Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 74 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dian Pramitarini Kasihbudi
"Perbaikan dinding bata yang retak dengan kawat anyam semakin banyak digunakan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas metode perbaikan dinding bata yang retak dengan menggunakan kawat anyam dan plester. Analisis dilakukan dengan cara memodelkan dinding bata dengan continuum model pada perangkat lunak SAP2000 v14.1. Struktur yang dimodelkan yaitu satu panel dinding dan ruko 3-lantai-3-bentang. Koneksi panel dinding dengan portal dimodelkan dengan rigid link. Kedua model dievaluasi dengan analisis statik linier. Satu panel dinding dikenakan beban lateral statik dan ruko 3-lantai-3-bentang dikenai beban gempa statik ekuivalen. Pada model satu panel dinding juga diamati perubahan distribusi tegangan pada portal akibat pelepasan link. Untuk mengetahui peningkatan kekuatan, dilakukan analisis tegangan. Sedangkan untuk mengetahui perubahan kekakuan, dilakukan analisis terhadap karakteristik dinamik. Analisis terhadap hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan kawat anyam dalam perbaikan dinding bata meningkatkan kekuatan atau kapasitas dinding namun tidak signifikan pengaruhnya terhadap kekakuan.

Repairing cracked masonry wall with low-grade wire mesh is increasingly being used. This study aims to determine the effectiveness of the retrofitting method for cracked masonry wall using both low-grade wire mesh and plaster. The analysis was performed by modeling the masonry wall with continuum model using SAP2000 v14.1. The modeling was carried out on both a single panel of masonry wall structure and a 3-bays-3-stories store-house building (ruko) structure. The connection between panel and frames was modeled as a rigid link. Both models were then evaluated by linear static analysis. A single panel structure models were subjected to static lateral loads. The 3-bays-3-stories store¬house building models were imposed by static equivalent load based on nominal earthquake load. The change of stress distribution in frames due to the releasing of link was also observed on the single panel models. To determine the increasing on strength, the stress analysis was performed. However, to evaluate the stiffness changes, the analysis of the dynamic properties was done. The analysis of the results indicated that the addition of low-grade wire mesh in retrofitting masonry walls increases the strength of the structure but does not significantly influence its stiffness. "
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
S734
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rais Pamungkas
"Indonesia merupakan wilayah yang rawan terhadap gempa bumi. Banyak bangunan non engineer yang mengalami kerusakan pada dinding batanya akibat terkena beban gempa. Berdasarkan kebiasaan, masyarakat melakukan perbaikan dinding bata yang retak dengan plester tanpa mengetahui kinerja dari perbaikan ini. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji efek perbaikan dinding bata retak dengan plester. Pemodelan dinding bata dilakukan dengan pendekatan continuum model menggunakan perangkat lunak SAP2000 v14.1 yang dianalisis pada batas linier elastis. Elemen link digunakan sebagai penghubung dinding bata dengan portal beton. Dua jenis struktur yang dimodelkan, yaitu struktur dengan satu panel dinding bata dan ruko tiga lantai tiga bentang. Kedua model dikenai beban lateral gempa berdasarkan SNI 03-1726-2002. Efek separasi antara dinding bata dan portal beton dimodelkan dengan melepas elemen link. Peningkatan kekuatan dinding bata dianalisis melalui evaluasi tegangan pada dinding bata dan plester sedangkan, perubahan kekakuannya melalui evaluasi karakteristik dinamik struktur. Hasil perbaikan dengan plester menunjukkan peningkatan kekakuan dan kekuatan dinding bata.

