Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 14 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Pia Sri Widayati
"ABSTRAK
Selaras dengan era globalisasi dan peningkatan persaingan bisnis di Indonesia, maka tiap perusahaan di Indonesia harus meningkatkan daya saing dan produktivitasnya melalui pembinaan Sumber Daya Manusia yang konsisten. Setiap atasan memerlukan ketrampilan dalam memberikan umpan balik efektif untuk dapat membina sumber daya manusia yang menjadi tanggung jawabnya. Dari pengamatan dalam lingkungan kerja terlihat bahwa efektivitas umpan balik berkaitan dengan gaya komunikasi yang digunakan atasannya.
Dalam penelitian ini akan dikaji kaitan efektivitas umpan balik dengan gaya komunikasi yang digunakan atasannya. Yang dimaksud dengan efektivitas umpan balik adalah sejauhmana keefektifan proses kontrol atasan langsung dalam rangka pembinaan melalui media komunikasi menurut persepsi bawahan, dengan menggunakan kriteria umpan balik efektif. Gaya komunikasi adalah cara seseorang mengekspresikan diri secara khas dalam mengungkapkan pendapat mengenai pikiran tentang diri sendiri atau orang lain atau benda sesuai dengan kondisinya. Ada 4 gaya komunikasi yaitu gaya komunikasi akomodasi, analisa, arahan dan afiliasi. Gaya komunikasi yang dominan dapat tunggal atau kombinasi. Gaya komunikasi tersebut dapat berubah atau tidak berubah dalam menghadapi kondisi tenang dan konflik. Gaya komunikasi berkaitan dengan faktor sosial antara lain adalah tingkat pendidikan, masa kerja dan fungsi jabatan atasan langsung.
Penelitian dilakukan terhadap 229 responden yang telah memiliki masa kerja 2 tahun, menjadi bawahan langsung selama 1 tahun, penempatan di kantor divisi/pusat, pendidikan SLTA ke atas.
Berdasarkan hasil pengolahan data terlihat bahwa hubungan antara gaya komunikasi dengan efektivitas umpan balik atasan langsung terdapat pada kondisi konflik. Gaya komunikasi atasan langsung berbeda pada kondisi tenang dan konflik. Kesamaan dan perbedaan gaya komunikasi atasan langsung pada kondisi tenang dan konflik tidak behubungan dengan efektivitas umpan balik. Gaya komunikasi atasan langsung berhubungan dengan fungsi jabatan baik pada kondisi tenang maupun pada kondisi konflik. Gaya komunikasi atasan langsung tidak berhubungan dengan masa kerja dan pendidikan formal pada kondisi tenang, namun berhubungan dengan kondisi konflik. Efektivitas umpan balik tidak berhubungan dengan pendidikan formal dan fungsi jabatan, namun berhubungan dengan masa kerja. 62% atasan langsung menghasilkan umpan balik efektif.
Berdasarkan hasil kajian dalam penelitian ini disarankan kepada perusahaan untuk lebih konsisten dalam mengelola program penempatan dan program rotasi, memasukkan gaya komunikasi ke dalam silabus pelatihan dalam rangka pembinaan dan pengembangan terhadap setiap atasan.
Daftar pustaka: 42 buah, 1976 ? 1995
"
1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Dian Kencana Wulan
"ABSTRAK
Dalam rumah tangga berkembangnya peran tradisional wanita sebagai ibu dan
istri menjadi peran pekerja tidak saja menuntut penyesuaian dari pihak wanita tetapi
juga dari pihak pria (suami). Di satu sisi kehadiran istri bekerja dapat mengurangi
beban suami menghidupi keluarga. Namun di sisi lain dapat menyebabkan pergeseran
kekuatan dalam perkawinan dan menimbulkan sejumlah tuntutan untuk berbagi tugas
pengasuhan anak dan rumah tangga. Bahkan situasi ini berpeluang menyebabkan
harga diri suami terganggu karena suami merasa tersaingi oleh tingkat pendidikan,
jabatan dan penghasilan istri.
