Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 24 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Francia, Maria Shisze
"ABSTRAK
Latar Belakang: Pola makan vegetarian diketahui memiliki efek positif terhadap
kesehatan. Penelitian mengenai status periodontal pada vegetarian masih sedikit.
Tujuan: Mengevaluasi kedalaman poket periodontal, resesi gingiva, dan kehilangan
perlekatan pada vegetarian secara klinis. Metode: Penelitian potong lintang pada 30
orang vegetarian dan 30 orang non-vegetarian berusia 16-65 tahun. Pemeriksaan
klinis jaringan periodontal meliputi kedalaman poket, resesi gingiva, dan kehilangan
perlekatan. Hasil: Tidak terdapat perbedaan bermakna (p>0,05) rerata kedalaman
poket (Independent T-Test), resesi gingiva dan kehilangan perlekatan (uji Mann-
Whitney) antara vegetarian dan non-vegetarian. Kesimpulan: Hasil evaluasi klinis
terhadap kedalaman poket periodontal, resesi gingiva, dan kehilangan perlekatan
tidak berbeda antara vegetarian dan non-vegetarian.

ABSTRACT
Background: Vegetarian diet is known to have positive effects on health. Only
scarce data are available concerning the periodontal status in vegetarians.
Objectives: To evaluate the periodontal pocket depth, gingival recession, and
clinical attachment level in vegetarians clinically. Methods: A cross-sectional study
of 30 vegetarians and 30 non-vegetarians aged 16-65 years. Clinical examination of
periodontal tissues, including periodontal pocket depth, gingival recession, and
clinical attachment level. Results: No significant mean differences (p>0,05) on
periodontal pocket depth (independent T-test), gingival recession and clinical
attachment level (Mann-Whitney test) between vegetarians and non-vegetarians.
Conclusions: Clinical evaluation results of periodontal pocket depth, gingival
recession, and clinical attachment level in vegetarians are not different between
vegetarians and non-vegetarians."
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nafisah Ibrahim Ahmad
"Latar Belakang: Mayoritas penelitian menemukan hubungan periodontitis dengan penyakit jantung koroner (PJK), namun hubungan status periodontal penderita PJK dengan kadar LDL (Low Density Lipoprotein) sebagai faktor risiko aterosklerosis penyebab PJK belum diteliti.
Tujuan: Menganalisis hubungan antara kadar LDL dengan status periodontal PJK.
Metode: 60 penderita PJK dan 40 kontrol diperiksa status periodontal (PBI, PPD, CAL) dan darah perifer untuk dinilai kadar LDL.
Hasil: Ditemukan perbedaan kadar LDL (p=0,005) antara PJK dengan non PJK, korelasi kadar LDL dengan PPD (p=0,003) dan CAL (p=0,013) pada penderita PJK, dan PPD (p=0,001), CAL (p=0,008) pada non PJK, namun tidak ada korelasi kadar LDL dengan PBI (p=0,689) pada penderita PJK, PBI (p=0,302) pada non PJK.
Kesimpulan: Terdapat korelasi antara kadar LDL dengan status periodontal.

Background: Studies found an association between periodontitis and coronary heart disease (CHD), but relationship between periodontal status CHD patients with LDL (Low Density Lipoprotein) levels, as risk factors for atherosclerosis, has not been studied.
Objective: To analyze relationship between LDL and periodontal status CHD.
Methods: Periodontal status of 60 CHD, 40 controls wasd examined (PBI, PPD, CAL) and their blood was taken to assess levels LDL.
Result: Found significant differences LDL (p=0.005), correlation LDL with PPD (p=0.003) and CAL (p=0.013) CHD, and PPD (p=0.001), CAL (p=0.008) non-CHD, but no significant correlation LDL with PBI (p=0.689) CAD and PBI (p=0.320) non-CAD.
Conclusion: There is a correlation between the LDL level with periodontal status.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2016
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Shula Zuleika Sumana
"Latar Belakang: Subepithelial connective tissue graft SCTG dan acelullar dermal matrix ADM seringkali digunakan dalam perawatan resesi gingiva.
