Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 22 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dedi Dwi Suhandri
"Penyakit menular masih menjadi masalah kesehatan yang serius di Indonesia. Salah satu penyakit menular adalah demam tifoid akibat infeksi Salmonella typhi atau Salmonella paratyphi. Pengobatan demam tifoid menggunakan siprofloksasin sebagai lini pertama. Sudah banyak antibiotik yang mengalami resistensi seperti, kloramfenikol, ampisilin, dan amoksisilin. Ekstrak Delonix regia sudah diketahui memiliki efek antibakteri terhadap Salmonella typhi.
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental menggunakan ekstrak kulit batang Delonix regia. Ekstraksinya menggunakan pelarut etanol. Peneliti membuat empat konsentrasi yang berbeda yaitu 8 mg/mL, 16 mg/mL, 32 mg/mL, dan 64 mg/mL. Kemudian setiap konsentrasi dilakukan uji in vitro dengan metode difusi cakram dengan seftriakson sebagai kontrol positif dan akuades sebagai kontrol negatif. Zona hambat yang terbentuk kemudian diukur menggunkan jangka sorong.
Hasil penelitian ini menujukan ke empat dosis ekstrak kulit batang Delonix regia tidak terdapat zona hambat terhadap bakteri Salmonella typhi, sedangkan seftriakson mampu menghambat pertumbuhan bakteri dengan mean diameter zona hambat sebesar 30,6 mm 1,2 mm. Faktor yang mungkin dapat memengaruhi ialah, metode penelitian yang dipilih yaitu difusi cakram, konsentrasi ekstrak, dan etanol sebagai pelarut ekstrak. Selain itu kemungkinan lain adalah pada proses mengekstrak Delonix regia dan pemilihan tumbuhan Delonix regia.

Infectious disease remains a serious health problem in Indonesia. One infectious disease is typhoid fever due to infection with Salmonella typhi or Salmonella paratyphi. First-line of treatment typhoid fever is ciprofloxacin. Already a lot of antibiotic resistant inflicted, such as chloramphenicol, ampicillin and amoxicillin. Delonix regia extract has been known to have antibacterial effects against Salmonella typhi.
This study was experimental research study using bark extract Delonix regia conducted phytochemical screening test. Delonix regia bark extract with ethanol solvent. Four concentrations has been made: 8 mg / mL, 16 mg / mL, 32 mg / mL, and 64 mg / mL. Then, each concentration extract was tested in vitro by disc diffusion method and compared to ceftriaxone as a positive control and distilled water as a negative control. Inhibition zone measured using the calliper.
The results showed a fourth dose of the extract of the bark of Delonix regia there is no zoned of inhibition against the bacteria Salmonella typhi, while ceftriaxone as a positive control to inhibit the growth of bacteria with an mean diameter of 30.6 mm 1.2 mm inhibition zone. Factors that might affect is the research method chosen as a disc diffusion, the concentration of the extract, and ethanol as a solvent extract. Additionally another possibility is the process of extracting Delonix regia and selected plant Delonix regia.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Insan Kharis
"Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan infeksi yang cukup sering terjadi, terutama pada pasien-pasien anak dan geriatri, wanita, serta pasien-pasien rawat inap di rumah sakit. Walaupun ISK seringkali dapat diterapi dengan antibiotik, diketahui terdapat masalah resistensi kuman ISK yang cukup tinggi terhadap antibiotik ampisilin, kotrimoksazol, dan kloramfenikol di Indonesia serta di negara-negara berkembang lainnya. Dalam penelitian ini, dilakukan uji disc-diffusion untuk mengidentifikasi efek antibakterial ekstrak etanol 70% daun Delonix regia terhadap pertumbuhan dua spesies bakteri Gram-negatif yang paling sering menyebabkan ISK, Escherichia coli dan Proteus mirabilis. Daun Delonix regia yang telah dikeringkan diekstrak dengan pelarut etanol 70%. Kemudian, ekstrak diencerkan empat kali dalam brain-heart infusion, menghasilkan ekstrak cair dengan kandungan 64 mg/mL, 32 mg/mL, 16 mg/mL, dan 8 mg/mL dan diteteskan ke atas disc kosong. Selanjutnya, zona hambat yang terbentuk pada biakan-biakan Escherichia coli dan Proteus mirabilis dihitung dengan jangka sorong. Dilakukan pengulangan sebanyak tiga kali. Tidak terbentuk zona hambat di sekitar disc yang mengandung ekstrak daun Delonix regia. Dua faktor utama yang kemungkinan mempengaruhi hasil penelitian adalah jenis pelarut dan konsentrasi ekstrak yang digunakan. Selain itu, target molekular zat aktif yang diekspresikan oleh kedua spesies bakteri coba serta jenis produk Delonix regia yang digunakan mungkin turut berpengaruh pada hasil penelitian.

