Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
Ginting, Elena Aritta Mehuli
"Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan dan mengevaluasi realibilitas dan validitas skala baru yang dikembangkan, yaitu UQ Aggression Scale. Untuk menguji validitas skala ini, t-test digunakan untuk menguji pengaruh jenis kelamin terhadap angket Buss-Perry Scale, dan angket Barratt Impulsiveness Questionnaire. Variabel dikotomis di penelitian ini adalah jenis kelamin. Untuk menguji realibilitas, konsistensi internal skala itu juga dihitung dengan menggunakan Item Diskriminasi Indeks (IDI). Peserta penelitian ini terdiri dari 142 orang pelajar dari The University of Queensland yang terdiri dari 104 perempuan dan 38 laki-laki. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa realibilitas dari UQ Aggression Scale terbukti tinggi dan skor IDI juga tergolongkan mayoritas tinggi. Juga ditemukan bahwa UQ Aggression Scale dan Agresi Kuesioner Buss-Perry berkorelasi positif satu sama lain dan begitu juga dengan korelasi antara UQ Aggression Scale dan Barratt Impulsivity Questionnaire. Studi ini menyarankan bahwa penelitian di masa yang akan datang lebih baik membuat skala yang dapan digunakan lebih universal yang harus bisa mencakup populasi umum dan diuji dengan jumlah yang sama dari masing-masing jenis kelamin peserta.
The aim of this study was to develop and evaluate the reliability and validity of a newly developed scale, the UQ Aggression Scale. To test the validity of this scale, a t-test were use to test gender effects towards the Buss-Perry Questionnaire, and the Barratt Impulsiveness Scale, as gender was a dichotomous variable. To test the reliability, the internal consistency of the scale was also calculated using the Item Discrimination Indices (IDI). A total of 142 participants were students from The University of Queensland which included 104 female subjects and 38 male subjects. The results has shown that the reliability of the UQ Aggression Scale is high and the IDI scores were also mostly high. It was also found that the UQ Aggression Scale and the Buss-Perry Aggression Questionnaire were positively correlated to one another and so does the correlation between the UQ Aggression Scale and Barratt Impulsiveness Scale. These findings suggested that in the future, in order to make the scale more universally used it should cover a more generalized population and tested with an equal number of each genders of the participants."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
TA-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Harbunangin, Bimandari
"Walaupun terdapat beberapa skala yang telah di kembangkan untuk mengukur perfeksionisme, tidak ada skala yang hanya murni mengukur sifat perfeksionisme.Sebagai contoh, salah satu sub-skala dalam Skala Revisi Hampir Sempurna APS-R , yaitu lsquo;Urutan rsquo;, memiliki tidak hanya aspek perfeksionisme namun juga aspek obsesif kompulsif. Tujuan dari studi ini adalah untuk mengembangkan skala baru yang mengukur perfeksionism. Skala ini memiliki dua dimensi: 1 Standar Tinggi, dan 2 Ketidaksesuaian. Skala baru ini diadapsi dari skala APS-R. Dalam proses adaptasi skala APS-R, kami menghapuskan sub-skala lsquo;Urutan rsquo; dari skala APS-R. Jumlah dari 109 mahasiswa yang terdaftar dalam kelas PSYC3020 di Universitas Queensland telah direkrut sebagai perserta. Hipotesa kami adalah 1 sub-skala Standar Tinggi akan berkorelasi positif dengan Ketelitian, 2 sub-skala Ketidaksesuaiaan akan berkorelasi positif dengan Neurotisme. Untuk memvalidasi skala baru ini, korelasi Pearson rsquo;s analysis digunakan. Skala validasi termasuk; Skala Revisi Hampir Sempurna APS-R , Neurotisme, Kecemasan, dan Skala Kekhawatiran Penn State. Kemudian, untuk mengukur reabilitas, kami menggunakan item diskriminasi untuk mengukur kualitas item individu. Seluruh hasil menunjukkan konsistensi dengan hipotesa. Skala Perfeksionisme memiliki konsistensi internal yang baik Cronbach rsquo; ? = .80 dan analisa diskriminasi memuaskan menunujukan korelasi antara item-item dengan skala validasi. Maka, hasil dari skala baru ini menunjukan reabilitas dan validasi dalam mengukur sifat perfeksionisme.
