Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 14 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Temy Ramadan
"ABSTRACT
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi Program PMT-P untuk Balita pada dua Puskesmas kecamatan di Jakarta Utara tahun 2017. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif untuk mengetahui masukan SDM, anggaran, sarana dan prasarana, bahan makanan tambahan , proses perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi, dan keluaran balita sasaran yang menerima makanan tambahan, hari makan anak serta metode kuantitatif potong lintang untuk mengetahui proses pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi dan keluaran balita sasaran yang menerima makanan tambahan, hari makan anak program pada kedua Puskesmas. Data penelitian didapatkan dengan metode wawancara mendalam, diskusi kelompok terarah, wawancara terstruktur, dan observasi. Informan penelitian ini adalah masing-masing 1 orang TPG, 1 orang kepala Puskesmas, dan 8 orang kader pada kedua Puskesmas. Serta responden penelitian masing-masing 10 orang ibu dari sasaran program pada kedua Puskesmas. Penelitian dilakukan di Puskesmas Kecamatan Pademangan dan Puskesmas Kecamatan Tanjung Priok. Hasil dari penelitian di Puskesmas Kecamatan Pademangan menunjukkan TPG yang diisi oleh tenaga kesehatan lain, belum tersedia gudang penyimpanan yang baik, makanan tambahan dengan kuantitas berlebih dan kualitas kurang baik, perbedaan istilah sasaran program, perbedaan indikator, penolakan dari sasaran, hari makan anak yang tidak dipantau, dan kenaikan berat badan yang tidak terlalu bermakna. Sedangkan penelitian di Puskesmas Kecamatan Tanjung Priok menunjukkan anggaran yang dirasa kurang cukup, kuantitas makanan tambahan yang berlebih, perbedaan istilah sasaran, perbedaan indikator, kenaikan berat badan yang tidak terlalu bermakna, penolakan dari sasaran, dan jumlah hari makan anak yang tidak dipantau.

ABSTRACT
The focus of this study is to evaluate Supplementary Feeding Program for Baby Under 5 Years Old PMT P untuk Balita at two health centres in North Jakarta Region in 2017. This study used descriptive qualitative to describe input resources, budget, facilities, food commodities , process planning, implementation, monitoring and evaluation, and output targeted baby received supplementary food, child consumption days also cross sectional quantitative method to describe process implementation, monitoring and evaluation and output targeted baby received supplementary food, child consumption days of PMT P untuk Balita at both health centres. The data gathered with in depth interview, focus group discussion, structured interview, and observation. The informants were one nutritionist, one head of health centre, and eight health cadres kader for each health centre. The respondents were ten mothers from targets of PMT P untuk Balita for each health centre. This study conducted at Pademangan District Health Centre and Tanjung Priok District Health Centre. The results showed PMT P untuk Balita at Pademangan District Health Centre had a nutritionist position occupied by another health worker, proper storage is not available, abundant quantity and poor quality of food commodities, different terminologies for the program rsquo s targets, different program rsquo s indicators, rejections from the beneficiaries, not monitored number of child consumption days, and not visible weight gain. Meanwhile the result showed PMT P untuk Balita at Tanjung Priok District Health Centre had an inadequate budget, abundant quality of food commodities, different terminologies for the program rsquo s targets, different program rsquo s indicators, not visible weight gain, rejections from the beneficiaries, and number of consumption days is not monitored."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Zakiyah Fahiroh
"Skripsi ini meneliti tingkat literasi gizi fungsional, interaktif dan kritikal yang dapat menggambarkan tingkatan kemampuan individu untuk memperoleh, menerima dan membuat keputusan gizi yang sesuai pada ibu siswa sekolah dasar. Faktor-faktor yang duji beda proporsinya adalah usia ibu, tingkat pendidikan, pendapatan keluarga, dan paritas. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain studi cross sectional. Data diambil menggunakan kuesioner dengan metode self administered pada 108 responden yang bersedia berpartisipasi dan tidak mengalami kesulitan membaca dan menulis. Variabel yang memiliki perbedaan proporsi yang signifikan adalah tingkat literasi gizi fungsional dengan usia p value = 0,012 dan tingkat pendapatan keluarga p value = 0,02, literasi gizi interaktif dengan usia p value = 0,024 dan pendidikan p value = 0,035.

