Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Adrian Rahmat Purwanto
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana serangkaian proses yang
dialami oleh beberapa musisi jazz, dari mereka kecil hingga dewasa, proses ini
kemudian membuat sebuah karakter tersendiri yang dimiliki oleh musisi tersebut,
yakni, sebuah karakter yang dikatakan oleh orang-orang sebagai ?jazzy people?,
atau orang-orang yang bermain musik dengan nge-jazz.
Dalam menjelaskan serangkain proses tersebut, penelitian ini membahas
profil masing-masing informan (musisi jazz) dengan rinci. Data diperoleh dari
kegiatan sehari-hari informan, yang diceritakannya kembali kepada peneliti.
Penelitian ini dilakukan dalam kurun waktu sekitar satu setengah tahun,
dengan menggunakan teknik pengumpulan data berupa wawancara mendalam
terhadap para informan, dan melakukan kegiatan sehari-hari bersama mereka
(participant observation).
Beberapa proses yang dialami setiap musisi ini kemudian menjadi data
yang akhirnya diolah dan dianalisa, dan menghasilkan kesimpulan, yakni masing-
masing musisi mengalami pola penanaman kebudayaan yang berbeda yang
berpengaruh terhadap musik mereka, yang akhirnya menjadikan mereka musisi
jazz.
Pola-pola penanaman kebudayaan yang ditemukan dari penelitian ini
antara lain adalah, pola pengenalan musik sejak dini oleh keluarga si musisi, juga
karena faktor lingkungan dimana dia berada, dan pola penanaman kebudayaan
yang terjadi karena adanya kesempatan dan keseriusan dalam diri musisi jazz
tersebut.
Berdasarkan penelitian ini, disimpulkan bahwa seseorang yang menjadi
musisi jazz itu melewati beberapa proses panjang dalam kehidupan mereka. Tidak
bisa dikatakan bahwa musisi itu bisa menjadi seorang yang ?jazzy? hanya karena
faktor keluarga saja, tetapi juga karena faktor-faktor lain, yang diantaranya adalah
institusi formal, dan lingkungan.

ABSTRACT
This study aimed to see how a series of processes experienced by some
jazz musicians, from their early years into adulthood, where this process later
create a character that is owned by the musician, that is, a character called by
people as "jazzy people", or people who play jazz music.
In explaining the series of processes, this research discusses the profile of
each informant (jazz musicians) in detail. The data was obtained from the daily
activities of informants that were shared to the researcher.
The research was conducted within a period of about one and a half years,
and to collect the data, the researcher used in-depth interviews with informants
and also performs daily activities with them.
The processes experienced by each musician was later was used as the
data that eventually was processed and analyzed, and lead to the conclusion that
each musician experienced different pattern of enculturation, which influenced
(affected) their music, and in the end made them become jazz musician.
Enculturation patterns found in this research include introducing music to
the musician from their early childhood by their family, influence by their
environment, and the opportunity and seriousness of the jazz musicians
themselves.
Based on this research, it was concluded that, a jazz musician went
through long and different processes in their lives. We can not say that a musician
could become a 'jazzy' only because of family factor, but also, the existence of
other factors such as the formal institution, and environment."
2010
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dinda Intan Pramesti Putri
"Seni pertunjukan Wayang Beber termasuk salah satu jenis seni pertunjukan Wayang yang tertua di Indonesia, yang kini menjadi semakin langka dan menuju kepunahan. Ditempat asalnya yaitu daerah Pacitan dan Wonosari, asal Wayang Beber ini berada, semakin ditinggalkan oleh pengikutnya. Akan tetapi, ternyata di Jakarta sebagai kota metropolitan terdapat komunitas Wayang Beber Metropolitan yang mencoba untuk mengembangkan Wayang Beber tidak hanya dari segi seni rupa tetapi juga dari segi seni pertunjukan hingga menjadi sebuah pertunjukan Wayang Beber kontemporer. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif dengan cara pengamatan terlibat, wawancara dan dokumentasi visual dan auditif.
Tulisan ini mengenai perkembangan seni pertunjukan Wayang Beber yang ada pada saat ini dan tidak lepas dari perkembangan yang telah terjadi di masa lalu. Perubahan dan transformasi yang terjadi pada pertunjukan Wayang Beber adalah hasil adaptasi dan sesuai dengan tingkat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang ada didalam masyarakat dengan kondisi sosio kulutral yang telah berkembang dengan pesat. Hal ini dapat membuktikan bahwa tradisi itu tidak mati dan masih dapat hidup di tengah masyarakat perkotaan.

The Performing arts of Wayang Beber including one of the oldest Wayang performing arts in Indonesia, which is now becoming increasingly scarce and headed for extinction. Pacitan and Wonosari, which is the area the origin of Wayang Beber is came from, increasingly abandoned by its followers. However, turned out in Jakarta as a metropolitan city, there is a Wayang Beber Metropolitan community that tries to develop a Wayang Beber not only in terms or art, but also in terms of the performing arts to become a contemporary performing of Wayang Beber. Research method used is a qualitative method by way of participant observation, interviews and documentation of visual and auditory.
This article about the development of Wayang Beber performing arts that existed at the moment and cannot be separated from the development that has occurred in the past. Changes and transformation that occur in the performing of Wayang Beber is the result of adaptation and in accordance with the progress of science and technology in the community with socio-cultural condition which have develop rapidly. This can prove that the tradition does not die and still be living in urban society.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2011
S1248
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rachmi Dewi Pertama
"ABSTRAK
Dalam rangka menanggapi perhatian pemerintah dalam membina dan mengembangkan kebudayaan nasional yang di antaranya dilakukan dengan menggalakan seni tari. Pada tahun 1970-an muncul berbagai organisasi kesenian salah satu di antara mereka, yaitu Swara Maharddhika, ternyata telah menarik perhatian masyarakat luas yang melalui besarnya minat mereka menghadiri setiap pertunjukan Swara Maharddhika. Tari-tarian Swara Maharddhika disajikan dengan mewujudkan semangat nasionalisme dan patriotisme baik yang tradisional maupun tradisional yang dikemas secara populer dengan tujuan mengajak kaum muda untuk mencintai kesenian bangsa sendiri, hal tersebut mampu bertahan selama lebih dari sepuluh tahun dan gerakan-gerakan tarian Swara Maharddhika sering kali ditiru atau dijadikan pedoman bagi ahliahli penata tari dari sanggar seni lainnya. Sehubungan dengan hal-hal tersebut, maka perlu dipelajari unsur-unsur nasionalisme dan patriotisme di kalangan anggota Swara Maharddhika khususnya dan kaum muda pada umumnya dalam pergelaran tari-tarian. Kegiatan kelompok Swara Maharddhika dikaitkan dengan program pemerintah mengenai pengembangan kebudayaan sional dengan mengajak kaum muda untuk meminati kebudayaan dalam rangka menanamkan nadan kesenian bangsa sendiri, semangat nasionalisme. Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini antara lain adalah turut membantu dalam proses pembentukan kebudayaan nasional yang memadai bagi semua pihak (suku-bangsa) sekaligus menambah dan memperkaya penulisan tentang keberadaan kesenian di Indonesia pada umumnya, sehingga dapat merangsang kelompok pemuda lainnya dalam rangka pemeliharaan dan pelestarian peninggalan nenek moyang mereka, yang merupakan kekayaan seni budaya bangsa, yang patut dibanggakan ."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1990
S7491
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library