Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 43 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Arnold Fernando
"Latar Belakang. Kanker payudara adalah salah sat jenis kanker yang paling sering terjadi pada wanita di seluruh dunia, angka insidensi kanker payudara di Indonesia sendiri mencapai 12 orang per 100.000 penduduk wanita berdasarkan Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi Indonesia. Sayangnya sebagian besar kanker payudara yang teridentifikasi justru teridentifikasi saat sudah stadium akhir. International Agency for Research on Cancer (IARC) pada tahun 2007 membuatkan kesimpulan bahwa gangguan irama sirkadian mungkin saja dapat menyebabkan kanker pada manusia (group 2A) Tujuan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menmgetahui seberapa besar hubungan antara kerja shift malam dan insidensi kanker payudara Metode. Pencarian bukti berbasis ilmiah dilakukan dengan membuat pertanyaan klinis dengan teknik “PICO”, kemudian di lanjutkan dengan pencarian literatur dengan database elektronik melalui mesin pencari “PubMed” dan “google scholar” adapun kata kunci yang digunakan adalah “shift work” “night shift” “breast cancer” yang dikombinasikan dengan "MeSH terms" dan "Boolean Operation", literatur yang didapatkan akan disaring menggunakan kriteria inklusi yaitu penelitian pada manusia sedangkan kriteria ekslusi adalah penelitian yang tidak dapat di akses, berupa case report, ataupun suatu artikel yang ditarik kembali. Hasil. Satu artikel paling relevan yang dilakukan penilaian kritis, dengan judul "Night Shift Work and Breast Cancer Incidence: Three Prospective Studies and Meta-analysis of Published Studies" oleh Travis RC, et al. Penelitian tersebut berupa meta-analysis dan didapatkan RR rata-rata tertimbang 0,99 (95% CI = 0,95 hingga 1,03) untuk pekerja shift malam dibandingkan yang tidak. Penelitian lebih dari 20 tahun RR 1.01 (95% CI = 0.93 to 1.10). Dan penelitian yang lebih dari 30 tahun memiliki RR gabungan 1,00 (95% CI = 0,87 hingga 1,14, heterogenitas P = 0,067. Interval kepercayaan untuk rasio tingkat insiden pada penelitian ini sempit, bahkan untuk 20 tahun atau lebih kerja kerja gilir malam (RR = 1.01, 95% CI = 0.93 sampai 1.10), jadi temuan ini mengecualikan hubungan sedang antara insiden kanker payudara dengan kerja kerja gilir malam yang lama. Kesimpulan. Tidak didapatkan hubungan yang signfikan antara kanker payudara dengan kerja gilir pada malam hari

Background. Breast cancer is the most common cancer among women worldwide. 80% of breast cancer that has been identified in Indonesia has progressed into an advanced stage of malignancy. In 2007, the International Agency for Research on Cancer concluded: shift-work that involves circadian disruption is probably carcinogenic to humans (Group 2A) Aim. This study aims to justify the association between night shift work and breast cancer. Methods. Searching literature for the evidence-based has been conducted with a clinical question through "PICO" method. Then continued with literature searching using the electronic database "PubMed" and "google scholar" search engine. The keyword is "shift work" "night shift" "breast cancer" and combined with MeSH terms and Boolean operation. The inclusion criteria are research on humans, and the exclusion is inaccessible studies, case report studies, and retracted articles. Result. All of the ten prospective studies that have been combined, the weighted average RR was 0.99 (95% CI = 0.95 to 1.03) for any night shift work compared with none. There was no statistically significant heterogeneity across studies (P = .052). ). But if based on a study of more than 20 years, the RR was 1.01 (95% CI = 0.93 to 1.10). And if based on a study of more than 30 years, the combined RR was 1.00 (95% CI = 0.87 to 1.14, P heterogeneity = 0.067. Confidence intervals for the incidence rate ratios on this study are narrow, even for 20 or more years of night shift work (RR = 1.01, 95% CI = 0.93 to 1.10), so these findings exclude a moderate association of breast cancer incidence with long duration night shift work Conclusion. There are insignificant associations between night shift work and breast cancer."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Samuel Kelvin Ruslim
"ABSTRAK
Tujuan : Untuk melihat karakteristik dan kesintasan pasien kanker serviks
stadium IB-IIA yang mendapat terapi radiasi definitif dan terapi operasi radikal
diikuti radiasi adjuvan serta analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kesintasan
Metode : Dilakukan studi kohort retrospektif terhadap pasien kanker serviks IBIIA,
yang mendapat terapi radiasi definitif dan radiasi adjuvan pasca histerektomi
radikal, yang memenuhi kriteria inklusi, dan berobat di Departemen Radioterapi
RSCM periode Januari 2007-Desember 2009, dilihat karakteristik pasien dan
kesintasan 3 tahun pasca terapi serta faktor-faktor yang mempengaruhi kesintasan
dari masing-masing terapi.