Indonesia is a vulnerable region of earthquake. Many non-engineering buildings undergo destructions on their masonry walls due to earthquake induced force. People used to repair the cracked masonry wall using plaster without clearly understanding the performance of such repairment. The aim of this research is to determine the effect of cracked masonry wall repairment using plaster. The modeling of masonry wall was done by continuum model approach using SAP 2000 v14.1 which was analyzed within the elastic linear limit state. The link element was used as the connector between masonry wall and concrete frame. Two types of structure were modeled, a structure with one masonry wall panel and a three stories three bays store-house building. Both models were induced by lateral load based on SNI 03-1726-2002. The separation effect between masonry wall and concrete frame was modeled by releasing the link element. The increasing on strength of masonry wall was analyzed through a stress evaluation on wall and plaster, though the stiffness change was analyzed through the dynamic properties of the structures. The result of the repair using plaster indicated an increasing in both strength (capacity) and stiffness of masonry wall. "
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
S807
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Afret Nobel
"Gedung auditorium adalah sebuah bangunan besar yang digunakan untuk pertemuan umum, pertunjukan dan sebagainya. Atap gedung auditorium Universitas Negeri X direncanakan menggunakan empat pasang kolom miring beton bertulang bentang panjang yang bertemu pada satu titik sehingga membentuk bangun ruang prisma (pyramid). Menurut SNI-1726-2002, lokasi bangunan yang terletak di Manado berada pada zona gempa wilayah 5 yang merupakan wilayah gempa dengan resiko tinggi. Oleh karena itu, dalam merencanakan struktur kolom miring beton bertulang bentang panjang pada bangunan tersebut, perlu kiranya mengetahui perilaku kolom tersebut terhadap beban gempa.
Dari gambar arsitektur yang tersedia, dilakukan pemodelan struktur dan analisa menggunakan software komputer SAP V11.0.0 dengan memodelkan struktur menjadi empat varian. Perbedaan antar keempat kolom tersebut terletak pada penampang kolom dan jenis pengaku yang digunakan. Dari analisa diperoleh keuntungan dan kerugian masing-masing varian kolom.
Jika dievaluasi berdasarkan volume beton dan luas tulangan penampang, maka varian 1 lebih menguntungkan. Jika dievaluasi berdasarkan aspek arsitektural bangunan, maka varian 1 dan varian 3 lebih menguntungkan. Jika dievaluasi berdasarkan kemudahan pengerjaan di lapangan, maka varian 1 dan varian 2 lebih menguntungkan. Jika dievaluasi berdasarkan struktur bawah yang akan digunakan, maka varian 1 dan varian 2 lebih menguntungkan. Jika dievaluasi berdasarkan lendutan puncak terkecil, maka varian 4 lebih menguntungkan. Berdasarkan semua pertimbangan tersebut, maka dipilihlah varian 1.

Auditorium is a large building that used for public gatherings, performances and etc. State University auditorium X's roof is planned to use four pairs of columns reinforced concrete long spans sloping that meet at one point so as to form up space pyramid. According to SNI 1726-2002, building location (Manado) is in earthquake zone region 5, which is a region of high seismic risk. That's why in planning long-span sloping reinforced concrete columns structure is important to know columns behavioral towards the earthquake loads.
From the available architectural drawings, structure modeling and analysis using computer software has needed to be done to model the structure of SAP V11.0.0 into four variants. Differences between the four variants are on the column cross-section and type of bracing that used. From the analysis obtained the advantages and disadvantages of each variant column.
If it evaluated based on the volume of concrete and reinforcing crosssectional area, the variant 1 is more favorable. If evaluated on the architectural aspects of buildings, variant 1 and variant 3 is more favorable. If evaluated based on ease of workmanship in the field, the variant 1 and variant 2 is more favorable. If evaluated base on the substructure to be used, variant 1 and variant 2 is more favorable. If evaluated on the smallest peak deflection, variant 4 is more favorable. Based on all these considerations, the chosen is variant 1."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S42988
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ratna Susilawati
"Dengan meningkatnya konstruksi dan pengembangan bangunan di dunia konstruksi, kita perlu mencari alternatif bahan dengan kualitas yang lebih baik. Harga bahan sangat dipengaruhi oleh peningkatan persyaratan dan keberadaannya di alam telah menurun. Banyak orang melakukan review untuk mencari bahan alternatif dengan kualitas baik dan harga lebih efisien. Buat komposisi yang ideal dan tambahkan bahan lain seperti serat yang dapat digunakan untuk mendapatkan kualitas bahan bangunan yang lebih baik. Dalam penelitian ini difokuskan pada batu bata dengan komposisi 15% semen, 55% pasir, 30% tanah liat, 12,5% air, 2,5 cm serat kelapa yang diperlakukan (luar penyimpanan) sebagai tanda banch dan dengan 2,5 cm serat kelapa yang tidak diolah (dalam ruangan) penyimpanan) sebagai bata pembanding. Persentase serat dari perangkat serat yang digunakan dalam penelitian ini adalah 0%, 2%, 4% dan 6% dari massa semen.
Hasil tes kompresi bata optimal setelah 28 hari disimpan, dengan persen serat kelapa: 4% untuk keduanya, tanda banch dan bata perbandingan. Dengan hasil tes untuk tanda banch adalah 3,78 MPa, nilai ini 23,93% lebih tinggi dari batu bata dengan serat 0% (3,305 MPa). Dan hasil uji perbandingan bata adalah 5,305 MPa, 37,7% lebih tinggi dari komposisi dengan 0% serat kelapa. Standar uji kompresi bata menurut ASTM C67-a adalah 10,4 MPa.
Dalam modulus uji pecah untuk tanda banch dari bata, nilai rata-rata hasil tertinggi adalah 0,459 MPa dalam komposisi dengan 6% serat kelapa dan 28 hari penyimpanan. Nilainya 13,31% lebih tinggi dari batu bata dengan serat 0% (0,423 MPa). Sementara nilai modulus pecah tertinggi untuk bata pembanding adalah 0,901 MPa pada batu bata dengan penambahan 2% serat kelapa dan 28 hari penyimpanan, nilai ini meningkat 53,05% dari batu bata dengan serat 0%. Nilai standar ruptur modulus menurut ASTM C67-a adalah 3,5 MPa.
Kelembaban dan suhu ruang penyimpanan batu bata memiliki pengaruh dalam kelembaban batu bata. Bata dengan kerendahan hati yang rendah memiliki lebih banyak pori di bagian dalam dan daripada memiliki kerapatan rendah. Dari hasil pengujian, serat kelapa dalam komposisi batu bata dapat meningkatkan kekuatan karakteristik batu bata.