Keadaan ini dipengaruhi oleh kuatnya nilai-nilai tradisional yang ditanamkan
masyarakat. Sejak kecil, orang tua dan lingkungan oenderung mengarahkan
seseorang untuk berperilaku sesuai dengan stereotip peran jenis kelaminnya. Jika
pada wanita yang ditanamkan adalah pentingnya aspek keluarga, maka pada pria yang
ditanamkan adalah pentingnya aspek kerja. Hal ini menyebabkan pria memandang
karir pekerjaan sebagai sumber harga dirinya.
Di samping itu, stereotip peran jenis kelamin juga mempengaruhi terbentuknya
sex-role beliefs seseorang yaitu: kepercayaan seseorang tentang hubungan peran
yang pantas antara pria dan wanita. Sex-role beliefs merupakan suatu kontinum yang
memiliki dua kutub yaitu tradisional dan liberal. Seseorang yang memiliki sex-role
beliefs tradisional percaya bahwa pria memiliki kedudukan yang Iebih tinggi
dibandingkan wanita, sedangkan suami yang memiliki sex-role beliefs liberal percaya
bahwa kedudukan pria dan wanita setara. Sex-role beliefs mempengaruhi
keseimbangan kekuatan dalam perkawinan; sex-role beliefs tradisional berasosiasi dengan pembagian kekuatan suami istri yang tidak seimbang. Hasil penelitian
mengungkapkan bahwa suami dengan sex-role beliefs tradisional lebih sering
mengalami stres dan kecemasan apabila memiliki istri bekerja dibandingkan apabila
istri tidak bekerja. Sedangkan pria yang memiliki sex-role beliefs liberal cenderung
menunjukkan gejala depresi yang lebih ringan dibandingkan suami dengan sex-role
beliefs liberal dalam menghadapi situasi keluarga dengan istri bekerja.
Di landasi penelitian tersebut, diduga keterlibatan istri pada suatu pekerjaan
yang berorientasi karir yaitu: pekerjaan yang menonjol bagi identitas seseorang,
membutuhkan pendidikan dan komitmen tinggi serta memiliki prestis dan identik
dengan penghasilan yang memadai akan lebih berpengaruh terhadap harga diri suami
dengan sex-role beliefs tradisional dibandingkan suami dengan sex-role beliefs liberal.
lni disebabkan suami dengan sex-role beliefs tradisional memiliki dorongan untuk
menjadi pihak yang dominan dalam rumah tangga khususnya dalam menjalankan
peran pencari nafkah
Penelitian ini ingin menguji kebenaran dan dugaan tersebut yaitu dengan
melihat bagaimanakah pengaruh sex-role beliefs terhadap harga diri suami. Selain itu,
juga ingin diketahui apakah usia berpengaruh terhadap harga diri suami dan
bagaimanakah pengaruh perbedaan tingkat pendidikan, jabatan, dan penghasilan
suami istri terhadap harga diri suami yang memiliki sex-role beliefs tradisional dan
liberal.
Penelitian ini dilakukan di Jakarta terhadap 68 responden. Sampel penelitian ini
adalah suami dan istri bekerja minimal sebagai supervisor, berusia 25-50 tahun,
berpendidikan minimal akademi atau pendidikan lain yang sederajat, memiliki anak dan
berasal dari tingkat sosial ekonomi menengah ke atas. Alat ukur yang digunakan
berupa kuesioner yaitu kuesioner harga diri dan sex-role beliefs.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan
dalam harga diri antara suami yang memiliki sex-role beliefs tradisional dan liberal.
Keduanya memiliki harga diri yang tergolong tinggi. lni berarti sex-role beliefs bukan
merupakan faktor yang berpengaruh pada sampel penelitian ini. Diduga tingginya
harga diri subyek dipengaruhi oleh kekhususan sampel penelitian ini yaitu mayoritas
subyek adalah orang-orang yang sukses karena memiliki pendidikan tinggi, menduduki jabatan tinggi dan berpenghasilan tinggi pula. Hasil lainnya menunjukkan bahwa tidak
ada pengaruh usia terhadap harga diri suami. Sementara itu, dari hasil penelitian untuk
mengetahui pengaruh perbedaan tingkat pendidikan, jabatan dan penghasilan suami
istri terhadap harga diri suami yang memiliki sex-role beliefs tradisional ternyata hanya
variabel penghasilan saja yang terbukti berpengaruh terhadap harga diri suami dengan
sex-role beliefs tradisional yaitu ditemukannya perbedaan yang signifikan dalam harga
diri suami tradisional yang berpenghasilan sama dengan istri dan yang berpenghasilan
lebih rendah dari istri. Sedangkan pada suami dengan sex-role beliefs liberal, tidak
ditemukan pengaruh perbedaan tingkat pendidikan, jabatan dan penghasilan suami
istri terhadap harga diri.