Urinary tract infections (UTIs) are common infections among children, geriatrics, women of all ages, and hospital inpatients. While UTIs can be successfully treated with antibiotics, it is currently known that there are high levels of antibiotic resistance to ampicillin, co-trimoxazole, and chloramphenicol among UTI pathogens in Indonesia and other developing countries. In this study, antimicrobial susceptibility testing using disc-diffusion method was performed to identify the antibacterial activity of 70% ethanolic extract of Delonix regia leaf against two common UTI pathogens, Escherichia coli and Proteus mirabilis. Dry Delonix regia leaves were extracted in 70% ethanolic solvent. It was then diluted four times in brain-heart infusion, giving four solutions with extract concentrations of 64 mg/mL, 32 mg/mL, 16 mg/mL, and 8 mg/mL. Afterward, the zones of inhibition formed on agar plates with Escherichia coli and Proteus mirabilis colonies were measured using vernier scale. This method was repeated three times. No evident zone of inhibition was formed around discs containing Delonix regia extract of all concentrations. Two main factors probably affecting the results of this study are extract solvent and concentrations used. Other factors, such as molecular targets expressed by both species of bacteria and products of Delonix regia likely play minor roles."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putu Ayu Widyastuti
"Pendahuluan. Tubuh manusia menghasilkan radikal bebas secara fisiologis. Ketidakseimbangan antara radikal bebas dan antioksidan endogen dapat menginduksi keadaan stres oksidatif, sehingga dapat menyebabkan berbagai penyakit degeneratif. Oleh karena itu, antioksidan eksogen dibutuhkan dan Origanum vulgare (L.) merupakan salah satu tanaman obat yang dapat menunjukkan aktivitas antioksidan yang diperlukan.
Metode. Analisis fitokimia dilakukan untuk mengidentifikasi keberadaan metabolit sekunder dalam beberapa ekstrak, seperti ekstrak etanol, etil asetat, dan heksana. Metode In Vitro dilakukan dengan menggunakan uji DPPH yang menghasilkan nilai IC50 . Di sisi lain, tikus Sprague Dawley digunakan selama evaluasi In Vivo dengan mengukur tingkat MDA pada tikus sebelum dan sesudah diobati dengan berbagai dosis ekstrak.
Hasil. Analisis fitokimia kuantitatif menunjukkan adanya glikosida, saponin, flavonoid, alkaloid, triterpenoid/ steroid, minyak atsiri dan tanin. Aktivitas antioksidan dari ekstrak Origanum vulgare (L.) secara In Vitro menunjukkan sifat antioksidan moderat (IC50 = 133,47 !g / mL). Sementara, pemeriksaan secara In Vivo menunjukkan perbedaan kadar MDA yang signifikan antara sebelum dan sesudah pemberian ekstrak Origanum vulgare (L.) secara statistik (p = 0,000; p <0,05). Selain itu, dosis 10 mg dan 20 mg merupakan dosis yang tepat untuk menghasilkan aktivitas antioksidan paling efektif di antara kelompok eksperimental lainnya.
Kesimpulan. Dari penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa ekstrak Origanum vulgare (L.) efektif dalam mengatasi radikal bebas dan berpotensi menjadi antioksidan eksogen.

Introduction. Human body produce free radical physiologically. The imbalance between free radicals and endogenous antioxidant may induce oxidative stress state, leading to various degenerative diseases. Therefore, exogenous antioxidants are needed and Origanum vulgare (L.) is one of the medicinal plants that may exhibit the required antioxidant activity.
Methods. Phytochemical analysis was conducted to identify the presence of secondary metabolites in several extracts, such as ethanol, ethyl acetate, and hexane extract. In Vitro method was performed using DPPH assay which results in IC 50 value. Meanwhile, Sprague Dawley rats were used during In Vivo evaluation by measuring the MDA level of the rats before and after treated with different doses of extracts.
