Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 66 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Charisma David Hume
"BDSM, sebagai orientasi seks minoritas menjadi barang komoditas, yakni pornografi. Stereotip masyarakat mengenai BDSM adalah kekerasan seksual dan BDSM adalah variasi seksual dihegemoni oleh media massa. Media massa menciptakan tanda secara masif merayu masyarakat di dalam permainan tanda. Permainan tanda yang dikendalikan kapitalisme membawa masyarakat ke dalam sistem konsumsi. Kondisi ini adalah apa yang disebut Jean Baudrillard hiperrealitas BDSM di dalam masyarakat. Kondisi ini membuat BDSM sebagai orientasi seks dipengaruhi media massa.

BDSM, as minority sexual orientation become commodity goods, that is pornography. Stereotype people about BDSM that sexual violence and BDSM is sexual variation which hegemony by mass media. Mass media produce massive sign seduce people in game of sign. This game of sign controlled capitalism lug people into system of consumption. This condition is what called Jean Baudrillard as hiperreality BDSM in society. This condition makes BDSM as sexual orientation influenced by mass media."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2013
S52947
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Prafitri Haziza
"Tulisan ini bertujuan untuk mengungkapkan norma gender yang terdapat dalam serial Takki karya sutradara Saudi, Mohammad Makki. Serial ini menarik untuk dibahas sebab permasalahan sosial dan gender yang terdapat di dalamnya didasarkan pada realitas sosial yang terjadi di masyarakat. Penelitian ini dilakukan secara kualitatif dengan norma gender sebagai fokus utama. Sumber data yang digunakan dalam penelitian berasal dari serial Netflix dengan audio berbahasa Arab amiyyah dialek Saudi dengan teks terjemahan dalam bahasa Inggris dan Indonesia. Dalam menganalisis norma gender yang terdapat dalam serial Takki, penulis menggunakan teori pendekatan semiotika Charles Sanders Peirce dan teori norma gender. Pendekatan semiotika dalam penelitian ini menghasilkan dua kesimpulan: yaitu norma gender di Arab Saudi dalam serial Takki lebih banyak ditujukan untuk mengatur perempuan dalam berbagai bidang kehidupan dan dengan dibuatnya aturan-aturan baru oleh pemerintah secara nyata, norma gender yang mengikat perempuan dalam serial Takki juga mengalami pergeseran sehingga terjadi perubahan dalam berbagai bidang kehidupan di masyarakat serta peningkatan atas hak-hak perempuan di Arab Saudi.

This paper aims to reveal gender norms in Takki the series directed by a Saudi director, Mohammad Makki. This series is interesting to be analyed because the social and gender problems are based on the social realities that happens in the society. The research is done by using qualitative methods with gender norm as the main focus. The data source used in the research originated from a Netflix serial with audio in Arabic and subtitle text in English and Bahasa Indonesia. To analyze gender norms in Takki the series, the author uses a semiotic approach theory by Charles Sanders Peirce and gender norm theories. The semiotic approach in this research study resulted in two conclusions: Gender norms in Saudi Arabia within Takki the series mostly aimed to rule women in various field of lives and with the new rules made by the government in real life, gender norms that bind women within Takki the series also experience shifting that eventually made changes in various fields of live as well as enhancement of women’s rights in Saudi Arabia."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2022
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Adityas Setiya
"ABSTRACT
Masyarakat majemuk yang ada merupakan kegagalan dalam mencapai masyarakat multikulturalis. Perlu adanya peran pemerintah untuk membentuk pandangan multikulturalisme dengan membuat kebijakan-kebijakan untuk menyelesaikan permasalahan di masyarakat majemuk yang terutama terjadi pada masalah identitas di dalam masyarakat majemuk. Penelitian ini menggunakan politics of recognition dari Taylor dan politics of identity dari Appiah. Masalah identitas ini dapat disusun dalam dua bentuk, labeling dan kompleks superioritas. Setelah membedah masalah, penelitian ini kemudian disusun kerangka bagaimana pemerintah harus bergerak dalam menyelesaikan masalah identitas ini dengan pemikiran Kymlicka yang dilengkapi dengan Modood untuk memberikan penyelesaian terhadap minoritas keagamaan.