Harga diri yang menjadi dependent variable dalam penelitian ini adalah harga
diri umum (globali self esteem) yaitu penilaian diri yang menyeluruh yang diberikan
seseorang pada dirinya. Selain harga diri umum, pengukuran harga diri juga dapat
ditinjau per dimensi, maka untuk penelitian selanjutnya disarankan untuk meneliti
pengaruh sex-role beliefs terhadap harga diri pada dimensi tertentu misalnya harga diri
suami pada dimensi kompetensi peran pencari nafkah. Selain ttu untuk melengkapi
hasil penelitian ini, dapat pula dilakukan penelitian serupa yang melibatkan keiompok-
kelompok subyek dengan karakteristik berbeda, misalnya pada suami yang memiliki
penghasilan lebih rendah dari istri atau suami yang memiliki jabatan lebih rendah dari
istri."
1997
S2652
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Reny Wiriandhani
"ABSTRAK
Learner controlled task merupakan tugas yang memberi kebebasan penuh pada
siswa untuk mengontrol beberapa dimensi yang ada pada tugas tersebut seperti misalnya
urutan pengerjaan, content, atau lama pengexjaan. Dalam tugas yang demikian siswa
hams mampu mengontrol dan mengarahkan sendiri kegiatan belajamya, karena tidak
ada aturan yang baku mengenai cara pengerjaannya. Asumsi dasar penyusunan tugas
ini adalah agar siswa menjadi meningkat motivasi dan prestasi belajarnya berkaitan
dengan kebebasan yang diberikan pada mereka. Namun pada kenyataannya beberapa
siswa justru menjadi terhambat dan tidak terarah belajarnya, karena tidak dapat
memanfaatkan dengan balk fasilitas-fasilitas yang tersedia. Apakah sebenarnya yang
menyebabkan sebagian siswa berhasil menyelesaikan learner controlled task sementara
siswa Iainnya tidak. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk menjawab pertanyaan
ini adalah dengan menganalisa proses penelusuran infonnasi yang dilakukan oleh siswa
dalam menjalankan tugasnya (oleh Suradiono (1993) disebut sebagai learning pattern)
dan menelaah faktor-faktor yang diperkirakan turut mempengaruhi kegagalan tersebut,
seperti misainya locus of control (LOC) dan pengetahuan terdahulu. Dan secara khusus
penelitian ini difokuskan pada sampel siswa SLTA berkemampuan umum tinggi dan
berusia 16-17 tahun.
Demikianlah, secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi Iearn-
ing pattern yang muncul pada siswa-siswa SLTA dengan taraf kemampuan umum tinggi
pada learner controlled task. Selain itu penelitian ini juga bertujuan untuk menelaah
faktor-faktor yang menyebabkan kegagalan siswa dalam memanfaatkan kebebasan yang
diberikan pada mereka, dengan mengetahui bagaimana hubungan LOC dengan Iearn-
ing pattern, hubungan learning pattern dengan pengetahuan terdahulu, serta dengan
mengidentifikasi alasan-alasan siswa dalam memanfaatkan fasilitas yang tersedia pada
unit pembelajaran.
Berkaitan dengan tujuan di atas maka penelitian ini dilakukan dengan melibatkan
30 orang siswa salah sebuah SLTA di Jakarta. Kepada mereka diberikan satu unit
pembelajaran yang sifatnya leamer controlled. Agar dapat ditelusuri proses kognitif yang
terjadi selama proses belajar berlangsung maka mereka diminta untuk mengungkapkan
semua yang ada dalam pikirannya selama mengerjakan tugas tersebut. Metode ini dikenal
sebagai metode think-aloud (berpikir keras). Sebelum penelitian dimulai diberikan latihan
berpikir keras dan diberikan tes yang mengukur pengetahuan terdahulu mereka. Seluruh
jalannya penelitian direkam secara audio. Dan hasil yang diperoleh dianalisis secara
kualltatif melalui protokol berpikir keras dari masing-masing siswa. Sedangkan alat ukur
LOC yang digunakan dalam penelitian ini yaitu skala Children's Nowicki-Strickland Inter-
nal External Control.
