Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 150 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Natasia Meutia
"Pemberian kompensasi kepada karyawan merupakan salah satu faktor ekstrinsik yang paling mendasar untuk memotivasi karyawan. Keadilan kompensasi meliputi 3 bentuk dimensi keadilan, yaitu eksternal equity, internal equity, dan individual equity. Salah satu kebijakan yang mencerminkan penggunaan penilaian kineija sebagai dasar penentu kompensasi adalah employee contribution, yaitu kebijakan pengelolaan kompensasi dengan menilai performa/kineija pada masing-masing karyawan.
Permasalahan yang teijadi di PT. X berkaitan dengan penilaian kineija dan pemberian kompensasi. PT. X sudah melaksanakan pemberian kompensasi berdasarkan penilaian kineija untuk semua karyawan sehingga penilaian kineija yang ada dianggap belum mewakili kompetensi dari keseluruhan jabatan yang ada, selain itu kompetensi yang dipilih untuk dinilai tidak mampu mengukur keberhasilan seseorang dalam jabatan tersebut. Oleh karena kompetensi yang dipilih tidak menggambarkan keberhasilan seseorang dalam pekeijaannya, maka berpengaruh pada pemberian gaji yang dirasakan belum adil. Penentuan besaran gaji dilakukan tanpa pembobotan yang benar serta tidak berdasarkan kriteria penilaian kineija yang sesuai. Sebagai usulan pemecahan masalah tersebut, penulis akan menggunakan metode BARS (Behavioral Anchored Rating Scale) untuk merevisi penilaian kineija di PT. X.
Pada sistem penilaian kineija BARS, setiap kompetensi inti dirinci secara jelas disertai definisi contoh perilaku nyata (critical incidents) pada setiap skala level kineija. Hasil dari penilaian kineija BARS ini, dapat dipergunakan untuk menyusun struktur gaji berdasarkan Merit Sistem yang mengacu pada Merit Increase Grid dan Compa-ratio. Merit sistem adalah suatu sistem balas jasa dengan memepertimbangkan kineija yang ditunjukkan karyawan. Melalui penyusunan gaji berdasarkan pedoman Merit Increase Grid, akan dibuat suatu rancangan penggajian secara individual equity maupun dengan imbalan bersaing adil menurut eksternal equity. Menggingat kondisi finansial PT. X saat ini sedang menurun, maka akan digunakan compa-ratio untuk mengkontrol flnancial budget PT. X."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2007
T37879
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Galuh Ajeng Sanristia
"ABSTRAK
Fokus pada tugas akhir ini adalah membuat desain evaluasi perilaku pelatihan
Coaching dan Counselling untuk Penyelia di PT.ITP. Desain evaluasi perilaku
yang dibuat terdiri dari tahapan pembuatan dan bentuk evaluasi perilaku yang
dapat menjadi blue print untuk pelatihan soft skill lainnya di PT.ITP. Dalam
mendesain evaluasi perilaku, penulis menentukan metode pengumpulan data
berupa kuesioner, menurunkan indikator perilaku dengan menganalisa tujuan
pelatihan dan isi materi pelatihan, meninjau studi pustaka yang berkaitan dengan
Coaching dan Counselling, dan melakukan wawancara dengan pihak SDM,
peserta pelatihan, atasan, bawahan, dan rekan kerja dari peserta pelatihan. Penilaian mengenai perubahan perilaku peserta dilakukan dengan meminta penilai
untuk memberikan penilaian seberapa sering peserta pelatihan menampilkan
perilaku-perilaku Coaching dan Counselling di tempat keija. Yang memberikan
penilaian pada kusioner ini adalah peserta pelatihan, atasan, dan bawahan dari
peserta pelatihan yang sering bekeija sama dan mengamati perilaku peserta
pelatihan di tempat keija. Untuk mendapatkan informasi mengenai ada atau
tidaknya perubahan atau peningkatan perilaku peserta pelatihan di tempat keija
maka evaluasi perilaku dilakukan sebelum dan sesudah pelatihan."
2009
T37901
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tina Andrilina
"Penelitian ini fokus untuk melakukan analisa kebutuhan pelatihan pada CHRD PT.XYZ. Tujuan pelaksanaan analisa kebutuhan pelatihan pada CHRD PT.XYZ adalah mengetahui job specific knowledges and skills karyawan pada keempat bagian yang terdapat pada CHRD PT. XYZ yaitu Corporate Organization Development Departement (CODD), Corporate People Development Departement (CPDD), Corporate Employee Relation (CER) dan Human Resource Administration (HRA), yang menjadi dasar untuk mendapatkan kebutuhan pelatihan untuk karyawan pada keempat bagian tersebut agar permasalahan kinerja dapat teratasi.
