Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Suwarto
"Penelitian sistem komunikasi di dalam organisasi di lingkungan budaya Jawa di PT Gopek Cipta Utama, Slawi, Kabupaten Tegal, Propinsi Jawa Tengah, yang didirikan oleh sebuah keluarga peranakan Cina/Tionghoa, ini dilakukan pada tahun 2001. Penelitian difokuskan pada peran nilai budaya Jawa dan budaya bisnis Cina/Tionghoa peranakan, serta teori organisasi. Penelitian menggunakan pendekatan ilmu komunikasi, serta pendekatan sistem, sosiologi dan antropologi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem komunikasi di dalam organisasi itu memiliki pola-pola: a) komunikasi selalu dilakukan secara tertulis, dan terdokumentasi; b) komunikasi menggunakan media tulis tersebut selalu diikuti dengan konfirmasi lisan; dan c) dalam komunikasi lisan dilakukan dengan sopan santun yang longgar, menurut kacamata budaya Jawa. Di dalam sistem komunikasi informal, nampak adanya d) pola komunikasi horisontal di semua tingkatan, baik manajemen, pelaksana, maupun pekerja, yang mengikuti pola hubungan antar unit dalam proses produksi,. yang mencerminkan nilai kepastian pesan komunikasi, dan nilai kesetaraan antar aktor komunikasi.
Fenomena itu menunjukkan bahwa terbentuknya sistem komunikasi di dalam organisasi PT Gopek Cipta Utama itu diakibatkan oleh interaksi yang panjang dari perilaku para aktor komunikasi yang masing-masing dipandu oleh nilai-nilai yang dipegangnya. interplay antar nilai budaya itu menghasilkan nilai penghindaran konflik sebagai equilibriumnya, berupa budaya organisasi menghindari konflik dan tetap untung, dan diimplementasikan di dalam sistem komunikasi di dalam organisasi tersebut sebagai nilai kepastian pesan komunikasi, dan nilai kesetaraan antar aktor komunikasi. Secara religi, yang membentuk nilai penghindaran konflik itu, adalah ajaran Islam abangan dalam masyarakat Jawa, yaitu Tantularisme yang mengajak manusia untuk hidup bersatu di dalam keanekaragaman (bhineka tunggal ika) meskipun tidak ada kebenaran yang mendua (tan liana dharma rnangrwa), dan pemahaman tentang asal dan tujuan manusia (sangkan paraning durnadi), yang mengarah ke toleransi tanpa batas. Sedangkan dalam ajaran Budhisme, Konfusianisme, dan Taoisme, antara lain penghindaran dari penderitaan (samsara), toleransi, belaskasihan, kejujuran, kesopanan dan kepantasan, serta mengikuti jalan alam (tao) dengan memelihara harmoni dengan alam.
Pada tataran konsep, budaya Jawa dan Cina memiliki dasar yang berbeda, dan tampak bertolak belakang, tetapi menghasilkan nilai/sikap yang sama, yaitu penghindaran konflik. Dalam budaya Jawa konsep kekuasaan didasarkan pada penguasaan sumberdaya politik yang cenderung menggunakan kekerasan, sedangkan dalam budaya Cina didasarkan pada penguasaan ilmu pengetahuan yang cenderung anti kekerasan. Keduanya mengajarkan nilai penghindaran konflik dengan latar belakang yang berbeda. Pada konsep sosial atau hubungan antar manusia, budaya Jawa menempatkan kehidupan sosial masyarakat sebagai acuan utama, sebaliknya dalam budaya Cina acuan utamanya ialah keluarga (familiisme). Konsep kemasyarakatan Jawa mengajarkan nilai penghindaran konflik dalam kerangka memelihara harmoni sosial di masyarakat, sedangkan budaya Cina dalam kerangka memelihara hubungan keluarga dalam arti luas, serta konsep perang Sun Tzu, yang mengajarkan penghindaran. konflik berdasar kehati-hatian dan keseksamaan perencanaan. Teori organisasi memiliki konsep kontingensi konflik untuk mengelola konflik di dalam organisasi. Interaksi dan kedua set nilai dalam organisasi PT Gopek Cipta Utama itu mencapai equilibrium pada mengkristalnya nilai penghindaran konflik, dan diimplementasikan dalam sistem komunikasinya dalam bentuk kepastian pesan komunikasi, dan kesetaraan aktor komunikasi. Kepastian pesan banyak diilhami oleh nilai perbaikan nama-nama dalam Konfusianisme, sedang nilai kesetaraan antar aktor komunikasi cenderung dibentuk oleh nilai-nilai yang ada pada konsep kekuasaan, baik dari budaya Jawa, Budaya Cina, maupun teori organisasi.
