primary data are four essays in Si Parasit Lajang: Klinik THT (Telinga, Hidung dan Tetek); Barbie, Barbie Barbie; and Keputihan, meanwhile in novel Pengakuan Eks Parasit Lajang the essay titled Nilai. This study is using a qualitative approach with semiotic analysis. The results showed that the denotation meaning of beauty in the text as drafted in the mass media that show the symbol on the Barbie beauty, skin whitening products, body repair to beauty contests like Miss Universe and model. Connotations shows that in terms of physical beauty assessed as high, white, slim which refers to financial ability. Myth indicates meaning that the beauty of women through various forms of reparation and consumptive body is considered sinful because people still trust the judgment of beauty as God’s will, nature, even gift. Novelist considered that physical beauty is more considered to represent the beauty than nonphysical. Construction novelist of beauty in the novel is the same as her meanings. Novelist sees that a woman have the right to be able to develop beauty according to their desires; through body repair and good plastic surgery.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anisa Ratna Kurnia
"Perkembangan Depok diikuti dengan inkorporasi Jakarta terhadap Depok, telah memberikan kesempatan terbuka bagi anak muda untuk bekerja, terutama dalam sektor jasa. Kesempatan bekerja ini tidak hanya terbuka untuk anak laki-laki saja namun juga terbuka untuk anak perempuan. Meskipun Depok mengalami perkembangan, nilai-nilai tradisional mengenai peran perempuan masih dipahami oleh sebagian masyarakat, contohnya nilai-nilai yang menyatakan bahwa anak perempuan tidak harus bekerja. Skripsi ini kemudian berfokus pada peristiwa mengenai anak perempuan akhirnya memilih untuk bekerja yang dipengaruhi oleh pemahaman dan pemaknaan mereka terhadap bekerja itu sendiri. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan menggunakan konsep rite of passage sebagai kerangka analisis. Teknik pengumpulan data dengan melakukan observasi dan wawancara tak terstruktur terhadap anak perempuan muda bekerja, yang tinggal dan besar di Depok, Jawa Barat.

The accelerated development of Depok, coinciding with the city’s rapid economy incorporation into the capital city Jakarta, has opened the opportunity for youth to work, especially in the service sectors. The opportunity is not only open for young men but also open for young women. Although under the development, Depok has traditional values that still understood by most people about roles for women, for example the values of stating women that they don't need to work. This thesis is focused on young women who have chosen to work influenced by their knowledge about what work means for them. This thesis utilizes uses qualitative methods with ‘right of passage’ as the key analytical concept. Data has been collected through observation and unstructured interviews with young women workers, who grew up and reside/live in Depok, West Java.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
S55623
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mulyadin
"Tesis ini membahas konflik dalam kekerabatan yang terjadi di Bima Nusa Tenggara Barat. Masyarakat Bima berada dalam lingkaran kekerabatan, tetapi terselimut konflik di dalamnya. Studi ini bertujuan untuk menganalisis, mendeskripsikan dan mengungkap relasi konflik di balik fenomena tawuran antar kampung. Dalam kajian ini, penulis melakukan pengamatan langsung (observasi) dengan metode induktif, wawancara mendalam (deep interview) dan observasi partisipasi (participant observation), analisis deskriptif dan refleksi autobiografi penulis sendiri sebagai insider. Hasilnya, penulis menemukan adanya rentetan konflik di masa lalu yang telah menjadi sebuah ?teks / narasi? sebagai acuan bagaimana masyarakat melanggengkan konflik, sekaligus dialektika struktur tersembunyi atas pengalaman konflik dalam kebudayaan masyarakat Bima. Narasi konflik diregenerasi, diproduksi dan diperkuat oleh sentimen identitas spasial kampung yang menjadi solidaritas untuk melawan kampung lain, mengalahkan narasi kekerabatan antara mereka. Kemudian, konflik di Bima melibatkan banyak aktor kepentingan di dalamnya yang memainkan pengaruh terhadap konflik sehingga konflik dan tawuran antar kampung terus terjadi.

The focus of this study is about conflict on kinship in Bima West Nusa Tenggara?s society. The society is actually in a lineage of kinship, but veiled conflict in it. This study purposes to analyze, describe and reveal conflict relation behind the inter village communal violance. In this study, I took direct observation by inductive method, deep interview, participant observation, descriptive analysis and also my own autobiographical reflection. The result, I found the sequence of past conflict as a ?text/narration? referencing society to perpetuate conflict with ?deep structure? dialectic of conflict experience on the society?s culture. Conflict narration is regenerated, produced and strengthened by sentiment of identity spatial of village becoming solidarity to fight another village, more exist than kinship narration. Conflict involves many interest actors actuating influence on conflict to sustain conflict and the inter village communal violance continued in Bima."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Novi Luthfiana
"Penelitian ini membahas mengenai motivasi penyandang xtra-large body, untuk tetap tampil percaya diri terjun kedunia entertainment, yang biasanya diisi oleh perempuan-perempuan yang memiliki bentuk badan ideal, tinggi, kulit putih dan mulus. Tujuan terjunnya komunitas ldquo;XL rsquo;SO rdquo; ke dunia entertainment yaitu untuk menunjukkan kepada masyarakat luas bahwa kecantikan tidak hanya dapat diukur secara fisik saja outer beauty melainkan juga dari hatinya inner beauty . Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Pengumpulan data dilakukan melalui pengamatan, wawancara, dan media sosial. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa motivasi komunitas 'XL SO'; terjun ke dunia entertainment yaitu untuk meningkatkan rasa percaya diri, mengajak anggota lama dan anggota baru komunitas 'XL SO'; yang merasa kurang percaya diri dengan tubuhnya menjadi percaya diri, mengeksplor kelebihan yang dimiliki, dan lebih mencintai serta menyayangi dirinya sendiri.

