Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 97 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Seswa Elde Rahmahthia
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh knowledge sharing behavior terhadap perilaku inovatif di tempat kerja pada karyawan PT X dan Y, dimana belum ada penelitian sebelumnya yang meneliti pengaruh dari kedua variabel ini.
Knowledge sharing behavior diartikan sebagai derajat dimana individu benarbenar
membagi pengatahuan yang dimiliki, diciptakan, dan dibutuhkan kepada orang lain (Bock, 2002;2005). Perilaku inovatif sendiri didefinisikan sebagai
penemuan yang disengaja, promosi, dan realisasi atas ide baru dalam peran kerja, kerja kelompok, atau organisasi, yang berfungsi untuk menguntungkan performa kerja, kelompok, atau organisasi (Janssen, 2004). Pengukuran knowledge sharing behavior menggunakan knowledge sharing behavior scale yang dikembangkan oleh Chennamaneni (2006) yang berjumlah 17 item. Perilaku inovatif di tempat kerja diukur menggunakan innovative work behavior scale yang dikembangkan oleh Janssen (2001) yang berjumlah 9 item. Hasil utama penelitian menunjukkan bahwa knowledge sharing behavior berpengaruh secara siginifikan terhadap perilaku inovatif di tempat kerja (β = .691, t(214) = 13.986, p < .01). Knowledge
sharing behavior juga dapat secara signifikan menjelaskan proporsi varians skor perilaku inovatif di tempat kerja (R2 = .478, F = 195.605).

The purpose of this research was to discover the influence of knowledge sharing behavior on innovative behavior at workplace in company X and Y’s employees,
where there is no previous research studied the effect of this two variables yet.
Knowledge sharing behavior defined as the degree to which people actually shares knowledge they have acquired or created (Bock, 2002;2005). Innovative behavior itself defined as intentional creation, introduction, and application of new ideas within a work role, group, or organization, in order to benefit role performance, the group, or the organization (Janssen, 2004). Measurement of knowledge sharing behavior used knowledge sharing behavior scale enhanced by Chennamaneni (2006) that have 17 items. Innovative behavior at workplace was measured by innovative work behavior scale developed by Janssen (2001) which have 9 items. The main result showed that knowledge sharing behavior is significantly predicted innovative behavior at workplace (β = .691, t(214) =
13.986, p < .01). Knowledge sharing behavior also explained a significant proportion of variance in innovative behavior at workplace scores (R2 = .478, F = 195.605).
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
S47036
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cut Hani Bustanova
"Salah satu motif yang mendasari perilaku prososial adalah empati. Penelitian Pronin, Olivola, dan Kennedy (2007) memperlihatkan perbedaan perilaku prososial orang yaitu saat eksperimenter menggunakan bahasa abstrak partisipan hanya sedikit menunjukkan rasa empati dan perilaku prososial pada kondisi present self, hal yang terjadi adalah sebaliknya saat eksperimenter menggunakan bahasa konkret. Ditemukan pula bahwa partisipan memilih jarak waktu yang lebih lama untuk mengerjakan aktivitas yang diminta dalam kuesioner dengan deskripsi abstrak (Liberman, Trope, McCrea, & Sherman, 2007). Penafsiran tingkat tinggi cenderung diungkapkan melalui penggunaan bahasa yang lebih abstrak dibandingkan dengan penafsiran tingkat rendah oleh partisipan pada penelitian Fujita, Henderson, Eng, Trope dan Liberman (2006) yang menggunakan Linguistic Categorization Model (LCM) untuk mengkodekan respon partisipannya.
Ketiga penelitian ini menggunakan kerangka berpikir teori jenjang penafsiran dan jarak psikologis. Pada skripsi ini penulis ingin melakukan penelitian lanjutan dari penelitian Liberman, dkk (2007) dengan menambahkan jarak temporal sebagai variabel bebas kedua dan intensi prososial sebagai variabel terikatnya. Penulis menggunakan desain penelitian 2x2 Mixed Design ANOVA dan mengharapkan tingkat keabstrakan bahasa akan berinteraksi secara signifikasi dengan jarak temporal dalam mempengaruhi intensi prososial. Hasilnya,interaksi antara tingkat keabstrakan bahasa dan jarak temporal tidak berdampak signifikan terhadap intensi prososial. Implikasi penelitian ini didiskusikan pada bagian akhir skripsi.

