Ditemukan 38 dokumen yang sesuai dengan query
Raden Roro Alia Tanti Prayukti
"Salah satu bentuk budaya fanservice dalam K-pop adalah komunikasi antara idola dan penggemar. Pada masa sebelumnya, komunikasi antara penggemar dan idola K-pop sering dilakukan secara satu arah dalam bentuk komunikasi tertulis melalui korespondensi. Setelah teknologi semakin berkembang, media sosial menjadi media yang digunakan sebagai sarana komunikasi antara idola K-pop dan penggemar dalam bentuk komunikasi dua arah, salah satunya komunikasi melalui aplikasi berbasis chat seperti layanan Bubble. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis perubahan budaya komunikasi idola K-pop mempengaruhi hubungan parasosial idola K-pop dan penggemar. Penelitian ini menggunakan metode gabungan kuantitatif dan kualitatif. Kuesioner disebarkan melalui media sosial dan mendapatkan total 106 responden valid. Data kemudian diolah menggunakan analisis mean dan uji korelasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan dalam penggunaan aplikasi berbasis chat dengan hubungan parasosial antara idola K-pop dan penggemar secara signifikan. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa frekuensi melakukan komunikasi melalui aplikasi berbasis chat, seperti layanan Bubble paling mempengaruhi afektif hubungan parasosial yang dirasakan penggemar.
One of the forms of fanservice culture in K-pop is communication between idols and fans. In the past, communication between K-pop idols and fans were done one-way through correspondence. As the technology advances, social media has become the medium for K-pop idols and fans to communicate in two way form, for example a communication through chat-based application such as Bubble service. The purpose of this study is to analyze the change of communication culture between K-pop idols and fans influenced their parasocial relationship. This study used a combined method of quantitative and qualitative. The questionnaire was spread through social media and received 106 valid respondents. The data then proceeded with a mean analysis and correlation test. Research results showed that there is a significant relation between using chat-based application with parasocial relationship between K-pop idols and fans. The research result also showed the frequency of doing communication through chat-based application like Bubble service affected the fans’ parasocial relationship affective."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2022
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja Universitas Indonesia Library
Jovian Hansel
"Invansi Jepang ke wilayah Joseon pada tahun 1592-1598 menyebabkan perubahan gejolak sosio- politik yang kuat di kawasan Asia Timur. Invansi Jepang pada masa itu dikenal dalam sejarah Korea sebagai peristiwa Perang Imjin. Perang Imjin dilatarbelakangi dari keinginan Hideyoshi untuk menjadi penguasa di Asia Timur dan menggantikan posisi Tiongkok sebagai pusat tatanan dunia. Dalam Invansi ke wilayah Joseon, Hideyoshi menerjunkan sebesar ±300.000 pasukan prajurit dan Jepang dengan mudah berhasil menembus pertahanan Joseon sehingga berhasil mencapai ke ibu kota dalam jangka waktu 19 hari saja. Walaupun usaha Jepang untuk menyerang Joseon begitu kuat, pada akhirnya Jepang harus menerima kekalahan. Kemenangan Joseon dalam Perang Imjin dalam penulisan sejarah umumnya dikatakan sebagai keberhasilan Joseon dalam menggunakan seni perang. Namun, fakta memperlihatkan dalam Perang Imjin, Joseon mendapat bantuan 133.000 pasukan secaran bertahap dari Dinasti Ming Selain itu dikatakan Joseon mengadopsi seni perang dari Cina yang dikenal sebagai Sun Tzu. Adanya bantuan tersebut menjadi alasan dalam penelitian ini untuk menginterpretasikan kembali faktor yang mendukung kemenangan Joseon dalam Perang Imjin. Dengan menggunakan metode deskriptif analitis dan pendekatan historis, penelitian ini menyimpulkan bahwa kemenangan Joseon dalam Perang Imjin tidak murni disebabkan adanya bantuan dari Cina sehingga hal itu menjadi alasan penting mengapa Perang Imjin menjadi kebanggaan bersejarah bagi Korea. Terkait dengan seni perang Sun Tzu, terbukti bahwa Joseon secara adaptif mengadopsi Seni Perang Sun Tzu karena materi Seni Perang Sun Tzu diujikan dalam ujian kenegaraan bagi calon perwira Joseon. Seni perang menjadi sumbangan untuk membentuk pola pikir militer Joseon yang lebih efektif dalam menentukkan strategi perang.