Dari penelitian ini nampak bahwa aktor-aktor komunikasi memang bagian dari komunikasi itu sendiri, yang partisipasinya memiliki peran yang besar dalam pembentukan nilai-nilai bersama. Dalam penelitian komunikasi di dalam organisasi, kernungkinan kits bisa melakukan penelitian percobaan dalam usaha meningkatkan sinergi organisasi, melalui rekayasa budaya komunikasi tertentu. Pada perencana organisasi dianjurkan agar jangan terlalu sering merubah struktur organisasi dengan maksud agar energi pemeliharaan kelompok (instrinsic energy) dapat diminimalkan dan sinergi yang optimum bisa dicapai. organisasi atau kelompok memerlukan waktu panjang untuk membentuk nilai-nilai bersamanya.

Communication System in Organization in Javanese Cultural Environment. (The Role of Values in Javanese Culture, Chinese Descendant Business Culture, and Modem Organization on the Shaping of Communication System in the Organization of PT Gopek Cipta Utama in Slawi, Central Java, Indonesia)Research on communication system in an organization in Javanese cultural environment was carried out in PT Gopek Cipta Utama in Slawi, Tegal district, Central Java Province, Indonesia in the year of 2001. Since the organization is managed by a family of Chinese descendant, the research focused on the roles of values in Javanese culture and Chinese business culture, and modem organization. The research conducted in communication science approach and supported by system, sociology and anthropology perspectives.
The results of the research showing that the communication system of the organization have certain patterns, i.e.: a) the communications always practiced by written materials and be documented, b) the communication practiced by written materials are followed by spoken confirmations, and c) in the spoken communications conducted in the loosely manner in the view of Javanese culture. In the informal communication system, there is a d) horizontal communication pattern in all levels, both of management, supervisor, and employee, following the pattern of inter-unit connection in the production process. The patterns projecting the value of communication message assurance and communication actors equality.
The phenomena showing that the shaping of communication system in the organization was the consequences of the long interaction of behavior of the communication actors in the. frame of the their values, respectively. The interplay of the cultures resulting the value of conflict avoidance and profit making in the organization culture, and implemented in its communication system as the value of communication message assurance and communication actors equality_ Discussion on the values playing in the shaping conflict avoidance value, start with value in the highest level, of religions and theory. Religion shaping the basic values in Javanese culture is the abangan Islamic tenet of Tantularism, directing human being to life in unity in differsity (bhineka tunggal ike) although the truth is one (tan hang dharma mangrwa), and comprehension of origin and destination of man (sangkan paraning manungsa),--having a- trend to be infinite tolerant-to the differentiations. in the Chinese culture, the basic values are from Budhism, Confucianism, and Taoism tenets, i.e. avoidance from anguish (samsara), tolerance, mercy, honesty, good manner and properness, and following the way of nature (tao) by harmony with the nature maintenance.