Tujuan Penelitian: Mengevaluasi kondisi klinis jaringan periodontal setelah perawatan resesi gingiva antara menggunakan SCTG dengan ADM.
Metode: Data resesi gingiva, tingkat perlekatan klinis gingiva, dan lebar gingiva cekat sebelum perawatan diambil dari rekam medik. Pasien dihubungi untuk pengambilan data setelah perawatan.
Hasil: Penggunaan SCTG dan ADM memberikan hasil yang signifikan. Perbandingan antara kedua kelompok tidak menunjukkan perbedaan signifikan.
Kesimpulan: Perawatan resesi gingiva dengan SCTG dan ADM memberikan hasil yang serupa.

Background: Subepithelial connective tissue graft SCTG and acellular dermal matrix ADM are frequently used in treatment of gingival recession.
Objectives: To evaluate periodontal clinical conditions after treatment of gingival recession using SCTG and ADM.
Methods: Pre operative data of gingival recession, clinical attachment level, and attached gingiva were retrieved from medical records. Patients were recalled and post operative data were recorded.
Results: Application of SCTG and ADM yield significant changes. Comparisons between the two groups showed no statistically significant differences.
Conclusion: Treatment of gingival recession with SCTG and ADM yield similar outcomes.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2017
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Hasnia Salma Dwi Astuti
"Latar Belakang: Periodontitis merupakan salah satu kondisi periodontal yang dapat menyebabkan poket periodontal. Terdapat berbagai metode perawatan poket periodontal, salah satunya adalah Guided Tissue Regeneration. Penelitian mengenai persepsi dan preferensi Dokter Gigi Spesialis Periodonsia di Indonesia mengenai penggunaan membran GTRpada terapi regeneratif jaringan periodontal belum pernah dilakukan di Indonesia.
Tujuan: Mendapatkan persepsi dan preferensi dokter gigi spesialis periodonsia di Indonesia mengenai penggunaan membran GTR.
Metode: Penelitian deskriptif dengan pendekatan potong lintang menggunakan kuesioner kepada dokter gigi spesialis periodonsia di Indonesia.
Hasil: 93 responden melakukan bedah regeneratif GTR dengan mayoritas 1-3 bedah setiap bulan dengan indikasi 2-3 wall defect. GTR dilakukan menggunakan membran resorbable collagen karena memberikan hasil perawatan yang lebih baik dengan parameter keberhasilan pertumbuhan tulang secara radiografi dan persentase kesuksesan sebesar 75%. Alasan responden tidak melakukan GTR karena biaya cukup tinggi. Responden puas dan percaya diri dengan teknik GTR dan setuju penggunaan material dari hewan, manusia dan sintetis. Jumlah bedah regeneratif periodontal GTR oleh dokter gigi spesialis periodonsia di Indonesia dipengaruhi oleh lama praktik dan tidak dipengaruhi oleh domisili daerah praktik.
Kesimpulan: Terdapat perbedaan persepsi dan preferensi dokter gigi spesialis periodonsia di Indonesia dalam penggunaan teknik GTR pada terapi jaringan periodontal regeneratif dan terdapat perbedaan signifikan antara jumlah bedah regeneratif periodontal GTR oleh dokter gigi spesialis periodonsia dan lama praktik.

Background: Periodontitis is one of the periodontal conditions that can cause periodontal pockets. There are various methods of treating periodontal pockets, one of which is Guided Tissue Regeneration. Research on the perceptions and preferences of Periodontists in Indonesia regarding the use of GTR membranes in periodontal tissue regenerative therapy has never been conducted in Indonesia.
Objective: Obtain the perceptions and preferences of periodontists in Indonesia regarding the use of GTR membranes.
Methods: Descriptive study with a cross-sectional approach using a questionnaire to periodontists in Indonesia.