The Japanese invasion of the Joseon region in 1592-1598 caused strong socio-political turmoil in the East Asia region. The Japanese invasion at that time is known in Korean history as an event of the Imjin War. The Imjin War was motivated by Hideyoshi's desire to become ruler in East Asia and replace China as the center of world order. During the invasion of the Joseon region, Hideyoshi fielded ± 300,000 soldiers and the Japanese easily managed to penetrate the Joseon defenses and reach the capital in just 19 days. Even though the Japanese attempt to attack Joseon was so strong, in the end Japan had to accept defeat. Joseon's victory in the Imjin Wars in writing history is generally said to be the success of Joseon in using the art of war. However, the facts show that in the Imjin War, Joseon received the help of 133,000 troops gradually from the Ming Dynasty. In addition, it is said that Joseon adopted the art of war from China known as Sun Tzu. The existence of this assistance becomes the reason in this study to reinterpret the factors that support the victory of Joseon in the Imjin War. By using descriptive analytical methods and historical approaches, this study concludes that the victory of Joseon in the Imjin War was not purely due to assistance from China so that it is an important reason why the Imjin War became a historical pride for Korea. Regarding Sun Tzu's art of warfare, it is evident that Joseon adaptively adopted Sun Tzu's Art of War because Sun Tzu's Art of War material was tested in state exams for prospective Joseon officers. The art of war has contributed to shaping the mindset of the Joseon military which is more effective in determining war strategies"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2020
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja Universitas Indonesia Library
Ratna Budhi Pratiwi
"Skripsi ini menganalisis tentang budaya kerajaaan Joseon yang direpresentasikan di dalam drama televisi Dae Jang geum. Namun, penulis membatasi masalah ini pada budaya yang berkembang di dalam lingkungan istana kerajaan, yaitu budaya kuliner dan budaya berbusana khas istana kerajaan Joseon yang direpresentasikan dalam drama tersebut. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif studi kepustakaan. Adapun teori yang digunakan untuk menganalisis objek penelitian adalah teori representasi dari Stuart Hall yang dipadukan dengan metode analisis signifying order dari Danesi.
Dari hasil analisis disimpulkan bahwa representasi budaya Joseon yang ada di dalam drama televisi Dae Jang Geum lebih mendekati sistem representasi refleksi dan rekonstruksi. Dari representasi budaya Joseon dalam drama Dae Jang Geum dapat diketahui bahwa nilai-nilai budaya masa Joseon memiliki hubungan yang sangat erat dengan stratifikasi sosial yang berlaku pada masa itu.
This thesis analyzed the kingdom of Joseon royal culture that represented in the TV drama Dae Jang Geum. This research focuses on culinary and clothing culture of Joseon royal palace representated at drama. Research approach is qualitative study of reference. Research theory is the representation theory of Stuart Hall which is combined with analytical methods signifying order from Danesi. The result of the research shows that existing Joseon cultural representation at TV drama Dae Jang Geum is representation of reflection and reconstruction system. Through the result of this research can be known that representation of Joseon culinary and clothing culture in Dae Jang Geum drama shows us the strong influence of the social stratification at Joseon dynasty."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2013
S46831
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Nurul Fajriah
"Skripsi ini membahas mengenai Hallyu sebagai soft power dalam promosi pariwisata Korea Selatan. Hallyu dalam penelitian ini difokuskan kepada drama, variety show, dan video musik. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif analitik. Kepopuleran Hallyu di dunia internasional yang dimanfaatkan sebagai soft power oleh pemerintah Korea Selatan dapat dilihat pada ajang promosi pariwisata yang menyertakan bintang-bintang Hallyu dalam iklan pariwisata dan menjadikan mereka sebagai duta pariwisata Korea Selatan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Hallyu, yang merupakan salah satu bentuk dari soft power Korea Selatan, berkontribusi terhadap peningkatan pariwisata Korea Selatan.
This thesis will discuss about Hallyu as a soft power in South Korea's tourism promotion. The focus of Hallyu in this thesis are drama series, variety shows, and music videos. This research use qualitative method with analytic descriptive approach. The international popularity of Hallyu that used as a soft power by the government of South Korea can be seen from the participation of Hallyu stars in tourism promotion and the government made them as tourism ambassador. The result of this research will show us that Hallyu, one of South Korea's soft power, contributes in the increasing of South Korea tourism."
