Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fadlia Fardhana
"Clinical pathway merupakan sebuah alat untuk menjaga kualitas pelayanan dan efisiensi biaya dengan cara menstandarkan pelayanan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak dari implementasi clinical pathway terhadap peningkatan kualitas pelayanan dan pengeluaran biaya yang lebih efisien. Analisis dampak dari implementasi clinical pathway dilakukan dengan cara membandingkan lama hari rawat, pelayanan, dan tagihan antara kelompok sebelum dan setelah implementasi clinical pathway dengan standar pelayanan. Tidak ada perbedaan rata-rata yang signifikan antara sebelum dan setelah clinical pathway pada lama hari rawat yaitu sebesar 5,9 hari, namun pada setelah clinical pathway terjadi penurunan variasi dan lebih mengikuti standar dalam clinical pathway. Variasi laboratorium dan radiologi mengalami penurunan pada kelompok setelah clinical pathway namun pada obat terjadi peningkatan jumlah variasi. Tagihan pasien mengalami kenaikan yang signifikan yaitu sebesar 19,66%. Peningkatan tagihan disebabkan oleh lama hari rawat yang cenderung lebih panjang pada kelompok setelah clinical pathway sehingga meningkatkan biaya akomodasi dan tindakan. Rumah sakit perlu melibatkan seluruh tenaga kesehatan terkait mulai dari proses pembuatan clinical pathway hingga implementasinya agar proses implementasi menjadi lebih maksimal. Selain itu, diperlukan peninjauan dan sosialisasi perihal peraturan terkait Pedoman Nasional Pelayanan Kesehatan, Panduan Praktik Klinis, dan clinical pathway oleh Kementerian Kesehatan, serta diperlukan kerja sama antara rumah sakit, Kementerian Kesehatan, dan BPJS dalam penyusunan hospital base rate untuk perbaikan tarif INACBG.

Clinical pathway is a tool to maintain service quality and cost efficiency by standardizing services. This study aims to determine the variations of medical services and costs by comparing before and after clinical pathway implementation. Medical services that were compared with service standard were length of stay and medical services including laboratory, radiology, and drugs. In this study, costs were the calculation of patients bills. There was no significant difference between the average length of stay before and after the clinical pathway, which was 5.9 days, but after clinical pathway group followed standard more precise with a decrease in variation. Laboratory and radiological variations decreased in the group after clinical pathway but for the drugs, there was an increase in the number of variations. Patient bills experienced a significant increase of 19.66%. The increase of patient bills was caused by length of stay which tend to be longer in groups after clinical pathway, thereby increasing accommodation and medical service costs. Hospitals need to involve all related medical practitioner starting from clinical pathway planning process to the implementation, so then the implementation become better. In addition, it is necessary to review and socialize regulation regarding National Health Service Guidelines, Clinical Practice Guidelines, and clinical pathway by the Ministry of Health, and cooperation between hospitals, Ministry of Health, and Social Insurance Administration Organization is required in preparation of base rate hospitals to improve INA-CBG tariffs."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
T52743
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vika Wahyudi Anggiri
"Resep elektronik merupakan salah satu sistem informasi berpusat kepada pelayanan dengan menghubungkan antara dokter dan apoteker yang bertujuan untuk meningkatkan keselamatan pasien, mengurangi ketidakefisienan dan mengurangi kesalahan pemberian obat. Penyelenggaraan resep elektronik bertujuan untuk memudahkan pengguna dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari. Namun, faktor kegunaan dan manfaat dari teknologi ini akan bergantung dari penerimaan pengguna dalam memanfaatkan teknologi yang ada. Tujuan penelitian untuk mengetahui dan menganalisa pengaruh penerimaan penggunaan terhadap resep elektronik dengan pendekatan Technology Acceptance Model di RS PON Prof. Dr. dr. Mahar Mardjono. Penelitian dilakukan pada bulan Juni sampai Juli tahun 2020 menggunakan desain penelitian studi cross sectional dengan pendekatan metode kuantitatif. Uji hipotesis menggunakan analisis Partial Least Square dengan probabilitas dua arah dimana nilai T-statistik lebih besar dari 1,96 maka hasil signifikan dengan memiliki pengaruh yang bermakna. Penerimaan teknologi resep elektronik di RS PON Prof. Dr. dr. Mahar Marjono dikategorikan cukup dengan nilai 69,6%. Hasil penelitian menunjukan bahwa persepsi kemudahan penggunaan dipengaruhi oleh desain layar, terminologi dan pelatihan serta sikap terhadap penggunaan dan kecenderungan penggunaan dipengaruhi oleh persepsi kegunaan. Kondisi nyata penggunaan sistem terjadi penurunan jumlah penggunaan resep elektronik dan didapatkan nilai rata-rata penggunaan resep manual sebesar 5,4%. Implementasi resep elektronik di RS PON Prof. Dr. dr. Mahar Mardjono sudah berjalan cukup baik dan diperlukan peningkatan kemampuan sistem dengan tujuan meningkatkan kinerja dan kualitas layanan rumah sakit.

Electronic prescribing is one of the information systems focusing on automated service that connects doctors and pharmacists, which potentially improves safety care, reduces inefficiencies and prescription errors. Electronic prescribing assists users in delivering their daily works. However, the usefulness factor and benefits of electronic prescribing relies on the user acceptance to optimize the advantages of this technology. This research aims to find and to analyze the effect of user acceptance towards electronic prescribing by using Technology Acceptance Model approach at National Brain Center Prof. Dr. dr. Mahar Mardjono Hospital. The research was conducted in June to July 2020 by employing cross sectional research design and quantitative method approach. The hypothesis testing is developed by using Partial Least Square analysis with a two-way probability where if the value of T-Statistics is higher than 1,96, the effect is significant and meaningful. User acceptance towards electronic prescribing at National Brain Center Prof. Dr. dr. Mahar Mardjono Hospital is categorized as sufficient with a value of 69,6%. The research finds that perceived ease of use was influenced by screen design, terminology and training, while attitude towards using and behavioral intention were influenced by perceived usefulness. The actual system use signifies a decline in electronic prescribing usage and the average value of using manual prescribing was 5,4%. Implementation of electronic prescribing at National Brain Center Prof. Dr. dr. Mahar Mardjono Hospital has been running quite well and it is necessary to increase system capabilities with the aim of improving the performance and quality of hospital services."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library