With the increasing construction and development of buildings in the construction world, we need to find alternative materials with better quality. Material prices are greatly affected by increased requirements and its presence in nature has decreased. Many people do a review to find alternative materials with good quality and more efficient prices. Create an ideal composition and add other materials such as fiber that can be used to get better quality building materials. In this study focused on bricks with a composition of 15% cement, 55% sand, 30% clay, 12.5% ​​water, 2.5 cm coconut fiber which is treated (outside storage) as a sign of banch and with 2.5 cm fiber Unprocessed coconut (indoor) storage) as a comparison brick. The percentage of fiber from the fiber device used in this study is 0%, 2%, 4% and 6% of the mass of cement.
Optimal brick compression results are stored after 28 days, with percent coconut fiber: 4% for both, banch marks and brick comparison. With the test result for the banch mark being 3.78 MPa, this value is 23.93% higher than bricks with 0% fiber (3.305 MPa). And the brick comparison test results are 5,305 MPa, 37.7% higher than the composition with 0% coconut fiber. The brick compression test standard according to ASTM C67-a is 10.4 MPa.
In the broken test modulus for banch marks from bricks, the highest average yield was 0.459 MPa in composition with 6% coconut fiber and 28 days of storage. The value is 13.31% higher than bricks with 0% fiber (0.423 MPa). While the highest breaking modulus value for comparison bricks is 0.901 MPa in bricks with the addition of 2% coconut fiber and 28 days of storage, this value increases 53.05% from bricks with 0% fiber. The standard value of the modulus rupture according to ASTM C67-a is 3.5 MPa.
The humidity and temperature of the brick storage room has an influence on the brick humidity. Bricks with low humility have more pores on the inside and than have low density. From the test results, coconut fiber in brick composition can increase the strength of brick characteristics.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia , 2013
S70468
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Aditya Candra
"Bahan aseptik merupakan material yang sulit untuk didaur ulang, dan proses daur ulangnya harus dengan cara hydra pulping (pemisahan lapisan) dimana dibutuhkan biaya yang cukup mahal sehingga jarang sekali dimanfaatkan untuk didaur ulang.
Skripsi ini membahas mengenai genteng yang terbuat dari proses daur ulang cacah kotak aseptik dengan ukuran cacah campuran 75mm x 5mm dan 25mm x 5mm dengan persentase perbandingan berat 50%:50%. Genteng ini dibuat dari bahan dasar aseptik kemasan minuman kotak yang terdiri dari kertas, plastik dan alumunium. Kotak aseptik dicacah dan dikempa dengan tekanan 30 kg/cm2 dan suhu pemanasan $plusminus;170 $deg;C, sehingga terbentuk genteng dengan ukuran cacah campuran 75mm x 5mm dan 25mm x 5mm (50%:50%) dan genteng ukuran cacah 50mm x Smm (100%) sebagai pembanding utama. Dari penelitian ini, hal yang ditinjau adalah sifat fisis dan sifat mekanis genteng berupa kemampuan menyerap air, ketahanan terhadap rembesan air dari genteng daur ulang dan kemampuan genteng daur ulang dalam menerima beban lentur, sehingga dapat dijadikan produk genteng.
Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan kesimpulan bahwa genteng dengan ukuran cacah campuran 75mm x 5mm dan 25mm x 5mm belum dapat memenuhi persyaratan peraturan genteng beton SNI-0096-2007 dan genteng keramik SNI-2095-1998. Namun genteng dengan ukuran cacah campuran 75mm x 5mm dan 25mm x 5mm (50%:50%) jika diberi lapisan kawat nyamuk alumunium (alumunium wiremeshlinsect screen) serta lapis cat waterproofing,ternyata meningkatkan kemampuannya dalam menahan beban lentur dan dalam menahan daya serap air,sehingga dapat masuk kategori kualitas genteng mutu 3 SNI-2095-2998:Tentang Genteng Keramik