Depok: Universitas Indonesia, 2014
S56446
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Dyna Susanti
"Skripsi ini membahas mengenai fenomena yeongeo yeolphung yang direpresentasikan dalam film Narara Penggwuin. Dalam penelitian ini penulis membatasi pembahasan masalah pada representasi yeongeo yeolphung dalam film Narara Penggwuin dan pengaruh fenomena yeongeo yeolphung di Korea terhadap representasi yeongeo yeolphung dalam film Narara Penggwuin. Dengan menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif melalui pendekatan representasi media dan kognisi sosial dapat disimpulkan bahwa film Narara Penggwuin dapat menggambarkan lima dari delapan wujud yeongeo yolphung. Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa yeongeo yeolphung di Korea memberikan pengaruh yang sangat signifikan terhadap pembuatan film Narara Penggwuin.
This thesis analyzes yeongeo yeolphung phenomenom which is represented in Narara Penggwuin film. The research is focused on yeongeo yeolphung representation in Narara Penggwuin film and the influence of yeongeo yeolphung phenomenom in Korea towards yeongeo yeolphung representation in Narara Penggwuin film. By using descriptive qualitative method and through representative media and social cognitive approach it can be concluded that Narara Penggwuin film represents five of eight kinds of yeongeo yeolphung. It can be stated based on this research that yeongeo yeolpung phenomenom in Korean society strongly influence Narara Pewnggwuin film."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2014
S55512
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Vita
"Penelitian ini menganalisis identitas pada makanan tradisional Korea yang disebut gimbab. Berdasarkan pencarian sumber didapati adanya klaim antar negara Jepang dan Korea terkait gimbab. Terdapat beberapa data yang menjelaskan bahwa gimbab merupakan makanan hasil adaptasi dari sushi khas Jepang. Hal ini dikarenakan gimbab dan sushi memiliki tampilan yang sama, yaitu nasi yang digulung dengan menggunakan rumput laut walaupun keduanya memiliki isian yang berbeda. Berdasarkan latar-belakang tersebut penelitian bertujuan untuk menganalisis asal-usul gimbab dan sushi. Metode penelitian yang digunakan adalah metode studi-literatur dengan analisis bersifat deskriptif-kualitatif. Hasil analisis menunjukkan bahwa tidak adanya kesinambungan antara sejarah gimbab dan sushi. Penelitian ini juga berargumen bahwa setiap negara memiliki sejarah budayanya masing-masing sehingga gimbab bukan merupakan hasil adaptasi dari sushi.
This study analyzes the origin of Korean traditional food called gimbab. Based of related sources, it was found that there are differing claims on the origins of gimbab from Japan and Korea. There are data which explains that gimbab is a food adapted from Japanese sushi. This is because gimbab and sushi have the similar appearance, namely rice rolled using seaweed though the two have different fillings. Therefore, based on this background this research aims to analyze the origins of gimbab and sushi. The research method used is a literature-study method with descriptive-qualitative analysis. The results of the analysis show that there is no continuity between the history of gimbab and sushi. This study also argues that each country has its own cultural history, so gimbab are not an adaptation of sushi."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Putri Nabila Nur Fitriana
"Dengan meningkatnya perselisihan yang terjadi di antara Tiongkok dan Amerika Serikat, seperti konflik Terminal High Altitude Area Defense (THAAD) Korea-Tiongkok pada 2016 dan penerapan nasionalisme ekonomi pada masa pemerintahan Presiden Trump membuat Korea Selatan sadar bahwa ketergantungan terhadap negara-negara adidaya harus segera dikurangi. Oleh karena itu, tidak lama setelah menjabat sebagai presiden, Presiden Moon Jae In akhirnya berinisiatif untuk membuat New Southern Policy (NSP), yaitu kebijakan luar negeri baru yang berfokus pada bumi bagian selatan (ASEAN dan India) untuk mengurangi ketergantungan ekonomi Korea Selatan terhadap negara adidaya. ASEAN, terutama Indonesia, berperan besar atas suksesnya NSP. Hal ini memberikan dampak positif bagi iklim kerja sama dan perekonomian bagi Indonesia maupun Korea Selatan. Berdasarkan latar belakang ini, kemudian dirumuskan pertanyaan penelitian berupa bagaimana respon Indonesia serta dampak yang dihasilkan dari kerja sama Korea-Indonesia melalui kebijakan NSP?. Dengan itu, penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan respon Indonesia dan perubahan yang dihasilkan dari kerja sama ekonomi yang dilakukan melalui kebijakan NSP. Metode penelitian deskriptif-kualitatif juga digunakan untuk menjelaskan respon dan dampak kebijakan tersebut terhadap perekonomian Indonesia. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa kebijakan NSP membuat hubungan bilateral, terutama dalam aspek ekonomi, kedua negara menjadi semakin erat melalui peningkatan tingkat kemitraan dari level Strategic Partnership menjadi Special Strategic Partnership.