ABSTRACT
Plural society is a incomplete form of multiculturalist society. The needs of government role to forming the multiculturalist view in the society by making policies to solve the plural societys problem, mainly in case of identities problems in the plural society. This research use Taylors politics of recognition and Appiahs politics of identity to identify two problem in identity, labeling and superiority complex. After cracking the problem, this research can be continued to make a framework of how government should move to solve problems of identity using Kymlickas opinion and completed by Modood to solve the religious minoritys problem."
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mutia Agroli
"ABSTRACT
Sistem matrilineal adalah suatu sistem pada masyarakat Sumatera Barat yang mengatur garis keturunan berasal dari pihak ibu, sebuah sistem yang dapat dikatakan unik karena pada umumnya di Indonesia menempatkan kaum laki-laki lebih tinggi ketimbang perempuan. Sistem matrilineal menjadikan seorang perempuan dapat memegang kekuasaan atas suatu keputusan yang semestinya dipecahkan. Seiring berjalannya waktu timbul permasalahan adanya konsep patokah yang menjadikan peran perempuan menjadi tergeser dengan sendirinya, hal ini menjadi paradoks dalam sistem matrilineal yang menyebabkan peran perempuan menjadi nomor dua karena pada hakekatnya perempuan sudah ditentukan kodratnya sejak lahir. Ini menjadikan adanya gangguan secara kejiwaan terkait neurosis. Permasalahan  neurosis pada sistem matrilineal dapat dipecahkan melalui pemikiran dari Karen Horney. Neurosis ini tampak pada psikoanalisis yang dialami perempuan di Minangkabau, sehingga menyerang psike yang kemudian terbentuknya konsep patoka, yang menyebabkan perempuan menjadi kaum minoritas yang derajatnya di bawah laki-laki dan segala sesuatunya yang berhak mengatur adalah laki-laki.

ABSTRACT
The matrilineal system is a system in West Sumatera society that regulates lineage originating from mother side, a system which can be said unique because in general in Indonesia place men higher than woman. The matrilineal system makes a woman able to hold power over a decision that should be solved. Over time the problem arises the concept of patokah which makes the role of women become displaced by itself, this becomes paradox in the matrilineal system that causes the role of women to be number two because essentially women have been determined kodrat from birth. This makes a psychiatric disorder associated with neurosis. The problems of neurosis in the matrilineal system can be solved through the thought of Karen Horney. This neurosis appears in the psychoanalysis experienced by women in Minangkabau, thus attacking the psyche, which then form the concept of patokah, which causes women to become a minority under the men and everything that is entitled to regulate is male."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yulia A.
"Tidak pernah ada manusia yang merasa aman dalam hidupnya. Karena manusia tidak penah dapat memprediksikan apa yang akan terjadi. Kecemasan ini kemudian berdampak pada kecemasan sosial, karena orang-orang yang merasa cemas kemudian berkumpul menjadi majemuk. Akibatnya harus ditentukan prinsip-prinsip yang mengatur kerja sama yang adil agar kecemasan bisa di minimalisir dan sebisa mungkin memberi rasa keuntungan. John Rawls menyebut kerja sama ini sebagai teori distribusi. Tujuannya adalah pembagian barang atau nikmat sosial secara sama dengan menghapuskan ketimpangan yang tidak menguntungkan seseorang. Sehingga orang-orang yang sepertinya tidak mungkin mendapat kemungkinan terbaik, dimungkinkan disini, karena ada proses dimana yang memiliki kebahagiaan yang besar akan mentransfer kebahagiaan mereka. Salah satu alternatifnya pendistribusiannya melalui asuransi dengan sistem subsidi atau pembagian.

There is no human that always feel safety in his life. It is because the limited capacity of human to predict what will happen in the future. This worry will affect to the social worried, because each of the individual then unite in one plural community. This condition develops the needs of principes of fairness joint work regulation, so that the worry could be minimize and hopefully will bring fairness and luck. John Rawls called this joint work as a distribution theory. The objective of this theory is to make a fair things distribution or social satisfaction by erasing someone_s destructions. By this theory, hopefully each man that seems impossible to get the best opportunity, could achieve it, because there is a cross substitution from the one who gets the greatest happiness to the other. One of the alternative application of the distribution is by insurance with the subsidize or allocation."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2010
S16134
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Intan Fera Yunita
"Pembedahan terhadap fashion sebagai manifestasi kapitaisme lanjut diangkat dari pola pikir Michel Foucault mengenai episteme dan penerapan identitas lalu dilanjutkan dengan pengayaan dari pemikiran Jean Baudrillard mengenai konsumerisme dan juga hiper-reality.