Aseptic carton material is difficult material to be recycled where the only possible
recycling process available is by conducting hydra pulping process (separation layer). Aseptic beverage box consist of paper, plastic and alumunium layer. However as it requires a significant financial cost, it is rarely used for recycling.
This final project discusses the investigation of roof tile which was made from the recycling of aseptic boxes. For the roof material shredded aseptic boxes of size 75 mm x 5 rnm and 25 mm x 5 mm were mixed with a percentage ratio of weight 50% : 50% was used. Another mix using 100% of size 50 rnm x 5 mm was utilized as a main comparison material. Shredded aseptic boxes were compressed with a pressure of 30 kg/cm2 and heating temperature $plusminus;170 $deg;C in order to make solid roof tile. This research has reviewed the . tile absorption to water, the resistance to water ingress and its flexural strength.
The result showed roof tile made from recycled shredded beverage cartoon using twocombined size 75 mm x 5 rnm and 25 mm x 5 mm doesn't fulfill the requirements of concrete tile regulation SNI-0096-2007 and ceramic tile regulation SNI-2095-1998. However bending strength of tile has been improved when a layer of aluminum insect screens (aluminum wiremesh) was placed inside the the tile and the resistance to water was also improved by coating the tile with waterproofing material. It's ability to withstand water and bending loads are better, thus the improved tile can be categorize as quality tile grade 3 SNI-2095-2998:Tile Ceramic Regulation."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S42427
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Izzah Dinillah
"ABSTRAK
Skripsi ini membahas mengenai perilaku lentur papan laminasi dengan bahan karton minuman daur ulang/ kotak aseptik yang menggunakan perekat phenol formaldehida. Kotakaseptik tersebut dipotong menjadi ukuran cacah 50 mm x 5 mm. Dalam pengujian digunakan persentase phenol formaldehida 0%, 2,5%, 5%, dan 7,5% dengan menggunakan perbandingan berat terhadap cacah aseptik. Dari hasil pengujian kuat lentur, papan partikel dengan persentase phenol formaldehida 0% merupakan hasil yang terbaik dibandingkan dengan papan partikel dengan persentase phenol formaldehida 2,5% ,5%, dan 7,5%. Selanjutnya papan partikel dengan persentase phenol formaldehida 0% akan direkatkan menjadi papan laminasi 2 lapis dan 3 lapis dengan perekat panas(phenol formaldehida) yang akan dibandingkan kekuatannya bila menggunakan perekat dingin (epoksi).

ABSTRACT
The final project discussed about bending behavior of board laminates of recycled beverage carton/aseptic using phenol formaldehyd adhesive. The aseptic was cut to be spesific meassure 50mm x 5 mm in size. In eksperimental used 0%, 2,5%, 5%, and 7,5% of phenol formaldehyde. From the results of flexural strength testing, particle board with phenol formaldehyde percentage of 0% was the best result if compared with the percentage of particle board with 2.5%, 5%, and 7.5% of phenol formaldehyde. Furthermore, particle board with percentage of phenol formaldehyde 0% would be glued to rise 2 ply and 3 ply of board laminates with hot glue (phenol formaldehyde) that will be compared its strength when using cold adhesive (epoxy)."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S54527
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Martin Prasetio
"ABSTRAK
Analisis pelat komposit menjadi penting untuk dipelajari karena semakin
meningkatnya peran material komposit pada desain struktur. Peralihan pelat
komposit akan dianalisis dengan elemen DKMQ (Discrete Kirchhoff Mindlin
Quadrilateral) menggunakan user-subroutine UEL pada program ABQ. Secara
garis besar, proses pembuatan user-subroutine adalah merumuskan matriks
kekakuan dan persamaan gaya-peralihan. Subroutine pada ABQ merupakan hasil
integrasi dari subroutine program FEAP yang telah ada sehingga perlu dilakukan
beberapa penyesuaian antara variabel program FEAP dan ABQ. Hasil peralihan
kemudian dibandingkan dengan solusi 3D Srinivas sebagai solusi referensi.