Hasil : Didapatkan 25 pasien yang menjalani radiasi definitif dan 60 pasien yang
mendapat radiasi adjuvan pasca operasi. kesintasan pasien yang mendapat terapi
radiasi adjuvan pada 1, 2 dan 3 tahun sebesar 96,7%, 95% dan 93,3%. Faktor
metastasis KGB negatif memiliki asosiasi sedang dengan kesintasan (p<0.2).
kesintasan pasien yang mendapat terapi radiasi definitif 1, 2 dan 3 tahun sebesar
96%, 92% dan 92%. Faktor kadar Hb pre radiasi >12 g/dl memiliki asosiasi
sedang dengan kesintasan (p<0.2). Kesintasan pasien pada kedua kelompok terapi
tidak berbeda secara signifikan dalam tiga tahun masa pengamatan (p=0,138)
Kesimpulan : Penelitian ini tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna
kesintasan kelompok terapi radiasi definitif dan radiasi adjuvan pasca operasi.
Faktor metastasis KGB negatif memiliki kecenderungan mempengaruhi
kesintasan pada pasien yang mendapat terapi radiasi adjuvan pasca operasi dan
Faktor kadar Hb pre radiasi >12 g/dl memiliki kecenderungan kesintasan pasien
yang mendapat terapi radiasi definitif.

ABSTRACT
Aim : To evaluate characteristic and overall survival in early stage cervical
cancer (FIGO IB-IIA) who receive therapy between definitive radiation and
adjuvan radiation postoperative, and factors analysis that affecting overall survival
in both group of therapy
Methods : The medical records of 85 patients with cervical cancer FIGO IB-IIA
who were treated in Department Radiotherapy RSCM between January 2007-
December 2009 were reviewed and analyzed by their overall survival and factors
affecting it between two groups of therapy, definitive radiation group and
adjuvant radiation postoperative groups.
Results : There were 25 patients in definitive radiation and 60 patients in adjuvant
radiation group. Overall survival in adjuvant radiation group in year 1, 2 and 3 are
96,7%, 95% dan 93,3%. Negative node metastasis is the factor with average
association with overall survival (p<0.2). Overall survival in definitive radiation
group in year 1, 2 and 3 are 96%, 92% dan 92%. Hb level >12 G/dl is the factor
with average association with overall survival (p<0.2) overall survival of these
both group of therapy is not statistically significant (92% vs 93.3%; p=0,138).