One of the motives underlying prosocial behavior is empathy. Research from Pronin, Olivola, and Kennedy (2007) showed that there are differences in people prosocial behavior, which when experimenters used abstract language participants only showed a few sense of empathy and prosocial behavior in the present self condition, and a contradictive result shown when they used a concrete language. It was found that participants choosen a longer time to do the activities requested in the questionnaire with an abstract description (Liberman, Trope, McCrea, & Sherman, 2007). Furthermore, compared with low-level construals, high-level construals should be revealed through the use of more abstract language (Fujita, Henderson, Eng, Trope and Liberman, 2006) which used the Linguistic Categorization Model (LCM) to encode participants response.
Those three studies used construal level theory (CLT) and psychological distance theoritical framework. In this thesis the author aims to conduct a follow up study from Liberman, et al’s research (2007) by adding temporal distances as the second independent variable, and prosocial intentions as the dependent variable. The author uses the 2x2 Mixed Design ANOVA and hypothesize that the participants language abstractness level will interact with temporal distances in influencing prosocial intention. The result showed that interaction between language abstractness level and temporal distance have no significant impact on prosocial intentions. Implications of this thesis are discussed.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Moch Ikhsan Aridani
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara keterlibatan karyawan dalam pengambilan keputusan dengan intensi meninggalkan perusahaan (turnover) pada karyawan generasi Y. Sampel penelitian ini adalah generasi Y yang bekerja sebagai karyawan di perusahaan. 153 responden penelitian diminta mengisi instrumen penelitian, yaitu Participation in Decision-Making (Van Veldhoven & Meijman, 1994) dan Intention to Turnover (Adiningtyas, et. al., 2010), melalui Google Spreadsheet atau kuesioner tercetak. Penelitian menemukan adanya korelasi negatif antara variabel keterlibatan karyawan dalam pengambilan keputusan dengan intensi meninggalkan perusahaan (r=-0,299, p<0,01). Analisis tambahan menunjukkan bahwa data kontrol seperti jenis kelamin, jenjang pendidikan, sektor industri, lama bekerja dan media penyebaran tidak berpengaruh terhadap hasil penelitian.

ABSTRACT
This research aimed to find the correlation between participation in decision-making and intention to turnover among generation Y employees. Samples of this research are generation Y employees who work in a company. 153 respondents were asked to fill out our instruments, Participation in Decision-Making (Van Veldhoven & Meijman, 1994) and Intention to Turnover (Adiningtyas, et. al., 2010) through Google Spreadsheet or printed behavior scale. The finding of this research is that there is a negative correlation between participation in decision- making and intention to turnover (r=-0.299, p<0.01). Additional analyses showed that demographic data such as gender, educational background, industrial sector, years of service and instrument media did not influence the result of the study."
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S53261
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Samarthya Priyahita
"ABSTRAK
Penelitian ini ingin melihat hubungan antara kepemimpinan transformasional
dengan persepsi kesempatan promosi pada karyawan generasi Y. Kuesioner
Multifactor Leadership Questionnaire Form 5X (Rater Form) dan Job Descriptive
Index – Opportunities for Promotion diberikan kepada 143 karyawan generasi Y
yang memiliki pemimpin di tempat kerjanya. Hasil penelitian menunjukkan
terdapat hubungan antara kepemimpinan transformasional dengan persepsi
kesempatan promosi pada karyawan generasi Y (r = .416, p < .01). Sebanyak
17.6% variasi dari persepsi kesempatan promosi dijelaskan oleh kepemimpinan
transformasional. Penelitian ini juga menemukan bahwa uji t-test jenis kelamin
dan latar belakang pendidikan tidak signifikan pada masing-masing variabel
persepsi kesempatan promosi dan kepemimpinan transformasional (p > .05).
Penelitian selanjutnya dapat meneliti variabel lain dan meneliti lebih jauh
mengenai generasi Y.