Results. Quantitative phytochemical analysis exhibit the presence of glycosides, saponin, flavonoid, alkaloid, triterpenoid/ steroid, essential oil and tannine. Antioxidant activity of Origanum vulgare (L.) extracts In Vitro demonstrate moderate antioxidant properties (IC 50 = 133,47 !g/mL). While, In Vivo examination shows significant MDA levels differences before and after the administration of Origanum vulgare (L.) extracts statistically (p=0.000; p<0.05).
Conclusion. From this study, it can be concluded that Origanum vulgare (L.) extracts is effective in scavenging free radicals and has the potential to be an exogenous antioxidant.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia , 2018
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andira Hardjodipuro
"ABSTRAK
Malaria masih menjadi salah satu masalah kesehatan penyebab kematian di Indonesia. Dalam 10 tahun terakhir, diketahui resistensi pengobatan malaria dengan klorokuin dan kina semakin mengkhawatirkan sehingga dibutuhkan pengobatan alternatif menggunakan bahan alami. Tanaman Sambiloto diketahui memiliki beberapa senyawa aktif yang bersifat antimalaria. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen laboratorik yang bertujuan untuk mengetahui dosis ekstrak daun Sambiloto (Andrographis paniculata Nees) yang memiliki aktivitas antimalaria paling baik dalam menurunkan densitas Plasmodium berghei pada mencit Swiss-Webster secara In Vivo. Dari 25 sampel yang ada dibagi menjadi 5 kelompok perlakuan, yang masing-masing diberikan dosis 0,5 mg/20 gram, 1,0 mg/20 gram, 1,5 mg/20 gram serta kontrol positif dan kontrol negatif. Setiap kelompok perlakuan dihitung peningkatan densitas parasit dan persentase penghambatan yang terjadi. Dari data yang diperoleh, dilakukan uji normalitas menggunakan Shapiro-Wilk, uji hipotesis dengan Kruskal-Wallis, dilanjutkan dengan analisis menggunakan Mann-Whitney. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak daun Sambiloto (Andrographis paniculata Nees) dengan dosis sebesar 0,5 mg/20 gram, 1,0 mg/20 gram, 1,5 mg/20 gram berat badan tidak memiliki aktivitas antimalaria.

ABSTRACT
Malaria remains one of the health problems that causes death in Indonesia. In the last 10 years, the resistance of malaria against chloroquine and Kina treatment is increasing, so we need alternative treatments using natural substances. Sambiloto herb is known to have some antimalarial active compounds. This study was a laboratoric experiment that aimed to determine which dose has the most excellent antimalarial activity in lowering the Plasmodium berghei density in Swiss- Webster mice. Twenty-five samples were divided into 5 groups, each of group was given a dose 0.5 mg/20 grams, 1.0 mg/20 grams, 1.5 mg/20 grams, 1 positive control, and 1 negative control. The increase of parasites density and the percentage of inhibition were calculated in each group. The normality data was tested using Shapiro-Wilk, the hypothesis test was analysed with Kruskal-Wallis, followed by analysis by Mann-Whitney. The results show that neither group of dose dose 0.5 mg/20 grams, 1.0 mg/20 grams, 1.5 mg/20 grams has antimalarial activity.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dyah Astri Paramaramya
"Angka kejadian positif malaria di Indonesia pada tahun 2013 adalah 343.527 jiwa. Diperlukan pengobatan efektif untuk penyakit malaria, salah satu caranya dengan mencari obat alternatif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas kulit batang Flamboyan dalam memberikan efek antiplasmodium dan untuk melihat dosis mana yang memberikan peningkatan Plasmodium yang paling rendah (9,8 mg, 11,2 mg, atau 12,6 mg per 20 g mencit). Penelitian ini merupakan studi eksperimental dengan subjek penelitian mencit Swiss webster yang diinfeksi Plasmodium berghei. Sampel terdiri atas 25 mencit yang dibagi dalam 5 kelompok. Perlakuan diberikan setiap hari dan dipantau parasitemia pada mencit selama 5 hari. Parasit dilihat di bawah mikroskop menggunakan sediaan apus darah tipis dengan pewarnaan Giemsa. Data diolah dengan program IBM SPSS Statistics 22.
Hasil analisis pertumbuhan parasit setelah percobaan hari ke-4 didapatkan (p= 0,010), (p=0,108), (p=0,050), (p=0,180) untuk kontrol positif, dosis kecil, dosis sedang dan dosis besar secara berurutan bila dibandingkan dengan kontrol negatif. Hasil pertumbuhan parasit hari ke-5 menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan bermakna (p=0,058) antar masing-masing kelompok. Persentase penghambatan densitas parasit pada hari ke-4 menunjukkan hasil <50% untuk ketiga dosis. Dari hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa pemberian dosis 9,8 mg, 11,2 mg dan 12,6 mg per 20 g mencit tidak memiliki efek antiplasmodium.