Penelitian ini berhasil mengidentifikasi 5 macam learning pattern. Pola I - IV
menggambarkan keteraturan pengerjaan tugas dan penelusuran informasi, sementara
pola V menunjukkan tidak teraturnya alur penelusuran informasi yang dilakukan oleh
siswa. Dalam penelitian ini hanya satu orang siswa yang menampilkan pola V. Sedangkan
hubungan antara learning patternm dengan LOC dan dengan pengetahuan terdahulu tidak
terlalu tampak dalam penelitian ini. Namun demikian dad hasil yang diperoleh secara umum dapat disimpulkan bahwa para siswa SLTA berkemampuan umum tinggi pada
penelitian ini telah siap dan mampu mengarahkan dengan baik proses belajarnya apabila
mereka dihadapkan pada tugas yang sifatnya memberi kebebasan pada mereka untuk
mengontrolnya.
Penelitian lanjutan kiranya dapat dilakukan dengan menggunakan sampel yang
lebih banyak, berkemampuan umum rata-rata dan bukan berasal dari sekolah yang
tergolong baik. Selain itu materi pelajaran yang disajikan pun hendaknya lebih disesuaikan
dengan kebutuhan siswa pada umumnya."
1995
S2443
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Debby Mardianti
"Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan salah satu subtes dari tes inteligensi, yaitu tes working memory capacity WM yang akan digunakan sebagai salah satu acuan dalam pertimbangan proses peminatan siswa SMA di Indonesia. Penyusunan tes WM didasarkan pada teori CHC yang merupakan teori yang paling komprehensif dan kontemporer pada saat ini. Pengujian tes WM dilakukan pada siswa SMA kelas X di wilayah Jakarta yang berasal dari peminatan IPA dan IPS. Pengujian reliabilitas terhadap tes WM menggunakan metode Cronbach Alpha menunjukan bahwa tes WM memiliki konsistensi internal yang baik untuk mengukur suatu konstruk.
Pengujian validitas konstruk menggunakan metode correlation with other test, menunjukan bahwa tes WM merupakan tes yang valid untuk mengukur konstruk working memory capacity karena berkorelasi secara signifikan dengan tes IST subtes ME yang juga mengukur memori. Selain itu, berdasarkan hasil analisis aitem, tes WM telah memiliki aitem-aitem dengan derajat kesulitan aitem yang beragam dan daya diskriminasi yang baik. Telah disusun norma tes WM dengan menggunakan normalized standard score, dengan M=10 dan SD=3.

This research was conducted to develop one of the subtests from intelligence test, that is working memory capacity WM test that will be used as a reference to make considerations in the high school student rsquo s specilization in Indonesia. The constructions of WM test was based on CHC theory which is the most comprehensive and contemporary theory of intelligence. The tested of WM test was conducted at the first year of high school students in Jakarta region, including students from sciences and social science major. Reliability testing using Cronbach Alpha method showed that WM test has good internal consistency.