Results: 93 periodontists in Indonesia performed GTR with the majority of surgeries performed 1-3 times a month and indications of 2-3 wall defects. GTR is performed using a resorbable collagen membrane because it provides better treatment results with radiographic parameters of bone growth success and a treatment success rate of 75%. The reason respondents did not do the GTR was because the cost was quite high. Respondents were satisfied and confident with the GTR technique and agreed to use animal, human and synthetic materials. The number of GTR periodontal regenerative surgeries by periodontists in Indonesia is influenced by length of practice and not by domicile in the practice area.
Conclusion: There are differences in the perceptions and preferences of periodontists in Indonesia regarding the use of the GTR technique in regenerative periodontal tissue therapy and there are significant differences between the number of GTR regenerative periodontal surgeries by periodontists and the length of practice.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maria Savvyana Saputra
"Latar belakang: Terapi regenerasi jaringan periodontal dengan rekayasa jaringan dapat menjadi alternatif dalam rekonstruksi jaringan periodontal. Bioaktivitas yang baik menjadi salah satu syarat penting untuk scaffold dalam mendukung regenerasi jaringan. Nano-hidroksiapatit telah banyak digunakan karena memiliki struktur kimiawi yang sama dengan tulang alami, namun memiliki porusitas yang rendah dan biodegradibilitas yang lambat sehingga kombinasi dengan Gelatin dapat meningkatkan regenerasi jaringan periodontal. Tujuan: Mengevaluasi morfologi permukaan, komposisi kalsium-fosfor dan daya serap serbuk nanohidroksiapatit dan pasta nanohidroksiapatit/gelatin variasi 60:40 dan 65:35 dengan perendaman dalam larutan simulated body fluid selama 24 jam, 48 jam, 7 hari dan 14 hari. Metode: Pembuatan serbuk nHA dan pasta nHAG di BRIN. Serbuk nHA dan pasta nHAG variasi 60:40 dan 65:35 direndam dalam larutan SBF selama 24 jam, 48 jam, 7 hari dan 14 hari. Pengujian SEM EDS dan uji swelling dilakukan pada setiap periode waktu perendaman. Hasil: Uji SEM menunjukkan perbedaan morfologi permukaan yang bermakna pada perendaman 24 jam, 48 jam, 7 hari dan 14 hari (p < 0,05). Uji EDS menunjukkan perbedaan komposisi kalsium dan fosfor serta peningkatan rasio Ca/P pada periode waktu perendaman paling tinggi pada pasta nHAG 65:35. Uji swelling menunjukkan serbuk nHA dan pasta nHAG variasi 60:40 dan 65:35 memiliki daya serap yang berbeda tiap periode waktu perendaman. Kesimpulan: Pasta nHAG 65:35 memiliki sifat optimal sebagai scaffold dengan karakteristik morfologi permukaan yang kondusif bagi pertumbuhan sel di dalamnya, dan memiliki rasio kalsium dan fosfor yang tinggi serta daya serap yang optimal.