Conclusion: This study did not show any statistically significant overall survival
in cervical cancer FIGO stage IB-IIA who receive definitive radiation and
adjuvant radiation postoperative. Negative node metastasis is a factor that have
tendency to affect overall survival in adjuvant radiation postoperative group,
while pre-radiation Hb level >12 g/dl is a factor that have tendency to affect
overall survival in definitive radiation group."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jonathan Manuel
"ABSTRAK
Nyeri punggung bawah merupakan keluhan umum pada pekerja dan
membutuhkan biaya besar. Penggunaan tenaga manusia di dunia industri
Indonesia masih dominan. Salah satu intervensi yaitu latihan fisik. Telaah artikel
diperlukan untuk mengetahui efektifitas latihan fisik terhadap nyeri punggung
bawah. Tujuan yang ingin dicapai yaitu memperoleh bukti bahwa latihan fisik
dapat mengurangi terjadinya nyeri punggung bawah pada pekerja. Pencarian
artikel dilakukan dengan menggunakan PubMed. Kriteria inklusi yaitu artikel
diatas tahun 2000, berbahasa Inggris, berkaitan dengan office work, dan
menggunakan systematic review dari randomized controlled trial atau berupa
randomized controlled trial itu sendiri. Kriteria eksklusi yaitu bila artikel lengkap
tidak bisa didapatkan. Artikel ditelaah kritis berdasarkan kriteria penilaian
validitas, kepentingan, dan aplikatif/kemamputerapan dari Critical Appraisal
Systematic reviews, PICO-FAST Analysis. Sebagai hasil didapatkan tiga artikel
systematic review dari randomized controlled trial dengan hasil baik dan bisa
dipercaya. Latihan fisik terbukti efektif dan berdampak positif terhadap nyeri
punggung bawah di tempat kerja, seperti mengurangi gangguan aktivitas,
mengurangi ijin sakit, dan menghemat biaya. Kesimpulan yang bisa diambil yaitu
latihan fisik mengurangi intensitas dan insiden nyeri punggung bawah di tempat
kerja.

ABSTRACT
Low back pain has been a common complaint found in workers, which made a
high cost to cure. Man power used in Indonesia is dominant. One of the
intervention is physical exercise. Article review is needed to know physical
exercise effectivity to low back pain. The aim for this article is to gain evidence
that physical exercise can decrease the onset of low back pain in workers. Studies
selected by using PubMed. Inclusion criterias are year 2000 and above articles,
English written, office work, and using systematic review of randomized
controlled trial or randomized controlled trial itself. Exclusion criteria is when
the complete article cannot be found. The articles were analyzed by using criteria
of validity, importance, dan applicability from Critical Appraisal Systematic
reviews, PICO-FAST Analysis. The result is three articles systematic review of
randomized controlled trial with good and trustable result. Physical exercise is
effective and have positive impact to prevent low back pain in the workplace, such
as decreasing the activity disturbance, decreasing sick leave, and cost saving. The
conclusion is physical exercise can reduce intensity and insidence of low back
pain in workplace.
"
2016
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Verrel Wibisono Surjatin
"Latar Belakang Kateterisasi jantung adalah prosedur diagnostik atau terapeutik yang penting bagi pasien penyakit jantung bawaan (PJB). Meskipun prosedur ini efektif, prosedur ini mempunyai risiko komplikasi dengan minimnya informasi yang dipublikasikan dari negara-negara berpendapatan menengah ke bawah di Asia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kejadian komplikasi mayor saat kateterisasi jantung pada pasien PJB di pusat rujukan nasional di Indonesia. Metode Data cross-sectional pasien anak PJB yang menjalani kateterisasi jantung dengan anestesi umum pada bulan Januari 2020 hingga Februari 2022 di Pelayanan Jantung Terpadu, rumah sakit Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta, dikumpulkan melalui rekam medis. Data yang dikumpulkan meliputi demografi pasien, jenis PJB, laporan prosedur, dan komplikasi. Kami meninjau dan menjelaskan data kateterisasi jantung anak untuk PJB selama periode 14 bulan. Hasil Tercatat sebanyak 179 prosedur kateterisasi jantung, dengan total 13 komplikasi yang terjadi pada 9 (5,0%) kasus. Dari jumlah tersebut, 7 merupakan komplikasi mayor, yang terjadi pada 5 (2,79%) prosedur. Komplikasi mayor meliputi bradikardia, desaturasi dan hipotensi yang menyebabkan upaya resusitasi atau pemindahan ke unit perawatan intensif jantung (CICU), serta aritmia, dan hipoksemia berat. Komplikasi minor terjadi pada 4 tindakan (2,23%). Komplikasi mayor lebih sering terjadi pada penyakit jantung bawaan yang kompleks dan memiliki median usia dan berat badan yang lebih rendah dibandingkan prosedur tanpa komplikasi. Kesimpulan Insiden prosedur dengan komplikasi mayor selama kateterisasi jantung untuk PJB dengan anestesi umum dalam penelitian ini adalah 2,79%, hal ini konsisten dengan studi lain. Komplikasi mayor masih dapat terjadi dalam prosedur diagnostik, hal ini menyoroti pentingnya kehati-hatian dalam penempatan staf, persiapan, dan pemantauan peri-prosedural, terutama pada pasien berisiko tinggi dan penyakit jantung bawaan kompleks.

