Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 38 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fanny Octafiani
"Pandemi global Virus Corona yang tak kunjung usai membuat masyarakat resah dan khawatir akan kesehatannya secara fisik dan mental. Sebagai salah satu warisan budaya dan rempah-rempah asli Indonesia, Jamu diyakini dapat mempertahankan daya imunitas seseorang dalam hidup berdampingan dengan COVID-19 ini. Berbagai macam regulasi dan situsi yang terjadi memunculkan sifat dan kebiasaan konsumen untuk memilih produk lokal dengan ketersediaan yang lengkap. Kebiasaan konsumsi minuman rempah ini disebabkan oleh pengendalian dan pola pikir yang baik ketika memproses hal yang terbilang tidak biasa dilakukan hingga menjadi Lifestyle baru dalam desakan waktu (Time- Pressure) yang ada. Hal ini pun tak lepas dengan adanya bujukan dan dorongan dari reference group (orang terdekat).

The global pandemic of the Corona Virus makes the public restless and worried about their physical and mental health. As one of Indonesia's original cultural heritages and herbs, Jamu is believed to be able to maintain one's immunity in living side by side with COVID- 19. The various kinds of regulations and situations that occur show some new habits of consumers to choose local products with sufficient stock availability. The habit of consuming this herbs drink is caused by controlling a good mindset when processing things that are somewhat unusual to do so that they become a new Lifestyle in the existing ‘Time- Pressure’. This was also helped by persuasion from the reference group (close friend)."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2020
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Riski Gabriel
"Suasana toko sangat memengaruhi emosi seseorang ketika sedang berbelanja. Lingkungan toko yang padat akan mengakibatkan pelanggan toko berdesakkan sehingga menghasilkan fenomena butt-brush effect, yaitu perasaan tidak nyaman ketika tersentuh dari belakang. Jurnal ini membahas mengenai pengaruh fenomena butt brush effect terhadap kepuasan konsumen dan keputusan pembelian. Data-data diambil dari buku- buku dan jurnal-jurnal terdahulu. Hasil dari studi literatur yang telah dilakukan adalah butt-brush effect terjadi dikarenakan atmosfer toko yang tidak baik sehingga menciptakan pengalaman belanja yang kurang mengenakkan yang akhirnya akan berpengaruh terhadap kepuasan konsumen dan keputusan pembelian mereka.