ABSTRACT
The research wants to see the relationship between transformational leadership
and perceived opportunities for promotion on generation Y employees. The
Multifactor Leadership Questionnaire Form 5X (Rater Form) and Job Descriptive
Index – Opportunities for Promotion were given to 143 generation Y employees
who have leaders in their workplace. Result shows that there’s a relationship
between transformational leadership and perceived opportunities for promotion on
generation Y employees (r = .416, p < .01). About 17.6% variation of perceived
opportunities for promotion is explained by transformational leadership. The
study also finds that the t-test of gender and educational background is not
significant to each variables of perceived opportunities for promotion and
transformational leadership (p > .05). Future research is recommended to study
other variables and investigate generation Y more further."
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S53678
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hutapea, Marchia Gloria
"Kegiatan belanja online lebih berisiko dibandingkan belanja tradisional. Akibatnya, konsumen mempersepsi risiko lebih tinggi pada saat belanja online. Kepercayaan adalah penentu tindakan dalam situasi di mana konsumen mempersepsi risiko dalam belanja online. Perceived risk merupakan ketidakyakinan konsumen tentang kerugian atau keuntungan dalam transaksi tertentu (Naiyi, 2004). Perceived risk terbagi menjadi tujuh faktor, yaitu financial risk, delivery risk, fraud risk, process and time loss risk, product risk, privacy risk, dan information risk. Sedangkan trust didefinisikan sebagai kesediaan menjadi rentan terhadap orang atau tindakan orang lain (Gefen, 2002). Trust terdiri dari tiga dimensi, yaitu integrity, benevolence, dan ability. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah Perceived Risk in Online Shopping atau PR-OS (Naiyi, 2004) yang diadaptasi dan Specific Online Consumer Trust atau SOCT (Gefen, 2002) yang diadaptasi. Responden 453 mahasiswa diperoleh secara accidental sampling. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif yang signifikan antara perceived risk dan trust pada konsumen belanja online (r = -0.408, p = 0.000). Hasil tersebut dapat diartikan bahwa semakin tinggi persepsi risiko konsumen maka semakin rendah kepercayaan konsumen terhadap kegiatan belanja online. Dengan demikian, toko online dapat meningkatkan kepercayaan konsumen dengan cara memberikan layanan yang terbaik dengan menampilkan testimonial dari konsumen yang berhasil melakukan kegiatan belanja online sebelumnya.

Online shopping is riskier than traditional shopping. As a result, consumers perceive higher risk in online shopping. Trust is a determinant of action in situations where there is a perceived risk of negative outcomes. Perceived risk represents consumers uncertainty about loss or gain in a particular transaction (Naiyi, 2004). While Trust is a willingness to be vulnerable to the actions of another person or people (Gefen, 2002). Perceived risk consists of seven factors, such as financial risk, delivery risk, fraud risk, process and time loss risk, product risk, privacy risk, dan information risk. Trust consists of three dimensions, namely integrity, benevolence and ability. Instruments that used in this study are Perceived Risk in Online Shopping atau PR-OS (Naiyi, 2004) that has been modified and Specific Online Consumer Trust atau SOCT (Gefen, 2002) that has been modified as well. The 453 college students as respondents were chosen by an accidental sampling technique. The result of this study shows that there is a significant negative relationship between perceived risk and trust among online shopping consumer (r = -0.408, p = 0.000). This result can be intepreted as the higher consumers perceived risk, the lower consumers’ trust in online shopping. Thus, one of the efforts that online shops can do to increase consumers trust is by providing the best service and displaying testimonials from consumers who managed to do a success online shopping.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S54052
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Raisa Khairunisa
"ABSTRAK
Penilitian ini dilakukan untuk melihat hubungan antara consumer innovativeness dan Intensi Pembelian kembali dalam perilaku belanja online pada mahasiswa. Consumer Innovativeness didefinisikan oleh Goldsmith dan Hofacker (1991 dalam Binge-Alcaniz dkkk, 2008) sebagai kecenderungan untuk menyambut dan mengadopsi produk-produk baru. Sedangkan intensi repurchase dijelaskan sebagai kemungkinan subjektif bahwa individu akan terus membeli suatu produk dari penjual atau toko online dikemudian hari (Chiu dkk, 2008). Alat ukur Consumer Innovativeness adalah Domain spesific innovativeness (Goldsmith & Hofacker dalam Binge-Alcaniz dkk, 2008), sedangkan Intensi Repurchase adalah Repurchase Intention dari Parasuraman dkk (dalam chiu dkk, 2008). Pengukuran consumer innovativeness menggunakan alat ukur Domain spesific. Responden 453 mahasiswa di daerah Jabodetabek. Metode pengambilan sampel diperoleh dengan teknik accidental sampling. Hasil menunjukkan hubungan positif yang signifikan antara consumer innovativeness dan intensi repurchase pada perilaku belanja online (r = 0.326; p = 0.000). Artinya, semakin tinggi consumer innovativeness, maka semakin tinggi intensi untuk melakukan repurchase. Implikasinya toko online perlu melakukan identifikasi pada konsumen yang memiliki karakteristik inovatif agar dapat meningkatkan intensi repurchase.