This thesis examines the level of functional, interactive and crticical nutrition literacy that can describe the level of individual ability to obtain, receive, anda make appropriate nutritional decisions on tthe mother of elementary school students. Factors analyzed for different proportions were mother's age, education level, family income and parity. This research is a quantitative research with cross sectional study design. Data were colected using quetionnaires with self administered method on 108 respondents who were willing to participate and had no troubling reading and writing. The variables that have significant difference of the proportion are the functional literacy with age p value 0,012, and family income p value 0,02, the interactive nutritional literacy with age p value 0,024 and education p value 0,035. "
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Afifah
"Literasi gizi merupakan suatu kapasitas individu dalam memperoleh, memproses, dan memahami dasar informasi dan pelayanan gizi. Literasi gizi yang rendah dapat menghambat seseorang dalam membuat keputusan terkait gizi. Literasi gizi dibagi menjadi tiga kelompok yaitu literasi gizi fungsional, interaktif, dan kritikal. Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran tingkat literasi gizi dan perbedaan proporsi tingkat literasi gizi berdasarkan tingkat pendapatan keluarga, tingkat pendidikan, usia, dan paritas pada ibu hamil di Jakarta Timur. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan jenis desain studi cross sectional. Data diambil menggunakan kuesioner mandiri pada 92 ibu hamil yang sehat dan bisa membaca serta menulis di Puskesmas Kecamatan Cakung, Puskesmas Kecamatan Kramat Jati dan Puskesmas Kelurahan Batu Ampar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat literasi gizi fungsional, interaktif, maupun kritikal pada responden secara umum tergolong masih kurang dan terdapat perbedaan bermakna antara tingkat pendidikan berdasarkan tingkat literasi gizi interaktif p=0,003; OR=9,412 dan kritikal p=0,039; OR=3,900.

Nutrition literacy is an individual capacity to acquire, process, and understand basic information and nutrition services. Low nutritional literacy can prevent a person from making nutritional decisions. Nutritional literacy is divided into three groups functional, interactive, and critical nutrition. This study aims to see the description of nutritional literacy rate and the difference of nutritional literacy rate based on family income level, education level, age, and parity of pregnant mother in East Jakarta. This research uses quantitative approach with cross sectional study design type. Data were collected using self administered questionnaires in 92 healthy pregnant women who could read and write at Cakung District Health Community Center, Kramat Jati District Health Community Center and Batu Ampar Sub district Health Community Center. The results showed that the level of functional, interactive, and critical nutritional literacy among respondents was generally still low and there was a significant difference between education level based on level of interactive nutrition literacy p 0,003 OR 9,412 and critical p 0,039 OR 3,900. "
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sitihajar Imanuddin
"Tingkat literasi gizi dapat menggambarkan kemampuan individu dalam menerima, memproses, dan memahami informasi terkait gizi untuk membuat suatu keputusan yang tepat terkait gizi. Literasi gizi terdiri dari tiga tingkat, yaitu tingkat literasi gizi fungsional, interaktif, dan kritikal. Tingkat literasi gizi pada ibu baduta dapat mempengaruhi praktik pemberian makan pada anak, yaitu pemberian ASI Eksklusif dan Makanan Pendamping ASI MP-ASI. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk melihat perbedaan proporsi tingkat literasi gizi berdasarkan tingkat pendapatan keluarga, tingkat pendidikan, usia, dan paritas pada ibu baduta di Jakarta Timur. Penelitian dilakukan dengan menggunakan desain studi potong lintang pada Bulan April hingga Juni 2018 di Kecamatan Cakung dan Kecamatan Makasar, Jakarta Timur. Responden pada penelitian ini yaitu ibu yang memiliki anak di bawah dua tahun baduta dengan jumlah 102 responden. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner literasi gizi yang diisi secara mandiri. Uji chi square menunjukkan bahwa terdapat perbedaan proporsi tingkat literasi gizi fungsional berdasarkan tingkat pendidikan p=0,040.