ABSTRACT
Analysis of composite plate is essential to conduct because of the increasing role of
composite material for the design of structure. Displacement of composite plate will
be analyzed with DKMQ (Discrete Kirchhoff Mindlin Quadrilateral) element using
user-subroutine UEL on ABQ program. In general, the process of creating usersubroutine
is formulation of stiffness matrix and force-displacement function.
ABQsubroutine is the result of integration from FEAP subroutine therefore,
adjustments are necessary between FEAP and ABQ variables. Displacement results
then will be compared to 3D SRINIVAS solution as reference solution."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S58692
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rezaqul Khaq
"ABSTRAK
Perkembangan metode elemen hingga yang begitu pesat menjadikan perangkat lunak untuk analisis elemen hingga ABQ FEA memberikan fasilitas kepada penggunanya untuk melakukan analisis elemen hingga dengan mendefinisikan rumusan elemennya sendiri melalui user subroutine UEL yang ditulis dalam bahasa pemrograman Fortran 77 User subroutine UEL untuk elemen DKMT Komposit dibuat yang kemudian digunakan untuk menganalisis lendutan tengah bentang pelat komposit persegi perletakan sederhana dengan beban terbagi merata menggunakan rumusan elemen DKMT Hasil lendutan tengah bentang memperlihatkan konvergensi yang sangat baik terhadap referensi solusi analitik 3D dari Srinivas

ABSTRACT
Rapid Development of finite element method makes Finite Element Analysis Program ABQ FEA providing facility toward user for doing finite element analysis by defining element formulation via user subroutine UEL which is written in Fortran 77 programming language. User subroutine UEL for composite DKMT element is made which is then used to analyze middle span displacement of simply supported rectangular composite plate under uniform loading. Displacement result shows good convergence toward refenrence analytical 3D solution by Srinivas."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S57242
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arfi Andika Putra
"ABSTRAK
Tersedianya serabut kelapa di Indonesia dalam jumlah yang besar dapat
dimanfaatkan pada dunia konstruksi, salah satunya adalah batu bata sebagai material bangunan yang dapat di fungsikan secara struktur maupun non struktur. Berdasarkan hal tersebut, dilakukan penelitian mengkaji sifat fisik dan mekanik batu bata tidak dibakar yang dicampur serabut kelapa. Sifat mekanik yang diuji antara lain adalah kuat tekan dan kuat lentur, kemudian sifat fisik yang diuji antara lain adalah susut, absorbsi, densitas, dan kadar air. Campuran bata adalah tanah lempung, pasir, semen, air, dan serabut kelapa. Serabut kelapa yang digunakan berukuran panjang 4 cm dan 2,5 cm, masing-masing panjang memiliki persentase serabut 2%, 4%, dan 6% dari massa semen. Kondisi penyimpanan bata
dengan panjang serabut 4 cm adalah di dalam ruang, sementara bata dengan panjang serabut 2,5 cm adalah di ruang terbuka. Pengunaan serabut kelapa, menunjukan bahwa bata dengan serabut kelapa lebih baik dibandingkan dengan bata tanpa serabut kelapa. Hasil pengujian menunjukan bahwa bata dengan panjang serabut 4 cm secara keseluruhan lebih baik dibandingkan bata dengan panjang serabut 2,5 cm. Persentase serabut kelapa paling optimal adalah 2%, baik pada bata dengan panjang serabut 4 cm maupun 2,5 cm.

ABSTRACT
In Indonesia coconut fibers (coir) are available in large numbers. In the construction world, one kind of building materials that benefit of this situation is brick. The bricks can be used as structural and non structural members. This study was conducted in order to assess the physical and mechanical properties of unfired bricks added by coconut fibers (coir). Mechanical properties were obtained by compressive and flexural test, then their physical properties such are shrinkage, absorption, density, and water content were also observed. Tests performed on a mixture of clay bricks, sand, cement, water, and coconut fibers. Coconut fibers were cut and grouped to length of 4 cm and 2,5 cm. Respectively
those 2 fibers have a percentage of 2%, 4%, and 6% of the cement mass. Storage
conditions of the brick with 4 cm long fibers are in the room, while the brick with
fiber length of 2,5 cm is placed in open space with roof. The use of coconut fibers shows that mechanical behavior of the brick with coconut fibers was better than that of a brick without coconut fibers. The test results also showed that the bricks with 4 cm long fibers in general perform better than a brick reinforced with 2,5 cm fibers. Optimal percentage of coconut fibers addition is 4%, either in bricks reinforced with fibers with a length of 4 cm or 2.5 cm."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S57959
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8   >>