Dissection to advanced fashion as a manifestation kapitaisme removed from Michel Foucault's thinking about episteme and application identities and then continue with the enrichment of Jean Baudrillard's thoughts on consumerism and hyper-reality."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2010
S16148
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Anggia Sukmayanti
"Penelitian ini menganalisis novel The Seven Husbands of Evelyn Hugo untuk menunjukkan perjuangan perempuan di dalam membangun ruang dan meraih pencapaian diri di tengah konstruksi masyarakat patriarkis. Novel The Seven Husbands of Evelyn Hugo merupakan novel bergenre fiksi dewasa karya Taylor Jenkins Reid, yang menceritakan kehidupan tokoh utama perempuan, yakni Evelyn yang pernah menjalani pernikahan sebanyak tujuh kali. Kesadaran Evelyn atas ketidakberdayaan perempuan di tengah dominasi masyarakat patriarkis, membuat Evelyn akhirnya memilih pernikahan sebagai jalan hidup sekaligus alat perlawanan. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan berbasis pada kajian literatur. Analisis data dilakukan dengan kritik feminis melalui prinsip reading as women (membaca sebagai perempuan). Penulis juga mengadopsi metode ecriture feminine dari Helene Cixous yang menekankan pada upaya penulisan perempuan yang melampaui batasan-batasan, pandangan, dan objektifikasi, sebagaimana cara penulisan konvensional yang berperspektif maskulin. Metode ini digunakan untuk menghadirkan perspektif dan pengalaman subjek perempuan untuk memahami permasalahan (perempuan) di dalam novel. Teori yang digunakan dalam penelitian adalah pendekatan feminis Ruang Milik Sendiri (A Room of One’s Own) Virginia Woolf. Penelitian berupaya menghadirkan perspektif baru yang tidak hanya mengidentifikasi bentuk opresi yang dialami perempuan, tetapi juga peran karya sastra sebagai ruang penceritaan yang dibangun oleh penulis novel perempuan, dan untuk perempuan.
This study analyzes the novel “The Seven Husbands of Evelyn Hugo” to depict women’s struggles in constructing space and achieving personal accomplishments within the framework of patriarchal dominance. “The Seven Husbands of Evelyn Hugo” is an adult fiction by Taylor Jenkins Reid, which narrates the life of the main female character, who has been married seven times. Evelyn’s awareness of women’s powerlessness amidst male-dominated society leads her to ultimately choose marriage as both a way of life and a tool of resistance. This research uses a descriptive qualitative method based on literature review. Data analysis is conducted using feminist criticism and the principle of reading as women. The author also adopts Hélène Cixous's écriture féminine method, which emphasizes women's writing that transcends limitations, viewpoints, and objectification, unlike conventional writing with a masculine perspective. This method is employed to bring forth the perspectives and experiences of female subjects in order to understand the issues (of women) within the novel. The theory utilized in this research is the feminist approach of “A Room of One’s Own” by Virginia Woolf. The research aims to present a new perspective that not only identifies forms of oppression experienced by women but also underscores the role of literary works as narrative spaces constructed by and for women."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Dianali Pitasari
"Anak menjadi pembahasan utama dalam penulisan skripsi ini, dengan mengangkat kekerasan terhadap anak sebagai bentuk nyata dari permasalahan yang terjadi dalam relasi antara anak dengan orang dewasa/orang tua, terutama di dalam relasi yang bersifat paternalistik. Konsep anak yang diusung oleh Locke akan dijadikan sebagai fondasi utama dalam memahami anak sebagai subyek yang masih berkembang dan bagaimana peran orang tua di dalam masa perkembangannya dengan menjadikan akal sebagai acuan dari kedewasaan.

Child become the main discussion in this thesis, by raising issue about violence against children as a tangible form of the problem that occur in relations between children and adults/parents, especially in relation that are paternalistic. The concept of the child that Locke propose will be the foundation in understanding child as a subject who is still developing and becoming and the important role of parent in the process of development by making reason as a reference to maturity. "
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khanza Defeorenzia Salsabila
"Tesis sarjana ini difokuskan pada studi supremasi kulit putih sebagai salah satu dari banyak manifestasi hegemonik budaya, yaitu kelas dominan yang berhasil makmur dengan bantuan doktrin yang konstan dan halus dari media yang dikonsumsi masyarakat umum dan tanpa sadar menerima. Studi ini membahas tentang bagaimana franchise film terbesar dan paling menguntungkan dalam sejarah sinematik, Marvel Cinematic Universe, adalah salah satu agen yang bertanggung jawab untuk menyebarkan doktrin supremasi kulit putih dengan cara mereka memilih untuk membingkai ulang poin plot, narasi, dan pilihan casting mereka.