Nutritional literation level can describe an individual rsquo s ability to receive, process, and understand nutritional information to make a nutrition related decision. Nutrition literacy consists of three levels, namely functional, interactive, and critical nutrition literacy. The nutritional literation level at mother of toddler may influence feeding practices in children, namely Exclusive Breastfeeding and Complementary Food MP ASI ortion of nutritional literation level based on family income level, educational level, age, and parity rate in mother of toddler in East Jakarta. The study was conducted using cross sectional study design from April to June 2018 in Cakung and Makasar Subdistrict, East Jakarta. Respondents in this study are mothers who have children under two years baduta with total of 102 respondents. Data were collected using a self administered nutrition literacy questionnaire. Chi square test showed that there was a differences proportion of functional nutritional literation level based on educational level p 0,040."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dhea Riana Kismaningrum
"Obesitas disebabkan ketidakseimbangan asupan kalori masuk dan energi keluar yang diukur melalui parameter IMT. Timbulnya ketidakseimbangan ini merupakan peran dari berbagai determinan. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi determinan komposisional dan kontekstual terkait IMT pada orang dewasa di 16 propinsi diatas rata-rata prevalensi obesitas nasional. Penelitian menggunakan desain potong-lintang dengan jumlah responden 180.352 orang dewasa usia 19-44 tahun di Indonesia. IMT dihitung dari hasil pengukuran tinggi badan dan berat badan responden. Data determinan komposisional didapat dari Riskesdas 2013. Data determinan kontekstual didapat dari Statistik Potensi Desa tahun 2011, Statistik Perilaku Peduli Lingkungan Hidup tahun 2013 dan Statistik Pengeluaran Konsumsi Makanan-Bukan Makanan dan Pendapatan/Penerimaan Rumah Tangga tahun 2013. Penelitian ini menggunakan analisis multilevel regresi linear. Hasil penelitian ini melaporkan bahwa determinan komposisional yang memiliki hubungan dominan dengan IMT adalah status ekonomi pada semua kelompok. Determinan kontekstual yang memiliki hubungan dominan dengan IMT adalah peningkatan akses terhadap penggunaan kendaraan bermotor dan makanan siap saji sejalan dengan peningkatan IMT. Penelitian ini memiliki kontribusi untuk memahami hubungan kompleks antara determinan individu dan komunitasnya terkait IMT. Kebijakan yang mendukung peningkatan akses terhadap makanan sehat dan aktivitas fisik melalui falsilitas yang tersedia di sekitar tempat tinggal dan edukasi pola hidup seimbang diharapkan mampu mengurangi risiko penyakit tidak menular terkait IMT di masyarakat.

Obesity caused by unequality of nutrition intake and energy output which is measured by body mass index (BMI) as parameter. Unequality phenomena accured by complex determinants called compositional and contextual factor. The aim from this study is identify complex determinants of BMI in 16 province in Indonesia which have higher obesity prevalence than national obesity prevalence. This study use cross-sectional design study and 180.352 sampel of Indonesian adults in 19-44 years old. BMI measured from body height and body weight. Data for compositional determinants collected from Basic Health Research 2013 given by National Health Research and Development of Indonesia. Data for contextual determinants collected from Statistical of Statistik Potensi Desa 2011, Statistik Perilaku Peduli Lingkungan Hidup 2013 dan Statistik Pengeluaran Konsumsi Makanan-Bukan Makanan dan Pendapatan/Penerimaan Rumah Tangga 2013 given by Berau of Statistic of Indonesia. Analysis using multilevel linear regression. Compositional determinant dominant of IMT reported is social economy status. Social economy status have postive associated with BMI. Contextual determinants dominant of IMT reported are motorized-user and fastfood outlet have postive associated with BMI. Policy to encorouge people to access healthy food and physical activity expectable to reduce non-communicable diseases."