Introduction Cardiac catheterisation is an essential diagnostic and therapeutic tool in patients with congenital heart disease (CHD). While it is effective, the procedure carries a risk of complications, with little information published from low-middle income countries in Asia. This study aimed to investigate the incidence of major complications during cardiac catheterisation in patients with CHD at a national referral centre in Indonesia. Method Cross sectional data for paediatric patients with CHD who underwent cardiac catheterisation under general anaesthesia from January 2020 to February 2022 at Pelayanan Jantung Terpadu, Dr. Cipto Mangunkusumo Hospital, Jakarta, were collected via medical records. Data on patient demographics, types of CHD, procedural details, and complications were collected. We review and describe the data on paediatric cardiac catheterisations for CHD over a period of 14 months. Results A total of 179 cardiac catheterisation procedures were recorded, with a total of 13 complications which occurred in 9 (5.0%) cases. Of these, 7 were major complications, which occurred in 5 (2.79%) procedures. Major complications included bradycardia, desaturation and hypotension leading to resuscitation efforts or transfer to cardiac intensive care unit, as well as arrhythmias, and severe hypoxemia. Minor complications occurred in 4 procedures (2.23%). Major complications occurred more often in complex congenital heart disease cases and had a lower median age and weight relative to procedures without complications. Conclusion The incidence of procedures with major complications during cardiac catheterisation for CHD under general anaesthesia in this study was 2.79%, which is consistent with other studies. Major complications can still occur in diagnostic procedures, highlighting the importance of careful staffing, preparation and peri-procedural monitoring, especially in higher risk patients and complex congenital heart disease."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sanie Mirzatya
"Asesmen formatif merupakan proses evaluasi pembelajaran dengan mengumpulkan informasi dan bukti tentang hasil pembelajaran guna merencanakan kegiatan pembelajaran selanjutnya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara tingkat akademik dan jenis kelamin dengan persepsi mahasiswa kedokteran terhadap asesmen formatif, menggunakan kuesioner Student Perception of Formative Assessment (SPFA) yang telah diadaptasi secara transkultural dan divalidasi dalam konteks pendidikan kedokteran di Indonesia. Desain penelitian ini adalah cross-sectional dengan metode cluster random sampling, melibatkan 253 responden. Analisis statistik meliputi uji deskriptif, uji normalitas, dan uji Mann-Whitney untuk menentukan signifikansi perbedaan antar kelompok. Hasil menunjukkan bahwa kuesioner SPFA versi Indonesia valid secara konten, meskipun satu subkala memiliki reliabilitas <70. Subkala authenticity memperoleh nilai rata-rata tertinggi, sementara consultation terendah. Terdapat perbedaan signifikan dalam persepsi mahasiswa laki-laki preklinik dengan laki-laki klinik dan perempuan klinik pada subkala accommodation, serta perbedaan pada subkala transparency dan preference. Hasil ini menunjukkan adanya perbedaan persepsi signifikan berdasarkan tingkat akademik dan jenis kelamin terkait asesmen formatif.