This undergraduate thesis is focused on the study of white supremacy as one of the many hegemonic manifestations of culture, namely the dominant class that prospered with the help of constant and subtle doctrine from the media consumed by the general public and unconsciously accepting. This study discusses how the biggest and most profitable film franchise in cinematic history, the Marvel Cinematic Universe, is one of the agents responsible for spreading the doctrine of white supremacy by the way they choose to reframe their plot points, narratives, and casting choices."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sopa Merim Pemere
"Penilaian moral terhadap hewan, mengharuskan penelusuran kembali metafisis moral, yang merupakan reason dari manusia. Moral adalah fitur yang dimiliki manusia sebagai pendoman atas baik-buruk, benar-salah, etis-tidak etisnya tindakan manusia, yang merupakan bagian dari kesadaran manusia terhadap kediriannya serta nilai-nilai kebaikan. Moral merupakan faktor utama yang membentuk distingsi manusia dan hewan, dan menjadikan penilaian akan moral itu sendiri berbeda antara dengan manusia sebagai moral being, dan hewan non-moral being. Penilaian etis terhadap manusia, mewajibkan pelandasan penilaian tersebut pada hukum moral, yang terbentuk atas dialog dan persetujuan yang dilakukan moral being. Berbeda dengan penilaian etis terhadap hewan, hukum moral tidak dapat dihadirkan, akibat hewan memiliki keterbatasan yang lebih dalam kemampuan kongnitifnya, hingga tidak dapat menyuarakan kediriannya dalam dialog moral. Sehingga penilaian kita terhadap hewan hanya dapat dihubungkan dengan komponen-komponen perasaan moral yaitu virtue, simpati, dan piety. Dan perasaan moral tersebut akan merujuk kembali pada faktor-faktor kekerabatan spesies dan kesamaan-kesamaan yang dimiliki. Penilaian etis terhadap hewan merupakan hal yang sifatnya partikular, dan tetap mengharuskan adanya pendekatan berdasarkan kepentingan yang juga dimiliki hewan.

A moral judgment on animal, require us to trace back the metaphysics of moral which act as man's reason. Morale is man's features that act as a guidance on the good-bad, right-wrong, ethical-non-ethical of human's behavior. It is a part of human‟s consciousness of its being and its virtue. Morale is the main factor that distinct man and animal, and therefore the moral judgment itself differ between man as a moral being and animal as a non-moral being. An ethical judgment on man requires a foundation on moral law that is formed from a dialog and agreement done between moral beings. In ethical judgment on animal, we can‟t bring moral law as its foundation for animal have a limitation on its cognitive abilities; therefore, it can‟t express itself as a being in a moral dialog. In making a judgment on animal, we can only connect by components of moral sentiment, which are virtue, sympathy, and piety, and those moral sentiments will refer back on its species relation factor and the similarities they share. An ethical judgment on animal is of particular nature, and still requires an approach based on an interest that is also owned by animals.;A moral judgment on animal, require us to trace back the metaphysics of moral which act as man's reason. Morale is man's features that act as a guidance on the good-bad, right-wrong, ethical-non-ethical of human's behavior. It is a part of human‟s consciousness of its being and its virtue. Morale is the main factor that distinct man and animal, and therefore the moral judgment itself differ between man as a moral being and animal as a non-moral being. An ethical judgment on man requires a foundation on moral law that is formed from a dialog and agreement done between moral beings. In ethical judgment on animal, we can‟t bring moral law as its foundation for animal have a limitation on its cognitive abilities; therefore, it can‟t express itself as a being in a moral dialog. In making a judgment on animal, we can only connect by components of moral sentiment, which are virtue, sympathy, and piety, and those moral sentiments will refer back on its species relation factor and the similarities they share. An ethical judgment on animal is of particular nature, and still requires an approach based on
an interest that is also owned by animals.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2013
S46479
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7   >>