Depok: Universitas Indonesia, 2016
T45741
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sando Pranata
"ABSTRAK
Nama : Sando PranataProgram Studi : Ilmu Kesehatan MasyarakatJudul : Hubungan Riwayat Penyakit Dengan Kejadian Stunting PadaAnak Berumur Dibawah Lima Tahun 0 - 59 Bulan DiIndonesia Tahun 2013 Analisis Data Riskesdas 2013 Latar Belakang : Prevalensi kejadian stunting di Indonesia masih cukup tinggi,begitu juga dengan prevalensi frekuensi penyakit ISPA, Pneumonia, TB Paru danMalaria. Semakin buruk status gizi balita akan meningkatkan frekuensi terjadinyapenyakit. Dan sebaliknya semakin sering balita menderita penyakit maka statusgizi semakin buruk dalam jangka waktu lama .Tujuan dan Metode : penelitian ini bertujuan menganalisis hubungan riwayatpenyakit dengan kejadian stunting pada anak berusia dibawah 5 tahun 0 ndash; 59bulan di Indonesia pada Tahun 2013. Penelitian ini menggunakan data sekunderRiskesdas Tahun 2013 dengan sampel sebanyak 68.909 balita. Variabel yangdigunakan adalah stunting, riwayat penyakit, berat lahir, umur balita, jenis kelaminbalita, imunisasi, umur ibu, pendidikan ibu, pekerjaan ibu, umur ayah, pendidikanayah, pekerjaan ayah, jumlah anggota keluarga dan sosial ekonomi.Hasil : Balita yang mengalami ge; 3 riwayat penyakit, sebanyak 47,4 menderitastunting. Model regresi logistik ganda memperlihatkan bahwa setelah dikontrol olehberat lahir, umur balita, jenis kelamin, pendidikan ibu, pendidikan ayah,pekerjaan ayah, anggota keluarga dan sosial ekonomi, balita yang menderita ge; 3 riwayat penyakit mempunyai resiko untuk menderita stunting 1,6 kali lebihtinggi dibandingkan dengan balita yang tidak menderita penyakit, dan 1,1 Kalidengan balita yang menderita 1 riwayat penyakit serta 1,2 kali dengan balitayang menderita 2 riwayat penyakit.Simpulan : Masalah stunting pada balita tidak sekedar masalah riwayat penyakitsaja saja melainkan berkaitan erat dengan masalah asupan gizi, lingkungan danpelayanan kesehatan sehingga dalam penanganannya memerlukan upaya lintassektor.Kata kunci : Stunting, Balita, Riwayat penyakit

ABSTRACT
Nama Sando PranataProgram Studi Public Health SciencesJudul Relationship between Medical History with Stunting Diseasein Children Aged Under Five Year 0 ndash 59 months inIndonesia in 2013 Data Analysis Riskesdas 2013 Background The prevalence of stunting incidence in Indonesia is still quite high,likewise the frequency of the prevalence of respiratory disease, pneumonia,pulmonary TB and Malaria. The worse the nutritional status of children willincrease the frequency of occurrence of the disease. And conversely the oftentoddler suffer from the disease getting worse nutritional status in the long term .Objective and Methods This study aims to analyze the relationship betweenmedical history with the incidence of stunting in children under 5 years 0 59months in Indonesia in 2013. This study uses secondary data Riskesdas in 2013with a sample of 68 909 children under five. The variables used were stunting,medical history, birth weight, age, gender toddler, immunization, maternal age,maternal education, maternal occupation, age, father, father 39 s education, father 39 soccupation, number of family members and social economy.Results Toddlers who have one history of the disease, as many as 35.9 sufferfrom stunting. Multiple logistic regression model showed that after controlled bybirth weight, age, sex, mother 39 s education, father 39 s education, father 39 s occupation,family members and social economy, children who suffering from ge 3 history ofthe disease were at risk to suffer from stunting 1,6 times higher compared withinfants who did not suffer from the disease, and 1,1 times with a toddler whosuffered first history of the disease and 1,2 times with a toddler who suffered 2history of diseaseConclusion The problem of stunting in toddler is not about disease history, butstrongly associated with the intake of nutrition, environment and health care sothat handling and requires efforts across sectors.Keywords Stunting, Toddler, medical hystory"
2017
T47235
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mia Muthiasari
"Sarapan penting dilakukan terutama bagi anak usia sekolah untuk meningkatkan produktivitas dan konsentrasi belajar di sekolah. Sarapan belum menjadi kebiasaan yang rutin dilakukan anak sebelum melakukan aktivitasnya disekolah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan faktor individu, sosial-ekonomi, dan lingkungan dengan kebiasaan sarapan pada siswa sekolah dasar negeri terpilih di Banten. Penelitian ini menggunakan desain studi cross-sectional dengan menggunakan data sekunder dengan jumlah responden sebanyak 345 siswa kelas 4 dan 5 di lima sekolah dasar negeri terpilih di Banten.