This research discus about Xtra Large Body community rsquo s motivation for keep in their confidence in entertainment world usually filled by woman who have an ideal body shape, height, white and flawless skin. XL rsquo SO community purpose for entering entertainment world is to show to the society that beauty is not only measured by physically outer body but also by the heart inner beauty. This research use qualitative approach. Data collected through observation, interviews, and social media. The result shows that 'XL SO' Community's motivation for entering Entertainment World is to increase their confidence, to persuade the old or the new member of 'XL SO' who still lack of confidence, to explore their ability, and to love themselves.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2016
S66448
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dinda Mega Arista
"ABSTRAK
Mantan pecandu narkoba seringkali kesulitan menemukan pekerjaan. Penolakan untuk mempekerjakan mantan pecandu narkoba terjadi karena munculnya anggapan atau prasangka buruk yang sudah lama tertanam di masyarakat. Mantan pecandu narkoba menerima dua sumber stigma yaitu, stigma umum (public stigma) dan stigma diri (self stigma). Skripsi ini bertujuan untuk melihat perjalanan mantan pecandu narkoba menjadi konselor adiksi. Peneliti menggunakan metode etnografi dengan wawancara mendalam dan observasi partisipasi. Skripsi ini menggambarkan bentuk perlawanan mereka terhadap stigma yang terdiri dari dua tahapan yaitu pembuktian pada diri sendiri dan juga lingkungan sekitar mereka. Kedua tahapan tersebut merupakan bagian dari perjalanan mereka melawan stigma buruk mantan pecandu narkoba yang ternyata dapat bekerja sebagai konselor adiksi. Mantan pecandu narkoba yang sudah dikatakan pulih dan produktif dapat menjadi seorang konselor adiksi melalui pelatihan dan sertifikasi. Mantan pecandu narkoba memilih bekerja sebagai konselor adiksi karena minimnya lapangan pekerjaan yang tersedia dan rasa tanggung jawab mereka terhadap lingkunganya.

ABSTRACT
Former drug addicts often have difficulty finding work. The refusal to employ former drug addicts is due to the emergence of bad prejudices that have long been embedded in society. Former drug addicts receive two sources of stigma, public stigma and self-stigma. This thesis aims to see the journey of former drug addicts into addiction counselors. The researcher used ethnographic methods with in-depth interviews and participant observation. This thesis describes the form of their resistance to stigma consisting of two stages, that is proof of oneself and also the environment around them. Both of these stages are part of their journey against the bad stigma of former drug addicts who turned out to work as addiction counselors. Former drug addicts who are said to be recovering and productive can become addiction counselors through training and certification. Working as an addiction counselor was chosen because of the lack of jobs availability to former drug addicts and a sense of responsibility towards the environment."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dhelia Puri Ariani
"ABSTRAK
Penggunaan hijab di Indonesia menjadi marak pasca pemerintahan Orde Baru yang kini turut digunakan oleh kalangan waria. Padahal waria lebih dikenal dengan tampilan (hyper)femininity dan identik sebagai pekerja seks yang secara tidak langsung memunculkan diskriminasi kepada mereka. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan bagaimana waria menampilkan identitas mereka melalui atribut hijab. Penelitian ini menggunakan metode etnografi yang dilakukan di Yayasan Srikandi Sejati sebagai salah satu lembaga yang menaungi kelompok waria di Jakarta. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dengan mengenakan hijab yang hampir menutupi seluruh bagian tubuh waria, membuat identitas gender mereka jadi tersamarkan. Ini tidak terlepas dari subjektivitas kesalehan dan good women terhadap pengguna hijab di Indonesia. Penelitian ini lalu menemukan bahwa waria menggunakan hijab sebagai topeng untuk menunjang performance mereka di masyarakat. Mereka kemudian tidak hanya memperlihatkan front dan back stage seperti uraian Goffman (1959), tetapi juga performance yang beragam; multiple front stage dan back stage

ABSTRACT
The use of hijab in Indonesia has increased after the New Order Government era which is now also used by transvestites. Whereas transvestites are better known for their appearance as (hyper)femininity and are identical as a sex worker which indirectly bring some types of discrimination against them. This study discusses how these waria displayed their identities through the attributes of the hijab. This study uses ethnographic methods carried out at Srikandi Sejati Foundation as one of the institutions that oversees the transvestite community in Jakarta. The results of this study prove that by wearing a hijab that mostly covers their entire body, makes their gender identity obscured. This is inseparable from the subjectivity of piety and good women to hijab users in Indonesia. This study also found that transvestite that uses hijab, as an actor who wear masks to support their performance in the wider community who have not been able to accept their presence. Their performance is seen in multiple stages (multiple) front and back stages."
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>