Background: Tissue engineering in periodontal tissue regeneration can be an alternative in periodontal tissue reconstruction. Bioactivity such as appropriate sizes, surface morphology and porosity required in scaffold in periodontal regenerative therapy. Nanohydroxyapatite is commonly used in tissue engineering to its similar chemical structure to human bone, but tend to has low porosity and slow biodegradability. Therefore, combination with gelatine can improve periodontal regeneration. Objective: Evaluate the surface morphology, calcium-phosphorus composition and water absorption of nanohydroxyapatite powder and nanohydroxyapatite/gelatine 60:40 and 65:35 paste by immersion in simulated body fluid solution for 24 hours, 48 hours, 7 days, and 14 days. Methods: Manufacture of nHA powder and nHAG paste in BRIN. Powder of nHA and nHAG 60:40 and 65:35 paste were soaked in SBF solution for 24 hours, 48 hours, 7 days, and 14 days. Morphology surface and calcium-phosphorus composition were carried out with SEM EDS test and water absorption was carried out with swelling test. Results: SEM test showed differences in surface morphology at 24 hours, 48 hours, 7 days and 14 days (p < 0,05). EDS test showed nHAG 65:35 has the highest calcium and phosphorus composition and Ca/P Ratio in soaking periods. Swelling test showed nHA powders and nHAG pastes had different absorbencies in all soaking period. Conclusion: nHAG 65:35 paste has optimal properties as a scaffold with optimal surface morphology, high Ca/P ratio and optimal absorption."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Septrianto Taslim
"Latar Belakang: Streptococcus sanguinis merupakan bakteri yang sering ditemukan pada penyakit periodontal dan penyakit jantung koroner (PJK). Bakteri ini diduga berperan terhadap kedua penyakit tersebut melalui aliran darah. Tujuan: Menganalisis perbedaan kuantitatif S. sanguinis pada plak gigi dengan status periodontal pada penderita PJK dan non PJK. Metode: 66 pasien PJK dan 40 kontrol diperiksa status periodontal dan diambil sampel plak supragingiva dan kuantitatif S. sanguinis dihitung dengan menggunakan metode real time polymerase chain reaction. Hasil: Analisis statistik menggunakan uji Mann-Whitney tidak terdapat perbedaan bermakna kuantitatif S. sanguinis antara PJK dan non PJK (p > 0,05). Uji Spearman tidak terdapat hubungan antara kuantitatif S. sanguinis dengan akumulasi plak, perdarahan gingiva, dan kedalaman poket pada penderita PJK dan non PJK (p > 0,05). Kesimpulan: Tidak terdapat perbedaan kuantitatif S. sanguinis penderita PJK dan non PJK. Tidak terdapat hubungan kuantitatif S. sanguinis dengan status periodontal antara PJK dan non PJK.

Background: Streptococcus sanguinis is a common bacteria found in periodontal disease and coronary heart disease (CHD). This bacteria is suspected to have important role in relationship between both diseases through blood streams. Objectives: To analyze quantitative difference of S. sanguinis on dental plaque between CHD and non CHD patients. Methods: 66 CHD and 40 non-CHD patients were examined for periodontal status and supragingival dental plaque were collected. Quantitative Measurement of S. sanguinis was done with RT-PCR. Result: Statistic analyzing using Mann-Whitney test showed there is no significant difference between S. sanguinis of CHD and non CHD (p > 0,05). Spearman test showed there is no correlation between quantitative S. sanguinis with plaque accumulation, gingival bleeding, and pocket depth in CHD and non CHD (p > 0,05). Conclusion: There is no difference between quantitative S. sanguinis in CHD and non CHD patients. There is no correlation between quantitative S. sanguinis with periodontal status in CHD and non CHD p"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2016
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aysha Azzahra Bachmimsyah
"Latar Belakang: Prevalansi penyakit periodontitis di Indonesia tergolong lebih tinggi dibandingkan dengan berbagai penyakit gigi dan mulut lainnya. Berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan, prevalansi periodontitis prevalansinya mencapai 74,1% pada tahun 2018. Beban ekonomi dari biaya perawatan periodontitis mencapai hingga 812 milyar rupiah secara global. Negara lain seperti negara Eropa dan Malaysia telah memiliki analisis biaya perawatan periodontitis yang dibutuhkan untuk menanggulangi prevalansi periodontitis. Peneliti tertarik untuk melakukan analisis biaya perawatan periodontitis stage I-IV pada penelitian ini dikarenakan Indonesia sendiri belum memiliki data tersebut. Tujuan: Untuk mendapatkan perkiraan biaya perawatan periodontitis yang dihitung berdasarkan perubahan status periodontal (Indeks Plak (IP), Papillary Bleeding Index (PBI), Indeks Kalkulus (IK)) setelah perawatan. Metode: Dari 210 rekam medik yang diambil dari Klinik Periodonsia RSKGM FKG UI periode April 2020 - Juli 2022, terdapat 64 rekam medik yang dianalisis. Pendekatan deskriptif dan observasional analitik dibuat dan diolah dengan analisis univariat dan bivariat dengan SPSS 26.0. Dilakukan pengambilan data diantaranya adalah biaya perawatan periodontitis dan perubahan skor status periodontal pada variabel IP, PBI, dan IK. Hasil: Biaya perawatan periodontitis stage I-IV berhasil diperoleh, namun biaya perawatan tersebut tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan perubahan variabel IP, PBI, dan IK. Perubahan variabel IP, PBI, dan IK juga tidak memiliki hubungan signifikan dengan jumlah kunjungan. Kesimpulan: Didapatkan analisis biaya perawatan berdasarkan stage I-IV dan sekuens perawatan, serta hasil analisis hubungan antara biaya perawatan dengan perubahan variabel IP, PBI, dan IK dan jumlah kunjungan.