The incidence of malaria in Indonesia in 2013 was 343 527 people. Thus, it is very important to have an effevtive medicine against malaria. One of the effort is to find an alternative medicine. This study aimed to evaluate the effectivity of antiplasmodium of Flamboyant's stem bark and which dosage of that has the least increase in density of parasite (9.8 mg, 11.2 mg, 12.6 mg per 20 g mice). This was an experimental study on Swiss webster mice infected by Plasmodium berghei. Here was used 25 mice, divided into 5 group. The extracts were given once daily for 5 days and the density of parasites in peripheral blood were evaluated everyday with a thin blood smear colored with Giemsa staining. The data gained then analyzed using IBM SPSS Statistics 22 to see the increase in parasite density.
The results on 4th day treatment for the positive control, small dose, medium dose, and high dose, all compared to negative control are as follow (p= 0.010), (p=0.108), (p=0.050), (p=0.180). On the 5th day analysis, the increase in density of parasite of all group also not significantly difference (p=0.058). The percentage inhibition of parasite's density on 4th day treatment are <50% for those three dosages. From this, can be concluded that all the three dosages have no antiplasmodium effect.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amanda Amalia
"Kasus resistensi terhadap pengobatan malaria membutuhkan penemuan obat baru, salah satunya menggunakan ekstrak daun papaya (Carica papaya L.). Penelitian ini bertujuan mengetahui dosis paling efektif serta korelasi antara dosis dengan perubahan densitas parasit. Penelitian menggunakan desain eksprimental dengan pemberian tiga dosis ekstrak 9,75 mg; 15,50 mg; dan 21,25mg/20gBB kepada 25 mencit Swiss-webster. Data diolah menggunakan SPSS versi 16,00 dan dianalisis dengan uji Kruskall-Wallis yang dilanjutkan uji Post Hoc serta uji korelasi Spearman.
Hasil penelitian menunjukan dosis kecil dan sedang berbeda bermakna (p<0,05) dengan kontrol negatif. Persentase penghambatan dosis kecil mencapai 99% dan ditemukan korelasi lemah antara dosis dengan densitas parasit. Dapat disimpulkan dosis 9,75 mg adalah yang paling efektif dengan terdapat korelasi antara peningkatan dosis dengan densitas parasit.

Increasing resistance against malaria treatment requires the discovery of new drugs, one of which uses papaya leaf extracts (Carica papaya L.). This study aims to determine the most effective dose and dose correlation between drug concentration and parasite density. This research is using eksperimental design by administering three doses of 9.75 mg extract; 15.50 mg; and 21.25mg/20gBW to 25 Swiss-Webster mice which were divided into three groups. Data was processed using SPSS version 16.00 and analyzed by Kruskal-Wallis test followed by Post Hoc test and Spearman correlation test.
The results showed that small and medium dose group were significantly different (p <0.05) compared to negative control group. Percentage inhibition small doses reached 99% and found a very weak correlation between the dose and the parasite density. It can be concluded that dose of 9.75 mg /20gBW is most effective with a weak positive correlation between the increase in dose to the density of parasites.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dinda Larastika Riyanto
"Cepat berkembangnya resistensi terhadap pengobatan malaria menuntut gencarnya usaha untuk menemukan pengobatan baru dan cara untuk menghambat timbulnya resistensi, seperti menggunakan terapi kombinas. Dua ekstrak tanaman yang terbukti pada beberapa penelitian in vivo memiliki efek antimalarial adalah kulit batang Flamboyan (Delonix regia) dan daun Sambiloto (Andrographis paniculata Nees). Pada penelitian ini diujikan kombinasi dari kedua ekstrak tersebut pada rasio 1:1, 3:1, dan 1:3 dengan desain penelitian eksperimen in vivo, menggunakan mencit Swiss-webster dan Plasmodium berghei. Setelah dievaluasi pada hari ke-4, peningkatan parasitemia ketiga kelompok uji tidak memiliki perbedaan yang signifikan dengan kelompok placebo. Selain itu, hasil persentase inhibisi masing-masing kelompok uji < 50%. Hal ini menunjukkan bahwa ketiga jenis kombinasi tidak terbukti memiliki efek antimalaria. Dari ketiga jenis kombinasi, kelompok rasio 1:1 memiliki efek inhibisi parasitemia paling baik, ditinjau dari median peningkatan parasitemia pada hari ke-4 dan persentase inhibisi di hari ke-4.