Formative assessment is a learning evaluation process by collecting information and evidence about learning outcomes in order to plan further learning activities. This study aims to analyze the relationship between academic level and gender with medical students' perceptions of formative assessment, using the Student Perception of Formative Assessment (SPFA) questionnaire that has been adapted transculturally and validated in the context of medical education in Indonesia. The design of this study was cross-sectional with a cluster random sampling method, involving 253 respondents. Statistical analysis included descriptive tests, normality tests, and Mann-Whitney tests to determine the significance of differences between groups. The results showed that the Indonesian version of the SPFA questionnaire was valid in terms of content, although one subscale had a reliability of <70. The authenticity subscale obtained the highest average score, while consultation was the lowest. There were significant differences in the perceptions of male preclinical students with male clinics and female clinics on the accommodation subscale, as well as differences in the transparency and preference subscales. These results indicate significant differences in perceptions based on academic level and gender related to formative assessment."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jatmiko Gustinanda
"Fenomena kenaikan berat badan pada mahasiswa tahun pertama umum ditemukan dan merupakan peristiwa menentukan dalam terjadinya obesitas pada populasi mahasiswa. Dipahami bahwa mahasiswa terpajan dengan stres dan stres adalah salah satu faktor risiko obesitas melalui pengaruhnya terhadap faktor hormon yang meregulasi keseimbangan energi. Namun, pengaruh stres terhadap kenaikan berat badan dan perubahan indeks massa tubuh masih perlu dieksplorasi.
Studi ini mengevaluasi fenomena perubahan indeks massa tubuh pada mahasiswa tahun pertama Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dan hubungannya dengan stres. Seratus limapuluh empat mahasiswa tahun pertama yang sudah diukur berat dan tinggi badannya di Klinik Makara Universitas Indonesia di awal tahun ajaran, diukur kembali berat dan tinggi badannya di akhir tahun ajaran. Mereka juga diminta untuk mengisi kuesioner Perceived Scale Stress 10. Kami tidak menemukan adanya perubahan indeks massa tubuh yang bermakna (p=0,346), sementara secara statistik, berat dan tinggi badan menunjukkan perubahan yang bermakna (p=0,012 dan p<0,01). Untuk stres, walaupun ditemukan stres yang cukup tinggi pada subyek (18,35 ± 6,49), tidak ditemukan adanya hubungan antara stres dan perubahan indeks massa tubuh (RR=1,18; IK95%=0,9-1,5; p=0,233).

Freshmen weight gain is a common finding in college students and it is an important event playing role in the obesity incidence in the college students. It is understood that students are frequently exposed to stress and stress is a major risk factor of obesity through the influence of hormonal factors that regulate energy balance. However, the relationship between stress and weight gain and the change in body mass index remains a topic to explore.
We evaluated the weight gain and body mass index change phenomenon in the freshmen in the Faculty of Medicine Universitas Indonesia and its relationship with stress. One hundred-fifty-four students whose weight and height had been measured at the beginning of academic year were once again measured their weight and height at the end of the academic year. They were also asked to filled the Perceived Stress Scale-10 questionnaire. We did not found a significant change in the body mass index (p=0,346), whilst a statistically significant change in weight (p=0,012) and height (p<0,01) were observed. Moreover, while we found a high stress score mean (18,35 ± 6,49), it did not appear to have an effect on the change in body mass index (RR=1,18; IK95%=0,9-1,5; p=0,233).
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Taris Radifan
"ABSTRAK
Latar Belakang: Obesitas dan berat badan berlebih merupakan salah satu kondisi kesehatan yang menjadi masalah di Indonesia. Berdasarkan survey Riskesdas pada tahun 2018, sebesar 21,8% orang dewasa mengalami obesitas. Salah satu faktor yang berpengaruh ialah kurangnya aktivitas fisik, namun belum ada penelitian di Indonesia yang dapat menilai hubungan aktivitas fisik dengan peningkatan berat badan serta indeks massa tubuh pada mahasiswa tahun pertama.
Tujuan: Studi ini dilakukan untuk mengetahui hubungan tingkat aktivitas fisik dengan perubahan berat badan dan indeks massa tubuh pada mahasiswa tahun pertama Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Metode: Data perubahan indeks massa tubuh (IMT) didapatkan melalui dua kali pengukuran pada awal dan akhir tahun ajaran. Data awal merupakan data sekunder dari Klinik Makara pada awal tahun ajaran dan data akhir didapatkan melalui pengukuran yang dilakukan di RIK UI pada bulan Mei 2019. Untuk data aktivitas fisik didapatkan melalui pengisian kuisioner Global Physical Activity Questionnaire (GPAQ) pada pengambilan data akhir. Selanjutnya, dilakukan uji chi-square untuk menilai hubungan antara aktivitas fisik dengan kenaikan IMT.