Background: The prevalence of periodontitis in Indonesia is relatively higher compared to various other oral and dental diseases. According to data from the Ministry of Health, the prevalence of periodontitis reached 74.1% in 2018. The economic burden of periodontitis treatment globally amounted to 812 billion rupiah. Other countries, such as those in Europe and Malaysia, have conducted cost analyses of periodontitis treatment to solve its prevalence. Authors of this study are interested in conducting a cost analysis of periodontitis treatment stages I-IV in this study since Indonesia itself lacks such data. Objective: To estimate the cost of periodontitis treatment calculated based on changes in periodontal status (Plaque Index (PI), Papillary Bleeding Index (PBI) and Calculus Index (CI)) after treatment and number of visits. Method: Out of 210 medical records collected from the Periodontology Clinic at Dental and Oral Health Hospital (RSKGM) of Dentistry University of Indonesia during the period of April 2020 to July 2022, 64 medical records were analyzed. A descriptive and analytical observational approach was employed and processed using univariate and bivariate analysis with SPSS 26.0. Data collection included the cost of periodontitis treatment and changes in periodontal status scores for the PI, PBI and CI variables. Results: The cost of periodontitis treatment stages I-IV was successfully obtained; however, these treatment costs did not show a significant relationship with changes in variables PI, PBI and CI. Neither that the changes of PI, \PBI and CI showed a significant relationship with number of visits. Conclusion: An analysis of treatment costs based on stages I-IV and treatment sequences was obtained, along with the results of the analysis of the relationship between treatment costs and changes in variables PI, PBI and CI and number of visits."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alvin Jesson
"Latar Belakang: Gigi dengan kerusakan periodontal yang berat akan mengakibatkan peningkatan pada mobilitas gigi. Hal itu menjadi indikasi untuk perawatan splin. Penelitian mengenai distribusi status periodontal pada pasien periodontitis dengan terapi temporary periodontal splint belum pernah dilakukan terutama di Indonesia.
Tujuan Penelitian: Mendapatkan distribusi status periodontal gigi pada pasien periodontitis dengan perawatan temporary periodontal splint.
Metode: Penelitian deskriptif retrospektif menggunakan data sekunder dari 47 rekam medik dari pasien dengan terapi temporary periodontal splint di klinik Periodonsia RSKGM FKG UI periode 2018-2020.
Hasil: Perawatan temporary periodontal splint paling banyak dilakukan pada Regio gigi anterior mandibular (49,8%). Mayoritas mobilitas gigi adalah mobilitas derajat 2 (49,2%).  Mayoritas derajat kerusakan tulang adalah kerusakan hingga 1/3 tengah (49,2%) dengan pola kerusakan terbanyak pola horizontal (62,8%). Kehilangan perlekatan klinis terbanyak adalah buruk (76,8%). Uji-T Berpasangan menunjukan adanya perbedaan bermakna antara indeks plak sebelum dan sesudah 1 minggu perawatan (p<0,05) dengan rerata sesudah 1 minggu lebih rendah dibanding sebelum perawatan.