The shop atmosphere highly influences people's emotions when shopping. The crowded shop environment will cause the shop customers to squeeze together, resulting in a butt- brush effect phenomenon, which is a feeling of discomfort when touched from behind. This journal discusses the effect of the brush effect on customer satisfaction and purchasing decisions. The data are taken from previous books and journals. This literature study resulted in a negative influence on consumer satisfaction and buying decisions caused by unpleasant shopping experiences due to the butt brushes phenomenon in a bad shop atmosphere."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2020
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Agneta Yavelin
"Merek fesyen mewah memiliki prestise yang signifikan dalam sektor industri premium, menarik konsumen dengan kombinasi eksklusif antara kualitas, keahlian, dan ekspresi artistik. Merek-merek ini tidak hanya menyediakan produk kelas atas yang dibuat dari bahan terbaik, tetapi juga mengabadikan warisan mereka melalui desain sempurna dan daya tarik yang bertahan lama. Sebagai simbol status dan perwujudan dari gaya hidup tertentu, merek fesyen mewah secara konsisten memikat konsumen dengan kreasi visual yang menakjubkan, narasi pemasaran yang memikat, dan identitas merek yang kuat. Selain itu, investasi signifikan dalam praktik berkelanjutan dan inisiatif tanggung jawab sosial perusahaan membentuk kembali masa depan fesyen mewah, membuktikan bahwa merek-merek yang dihargai ini dapat beradaptasi dan berkembang di dunia yang terus berubah sambil tetap mempertahankan esensi kesenangan dan eksklusivitas mereka. Namun demikian, meskipun inflasi tinggi, ketidakpastian lapangan kerja, dan resesi yang membayangi, konsumen kaya masih membeli merek-merek mewah yang mahal ini. Studi ini mengeksplorasi dampak antara kebutuhan psikologis dan konsumsi barang mewah. Menggunakan Teori Kelas Kenyamanan Veblen (1899)-- menggunakan istilah "konsumsi yang mencolok" untuk menggambarkan barang dan jasa yang mahal, di mana Veblen menjelaskan tujuan konsumsi yang mencolok adalah untuk menunjukkan kekayaan dan posisi sosial, juga terintegrasi dengan kertas oleh Han, Nunes and Dreze (2010)--berisi penjelasan tentang The Luxury 4Ps, penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan kebutuhan psikologis induktif dan deduktif dari konsumsi barang mewah dan membuktikan bahwa tujuan dari konsumsi barang mewah adalah untuk menampilkan kekayaan dan status sosial.
Luxury fashion brands hold significant prestige within the premium sector of the industry, appealing to consumers with an exclusive combination of quality, craftsmanship, and artistic expression. These brands not only provide high-end products crafted from the finest materials but also perpetuate their legacy through impeccable design and enduring desirability. As status symbols and embodiments of a particular lifestyle, luxury fashion brands consistently captivate consumers with visually stunning creations, captivating marketing narratives, and powerful brand identities. Moreover, significant investments in sustainable practices and corporate social responsibility initiatives are reshaping the future of luxury fashion, proving that these cherished brands can adapt and thrive in a changing world while retaining their essence of indulgence and exclusivity. Nevertheless, despite high inflation, employment uncertainty, and looming recession, fake affluent consumers are still buying these pricey luxury brands. This study explores the impact between psychological needs and luxury consumption. Using Veblen's Theory of Convenience Classes (1899)-- using the term "conspicuous consumption" to describe expensive goods and services, in which Veblen explained the purpose of conspicuous consumption was to demonstrate wealth and social position, also integrated with the paper by Han, Nunes and Dreze (2010)--contains an explanation of The Luxury 4Ps, this study aims to explain the inductive and deductive psychological needs of luxury consumption and proves that the purpose of luxury consumption was to display wealth and social status."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2024
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Indrie Mutiasari
"Peran penting pemasaran digital sebagai bagian dari komunikasi pemasaran terpadu semakin besar. Merek berlomba-lomba untuk menuai popularitas dan menjadi yang paling disukai di dunia digital. Sebagai salah satu merek es krim yang populer di Indonesia, Wall?s Magnum memiliki keunikan tersendiri dalam strategi komunikasi pemasaran yang terlihat dalam berbagai aset digital yang ia miliki. Pesan ?for pleasure seekers? yang menggoda dan elegan secara konsisten dibawakan Wall?s Magnum sebagai salah satu elemen brand personality dalam komunikasi pemasarannya.
Artikel ini akan memaparkan bagaimana Wall?s Magnum mampu memahami perilaku target khalayak yang ia miliki dan cara mengimplementasikannya dalam Strategi Pemasaran Digital yang ia lakukan. Artikel ini akan mengupas bagaimana brand personality yang dimiliki Wall?s Magnum dapat mendukung performanya di media digital.

The role of digital marketing is becoming more important as a part of integrated marketing communications. Brand is vying to gain popularity and become likeable in the digital world Wall?s Magnum as one of popular ice cream brand in Indonesia has their own uniqueness which is shown in a variety of digital assets they have. "For pleasure seekers"? tagline consistently delivered by Wall?s Magnum as an element of their brand personality.
This study will describe how Wall?s Magnum able to understand the behavior of their target audience and how to implement it in their Digital Marketing Strategy. This paper will discuss thoroughly how the brand personality owned by Wall?s Magnum can support their performance in digital media.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2016
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Cecilia Nike Dewi Anggraeni
"Fast fashion menghasilkan produk yang sesuai dengan kebutuhan anak muda: cepat, murah, dan trendi. Namun, metode manufaktur mereka yang terkenal merugikan bumi menyebabkan konsumen muda meninggalkan fast fashion sebagai sumber pakaian utama mereka.Oleh karena itu, H&M menerapkan kampanye ramah lingkungan yang disebut Conscious untuk menyediakan produk etis yang sesuai dengan perspektif kaum muda. Penelitian ini menggunakan teori penggunaan dan pemenuhan kepuasaan dari Katz dan kolega (1973) dandiikuti oleh dua konsep lain: pemasaran ramah lingkungan dan perilaku konsumen, untuk membuktikan bahwa konsumen muda secaraselektif memenuhi kebutuhan mereka berdasarkan ideologi untuk melestarikan lingkungan. Studi kasus dan analisis tekstual digunakan sebagai pendekatan metodologi dalam mengumpulkan informasi yang kredibel mengenai topik terkait. Temuan dari studi ini menggambarkan bahwa sebagian besar generasi muda terdorong untuk melakukan konsumsi berkelanjutan, namun pada saat yang sama,hanya sebagian kecil dari mereka yang mengetahui kampanye ramah lingkungan dari H&M. Terlihat dari akun sosial media H&M, kalangan muda lebih menyukai menggunakan Instagram sebagai aplikasi pilihan mereka untuk terlibat dalam kampanye H&M Conscious.