Hasil: Berdasarkan hasil analisis indeks massa tubuh pada awal dan akhir penelitian, tidak ditemukan adanya perubahan yang signifikan pada indeks massa tubuh subjek (p>0,05). Pada analisis tingkat aktivitas fisik didapatkan bahwa sekitar 27% subjek tidak melakukan aktivitas fisik sesuai dengan rekomendasi WHO, namun tidak ditemukan hubungan antara aktivitas fisik dengan perubahan indeks massa tubuh (p>0,05).
Kesimpulan: Tidak terjadi peningkatan indeks massa tubuh yang signifikan pada mahasiswa tahun pertama Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara aktivitas fisik dengan perubahan indeks massa tubuh pada mahasiswa tahun pertama Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

ABSTRACT
Background: Obesity and overweight is one of the medical conditions that is still a problem in Indonesia. According to Riskesdas survey in 2018, 21,8% of adults above 18 years old are obese. One of the factor that is thought to be significant in these increases is insufficient physical activity. Howerver, there is no study about the relationship between physical activity and the increase in body mass index and body weight in Indonesian college freshmen.
Objective: The objective of this study is to find the correlation between physical activity and the change in body weight and body mass index in freshmen of Faculty of Medicine Universitas Indonesia.
Methods: The data about change in body mass index is obtained by taking measurements at the start and the end of the academic year. The initial data is a secondary data from Klinik Makara and the second data is a primary data obtained by taking measurement in May 2019 at UI Health Cluster. The data about physical activity is obtained using the Global Physical Activity Questionnaire (GPAQ) during the second measurement. Then, chi-square test is done to find the relationship among determinants and outcome.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fransiscus Januar Widjaja
"Awak pesawat memiliki lingkungan kerja yang dapat meningkatkan risiko terjadinya nyeri punggung bawah (NPB). Tujuan dari studi ini adalah untuk mencari tahu apakah lama bekerja seorang awak pesawat komersial berpengaruh terhadap NPB. Studi ini adalah sebuah laporan kasus berbasis bukti, dengan pencarian literatur yang dilakukan pada database PubMed, Cochrane, dan Ingenta. Kriteria inklusi dalam pencarian ini adalah literatur dengan subyek penelitian awak pesawat dan adanya kejadian NPB. Penilaian kritis dilakukan sesuai dengan metode pada literatur yang diperoleh. Seleksi literatur mendapatkan tiga literatur. Ketiganya adalah studi prevalensi dengan metode potong lintang. Berdasarkan penilaian kritis, hanya ada satu studi yang memiliki kualitas yang paling baik, dimana hasil studi tersebut menunjukkan bahwa tidak ada peningkatan jumlah penderita NPB pada periode lama bekerja 10-24 tahun (Rasio Odds: 0,93 dan Interval Kepercayaan 95%: 0,78-1,03). Bukti-bukti yang kami dapatkan masih belum cukup untuk membuktikan bahwa semakin tinggi lama bekerja seorang awak pesawat berpengaruh terhadap kejadian NPB, karena level of evidence dari semua studi yang kami dapatkan adalah rendah.