Validity testing using correlation with other test method showed that WM test is a valid test to measure working memory capacity, because the WM test significantly correlated with the ME subtest of IST test which also measure memory. Furthermore, based on the item analyses, WM test has good item with a variant item difficulty and good item discriminant. The norm of WM test was using normalized standard score, M 10 and SD 3.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2017
S67312
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ayu Resky Oktavianti
"ABSTRAK
Penelitian ini menyumbangkan penelitian mengenai pengaruh tidak
langsung dari kesesuaian individu dengan atasan dan dengan organisasi terhadap
komitmen organisasi pada konteks industri perbankan. Pengaruh tidak langsung
yaitu komitmen terhadap atasan dan kepuasan kerja memperantarai hubungan
antara kesesuaian karyawan-atasan dan kesesuaian karyawan-organisasi dengan
komitmen organisasi. Penelitian ini menitik-beratkan kepada peran yang
mempengaruhi hubungan individu dengan apa yang ada di lingkungannya (baik
atasan maupun organisasinya) terhadap komitmen organisasi. Survei dilakukan
kepada 336 pegawai perbankan dari berbagai level, jenis kelamin, usia, status
pernikahan, status pendidikan, masa kerja, dan kepemilikan perusahaan. Hasil
penelitian ini menemukan bahwa komitmen terhadap atasan dapat memperantarai
Kesesuaian karyawan-atasan dan kesesuaian karyawan-organisasi terhadap
komitmen organisasi, namun kepuasan kerja hanya dapat memperantarai
Kesesuaian karyawan-organisasi terhadap komitmen organisasi. Hasil tersebut
berarti bahwa kesesuian karyawan perbankan dengan atasan dan organisasi akan
menimbulkan komitmen terhadap atasan yang pada akhirnya akan menimbulkan
komitmen terhadap organisasi. Namun, hanya kesesuaian karyawan perbankan
dengan organisasinya akan menimbulkan kepuasan kerja yang pada akhirnya akan
menciptakan komitmen organisasi karyawan. Analisa tambahan penelitian ini
menemukan bahwa komitmen organisasi dan kepuasan kerja karyawan perbankan
dapat dipengaruhi oleh perbedaan usia, masa kerja, dan kepemilikan perusahaan.

ABSTRACT
This study contributes research on the indirect effects of individual fit with
the supervisor (PS fit) and the organization (PO fit) toward organizational
commitment in the context of the banking industry. Indirect effects of supervisory
commitment and job satisfaction mediates the relationship between PO fit and PS
fit with organizational commitment. This research has focused on the role that
affect the individual's relationship with what is available in the environment (both
supervisors and organization) to organizational commitment. The survey was
conducted to 336 bank employees of various levels, gender, age, marital status,
educational status, job tenure, and ownership of the company. Results of this
study indicate that supervisory commitment may mediate PS fit and PO fit on
organizational commitment, but job satisfaction only mediate PO fit on
organizational commitment. The result meant that the fitness between bank
employee with supervisor and organization will lead supervisory commitment
then ultimately lead to commitment to the organization. However only bank
employee fit with the organization will lead to job satisfaction, which in turn will
create the organizational commitment of employees. Additional analysis of this
study that organizational commitment and job satisfaction of bank employees may
be affected by differences in age, job tenure, and ownership of the company."
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
T35216
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Hasibuan, Amir Asyikin
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk melihat keterkaitan antara kepemimpinan transaksional dan kepemimpinan transformasional dengan sifat-sifat kewirausahaan serta pengaruh ketiganya terhadap kinerja karyawan maupun kinerja organisasi. Penelitian ini didasari oleh belum adanya penelitian yang berkaitan dengan kepemimpinan transaksional/transformasional dengan sifat-sifat kewirausahaan.
Dalam menjawab penanyaan-pertanyaan dalam penelitian, dilakukan penelitian terhadap 195 pengusaha industri kecil garmen di DKI Jakarta Jengan menggunakan 3 jenis instrumen, yaitu 2 (1) Multifactor Leadership Questionnaire dari Bass dan Avolio (1990); (2) Inventory PTEP ?90 dad Iman Santoso Sukardi (1990) dan (3Q)Kwesioner pengukur kinerja karyawan dan kinerja Organisasi. Instrumen diuji validitas dan reliabilitasnya dengan menggunakan teknik analisis faktor, Uji korelasi item dengan skor total, Cronbach Alpha. Pengujian hipotesis menggunakan teknik korelasi product moment, analisis regresi ganda dan Uji t.
Hasil-hasil penelitian menunjukkan bahwa: (a) perilaku kepemimpinan yang sering ditampilkan dominan ) oleh pengusaha industri kecil garmen merupakan kombinasi dari kepemimpinan transaksional dan kepemimpinan transformasional, khususnya manajemen pengecualian pasif dan konsiderasi individual (b) Sifat instrumental dan prestatif merupakan 2 sifat kewirausahaan yang dominan pada pengusaha industri kecil garmen, sedangkan 3 sifat kewirausahaan yaitu keyakinan diri, keberanian mengambil resiko dan swa-kendali dimiliki secara memadai oleh pengusaha industri kecil garmen ; (c) kepemimpinan transformasional lebih memiliki keterkaitan dengan sifat-sifat kewirausahaan dibandingkan dengan kepemimpinan transaksional; (d) kepemimpnan transformasional dan sifat-sifat kewirausahaan dapat menjadi peramal bagi kinerja karyawan maupun kinerja organisasi, sedangkan kepemimpinan transaksional tidak memberikan kontribusi sama sekali.