Although several scales have been developed to measure perfectionism, none of the scale has measured perfectionism per se. For instance, Revised Almost Perfect Scale APS R has sub scale of lsquo Order 39 , which also measure obsessive compulsive traits. Therefore, this present study is aimed to develop a new scale of perfectionism. The Perfectionism Scale PS consists of two dimensions 1 High Standards, and 2 Discrepancy. The items in PS were adapted from APS R. In adapting APS R into PS, the lsquo Order rsquo sub scale was excluded. A total of 109 students who enrolled in PSCY3020 in University of Queensland were recruited as participants. To validate the scale, we conducted concurrent validity analysis by correlating PS with Neuroticism, and Conscientiousness. Furthermore, to also evaluate the PS rsquo s reliability, item discrimination indices were calculated. We hypothesised that PS would be 1 positively correlated with Conscientiousness, 2 positively correlated with Neuroticism. The reliability analysis indicated that Perfectionism Scale has excellent internal consistency Cronbach Alpha .80 and the discriminant analyses for the items were satisfactory. The correlation analysis also showed that there is a positive correlation between PS and the validating scales. Thus, this result suggests that PS is reliable and valid for measuring perfectionism trait."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Astrid Avanda Putri
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh pengasuhan otoritatif-otoritarian dan pengasuhan kolektivis-individualis orangtua terhadap perkembangan first-order theory of mind (ToM) dan second-order theory of mind anak di kota Jakarta. Perolehan ToM diukur dengan menggunakan theory of mind scale, pengasuhan kolektivis-individualis diukur dengan Parents’ Attitude I dan pengasuhan otoritatif-otoritarian diukur dengan Parents’ Attitude II. Skala ToM diberikan pada 98 anak (46 laki-laki, 52 perempuan) dengan usia 4-7 tahun. Kuesioner pengasuhan diberikan kepada ibu. Hasil penelitian menunjukan bahwa pengasuhan otoritatif-otoritarian dan pengasuhan kolektivis-individualis tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perkembangan first-order ToM dan second-order ToM. Ditemukan bahwa orangtua di Jakarta cenderung memilih pengasuhan otoritatif dan pengasuhan kolektivis. Selain itu pola perkembangan ToM anak di Jakarta mengikuti pola western yaitu DD>DB>KA>FB>HE.
This study aims to determine whether there is authoritative-authoritarian parenting and collectivist-individualist parenting influence to the children’s first-order theory of mind (ToM) and second-order theory of mind in Jakarta. ToM is measured by using theory of mind scale, collectivist-individualist parenting is measured by using Parents’ Attitude I and authoritative-authoritarian parenting is measured by using Parents’ Attitude II. ToM scale was given to 98 children (46 boys, 52 girls) aged 4-7 years. Parenting questionnaires are given to mother of children. The results of the study shows that there is no significant influence between authoritative-authoritarian parenting and collectivist-individualist parenting with first order ToM and second order ToM development. Parents in Jakarta are likely to choose authoritative parenting and collectivist parenting. In addition, the sequence of children’s ToM development in Jakarta follows the western pattern, namely >DB>KA>FB>HE."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Rizqi Ghina Nafsi
"Memiliki kemampuan untuk mengatakan kebohongan prososial pada anak usia sekolah merupakan bagian dari perkembangan anak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran ToM dan MoToM beserta komponennya dalam memprediksi kemampuan anak usia sekolah dalam mengatakan kebohongan prososial. Penelitian ini diikuti oleh 71 anak berusia 7-9 tahun, murid SD Negeri di Depok. Berdasarkan analisis binary logistic regression, didapatkan hasil bahwa terdapat peran ToM dan MoToM dalam memprediksi kebohongan prososial anak usia 7-9 tahun secara signifikan, yakni sebesar 30,1%. Pada komponen ToM, ditemukan adanya peran first-order hidden emotion yang signifikan negatif dalam memprediksi kebohongan prososial anak usia 7-9 tahun, tetapi first-order false belief ataupun second-order false belief tidak berperan terhadap kebohongan prososial. Penelitian ini juga membuktikan bahwa MoToM (termasuk MoToM false belief dan MoToM evaluasi moral) dapat memprediksi kebohongan prososial anak.
Possessing the ability to tell prosocial lies to school-aged children is essential in children's developmental milestone. This study aims to determine the role of ToM and MoToM and their components in predicting the success of school-age children in telling prosocial lies. This study draws data from 71 children aged 7-9 years from public elementary schools in Depok. Based on the analysis conducted using binary logistic regression, a significant role of ToM and MoToM in predicting the probability of successful prosocial lying for children aged 7-9 years was found, which accounts for 30,1%. In the ToM component, there was a significant negative role of first-order hidden emotion in predicting prosocial lie-telling of children aged 7-9 years. On the other hand, first-order false beliefs or second-order false beliefs did not play a role in prosocial lies. This study also proves that MoToM (which includes MoToM false belief and MoToM moral evaluation) can predict prosocial lie-telling of children aged 7-9 years."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library