Flight crew has a work environment that can increase the risk of low back pain (LBP). The aim of this study is to find out whether the length of work resulted in commercial flight crews suffering from LBP. This study is an evidence-based case report, with literature searches conducted in the PubMed, Cochrane, and Ingenta databases. The inclusion criteria in this search were literature with research subjects as crew members and the presence of LBP. Critical appraisal was carried out in accordance with the methods in the articles. We found three literatures after selecting literatures based on inclusion and exclusion criteria. The selected articles applied cross-sectional method. Only one study has the best quality, where the results of the study showed that there was no increase in the number of LBP sufferers within the 10-24 years working period (Odds Ratio: 0.93 and 95% Confidence Interval: 0.78-1.03). These evidences are still insufficient to prove that the longer length of work increases the risk of LBP in commercial flight crews, because the articles were low level of evidence."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Simplisius Cornelis Tisera
"Latar Belakang : Dalam dunia penerbangan, selain memberikan dampak negatif pada kesehatan pilot, hiperurisemia juga dapat membahayakan keselamatan penerbangan melalui risiko inkapasitasi baik dikaitkan dengan peningkatan risiko terhadap penyakit kardiovaskular maupun dikaitkan dengan penyakit gout. Tujuan penelitian ini adalah diketahuinya prevalensi hiperurisemia pada pilot sipil di Indonesia dan identifikasi faktor-faktor risiko hiperurisemia terhadap pilot sipil di Indonesia. Metode : Penelitian menggunakan metode potong lintang dari rekam medis pilot sipil di Balai Kesehatan Penerbangan, Jakarta yang melakukan pemeriksaan 1 November 2019–30 April 2020. Data yang dikumpulkan dari rekam medis meliputi: data laboratorium asam urat dan kreatinin, usia, jam terbang total, IMT, konsumsi alkohol, dan riwayat penggunaan obat-obatan. Hiperurisemia adalah konsentrasi urat plasma lebih dari 7.0 mg/dl. Pengolahan data menggunakan aplikasi IBM® SPSS® Statistics Version 20. Hasil : Di antara 5399 pilot yang melakukan pemeriksaan kesehatan, sebanyak 194 merupakan kriteria eksklusi, sehingga jumlah sampel penelitian menjadi 5202 pilot; 18,4% memiliki kadar asam urat tinggi (hiperurisemia) dan 81,6% memiliki kadar asam urat normal. Pilot yang memiliki jam terbang total ≥ 5000 menurunkan risiko terjadinya hiperurisemia sebesar 24% dibandingkan pilot dengan total jam terbang < 5000 (OR 0,76 (95% IK 0,62-0,93); p=0,007). Pilot yang usianya ≥ 30 tahun menurunkan risiko hiperurisemia sebanyak 25% dibandingkan dengan pilot berusia < 30 tahun (OR 0,75 (95% IK 0,62-0,91); p=0,004). Pilot yang obesitas dan overweight memiliki risiko masing-masing 2,98 kali (OR 2,98 (95% IK 2,33-3,83); p<0,001) dan 1,36 kali (OR 1,36 (95% IK 1,01-1,83); p=0,042) lebih besar mengalami hiperurisemia dibandingkan dengan pilot yang memiliki IMT normal. Selanjutnya jika dibandingkan pilot yang tidak mengkonsumsi alkohol, pilot yang mengkonsumsi alkohol memiliki risiko 14,68 kali lebih besar mengalami hiperurisemia (OR 14,68 (95% IK 9,35-23,06); p<0,001). Kesimpulan : Prevalensi hiperurisemia pada pilot sipil di Indonesia sebesar 18,4%. IMT obesitas dan overweight serta konsumsi alkohol meningkatkan risiko terjadinya kondisi hiperurisemia pada pilot sipil di Indonesia.