Berdasarkan hasil-hasil penelitian yang diperoleh ini, studi ini menyarankan beberapa hal : (a) dengan adanya keterkaitan kepemimpinan transformasional dengan sifat-sifat kewirausahaan, maka program-program pengembangan
pengusaha industri kecil harus memperhatikan keduanya karena telah terbukti dapat menjadi peramal bagi kinerja karyawan maupun organisasi;
(b) Studi-studi lebih lanjut tentang kepemimpinan dan sifat-sifat kewirausahaan dengan melibatkan lebih banyak bidang usaha dalam industri kecil masih sangat diperlukan."
2001
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ali Nina Liche Seniati
"Penelitian ini adalah mengenai komitmen dosen pada Universitas Indonesia. Tujuan penelitian ialah: (1) membuktikan bahwa masa kerja dan trail kepribadian sebagai Faktor pribadi, serta kepuasan kerja dan iklim psikologis sebagai faktor lingkungan memberikan pengaruh terhadap komitmen dosen pada universitas; (2) membuktikan bahwa komitmen dosen pada universitas lebih ditentukan oleh faktor pribadi daripada faktor lingkungan; (3) membandingkan hasil penelitian mengenai komitmen dosen pada universitas dengan hasil penelitian terdahulu mengenai komitmen karyawan pada organisasi bisnis dan organisasi lainnya.
Komitmen dosen pada universitas merupakan bentuk keterikatan dosen pada universitas yang didasarkan pada pengetahuan dan penilaiannya terhadap organisasi, yang mengarahkan dosen pada tingkah laku organisasional lainnya.
Penelitian ini perlu dilakukan karena komitmen dosen pada universitas akan mempengaruhi tingkat kehadiran dosen di fakultas; sikap dan tingkah laku dosen dalam berinteraksi dengan mahasiswa, rekan-rekan dosen, pimpinan fakultas dan universitas, serta dengan staf administrasi; produktivitas dosen dalam pendidikan dan pengajaran, penelitian, serta pelayanan pada masyarakat; serta keterlibatan dalam berbagai kegiatan yang berkaitan dengan pengembangan fakultas dan universitas serta peningkatan mutu pendidikan.
Sampel penelitian adalah 302 dosen yang mewakili 12 fakultas di Universitas Indonesia, serta sesuai dengan penyebaran dosen berdasarkan jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan golongan kepangkatan.
Alat ukur yang digunakan adalah skala organizational commitmenl Allen & Meyer (1990), skala NEO-4 Costa & McCrae (1992, 1998), skala job satisfication survey Spector (1997), serta psychological climate questionnaire dari James & Sells (1981). Semua skala ini dimodifikasi khusus untuk dosen. Analisis terhadap model persamaan struktural dilakukan dengan program SHVIPLIS-LISREL. versi 8.50 yang dikembangkan Jiireskog dan Sérbom.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa masa kerja, trait kindness, dan kepuasan kerja memberikan pengaruh langsung terhadap komitmen dosen; sedangkan iklim psikologis memberikan pengaruh tidak langsung, yaitu melalui kepuasan kerja. Dengan demikian, faktor pribadi dan faktor lingkungan secara bersama-sama mempengaruhi komitmen dosen pada universitas. Temuan ini memperkuat hasil-hasil penelitian sebelumnya bahwa faktor pribadi dan faktor lingkungan secara bersama-sama mempengaruhi komitmen organisasi. Hal ini berarti, meskipun universitas memiliki karakteristik yang berbeda dengan organisasi lain serta pekerjaan dosen memiliki dinamika kerja yang berbeda dengan karyawan di organisasi lain, teori dan hasil penelitian mengenai komitmen organisasi yang diterapkan dan ditemukan pada organisasi lain dapat pula diterapkan pada universitas.