Hasil penelitian menunjukkan sebesar 52,8 siswa terbiasa melakukan sarapan. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pengaruh orang tua dan ketersediaan sarapan dengan kebiasaan sarapan. Peneliti menyarankan kepada pihak sekolah untuk mengadakan program sarapan bersama, kantin sekolah dapat menyediakan sarapan untuk siswa, orangtua dapat menyediakan sarapan yang mudah dan sederhana, mengajak dan mengingatkan anak untuk sarapan sebelum berangkat ke sekolah serta dapat menyediakan bekal jika anak tidak sempat untuk sarapan di rumah.

Breakfast is important to do, especially for school aged children, to increase the productivity and study 39 s concentration at school. Breakfast is not yet a habit that children routinely do before doing their activities at school. This study aims to know the association between individual, social economy, and environment factors with breakfast habits among selected public elementary school students. This study used a cross sectional study design using secondary data with total respondents 345 students grade 4 and 5 in five selected public elementary schools in Banten. The results showed 52,8 of students accustomed to breakfast.
The result of statistical analysis shows that there was significant association between the influence of parents and the availability of breakfast with breakfast habits. The researcher suggests to the schools to hold the breakfast program together, the school canteen can provide breakfast for students, parents can persuade and remind their children to do the breakfast before they are going to school, also can provide lunch box if children did not have time to breakfast at home.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
S67589
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Almas Grinia Iksan
"Balita pendek stunting merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat diIndonesia yang berdampak negatif dalam jangka panjang. Provinsi Jawa Barat merupakanprovinsi dengan jumlah balita pendek terbanyak diantara provinsi lainnya. Determinanterdekat yang berhubungan dengan stunting ialah status gizi ibu dan asosiasi ini juga dapatdipengaruhi oleh faktor sosioekonomi. Tujuan penelitian ini ialah untuk menilai pengaruhstatus gizi ibu dan faktor sosioekonomi terhadap kejadian stunting menurut umur balita.Studi ini menggunakan data hasil Survey Pemantauan Status Gizi tahun 2017 yang terdiridari data balita, ibu hamil atau wanita usia subur, dan rumah tangga berjumlah 7.555.Pengaruh status gizi ibu tinggi badan dan IMT ibu terhadap Height-for-Age Z score HAZ dianalisis menggunakan regresi linier multivariabel. Prevalensi stunting tertinggiada pada balita usia 24 ndash; 59 bulan. Semakin tinggi pendidikan ibu dan ayah balita,prevalensi stunting semakin menurun. Prevalensi stunting lebih tinggi pada balita yangtinggal di perdesaan dan ibu dengan tinggi badan kurang dari 150 cm. Pada analisismultivariabel, nilai HAZ balita 0 ndash; 11 bulan dipengaruhi oleh TB ibu, IMT ibu,pendidikan ibu, dan tempat tinggal. Sedangkan pada balita usia 24 ndash; 59 bulan nilai HAZdipengaruhi oleh TB ibu, IMT ibu, pendidikan ibu, pekerjaan ibu, dan tempat tinggal.Pengaruh TB ibu terhadap nilai HAZ balita paling besar ialah saat balita berusia 6 ndash; 11bulan dan pengaruh tersebut turun saat balita berusia 12 ndash; 23 bulan. Sedangkan pengaruhIMT ibu terhadap nilai HAZ balita tidak berbeda antar kelompok umur balita. Prevalensistunting di Jawa Barat cukup tinggi, sehingga diperlukan intervensi yang sesuai untukmeningkatkan pertumbuhan linier anak. Hal tersebut bisa dilakukan melalui peningkatanpengetahuan mengenai gizi ibu dan balita bagi remaja putri, wanita, dan ibu hamil sebagaipenghasil generasi baru serta pemberian asupan nutrisi yang baik bagi balita, terutamasaat 1000 hari pertama kehidupan.Kata kunci: Stunting, status gizi ibu, faktor sosioekonomi.