In the concept level, Javanese and Chinese cultures having the different base, and seem opposite each other, but resulting the same attitude/value of conflict avoidance. In the Javanese culture power concept based on authorizing of political resources that tend to apply violence, while in Chinese culture based on knowledge mastering that tend to prevent violence. The two concepts tenet conflict avoidance value with different background. In the social or human relationship concept, the Javanese culture placed social life in the prime reference, oppositely the Chinese culture placed family in the prime reference. The Javanese social concept tenet conflict avoidance in the frame of social harmony maintenance, while the Chinese culture in the frame of good relationship maintenance of family widely views, and Sun Tzu war concept tenet for conflict avoidance based on carefulness and accuracy of planning. The organization theory it self, have a conflict contingency concept for managing conflict in organization. The interaction of the two sets of value in PT Gopek Cipta Utama organization, gaining equilibrium in the crystallization on conflict avoidance value, and implemented in the communication system by the values of communication message assurance, and communication actors equality. Communication message assurance seem inspired by the value of names accuracy for everything for accuracy in it's handling. While value of communication actors equality rather to be shaped by values in power concept, both from Javanese and Chinese cultures, and theory of organization.
The research uncover phenomena that individuals, as communication actors is a part of the communication it self, and his or her participation shaping an equilibrium, the values shared together, by a long time process. The research result may be used as a reference for other research in the attempt for increasing the organization synergy, such as by a certain cultural engineering. To the organization planner, the research results propose for not too frequent altering organization structure in order to minimizing the allocation of intrinsic energy for optimizing synergy of organization."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2002
D358
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Turnomo Rahardjo
"Konflik yang terjadi berulangkali di Indonesia menjadi satu pertanda bahwa situasi mindless masih mewarnai komunikasi antaretnis yang berlangsung selama ini. Setiap individu dari kelompok yang berbeda bersikap reaktif daripada proaktif, dan menginterpretasikan perilaku orang dari kelompok lain berdasarkan perspektif kelompoknya. Dalam situasi komunikasi yang terpolarisasi maka penghargaan terhadap keberadaan masing-masing kelompok cenderung rendah.
Keberadaan warga etnis Cina di Indonesia hingga sekarang masih menjadi masalah. Di kalangan masyarakat etnis non Cina masih berkembang pandangan yang tidak menguntungkan terhadap keberadaan etnis Cina. Warga etnis Cina juga sering menjadi sasaran kekerasan dalam hampir setiap kerusuhan sosial yang terjadi.
Studi ini memiliki relevansi penting dalam konteks masyarakat Indonesia yang multikultur secara demografis maupun sosiologis, karena studi ini berharap dapat memberikan penjelasan tentang bagaimana setiap individu dari kelompok etnis Cina dan etnis Jawa menegosiasikan identitas kultural mereka dalam sebuah ruang sosial. Disamping itu, studi juga berharap bisa mengkonstruksikan bangunan komunikasi antarbudaya yang memungkinkan warga dari kedua kelompok etnis bisa menciptakan relasi yang setara sebagai hasil dari negosiasi identitas diantara mereka.
Landasan teoritik dari studi ini adalah genre interpretif, yaitu pemikiran yang berusaha menemukan makna dari suatu tindakan dan teks. Sejalan dengan pemikiran genre interpretif, maka studi ini juga merujuk pada gagasan fenomenologi sebagai basis berpikir dalam studi ini. Fenomenologi merupakan studi tentang pengetahuan yang berasal dari kesadaran. Asumsi utama dari fenomenologi adalah bahwa orang secara aktif akan menginterpretasikan pengalaman mereka dengan memberikan makna terhadap apa yang mereka lihat. Penelitian ini menerapkan prinsip triangulasi dengan mengkombinasikan metoda kuantitatif (survei) dengan metoda kualitatif (fenomenologi). Dalam pelaksanaannya, studi ini menerapkan model triangulasi: the dominant-less dominant design, menggunakan paradigma dominan (interpretif) dan dilengkapi dengan satu komponen kecil dari paradigma alternatif (positivisme). Studi ini dilaksanakan di wilayah Sudiroprajan Solo, sebuah kawasan permukiman yang memungkinkan setiap individu dari kedua kelompok etnis bisa berkomunikasi dalam intensitas yang tinggi.