Sebagai organisasi dengan struktur birokrasi professional, pimpinan fakultas perlu menerapkan gaya manajemen partisipatif dimana setiap dosen memiliki otonomi dalam menjalankan pekerjaannya; terlibat secara aktif dalam pencapaian tujuan, visi, dan misi fakultas serta berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan untuk menangani masalah yang dihadapi fakultas.
Saran utama yang diajukan kepada Universitas Indonesia dalam rangka menjadi research university yang otonom adalah membentuk Direktorat Sumber Daya Manusia. Kegiatan penting yang dilakukan direktorat ini adalah merancang dan menjalankan sistem seleksi dosen yang mempertimbangkan trait kepribadian, tingkat pendidikan, dan nilai indeks prestasi calon dosen; sistem kenaikan pangkat dan perencanaan karier dosen yang mendukung kaderisasi yang teratur, terencana, dan bersinambung; program penataan fasilitas dan Iingkungan kerja yang kondusif bagi dosen untuk menjalankan kegiatan Tridharma Perguruan Tinggi; menerbitkan media komunikasi yang mendukung kelancaran informasi."
Depok: Universitas Indonesia, 2002
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wahyu Indianti
"[ABSTRAK
Latar belakang penelitian ini berawal dari masalah yang sering muncul dalam perkembangan karir pada remaja terutama dalam hal memilih, meningkatkan, dan mempertahankan konsistensi dalam memilih karir seperti pilihan pendidikan. Kemampuan itu disebut adaptabilitas karir. Penelitian ini mempertanyakan faktor apa yang mempengaruhi peningkatan adaptabilitas karir. Asumsi yang ditegakkan adalah ketika individu berhasil menerapkan regulasi diri dalam belajar, yang pembentukannya dipengaruhi oleh dukungan sosial, maka perencanaan, pemilihan dan pengembangan karir akan lebih mudah dilakukan. Untuk membuktikan asumsi tersebut, penelitian ini melihat keterakaitan antara dukungan sosial sebagai sumber yang membantu pembentukan keterampilan regulasi diri dalam belajar dengan pembangunan adaptabilitas karir sebagai sikap dan kesiapan dalam menghadapi tantangan perkembangan karir. Penelitian ini menguji kesesuaian model yang melihat peranan dukungan sosial dalam internalisasi regulasi diri dalam belajar sehingga dapat meningkatkan pembangunan adaptabilitas karir yang tinggi. Penelitian ini mengukur tiga variabel yaitu dukungan sosial sebagai variabel independen, regulasi diri dalam belajar sebagai variabel mediator dan adaptabilitas karir sebagai variabel dependen. Partisipan dalam penelitian ini berjumlah 1012 mahasiswa baru dari semua fakultas yang ada di UI dengan pengolahan data menggunakan structural equation model dari Lisrel 8.80, teknik regresi berganda untuk menguji hipotesis yang ditegakkan dan menggunakan anovar untuk memperkaya hasil penelitian. Hasil penelitian ini menunjukkan model yang diajukan sesuai dengan data di lapangan dan membuktikan bahwa variabel regulasi diri dalam belajar adalah mediator penuh antara variabel dukungan sosial dengan variabel adaptabilitas karir. Artinya dukungan sosial hanya akan bermakna dalam pembangunan adaptabilitas karir apabila dimediasi oleh regulasi diri dalam belajar. Perlunya peningkatan peranan dukungan sosial untuk membantu remaja dalam internalisasi regulasi diri dalam belajar agar mereka dapat membangun adaptabilitas karir yang kuat.;

ABSTRACT
The background of this study come from problems that often arise in career developmental skill, especially in terms of choosing a career, improve, and maintain consistency in choosing a career (e.g. education). That ability is called career adaptability. This study questioned what factors influence the increase career adaptability. The assumption made is when an individual successfully implementing self-regulation in learning, that its formation is influenced by social support, the planning, selection and career development will be easier to do. To prove these assumptions, this study will look at a relationship between social support as an agent of the formation of self-regulation skills in the development of career adaptability as attitude and readiness to face the challenges of career development task and the situational changes. This study examined the suitability of the model that saw the role of social support in the internalization of self-regulated learning to improve the development of strong and high career adaptability. This study measured three variables: social support as an independent variable, self-regulated learning as mediator variables and career adaptability as the dependent variable. Participants in this study amounted to 1012 new students of all faculties at the UI. For processing the data, this study using structural equation model of Lisrel 8.80, and using multiple regression techniques to test the hypothesis. Anovar was used to rich the rusult. The results of this study indicate that the model proposed in accordance with the data in the field and prove that the variables of self-regulated learning is a full mediator between social support and career adaptability. The implication from this study is, social support such as parents, teachers and peers, had a strategic influence in building regulated learning skill in order to strengthen career adaptability in young people;The background of this study come from problems that often arise in career developmental skill, especially in terms of choosing a career, improve, and maintain consistency in choosing a career (e.g. education). That ability is called career adaptability. This study questioned what factors influence the increase career