Background : In the aviation world, in addition to having a negative impact on pilot health, hyperuricemia can also endanger flight safety through the risk of incapacitation either associated with an increased risk of cardiovascular disease or associated with gout. The purpose of this study is to determine the prevalence of hyperuricemia in civil pilots in Indonesia and identification of risk factors for hyperuricemia in civil pilots in Indonesia. Methods : The study used a cross-sectional method from the medical records of civil pilots at Aviation Medical Center, Jakarta which conducted an examination on 1 November 2019 – 30 April 2020. Data collected from medical records included: laboratory data of uric acid and creatinine, age, total flight hours, BMI, alcohol consumption, and history of drug use. Hyperuricemia is a plasma urate concentration of more than 7.0 mg/dl. Data processing using the IBM® SPSS® Statistics Version 20 application. Results : Of the 5399 pilots conducting medical examination, 194 were exclusion criteria, bringing the total sample of the study to 5202 pilots; 18.4% had high uric acid levels (hyperuricemia) and 81.6% had normal uric acid levels. Pilots who have total flight hours ≥ 5000 reduce the risk of hyperuricemia by 24% compared to pilots with total flight hours < 5000 (OR 0.76 (95% CI 0.62-0.93); p=0.007). Pilots aged ≥ 30 years reduced the risk of hyperuricemia by 25% compared with pilots aged <30 years (OR 0.75 (95% CI 0.62-0.91); p =0.004). Obese and overweight pilots had a risk of 2,98 times (OR 2.98 (95% CI 2.33-3.83); p <0.001) and 1.36 times (OR 1.36 (95% IK 1.01-1.83); p=0,042) greater experience hyperuricemia compared with pilots who have a normal BMI. Furthermore, compared to pilots who did not consume alcohol, pilots who consumed alcohol had a 14.68 times greater risk of developing hyperuricemia (OR 14.68 (95% CI 9.35-23.06); p <0.001). Conclusion : The prevalence of hyperuricemia in civil pilots in Indonesia is 18.4%. BMI obesity and overweight and alcohol consumption increase the risk of hyperuricemia in civil pilots in Indonesia. "
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Hanif Arfiananda
"ABSTRAK
Obesitas mulai muncul sebagai masalah yang serius di seluruh dunia, keadaan ini dapat menyebabkan terjadinya beberapa penyakit, diantaranya adalah DM Tipe 2, Penyakit Jantung Koroner, dan dislipidemia. Obesitas dapat terjadi di semua kalangan. Faktor yang mempengaruhi obesitas diantaranya genetik, pola makan, aktivitas fisik, dan stres. Mahasiswa kedokteran merupakan salah satu kelompok yang rentan mengalami obesitas. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan pola makan dan perubahan status gizi pada mahasiswa FKUI tahun pertama. Desain penelitian ini menggunakan kohort retrospektif. Sampel merupakan mahasiswa FKUI tahun pertama tahun ajaran 2018/2019. Penelitian dilakukan di RIK UI di awal tahun ajaran Mei atau Juli 2018 dan di akhir tahun ajaran Mei 2019. Pola makan diukur menggunakan kuesioner AFHC yang diisi oleh responden. Didapatkan rerata perubahan berat badan sebesar 0,43 kg (p 0,012), rerata perubahan tinggi badan sebesar 0,0031 m (p<0,01), dan median perubahan IMT sebesar 0,2 (p 0,346). Tidak ada hubungan antara skor AFHC dengan IMT (P=0,233). Tidak ditemukan perubahan IMT di awal dan di akhir tahun ajaran pada mahasiswa FKUI tahun pertama. Tidak ada hubungan antara pola makan yang dinilai dengan skor AFHC dengan perubahan Indeks Massa Tubuh pada Mahasiswa FKUI tahun pertama.

ABSTRACT
Obesity is starting to emerge as a serious problem throughout the world. Obesity leads to higher risk of several diseases, such as type 2 DM, coronary heart disease, and dyslipidemia. Factors affecting obesity include genetic, diet, physical activity and stress. Medical students are at high risk of obesity. The purpose of this study was to determine the relationship of dietary habit and changes of BMI in the first-year medical students of FMUI. This study is a retrospective cohort. Its subjects are medical students in the first year of the 2018/2019. The study was conducted at RIK UI at the beginning of the school year in May or July 2018 and at the end of the school year in May 2019. Dietary habit was measured using the AFHC questionnaire. There was an increase of 0.43 kg (p 0.012) change of body weight average, an increase of 0.0031 m (p <0.01) change of height average, and an increase of 0.2 (p 0.346) change of BMI median. There was no relationship between AFHC scores and BMI changes (P = 0.233). There were no changes in BMI at the beginning and at the end of the school year. There was no correlation of dietary pattern by AFHC score and changes of BMI."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5   >>