Fast fashion produces a product that matches the youth's needs: quick, inexpensive, and trendy. However, their infamous manufacturing method that harms the planet causes young consumers to eliminate fast fashion as their go-to clothing source. Therefore, H&M employs a green campaign called Conscious to provide ethical products that correspond to the ideals of youth. This study employs Katz et al.'s (1973) uses and gratifications theory following two other concepts: green marketing and consumer behaviour, to prove that youngconsumers selectively choose their needs based on their ideology to preserve the environment, as seen from H&M's Conscious campaigns. Case studies and textual analysis are used as the methodology approach in collecting credible information about related topics. The findings illustrate that most young audiences are encouraged to have sustainable consumption, but at the same time, only a small portionof them are familiar with the campaign. Seeing through H&M's social media accounts, young people prefer to use Instagram as their chosen platform to engage with the H&M Conscious campaign.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Angelina Dewi Laksana Putri
"Artikel ini menjelaskan popularitas industri fast fashion. Pada akhir dekade 90-an, masyarakat menganggap konsumsi produk fesyen sebagai sebuah hiburan (Hayes, 2021). Pola konsumsi ini dilanggengkan oleh tren mode fesyen kelas atas, di mana kelompok elite menghamburkan uang untuk mengikuti tren fesyen yang termutakhir. Fenomena ini berujung pada fesyen ‘sekali pakai’(Bhardwaj dan Fairhurst, 2010). Sementara itu, masyarakat pada lapisan yang lebih rendah berupaya mencari cara untuk mengikuti tren fesyen elitis melalui berbagai cara. Fenomena ini pada akhirnya melahirkan tren fast fashion yang mampu mengakomodasi kebutuhan masyarakat bawah terhadap akses simbolik berupa produk fesyen yang mirip dengan high-fashion pada kalangan atas. Dengan menggunakan teori Trickle-down Georg Simmel (1904) dan mengambil kasus “fashion robbery”—dimana bisnis mode cepat 'mencuri' tampilan estetika mode tinggi—yang terjadi di industri adibusana (Zerbo, 2015), artikel ini mengkaji peran media dalam mengangkat tren fast fashion. Lebih jauh, artikel tersebut berpendapat bahwa orang- orang sedang mengikuti tren dan menginginkan kepuasan instan dalam mode tanpa harus menghabiskan banyak uang.

This article describes the consumer practices toward fashion trends that lead to the rapid rise of fast fashion. In the late 1990s, clothing shopping became entertainment, and people tended to spend more money on it (Hayes, 2021). Fashion trends have perpetuated this habit in which affluent people continuously buy new clothes to keep themselves up to date (Ming Law, Zhang, and Leung, 2004), thus initiating the ‘throwaway’ fashion (Bhardwaj and Fairhurst, 2010). While the upper social class enjoys high-class fashion products, the lower part of the society seeks akin experience in a way they can afford. Using Georg Simmel’s (1904) trickle-down theory and taking the case of fashion robbery–where fast fashion businesses ‘steal’ the look of high-fashion aesthetic–occurring in the couture industry (Zerbo, 2015), this paper studies the role of media in raising the fast fashion trend. Furthermore, the article argues that people are into high-fashion trends but want instant gratification in fashion without spending much money.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Vivian Benedicta
"Aerostreet adalah sebuah merek sepatu lokal asal Indonesia yang menonjolkan lokalitasnya sebagai brand image. Dalam meningkatkan ekuitas merek, Aerostreet menggunakan co-branding sebagai strategi pemasarannya. Aerostreet melakukan kolaborasi dengan merek di berbagai klasifikasi. Strategi pemasaran ini berhasil dalam meningkatkan awareness publik terhadap Aerostreet. Penelitian ini akan menganalisis bagaimana penggunaan strategi pemasaran co-branding dapat meningkatkan brand awareness. Penelitian ini akan menggunakan metode deskriptif komparatif dengan pendekatan kuantitatif. Hasil analisis menunjukkan bahwa strategi pemasaran co-branding dapat meningkatkan consumer engagement yang meningkatkan brand awareness. Adapun saran untuk penelitian selanjutnya untuk melakukan analisis komparatif antara penggunaan co-branding di berbagai industri agar dapat memahami faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan strategi pemasaran co-branding.