Stunting is one of the public health problems in Indonesia which results long termnegative impact. West Java is the province with the highest number of stunted children.A proximate determinant associated to stunting is maternal nutrition and this associationmight be influenced by socioeconomic factors. The aim of this study was to assess theeffect of maternal nutrition and socioeconomic factors on child stunting according to thegroup age. This study used data from Survey of Nutrition Status Monitoring PSG 2017which included data of children under five, pregnant women or women of childbearingage, and households. Effect of mother 39 s nutritional status height and BMI on Heightfor Age Z score HAZ was analysed using multivariable linear regression. The highestprevalence of stunting was in children aged 24 59 months. The higher the education ofmother and father, the lower the prevalence of child stunting. The prevalence of stuntingwas higher in rural areas and mothers with height less than 150 cm. In multivariableanalysis, the HAZ of 0 11 months infants was affected by mother rsquo s height, mother rsquo s BMI,mother rsquo s education, and residence classification. Whereas in infants aged 24 59 monthsHAZ was affected by mother rsquo s height, mother rsquo s BMI, mother rsquo s education, mother rsquo s workstatus, and residence classification. The biggest effect of mother rsquo s height on HAZ was inthe infants aged 6 11 months and the effect was decreased when children aged 12 23months. While the effect of mother 39 s BMI on HAZ did not differ between age group ofchildren. The prevalence of stunting in West Java are relatively high, so appropriateinterventions are needed to increase the child 39 s linear growth. This can be tackled throughenhancing the knowledge of mother and child nutrition for young women, women, andpregnant women, also give adequate nutrition for infants, especially during the first 1000days of life.Keywords Stunting, maternal nutrition, socioeconomic factor."
Depok: Universitas Indonesia, 2018
T50343
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lulu`ul Badriyah
"Stunting merupakan salah satu faktor yang paling signifikan menghambat pembangunan sumber daya manusia. Tujuan utama dari penelitian adalah mengetahui hubungan sanitasi dan hygiene dengan stunting pada anak usia 0-23 bulan di Indonesia. Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional dengan jumlah sampel sebanyak 9.688 anak. Penelitian ini mengolah data Riskesdas 2013 menggunakan analisis regresi logistik. Prevalensi stunting pada anak usia 0-23 bulan di Indonesia sebesar 33,3%. Hasil analisis bivariat menunjukkan stunting berhubungan signifikan dengan sumber air minum, penggunaan jamban, pembuangan air limbah, pengelolaan sampah, cuci tangan dengan sabun, dan BAB sembarangan, Dalam analisis multivariat, stunting berhubungan dengan penggunaan jamban (AOR 1,132 95% CI 1,013-1,265) dan pengelolaan sampah (AOR 1,191 95%CI 1,078-1,316). Selain itu, variabel lain yang berhubungan signifikan dengan stunting adalah usia anak, jenis kelamin, ASI eksklusif, berat lahir, tinggi ibu, dan pendidikan ibu. Kesimpulan dari penelitian ini adalah sanitasi dan hygiene berhubungan signifikan dengan stunting pada anak usia 0-23 bulan. Oleh karena itu, perlu dilakukan upaya peningkatan intervensi sanitasi dan hygiene sebagai bentuk preventif terhadap stunting.