Amidst the increasing disputes between China and the United States, such as the Korea-China Terminal High Altitude Area Defense (THAAD) conflict in 2016 and the implementation of economic protectionism during President Trump's administration, South Korea realised that their dependence on superpowers must be reduced immediately. Therefore, not long after taking office, President Moon Jae In had the initiative to create the New Southern Policy (NSP), the new foreign policy that focuses on the southern hemisphere (ASEAN and India) aimed to reduce South Korea's economic dependence on the superpowers. ASEAN, especially Indonesia, played a major role in the success of the NSP. This resulted in positive impacts on both bilateral cooperation and the economic aspect for Indonesia and South Korea. As follows, then formulates a research question of how is Indonesia's response and what are the impacts of Korea-Indonesia cooperation through the NSP? With that in mind, this study aims to explain Indonesia's response and the results from economic cooperation carried out through the NSP. Thus, the descriptive- qualitative research method is utilised to explain the response and impacts of this policy to Indonesia’s economy. The findings of this study show that the NSP improved bilateral relations, particularly in economic aspects, between the two nations by raising the level of collaboration from the Strategic Partnership level to the Special Strategic Partnership. "
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja Universitas Indonesia Library
Grizelda Trezkaviona Hilliard
"Makanan Korea telah memperoleh kepopuleran di mancanegara. Kepopuleran ini terjadi karena semakin meningkatnya popularitas budaya populer Korea (hallyu), seperti K-pop, K-film, dan K-drama. Saat ini, makanan Korea juga semakin dikenal melalui acara realitas Korea, salah satunya adalah Jinny’s Kitchen. Jinny’s Kitchen adalah acara realitas yang memperkenalkan jajanan kaki lima Korea (gilgeorieumsik) melalui pembukaan restoran Korea di Bacalar, Meksiko. Tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan strategi Jinny’s Kitchen dalam melakukan gastrodiplomasi gilgeorieumsik. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dan pendekatan studi kasus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Jinny’s Kitchen telah melakukan berbagai strategi yang efektif untuk mengupayakan gastrodiplomasi di Meksiko. Berbagai strategi yang dilakukan Jinny’s Kitchen berpengaruh pada peningkatan kesadaran target gastrodiplomasi terhadap budaya kuliner Korea.
Korean food has gained popularity abroad. This popularity occurs due to the increasing popularity of Korean popular culture (hallyu), such as K-pop, K-film and K-drama. Currently, Korean food is also increasingly known through Korean reality shows, one of which is Jinny's Kitchen. Jinny's Kitchen is a reality show that introduces Korean street food (gilgeorieumsik) through the opening of a Korean restaurant in Bacalar, Mexico. The aim of this research is to explain the motivation, strategy and success of Jinny's Kitchen in carrying out gilgeorieumsik gastrodiplomacy. This research uses a qualitative descriptive method and a case study approach. The research results show that Jinny's Kitchen carried out various effective strategies to pursue gastrodiplomacy in Mexico. The various strategies carried out by Jinny's Kitchen have an effect on increasing the awareness of gastrodiplomacy targets towards Korean culinary culture."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Halimah Syah Putri
"Perkembangan Hallyu atau Gelombang Korea kini semakin meluas hingga memasuki bidang kuliner yang merupakan imbas dari gastrodiplomasi Korea sejak pertengahan tahun 2000-an. Di antara jenis makanan Korea yang populer, ramyeon menjadi jenis makanan khas Korea yang sering diperlihatkan dalam drama-drama Korea. Untuk itu, objek penelitian yang diangkat dalam penelitian adalah konten video “The Idol Ramyeonators” oleh kanal Youtube Fullmoon serta tokoh dibalik konten ini, Produser Na Young-Seok. Besarnya perhatian netizen terhadap konten video ini menjadi latar belakang peneliti untuk merumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut: bagaimana peran Produser Na Young-Seok pemilik kanal Youtube Fullmoon yang merilis Konten “The Idol Ramyeonators” dalam kaitannya dengan gastrodiplomasi Korea. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan teknik pengumpulan data dari video konten terkait dan video wawancara objek, serta jurnal dan penelitian terdahulu untuk mendukung pembahasan dan hasil penelitian. Dari pembahasan ditemukan bahwa Produser konten Ramyeon bernama Na Young-Seok dapat diposisikan sebagai agen yang efektif dalam perluasan jaringan gastrodiplomasi Korea Selatan. Seiring dengan peran dan posisi tersebut, melalui respon netizen program tersebut memperlihatkan citra positif bagi makanan khas Korea.