The fast growing resistance toward malaria treatment, demand us to develop a new medicine that can also prevents resistance. One way of doing this is by using a combination therapy. Two herbal extract that had been proven to have antimalarial property is Flamboyan's (Delonix regia) stem bark and Sambiloto's (Andrographis paniculata Nees)'s leaves. In this in vivo experimental study, we evaluate the antimalarial effect of the combination of both extracts in a Swisswebster mice that is infected by Plasmodium berghei in the ratio of 1:1, 3:1, and 1:3. In the 4th day of therapy, all 3 combination ratios show no significant difference compared to the mice treated with placebo. Moreover, the percentage of inhibition of the three combination ratio are less than 50% which indicates that all three therapy has no antimalarial effect. Among the three combination, 1:1 ratio has the best inhibition of parasitemia of 15 percent."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Faizal Dzaky Rahmadika
"Latar Belakang: Terbatasnya ketersediaan obat antidiabetes menjadi masalah dalam pengobatan diabetes di Indonesia. Indonesia yang memiliki berbagai tanaman yang berpotensi sebagai antidiabetes dapat dimanfaatkan untuk mengatasi masalah tersebut, salah satunya adalah Malus domestica yang berpotensi sebagai antidiabetes.
Tujuan: Mengetahui pengaruh ekstrak daun apel (Malus domestica) terhadap penurunan kadar gula darah dan perubahan histopatologi hati tikus Sprague Dawley yang diinduksi aloksan.
Metode: Penelitian ini menggunakan 24 ekor tikus putih Sprague Dawley yang dibagi menjadi 6 kelompok yaitu kelompok normal (tidak hiperglikemik), kelompok kontrol positif dengan Metformin, kelompok kontrol negatif dengan akuades, dan tiga kelompok perlakuan yang diberikan ekstrak daun Malus domestica pada dosis 200mg. /kgBB, 400mg/kgBB, dan 600mg/kgBB. Mencit disuntik aloksan dengan dosis 120mg/kgBB secara intraperitoneal. Kemudian tikus diperiksa gula darahnya setelah 4 hari sejak penyuntikan. Tikus dikategorikan hiperglikemik jika kadar gula darahnya mencapai >200 mg/dL dan diberi perlakuan dalam waktu 16 hari. Kadar gula darah tikus diperiksa pada hari ke 4, 8, 12, dan 16. Setelah 16 hari, tikus dibedah dan diambil hati untuk pemeriksaan histologis menggunakan pewarnaan hematoksilin dan eosin (HE). Data kadar gula darah yang diperoleh akan diuji dengan one way ANOVA.
Hasil: Hasil penelitian ini menunjukkan pengaruh ekstrak daun apel (Malus domestica) yang dapat menurunkan kadar gula darah dan mempengaruhi histopatologi hati tikus hiperglikemik. Dosis yang menunjukkan penurunan kadar gula darah paling baik adalah 200 mg/KgBB. Semua dosis ekstrak (200, 400, dan 600 mg/KgBB) menunjukkan perbaikan struktur histopatologi hati, sedangkan dosis 400 mg/KgBB dan 600 mg/KgBB menunjukkan efek protektif terhadap komplikasi kerusakan hati.
Kesimpulan: Ekstrak daun apel (Malus domestica) dapat menyebabkan penurunan kadar gula darah dan mempengaruhi struktur histologi hati tikus hiperglikemik.

Background: The limited availability of antidiabetic drugs is a problem in the treatment of diabetes in Indonesia. Indonesia which has various plants that have the potential as antidiabetic can be used to overcome this problem, one of which is Malus domestica which has the potential as antidiabetic.
Objective: To determine the effect of apple leaf extract (Malus domestica) on reducing blood sugar levels and histopathological changes in the liver of Sprague Dawley rats induced by alloxan.
Methods: This study used 24 white Sprague Dawley rats which were divided into 6 groups, namely a normal group (not hyperglycemic), a positive control group with Metformin, a negative control group with distilled water, and three treatment groups given Malus domestica leaf extract at a dose of 200 mg. /kgBW, 400mg/kgBW, and 600mg/kgBW. Mice were injected with alloxan at a dose of 120mg/kgBW intraperitoneally. Then the mice were checked for blood sugar after 4 days since the injection. Mice were categorized as hyperglycemic if their blood sugar levels reached >200 mg/dL and were given treatment within 16 days. Blood sugar levels of rats were examined on days 4, 8, 12, and 16. After 16 days, rats were dissected and livers were taken for histological examination using hematoxylin and eosin (HE) staining. The blood sugar level data obtained will be tested with one way ANOVA.