Hasil studi ini memperlihatkan bahwa warga kedua kelompok etnis di wilayah penelitian mampu menciptakan situasi komunikasi yang mindful, karena mereka memiliki kompetensi komunikasi antarbudaya yang memadai, yaitu kemampuan mengintegrasikan motivasi, pengetahuan, dan kecakapan untuk bisa berkomunikasi secara layak, efektif, dan memuaskan. Bangunan komunikasi antarbudaya yang dapat dikonstruksikan di wilayah penelitian adalah bangunan multikulturalisme yang karakteristiknya terlihat dari kemampuan warga kedua kelompok dalam memberi apresiasi terhadap perbedaan-perbedaan kultural yang ada. Namun demikian, bangunan multikulturalisme ini bertentangan dengan konsep bangsa Indonesia yang menekankan pada model indigenous. Konstruksi model yang lebih dekat dengan moto: `Bhinneka Tunggal lka' (Unity in Diversity) adalah Budaya Ketiga (Third-Culture), yaitu integrasi yang terjadi antara dua kelompok atau lebih ke dalam sebuah kelompok baru.
Implikasi dari hasil studi ini adalah bangunan atau model yang menjelaskan tentang komunikasi antarbudaya yang mindful masih sebatas menawarkan gagasan yang berkaitan dengan persoalan komunikasi, dalam arti bagaimana mengintegrasikan faktor motivasi, pengetahuan, dan kecakapan agar bisa berkomunikasi secara layak, efeklif, dan memuaskan. Berdasarkan studi yang dilakukan, maka cakupan teoritis (theoritical scope) dari bangunan tentang komunikasi antarbudaya yang mindful perlu diperluas dengan memasukkan faktor setting atau lingkungan permukiman dan faktor sosial-ekonomi penduduk sebagai faktor yang dapat memberi kontribusi terciptanya situasi komunikasi yang mindful."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
D577
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aloysius Gonzaga Eka Wenats Wuryanta
"Studi ini merupakan kajian yang dapat mengungkap relasi segi tiga antara pasar, publik dan negara sebagai tiga kesatuan utama dalam pengembangan demokratisasi dan regulasi media di Indonesia. Dengan demikian penelitian ini mau menjawab; pertama-pertama bentuk kumparan dinamis proses demokratisasi sosial dalam dunia penyiaran dan relasi kepentingan negara, publik dan industri penyiaran dalam sebuah sistem komunikasi bermedia di Indonesia. Penelitian ini memakai paradigma kritis dengan metode penelitian hermeneutika kritis atas teks UU Penyiaran no 32 tahun 2002 dan membandingkannya dengan revisi UU penyiaran yang sekarang sedang dibahas oleh DPR.
Penelitian ini menemukan bahwa semangat demokratisasi media, mengarusutamakan publik serta masyarakat sebagai subjek utama aktivitas media penyiaran dan penjaminan nilai konstitusional yang rasional tetap menjadi perhatian utama dalam seluruh rumusan revisi UU no 32 tahun 2002. Dan ini merupakan concern utama pembuatan dan amandemen UU yang berpusat pada "Bonum Commune".

This research aims to find out the triangle relations between the market, the public and the state in media regulation. This study will answer; forms of the dynamic process of social democratization in the broadcasting regulation, relations interests of the state, public and industry in a mediated communication systems in Indonesia. The research use critical paradigm and critical hermeneutics research method over the text of the Broadcasting Act No. 32 of 2002. It will be compared to a revised broadcasting law that is now being debated by Parliament.
The findings are that the spirit of the democratization of media, the public and the mainstream society as the main subject and the broadcast media activity guarantee rational constitutional values remain a major concern in the whole formula revision of Law No. 32 of 2002. This is the main concern of making and amending laws centered to "Bonum Commune"."
2014
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library