The Hallyu or Korean Wave has expanded into the culinary field based to Korean gastrodiplomacy since the mid-2000s. Among the popular types of Korean food, ramyeon is a type of typical Korean food that is often shown in Korean dramas. For this reason, the object of research raised in the study is the video content "The Idol Ramyeonators" by the Youtube channel Fullmoon and the person behind this content, Producer Na Young-Seok. The amount of netizen attention to this video content is the background for researchers to formulate the following research questions: how the role of Producer Na Young-Seok, owner of Fullmoon Youtube channel who released "The Idol Ramyeonators" content in relation to Korean gastrodiplomacy. This research uses a descriptive qualitative method with data collection techniques from related content videos and object interview videos, as well as journals and previous research to support the discussion and research results. From the discussion, it was found that the producer of Ramyeon content named Na Young-Seok can be positioned as an effective agent in the expansion of South Korea's gastrodiplomacy network. Along with this role and position, the program shows a positive image for Korean food through netizen responses."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Zakiah Ruhulaini
"Demokrasi yang menjadi dasar sistem pemerintahan Republik Korea adalah ideologi asing yang diadopsi rakyat Korea Selatan menjadi dasar sistem pemerintahan negara yang telah melalui pertumpahan darah. Peristiwa menegakkan demokrasi yang dikenal dengan Demokrasi Gwangju 1980 berhasil membuat perubahan besar dalam ranah pemerintahan di Korea Selatan. Pada masa tersebut, kebijakan presiden Republik Korea Chun Doo-hwan, yang berasal dari kelompok militer, banyak mengundang protes dari kalangan masyarakat. Banyak warga sipil terutama mahasiswa-mahasiswi yang memprotes kebijakannya dan melakukan Gerakan Demokratisasi di beberapa wilayah Gwangju dan Jeonnam. Gerakan pro demokrasi yang terjadi menyebabkan pasukan militer di bawah pemerintahan Chun Doo-hwan melakukan persekusi terhadap warga sipil. Amerika Serikat yang merupakan sekutu juga ikut berperan dalam menangani kejadian di Gwangju. Berhubungan dengan persekusi oleh pemerintahan Chun Doo-hwan, muncul satu pertanyaan penelitian yang penting untuk dikaji, yaitu apa peran Amerika di balik persekusi militer di masa pemerintahan Chun Doo-hwan? Melalui metode deskriptif-analisis, penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan bagaimana peran Amerika Serikat terhadap perlawanan militer Chun Doo-hwan dalam Demonstrasi Gwangju 1980. Kesimpulan dari penelitian ini adalah peran Amerika Serikat dalam perlawanan militer Chun Doo-hwan yaitu menyetujui dan mendukung pemerintah Korea Selatan untuk mengerahkan pasukan gabungan Korea Selatan-Amerika Serikat untuk mengakhiri kekacauan dalam Demonstrasi Gwangju 1980.
Democracy is a foreign ideology adopted by the South Korean people as the basis form of the South Korean’s government system which has been through bloodshed. The event to uphold democracy, known as the 1980 Kwangju Democracy Movement, succeeded in making major changes in the realm of governance in South Korea. At the time, the policies made by the president of the Republic of Korea Chun Doo-hwan, who came from the military group, garnered many protests from the public. Many civilians, especially students, protested against his policies and carried out the Democratization Movement in some areas of Kwangju and Jeonnam. The pro-democracy movement that occurred caused the military forces under Chun Doo-hwan's government to persecute civilians. The United States, which is an ally, played a role in resolving the situation that occurred in Kwangju. Due to the persecution by Chun Doo-hwan's regime, one important research question arises, namely, what was America's role behind the military persecution in Chun Doo-hwan's reign? Through descriptive-analysis method, this study aims to explain what the United States' role in Chun Doo-hwan's military resistance in the 1980 Kwangju Demonstration is. The conclusion of this study is the United States' role in Chun Doo-hwan's military resistance was to approve and support the South Korean government to deploy joint ROK-US troops to end the chaos of the 1980 Kwangju Demonstrations."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2022
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja Universitas Indonesia Library