Stunting is one of the most significant factors inhibiting the development of human resources. The main objective of the study was to determine the relationship of sanitation and hygiene with stunting in children aged 0-23 months in Indonesia. This study used a cross-sectional design with a total sample of 9688 children. This research used data of Riskesdas 2013. Data analysis used regression logistic. The prevalence of stunting in children aged 0-23 months in Indonesia was 33.3%. In bivariate analysis, stunting significantly associated with sources of drinking water, use of latrines, sewage management, waste management, wash hands with soap, and open defecation. In multivariate analysis, stunting associated with latrine use (AOR 1.132 95% CI 1.013-1.265) and waste management (AOR 1.191 95% CI 1.078-1.316). In addition, other variables associated with stunting are the child's age, gender, exclusive breastfeeding, birth weight, maternal height and maternal education. The conclusion of this study is sanitation and hygiene significantly associated with stunting. Therefore, it is necessary to improve intervention of sanitation and hygiene behavior to prevent stunting"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
T53652
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rika Melianita
"Keadilan distributif, keadilan prosedural, keadilan interpersonal dan keadilan informasional merupakan empat dimensi yang menjadi konstruk dalam keadilan organisasi. Persepsi pegawai tentang keadilan organisasi diprediksi berhubungan dengan motivasi kerja pegawai. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan antara persepsi keadilan organisasi pada penilaian prestasi kerja pegawai negeri sipil dengan motivasi kerja pegawai. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan pendekatan eksplanatori. Sampel yang digunakan pada  penelitian ini menggunakan total sampling dengan melibatkan 91 pegawai di Pusat Pendidikan Sumber Daya Manusia Kesehatan.  Teknik pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner yang diisi langsung oleh responden. Analisis yang digunakan untuk menguji hubungan antara variabel independen dan dependen dengan menggunakan uji Chi Square, selanjutnya dilakukan analisis regresi logistik ganda pemodelan faktor resiko pada analisis multivariat. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara persepsi keadilan organisasi gabungan dari seluruh dimensi dengan motivasi kerja. Dan  berdasarkan dimensi keadilan organisasi hanya dimensi keadilan prosedural dan keadilan interpersonal yang memiliki hubungan yang signifikan dengan motivasi kerja. Persepsi dimensi keadilan interpersonal pada penilaian prestasi kerja PNS merupakan dimensi yang paling dominan mempengaruhi motivasi kerja pegawai. Dan variabel yang menjadi perancu (konfonder) hubungan dimensi persepsi keadilan organisasi dengan motivasi kerja adalah jabatan/kelas jabatan. Peran dan partisipasi pimpinan dalam memberikan motivasi langsung kepada pegawai sangat penting dalam menumbuhkan kerjasama tim yang baik.

Distributive justice, procedural justice, interpersonal justice and informational justice is the fourth dimension into the construct of organizational justice. Employee perceptions of organizational justice is predicted to relate to employee motivation. The purpose of this study was to analyze the corellation between perceptions of organizational justice in performance appraisal of civil servants with employee motivation. This research is a quantitative study with explanatory research. The sample used in this study using total sampling involving 91 employees at the Center For Health Human Resources For Health Education. The technique of collecting data using questionnaires filled out directly by the respondent. The analysis is used to examine the corellation between independent and dependent variables using Chi Square test, then performed multiple logistic regression analysis modeling of risk factors in the multivariate analysis. The results of this study indicate that there is a significant relationship between perceptions of organizational justice of all dimensions combined with work motivation. And based on the dimensions of organizational justice only dimension procedural justice and interpersonal justice has a significant corellation with work motivation. Perception of interpersonal justice dimensions on performance appraisal of civil servants is the dimension most dominant influence employee motivation. And that became the confounding variables relations dimension of perceived organizational justice and work motivation is job title/grade position. The role and participation of leaders in delivering directly to employee motivation is very important in fostering good teamwork."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>