Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rachel Yuanithea
"ABSTRAK
Latar belakang: Terapi regeneratif periodontal GTR memiliki keterbatasan pada defek tulang alveolar satu dinding. Rekayasa jaringan menggunakan teknologi periodontal ligament cell sheet pada chitosan dengan kombinasi molekul adhesif Arginylglycyaspartic Acid RGD diharapkan dapat meningkatkan kadar periostin sebagai indikator regenerasi tulang. Tujuan: Mengevaluasi peningkatan kadar periostin pascaaplikasi RGD pada chitosan-periodontal ligament cell sheet PDLCS . Metode: Aplikasi chitosan-PDLCS dengan penambahan RGD n=3 dan tanpa RGD n=3 pada defek tulang satu dinding yang dibuat pada insisif lateral M. nemestrina. Sampel CKG dikumpulkan setiap minggu selama empat minggu dan disimpan dalam suhu -80 C. Analisis kadar protein menggunakan perangkat ELISA Human POSTN Elabscience. Hasil: Terdapat peningkatan kadar periostin pascaaplikasi RGD pada PDLCS dibandingkan kelompok non-RGD pada minggu pertama dan kedua, dan penurunan kadar periostin pada minggu ketiga dan keempat dengan perbedaan bermakna pada minggu kedua dan keempat p.

ABSTRACT
Background Periodontal regenerative therapy has limitations on one wall alveolar bone defect. Tissue engineering using periodontal ligament cell sheet on chitosan addition of adhesive molecule Arginylglycyaspartic Acid RGD is expected to increase periostin levels as an indicator of bone regeneration. Objective To see levels of periostin post application of RGD on chitosan periodontal ligament cell sheet PDLCS . Method Application of chitosan PDLCS with addition of RGD n 3 and without RGD n 3 on one wall bone defect made on the lateral incisor of M. nemestrina. The CKG sample was collected weekly for four weeks and stored at 80 C. Analysis of protein content using ELISA Human POSTN Elabscience. Results Periostin level was increased in RGD PDLCS compared to non RGD groups in the first and second weeks, and decreased periostin levels in the third and fourth weeks with significant differences in second and fourth weeks p "
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anton Rahardjo
"Pengukuran frekuensi, waktu dan lamanya sikat gigi pada populasi dewasa dan anak di Jakarta, Indonesia. Studi Epidemiologi sangatlah penting untuk mengevaluasi kesehatan gigi dan mulut suatu negara.
Tujuan: Mendapatkan data frekuensi, waktu, dan lamanya menyikat gigi orang dewasa dan anak-anak di Jakarta, Indonesia.
Metode: Sikat gigi yang telah berisi pencatat data dijital disebar secara acak pada 120 keluarga di Jakarta untuk mendapatkan data menyikat gigi dalam keluarga tersebut. Keluarga yang dianalisis adalah bapak, ibu dan dua orang anak yang berusia antara 6 ? 15 tahun.
Hasil: Rerata frekuensi sikat gigi populasi penelitian adalah 1.27 kali per hari. Sebagian besar individu (46%) menyikat gigi pada pagi hari. Rerata waktu lamanya menyikat gigi adalah 57.29 detik. Frekuensi menyikat gigi ibu cenderung lebih tinggi daripada anggota keluarga yang lain, sementara bapak cenderung menyikat gigi lebih lama.
Simpulan: Pendidikan efektif yang bertujuan untuk meningkatkan lamanya dan frekuensi menyikat gigi dari satu kali menjadi dua kali masih sangat penting dilakukan di Indonesia.

Epidemiological study of tooth brushing is essential to evaluate dental health of a country.
Objective: To obtain data on tooth brushing frequency, time of day and duration from adults and children in Jakarta, Indonesia.
Methods: Toothbrushes containing data loggers were distributed to 120 random families in Jakarta to record how many times a day, when and for how long subjects brushed their teeth. The families were each composed of a mother, father and two children aged between 6 and 15 years.
Results: The mean brushing frequency of the population was 1.27 times per day. The majority of the tooth brushing (46%) was performed in the morning. The mean tooth brushing duration of this population was 57.29 seconds. The mothers? tooth brushing frequencies tended to be higher than that of the other family members, and the fathers tended to brush their teeth longer.
Conclusion: Effective education aimed at increasing both the duration and frequency of tooth brushing from once to twice per day is urgently required in Indonesia.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2014
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library