Kesimpulan: Perawatan temporary periodontal splint paling sering dilakukan pada gigi dengan derajat mobilitas 2, kerusakan tulang mencapai 1/3 tengah akar, dan kehilangan perlekatan klinis buruk. Perawatan paling banyak dilakukan pada gigi anterior mandibula. Terdapat perbedaan bermakna antara indeks plak sebelum dan sesudah 1 minggu perawatan dengan indeks plak sesudah mengalami penurunan.

Background: Tooth with severe periodontal damage will result in an increase in tooth mobility. This tooth will be splint to prevent further damage. There has been no research on the distribution of periodontal status in periodontitis patient who were treated with temporary periodontal splint in Indonesia.
>Objective: Determine the distribution of periodontal status of tooth with periodontitis who were treated with temporary periodontal splints.
Method: This retrospective descriptive study was conducted using 47 periodontal medical record patient who were treated with temporary periodontal splints in RSKGM FKG UI Periodontia clinic period of 2018-2020.
Result: Temporary periodontal splint treatment was mostly performed on the anterior mandible (49,8%). The majority mobility of the tooth are grade 2 mobility (49,2%). Majority degree of bone damage is damage up to middle 1/3 (49.2%) with the most damage pattern is horizontal pattern (62.8%). Most of the clinical attachment loss is poor (76,8%). Dependent T-test result showed that there is a significant difference (p<0,05) between plaque index before and after 1 week of treatment with the mean after 1 week of treatment lower than before treatment.
Conclusion: Temporary periodontal splint treatment is most often performed on teeth with mobility grade 2, bone damage reaching the middle 1/3 of the root, and poor clinical attachment loss. Treatment is mostly done on mandibular anterior teeth. There is a significant difference between the plaque index before and after 1 week of treatment with the plaque index after 1 week decreased.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Univeritas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ubaida Ahmad Alhety
"Latar belakang: Pengetahuan mengenai kesehatan periodontal merupakan salah satu cara untuk mencegah dan menanggulangi masalah kesehatan gigi dan mulut.
Tingkat pengetahuan yang tinggi terhadap kesehatan periodontal bisa menjadi penghalang potensial untuk upaya pencegahan kesehatan periodontal dan mulut
yang efektif. Tujuan: Mengevaluasi gambaran tingkat pengetahuan mengenai kesehatan jaringan periodontal pada mahasiswa Universitas Indonesia angkatan
2017. Metode: Penelitian menggunakan desain observasional analitik dengan pendekatan potong lintang menggunakan kuesioner melalui Google Form. Subjek penelitian sebanyak 234 orang yang terdiri atas 100 laki-laki dan 134 perempuan. Data dianalisis dengan menggunakan uji komparatif. Hasil: Terdapat perbedaan tingkat pengetahuan mengenai kesehatan jaringan periodontal pada mahasiswa UI 2017 berdasarkan jenis kelamin dan terdapat perbedaan tingkat pengetahuan mengenai kesehatan jaringan periodontal berdasarkan rumpun ilmu. Kesimpulan:
Pengetahuan mengenai kesehatan jaringan periodontal pada mahasiswa perempuan lebih tinggi dari laki-laki, dan mahasiswa Rumpun Ilmu Kesehatan (RIK) mempunyai tingkat pengetahuan mengenai kesehatan jaringan periodontal yang lebih tinggi dari mahasiswa rumpun ilmu yang lain.