Aerostreet is a local shoe brand from Indonesia that highlights its locality as its brand image. In enhancing brand equity, Aerostreet employs co-branding as its marketing strategy. Aerostreet collaborates with brands across various classifications. This marketing strategy has been successful in increasing public awareness of Aerostreet. This research will analyze how the use of co-branding marketing strategies can enhance brand awareness. The study will use a comparative descriptive method with a quantitative approach. The results of the analysis indicate that co-branding marketing strategies can increase consumer engagement, leading to improved brand awareness. As a suggestion for further research, comparative analysis between the use of co-branding in various industries could be conducted to understand the factors influencing the success of co-branding marketing strategies.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Naila Syifa
"Tulisan ini menganalisis bagaimana strategi content marketing Bibit dalam kampanye promosi SBR012 dapat meraih customer brand engagement di kalangan investor pemula. Hasil analisis menunjukkan bahwa dengan memenuhi kriteria elemen konten yang bernilai seperti membantu (helpful), menghibur (entertaining), autentik (authentic), relevan (relevant), dan tepat waktu (timely), strategi content marketing SBR012 Bibit telah dapat meraih customer brand engagement di kalangan investor pemula dari segi dimensi kognitif, emosional, dan perilaku. Namun, Bibit masih perlu memperhatikan elemen relevansi ketika mengembangkan konten dan dapat pula mengeksplorasi format-format content marketing lain yang belum dicoba sebelumnya yang disesuaikan dengan tujuan kampanye.

This paper analyzes how Bibit’s content marketing strategy in its SBR012 promotional campaign could achieve customer brand engagement among beginner investors. The result of the analysis shows that by fulfilling the criteria of valuable content elements, including being helpful, entertaining, authentic, relevant, and timely, Bibit’s SBR012 content marketing strategy could achieve customer brand engagement among beginner investors in terms of cognitive, emotional, and behavioral dimensions. However, Bibit still needs to pay more attention to the relevance element when developing content and can also explore other formats of content marketing that have not been done before according to the aims of the campaign.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Vanisya Quanti Azzahra
"Perkembangan teknologi telah menghasilkan tren AI-Generated Content sebagai strategi
pemasaran yang diikuti oleh Indomie dengan kampanye terbarunya berjudul Cerita Rasa
Otentik untuk menciptakan pengalaman visual yang unik sebagai strategi yang bertujuan
untuk membangun relevansi dengan konsumen. Penelitian menganalisis persepsi konsumen
terhadap citra merek yang menggunakan strategi ini menggunakan metode deskriptif.
Namun, penggunaan teknologi AI justru menimbulkan persepsi negatif terhadap merek
karena konsumen memandang penggunaan AI sebagai jalan pintas yang tidak mendukung
seniman lokal sehingga terbentuk citra merek Indomie sebagai merek yang pelit dan tidak
menghargai pekerja kreatif. Hal ini juga dapat memberikan dampak jangka panjang terhadap
citra keseluruhan merek seperti hilangnya kepercayaan konsumen terhadap merek Indomie
dan meningkatkan kekhawatiran mengenai tanggung jawab sosial perusahaan. Maka dari itu,
perusahaan perlu mengintegrasikan AI dengan seniman asli dan merespons dampak negatif
dengan cepat.

The development of technology has resulted in the trend of AI-Generated Content as a
marketing strategy, adopted by Indomie in its latest campaign titled "Authentic Flavor
Stories" to create a unique visual experience as a strategy aimed at building relevance with
consumers. A study analyzes consumer perceptions of the brand image employing this
strategy using a descriptive method. However, the use of AI technology has generated
negative perceptions of the brand, as consumers view AI usage as a shortcut that does not
support local artists, thereby forming an image of the Indomie brand as being stingy and not
valuing creative workers. This can also have long-term impacts on the overall brand image,
such as eroding consumer trust in the Indomie brand and increasing concerns about the
company's social responsibility. Therefore, the company needs to integrate AI with local
artists and promptly respond to the negative impacts.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Qonita Ayu Nur Hasanah
"Tulisan ini menganalisis bagaimana pemasaran sensorik (sensory marketing) membentuk pengalaman konsumen (consumer experience) selama berada di Atsiri diSarinah. Fokus penelitian ini melihat pendekatan sensorik berdasarkan penglihatan (sight), penciuman (smell), dan pendengaran (hearing) yang dirasakan oleh pengunjung. Metode penelitian ini menggunakan dua tahap yaitu observasi dan wawancara mendasar. Hasil analisis penelitian menunjukkan bahwa pemasaran sensorik yang interaktif bisa membentuk pengalaman pengunjung serta mempengaruhi perasaan dan daya tarik terhadap produk. Adapun saran untuk penelitian selanjutnya yaitu memperdalam aroma dan pengalaman aromatik konsumen dengan menggunakan turunan konsep consumer experience.

This paper analyzes how sensory marketing shapes Atsiri in Sarinah consumer experience . The focus of this research looks at the sensory approach based on the sight, smell, and hearing felt by visitors. This research method uses two stages; observation and basic interviews. The results of the research analysis show that interactive sensory marketing can shape the visitor experience and affect feelings and appeal to the product. The suggestion for further research is to deepen the aroma and aromatic experience of consumers by using the concept of derivatives of consumer experience."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4   >>