Results: The results of this study showed the effect of apple leaf extract (Malus domestica) which can reduce blood sugar levels and affect the histopathology of hyperglycemic rat liver. The dose that shows the best reduction in blood sugar levels is 200 mg/KgBW. All extract doses (200, 400, and 600 mg/KgBW) showed improvement in the histopathological structure of the liver, while doses of 400 mg/KgBW and 600 mg/KgBW showed a protective effect against complications of liver damage.
Conclusion: Apple leaf extract (Malus domestica) can cause a decrease in blood sugar levels and affect the histological structure of the liver of hyperglycemic rats.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
RA. Mitsalina Inggita
"berkembang semakin masif setiap tahunnya dengan risiko komplikasi, di antaranya berupa kardiomiopati. Pengobatan tradisional berupa daun delima (Punica granatum) dapat menjadi alternatif bagi pengobatan konvensional diabetes mellitus. Tujuan: Mengetahui potensi ekstrak daun delima sebagai agen antihiperglikemik dan kardioprotektif.
Metode: Penelitian dilakukan terhadap 20 tikus Sprague dawley diabetes yang sebelumnya telah diinduksi menggunakan aloksan, dan 4 tikus normal. Tikus tersebut dikelompokkan dalam 6 kelompok, yaitu kelompok normal, kontrol positif, kontrol negatif, dan 3 kelompok perlakuan yang masing-masing diberikan ekstrak dosis 200
mg/kg berat badan (BB), 400 mg/kgBB, dan 600 mg/kgBB. Pengukuran gula darah puasa (GDP) dilakukan sebelum perlakuan dan setiap 4 hari selama perlakuan berlangsung, selama 16 hari. Setelah perlakuan, dilakukan uji histopatologi teknik pewarnaan hematoksilin-eosin terhadap jantung tikus. Hasil: Kelompok perlakuan dengan pemberian dosis ekstrak 400 mg/kgBB dan 600 mg/kgBB menunjukkan penurunan GDP tikus yang signifikan jika dibandingkan dengan kontrol negatif. Dosis 600 mg/kgBB merupakan dosis yang dinilai paling efektif. Uji
histopatologi menunjukkan kardiomiopati pada kelompok kontrol negatif dan kelompok perlakuan dengan dosis 200 mg/kgBB dan 400 mg/kgBB, sementara kelompok normal, kontrol positif, dan perlakuan dengan dosis 600 mg/kgBB tidak menunjukkan kelainan
spesifik. Kesimpulan: Ekstrak daun delima menunjukkan efek antihiperglikemik dan kardioprotektif melalui uji In Vivo. Dosis efektif esktrak daun delima adalah 600 mg/kgBB.
Background: Diabetes mellitus is a global health problem that is developing massively every year with risks of complications, one of which is cardiomyopathy. Traditional remedies such as pomegranate (Punica granatum) leaf can be an alternative to conventional treatment of diabetes mellitus. Objective: To study the potential of pomegranate leaf extract as antihyperglycemic and cardioprotective agent.
Methods: This research was done to 20 alloxan-induced diabetic rats and 4 normal rats. Those rats are grouped into 6 groups, which includes normal group, positive control group, negative control group, and 3 groups treated with the exctract by the dose of 200
mg/kg body weight (BW), 400 mg/kgBW, and 600 mg/kgBW. Measurements of fasting blood sugar (FBS) were done before the treatment, and every 4 days during the 16 days the research was conducted. After the treatments were given, histopathology test of
hematoxylin-eosin staining was done to the hearts of the rats.
Results: The groups treated with the 400 mg/kgBW and 600 mg/kgBW dose extract showed significant decreases in FBS compared to the negative control group. The 600 mg/kgBW dose is considered as the most effective dose. Histopathology evaluation showed cardiomyopathy in the negative control group and the groups treated with 200 mg/kgBW and 400 mg/kgBW extract, while the normal group, positive control group, and the group treated with 600 mg/kgBW extract showed no specific disorder. Conclusion: The pomegranate leaf extract showed antihyperglycemic and cardioprotective effect through In Vivo experiment. The effective dose of pomegranate leaf extract is 600 mg/kgBW."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>