adaptability. The assumption made is when an individual successfully implementing self-regulation in learning, that its formation is influenced by social support, the planning, selection and career development will be easier to do. To prove these assumptions, this study will look at a relationship between social support as an agent of the formation of self-regulation skills in the development of career adaptability as attitude and readiness to face the challenges of career development task and the situational changes. This study examined the suitability of the model that saw the role of social support in the internalization of self-regulated learning to improve the development of strong and high career adaptability. This study measured three variables: social support as an independent variable, self-regulated learning as mediator variables and career adaptability as the dependent variable. Participants in this study amounted to 1012 new students of all faculties at the UI. For processing the data, this study using structural equation model of Lisrel 8.80, and using multiple regression techniques to test the hypothesis. Anovar was used to rich the rusult. The results of this study indicate that the model proposed in accordance with the data in the field and prove that the variables of self-regulated learning is a full mediator between social support and career adaptability. The implication from this study is, social support such as parents, teachers and peers, had a strategic influence in building regulated learning skill in order to strengthen career adaptability in young people;The background of this study come from problems that often arise in career developmental skill, especially in terms of choosing a career, improve, and maintain consistency in choosing a career (e.g. education). That ability is called career adaptability. This study questioned what factors influence the increase career adaptability. The assumption made is when an individual successfully implementing self-regulation in learning, that its formation is influenced by social support, the planning, selection and career development will be easier to do. To prove these assumptions, this study will look at a relationship between social support as an agent of the formation of self-regulation skills in the development of career adaptability as attitude and readiness to face the challenges of career development task and the situational changes. This study examined the suitability of the model that saw the role of social support in the internalization of self-regulated learning to improve the development of strong and high career adaptability. This study measured three variables: social support as an independent variable, self-regulated learning as mediator variables and career adaptability as the dependent variable. Participants in this study amounted to 1012 new students of all faculties at the UI. For processing the data, this study using structural equation model of Lisrel 8.80, and using multiple regression techniques to test the hypothesis. Anovar was used to rich the rusult. The results of this study indicate that the model proposed in accordance with the data in the field and prove that the variables of self-regulated learning is a full mediator between social support and career adaptability. The implication from this study is, social support such as parents, teachers and peers, had a strategic influence in building regulated learning skill in order to strengthen career adaptability in young people, The background of this study come from problems that often arise in career developmental skill, especially in terms of choosing a career, improve, and maintain consistency in choosing a career (e.g. education). That ability is called career adaptability. This study questioned what factors influence the increase career adaptability. The assumption made is when an individual successfully implementing self-regulation in learning, that its formation is influenced by social support, the planning, selection and career development will be easier to do. To prove these assumptions, this study will look at a relationship between social support as an agent of the formation of self-regulation skills in the development of career adaptability as attitude and readiness to face the challenges of career development task and the situational changes. This study examined the suitability of the model that saw the role of social support in the internalization of self-regulated learning to improve the development of strong and high career adaptability. This study measured three variables: social support as an independent variable, self-regulated learning as mediator variables and career adaptability as the dependent variable. Participants in this study amounted to 1012 new students of all faculties at the UI. For processing the data, this study using structural equation model of Lisrel 8.80, and using multiple regression techniques to test the hypothesis. Anovar was used to rich the rusult. The results of this study indicate that the model proposed in accordance with the data in the field and prove that the variables of self-regulated learning is a full mediator between social support and career adaptability. The implication from this study is, social support such as parents, teachers and peers, had a strategic influence in building regulated learning skill in order to strengthen career adaptability in young people]"
2015
D2087
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>