ABSTRACT
This research was conducted to find the correlation between consumer innovativeness and repurchase intention toward online shopping behavior on college students. Consumer innovativeness defined by Goldsmith and Hofacker (In, Binge-Alcaniz et. al, 2008) as a tendency to welcome and to adopt new products, while repurchase intention refers to the subjective probability that an individual will continue to purchase products from the online vendor or store in the future (Chiu et.al, 2008). Consumer innovativeness was measured using an instrument named Domain Spesific Innovativeness (Goldsmith & Hofacker ,in Binge-Alcaniz, 2008) and Repurchase Intention was measured using an instrument by Parasuraman et. al., (2008). This research involved 453 undergraduate students around Jabodetabek. Sampling method using accidental sampling in which questionnaire was seperated through social media. The result of this research show that consumer innovativeness positively correlated with repurchase intention( r = 0.326; p = 0.000). Which means, the highest consumer innovativeness someone?s own, showing the higher repurchase interion. The implication of this research for online shop is to identify consumer with innovativeness characteristic, in order to increase their intention to repurchase.
"
2014
S54490
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fadhli Ramadhan
"ABSTRAK
Penelitian ini didasarkan pada konsep baru hasil temuan penelitian Tormala et al. (2012) mengenai preferensi pada potensi yang menunjukkan bahwa individu cenderung menilai potensi calon karyawan lebih tinggi dibandingkan prestasi. Namun, studi Tormala et al. (2012) yang disebut The Preference for Potential tersebut menguji informasi yang bersifat positif, belum diuji untuk informasi bersifat negatif. Penelitian ini melanjutkan studi The Preference for Potential dengan konten informasi negatif, yaitu potensi dan prestasi negatif. Peneliti ingin mengetahui bagaimana pengaruh potensi dan prestasi negatif terhadap preferensi pada potensi dalam menilai calon karyawan melalui daftar riwayat hidup atau curriculum vitae. Penelitian dilakukan pada 200 partisipan yang merupakan mahasiswa Universitas Indonesia yang terbagi ke dalam 4 kelompok, yaitu kelompok potensi positif, potensi negatif, prestasi positif dan prestasi negatif. Hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan melalui pengujian One-way ANOVA (p < .05) antara informasi terhadap preferensi dalam menilai calon karyawan.

ABSTRACT
This study is based on recent finding from Tormala et al. (2012) about preference for potential which shows that one can rate employee candidate potential more than achievement. However, their study called The Preference for Potential tested on positive information, it hasn?t been tested on the negative one. This study continues the study of The Preference for Potential with negative information contents, which are negative potential and negative achievement. Researcher wants to figure out about the effect of negative potential and negative achievement towards preference for potential in rating employee candidate through his curriculum vitae. The study is conducted on 200 participants whose are students of Universitas Indonesia, divided into 4 groups: positive potential, negative potential, positive achievement, and negative achievement. The study resulted that there is a significance effect through One-way ANOV test (p < .05) between information towards preference in rating the employee candidate.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S55711
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nyimas Nadia Sabrina
"Salah satu sistem pernikahan yang terdapat di Indonesia adalah arranged marriage. Di dalam ajaran Agama Islam, konsep arranged marriage dikenal sebagai ta?aruf. Arti dari ta?aruf adalah perkenalan yang dilakukan sesuai dengan norma Agama Islam. Tujuan dari ta?aruf adalah pernikahan (Hana, 2012). Di Indonesia, penelitian mengenai pernikahan yang dilakukan melalui proses ta?aruf tidak sepopuler penelitian terkait love marriage. Berdasarkan studi literatur, timbul dugaan humility dalam diri individu yang menikah melalui ta?aruf memiliki hubungan dengan komitmen pernikahan, yang merupakan prediktor keberhasilan pernikahan. Berdasarkan dugaan tersebut, dilakukanlah penelitian untuk membuktikan hubungan antara humility dengan komitmen pernikahan pada 205 individu yang menikah melalui ta?aruf di Indonesia. Hasil membuktikan adanya hubungan antara humility dengan komitmen pernikahan personal dan juga antara humility dengan komitmen pernikahan. Namun, hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara humility dengan komitmen pernikahan struktural.

