"Joseonjok adalah etnis Korea yang bermigrasi ke Cina timur laut selama aneksasi Jepang pada tahun 1910 yang kemudian kembali lagi ke Korea. Munculnya berbagai kasus kejahatan yang melibatkan etnis
Joseonjeok dan penggambaran mereka sebagai tokoh kriminal di drama dan film membuat masyarakat Korea Selatan memiliki persepsi negatif terhadap kehadiran
Joseonjeok. Persepsi negatif tersebut berupa stigma kriminal yang kemudian melekat erat pada masyarakat
Joseonjeok di Korea Selatan. Melekatnya stigma ini memengaruhi kehidupan
Joseonjeok yang tinggal di Korea Selatan sehingga mendorong penulis untuk meneliti reaksi masyarakat
Joseonjeok terhadap stigma tersebut. Dalam penelitian ini, penulis meneliti bagaimana pola reaksi yang diberikan oleh
Joseonjeok terhadap stigma kriminal di Korea Selatan. Untuk menjawab rumusan masalah tersebut, peneliti menggunakan metode kualitatif deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa stigma kriminal yang dilekatkan kepada
Joseonjok di Korea Selatan menimbulkan empat pola reaksi. Keempat pola reaksi itu adalah menyembunyikan informasi yang dapat menunjukkan identitasnya sebagai
Joseonjok, inisiatif bekerja lebih keras dalam pekerjaannya untuk menunjukkan citra baik, rasa kemarahan, dan melakukan pembelaan atas kelompok
Joseonjok yang terstigmatisasi negatif karena dianggap tidak sesuai dengan kenyataan dan dapat merugikan keberadaan kelompoknya. Pola reaksi yang diberikan korban stigmatisasi menunjukkan bentuk ingin menghindar dari terstigmatisasi.
Joseonjok is an ethnic Korean who migrated to northeast China during the annexation of Japan in 1910 which then returned to Korea. The emergence of various criminal cases involving ethnic
Joseonjeok and their portrayal as criminal figures in drama and film has made South Korean people have a negative perception of the presence of
Joseonjeok. The negative perception which is in the form of criminal stigma is closely attached to
Joseonjeok society in South Korea. The attachment of this stigma affects the life of
Joseonjeok who lives in South Korea, thus encouraging writers to examine the
Joseonjeok's reaction to the given stigma. In this study, the author examines how the pattern of reaction given by
Joseonjeok to criminal stigma in South Korea. To answer the problem formulation, the writer used a descriptive qualitative method. The results showed that the criminal stigma attached to
Joseonjok in South Korea exhibits four patterns of reaction. The four reaction patterns are hiding information that can show his identity as
Joseonjok, initiative to work harder in their work to show a good image, a sense of anger, and defending
Joseonjokgroups who are stigmatized negatively because they are considered not in accordance with reality and can be detrimental to the existence of the group. The pattern of reaction given by the victim of stigmatization shows the form of wanting to avoid being stigmatized."