Background: The knowledge about periodontal health is one way to prevent and
overcome dental and oral health problems. A high level of knowledge about periodontal health can be a potential barrier that can affect oral and periodontal health prevention efforts. Objective: To evaluate the level of knowledge regarding periodontal health among students of Universitas Indonesia class 2017. Methods: This study used an analytic observational design with a cross-sectional approach,
using questionnaire via Google Form. The research subjects were 234 students consisting of 100 male and 134 female. Data were analyzed using a comparative
test. Results: There is a difference in the level of knowledge regarding the health of periodontal tissue among Universitas Indonesia students class 2017 based on gender, and there is a difference in the level of knowledge about periodontal tissue health among Universitas Indonesia students class 2017 based on faculties clusters. Conclusions: The level of knowledge regarding periodontal tissue health in female students was higher than that of male students, and students of the health science faculties (RIK) had a higher level of knowledge about periodontal tissue health than students of other disciplines.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dhias Salsabila Putri
"Latar belakang: Populasi di Asia memiliki beberapa faktor risiko periodontitis terkait
anatomi dan mikroorganisme dalam rongga mulutnya. Periodontitis merupakan ancaman
besar terhadap kesehatan mulut dan dapat menimbulkan gejala perubahan klinis seperti
munculnya tanda-tanda inflamasi serta terjadinya peningkatan pocket probing depth
(PPD) dan clinical attachment loss (CAL) yang dapat menyebabkan rasa tidak nyaman
pada penderitanya baik dalam aspek fisik, psikologis, maupun sosial. Tujuan: Untuk
menganalisis pengaruh terapi periodontal terhadap nilai OHRQoL pada penderita
periodontitis di Asia dari studi yang menggunakan kuesioner OHIP-14. Metode: Uji
meta-analisis serta penyusunan systematic review (PROSPERO CRD42020203254)
dengan pencarian literatur pada online database yaitu PubMed, Scopus, dan EBSCO.
Studi yang diidentifikasi kemudian melalui tahapan skrining, penilaian eligibilitas, dan
inklusi menggunakan pedoman Preferred Reporting Items for Systematic Reviews and
Meta-Analyses (PRISMA). Hasil: Sebanyak enam studi memenuhi kriteria inklusi untuk
dilakukan systematic review dan empat studi dengan intervensi terapi periodontal nonbedah
diikutsertakan dalam meta-analisis. Analisis kuantitatif dilakukan pada tiga
rentang waktu follow-up yaitu minggu ke-1 dan 2 dengan mean difference [95% CI]: -
13,31 [-33,71 ; 7,10], minggu ke-4 dan 5 dengan mean difference [95% CI]: -16,12 [-
35,27 ; 3,03], serta minggu ke 9 hingga 12 dengan mean difference [95% CI]: -4,14 [-
6,85 ; -1,43]. Kesimpulan: Terapi periodontal dapat meningkatkan OHRQoL penderita
periodontitis di Asia. Peningkatan tersebut dapat terlihat paling signifikan pada minggu
ke-4 dan 5 pasca terapi.

Background: Asians have periodontitis risk factors regarding to the anatomy and
microorganisms found in their oral cavity. Periodontitis is one of the most prevalent
diseases that affects the oral cavity, causing several symptoms such as inflammation and
increase in pocket probing depth (PPD) and clinical attachment loss (CAL). Symptoms
caused by periodontitis may cause discomfort in some aspects of life such as physical,
psychological, and social aspect. Objective: To analyze the impacts of periodontal
therapy on OHRQoL in periodontitis patients in Asia from studies using OHIP-14
questionnaire. Methods: Meta-analysis and systematic review (PROSPERO
CRD42020203254) of the studies obtained from three databases (PubMed, Scopus, and
EBSCO). Identified studies were screened and assessed following the Preferred
Reporting Items for Systematic Reviews and Meta-Analyses (PRISMA) guidelines.
Results: From 641 studies retrieved, six met the criteria for qualitative analysis. Studies
using non-surgical periodontal treatment are also included for meta-analysis. Quantitative
analysis were conducted by categorizing the follow-up period into three groups: 1-2
weeks follow-up with mean difference [95% CI]: -13.31 [-33.71 ; 7.10], 4-5 weeks
follow-up with mean difference [95% CI]: -16.12 [-35.27 ; 3.03], and 9-12 weeks followup
with mean difference [95% CI]: -4.14 [-6.85 ; -1.43]. Conclusion: Periodontal therapy
can enhance the OHRQoL of periodontitis patients in Asia. The most significant impact
can be seen on the follow-up period of 4-5 weeks"
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>