One of the marriage systems that is found in Indonesia is arranged marriage. In Islamic teachings, the concept of arranged marriage is known as ta?aruf. The meaning of ta?aruf is introduction process that is conducted according to Islam norms. Ta?aruf aims for marriage (Hana, 2012). In Indonesia, research about ta?aruf marriage is not as popular as research regarding love marriage. Based on literature review, rose a presumption that there is a relationship between humility and marital commitment in ta?aruf individuals. According to that presumption, researcher conducted a study to prove the relationship between humility and marital commitment in 205 individuals who were married through ta?aruf process in Indonesia. Results showed that there is a significant positive correlation between humility and personal commitment as well as between humility and moral commitment. However, it was shown that there is no correlation between humility and structural commitment."
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S55388
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Betsy Kurniawati Witarsa
"ABSTRAK

Penelitian eskperimental ini merupakan replikasi dari penelitian Bilewicz dan Klebaniuk (2013) tentang konsekuensi psikologis dari simbol religius yang terdapat di tempat umum di Polandia. Sama seperti Polandia, mayoritas penduduk Indonesia memeluk satu agama yang sama. Agama ini menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan masyarakat sehari-hari. Penelitian ini hendak menguji adanya pengaruh dari simbol religius agama Islam di sebuah ruangan di kampus terhadap afek positif, afek negatif, dan sikap terhadap nonmarital sexuality. Penelitian menemukan tidak adanya pengaruh dari kehadiran simbol religius di ruangan, baik pada mahasiswa Islam yang religius maupun yang kurang religius. Hasil penelitian ini didiskusikan dengan referensi terhadap teori-teori psikologi lingkungan, religious identification, afek, dan sikap


ABSTRACT

This experimental study is a replication of Bilewicz and Klebaniuk’s study (2013) about psychological consequences of religious symbols in public space in Poland. Like Poland, in Indonesia the majority of the population has one same religion. This religion becomes an integral part of people’s daily lives. This study examined the effect of Islamic religious symbol in a university room on positive affect, negative affect, and attitude towards nonmarital sexuality. The study found that there is no effect of religious symbol display in the room, both on religious moslem students and less-religious moslem students. This result is discussed with reference to theories of environmental psychology, religious identification, affect, and attitude

"
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S57405
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Naufal Sani
"Penelitian menunjukkan bahwa relationship satisfaction merupakan hal yang dapat memengaruhi forgiveness. Akan tetapi, masih sedikit penelitian yang meneliti hal tersebut, terlebih apabila dikaitkan dengan situasi finansial. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh relationhsip satisfaction dengan forgiveness dalam situasi finansial atau situasi yang melibatkan pertukaran uang. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen. Partisipan penelitian ini sebanyak 80 mahasiswa yang diminta untuk mengisi kuesioner TRIM-18 (McCullough dkk, 2006) yang mengukur forgiveness. Relationship satisfaction dimanipulasi dengan pembagian uang yang tidak sesuai harapan dari partisipan. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya pengaruh relationship satisfaction terhadap forgiveness pada situasi finansial (t = -28,043 dan p sebesar 0,000 signifikan pada level of confidence 95%, p < 0,05). Oleh sebab itu dalam situasi finansial, semakin tinggi tingkat relationship satisfaction seseorang maka akan semakin tinggi nilai forgiveness.

Research shows that relationship satisfaction is a thing that can affect forgiveness. However, there is little research into it, especially when linked with the financial situation. This study aimed to examine the effect of relationhsip satisfaction toward forgiveness when linked with financial situation. Eighty college student are includes in this study asked to fill out a questionnaire that measures forgiveness, TRIM-18(McCullough dkk, 2006). The relationship satisfaction are manipulated by the distribution of money that does not match the expectations of the participants. The results of this study showed the effect of relationship satisfaction toward forgiveness in the financial situation (t = -28.043 and p of 0.000 significant at the 95% level of confidence, p <0.05). Therefore, in the financial situation, the higher the relationship satisfaction, the higher the value of forgiveness.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S55155
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>