Analisa kebutuhan pelatihan yang dilakukan pada penelitian ini mengacu pada teori analisa kebutuhan pelatihan dari Noe (2005), yaitu: (i) Analisa Organisasi, (ii) Analisa Tugas, dan (iii) Analisa Individu. Pengumpulan data untuk Analisa Organisasi dilakukan melalui wawancara. Pengumpulan data untuk Analisa Tugas dilakukan melalui wawancara, observasi, analisa dokumen dan kuesioner terbuka. Pengumpulan data untuk Analisa Individu dilakukan melalui wawancara dan kuesioner terbuka yang diberikan kepada karyawan yang bersangkutan dan dibandingkan dengan penilaian atasannya. Analisa kebutuhan pelatihan ini diujicobakan pada empat karyawan yang masing-masing mewakili CODD, CPDD, CER dan HRA.
Pelaksanaan analisa kebutuhan pelatihan pada CHRD PT. XYZ menghasilkan job specific knowledges and skills dan dan daftar pelatihan spesifik untuk CODD, CPDD, CER dan HRA. Berdasarkan hasil uji coba pada sampel karyawan yang mewakili keempat bagian CHRD tersebut, maka dapat diketahui kebutuhan pelatihan bagi para karyawan tersebut.
This study focus to do Training Need Analysis (TNA) in CHRD of PT.XYZ. TNA is used as a tool to get job specific knowledges and skills for each CODD (Corporate Organization Development Departement), CPDD (Corporate People Development Departement), CER (Corporate Employee Relation) and HRA (Human Resource Administration). The job specific knowledges and skills is used as a base to determine List of Specific Training for the four department in CHRD.
Training Need Analysis in this study is based on TNA theory from Noe (2005), which consist of three analysis: (i) Organizational Analysis, (ii) Task Analysis, and Person Analysis. Interview is used for collecting organizational analysis data. Task analysis data is collected from interview, observation, documentation and open questionnaire. Person analysis data is collected form interview and open questionnaire which is given for the employee and his supervisor. This TNA is tried out to four employees which each employee represent CODD, CPDD, CER and HRA.
The output of this TNA in CHRD of PT.XYZ are Job Specific Knowledges and Skills and List of Specific Training for CODD, CPDD, CER and HRA. Based on try out result, training need for the four employees is ascertainable."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2009
T38277
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Galuh Ajeng Sanristia, Author
"ABSTRAK
Fokus pada tugas akhir ini adalah membuat desain evaluasi perilaku pelatihan Coaching dan Counselling untuk Penyelia di PT.ITP. Desain evaluasi perilaku yang dibuat terdiri dari tahapan pembuatan dan bentuk evaluasi perilaku yang dapat menjadi blue print untuk pelatihan soft skill lainnya di PT.ITP. Dalam mendesain evaluasi perilaku, penulis menentukan metode pengumpulan data berupa kuesioner, menurunkan indikator perilaku dengan menganalisa tujuan pelatihan dan isi materi pelatihan, meninjau studi pustaka yang berkaitan dengan Coaching dan Counselling, dan melakukan wawancara dengan pihak SDM, peserta pelatihan, atasan, bawahan, dan rekan kerja dari peserta pelatihan.
Penilaian mengenai perubahan perilaku peserta dilakukan dengan meminta penilai untuk memberikan penilaian seberapa sering peserta pelatihan menampilkan perilaku-perilaku Coaching dan Counselling di tempat kerja. Yang memberikan penilaian pada kusioner ini adalah peserta pelatihan, atusan, dan bawahan dari peserta pelatihan yang sering bekerja sama dan mengamati perilaku peserta pelatihan di tempat kerja. Untuk mendapatkan informasi mengenai ada atau tidaknya perubahan atau peningkatan perilaku peserta pelatihan di tempat kerja maka evaluasi perilaku dilakukan sebelum dan sesudah pelatihan.

ABSTRACT
The focus of this final assignment is making design of behavior evaluation of Coaching and Counselling Training For Supervisor at PT.ITP. The design of behavior evaluation consists of behavior evaluation form and design stages, which can be blue print for other soft skill trainings in PT. ITP. In order to design training behavior evaluation, writer determines questionnaire as data collecting method, generate behavior indicator by analyzing training objective and subject delivered during training conducted, review theories of reference about Coaching and Counselling, and interviewing HRD, trainee, trainee's supervisor, subordinate, and co-workers.
The feedback about trainee behavior changes conducted with asking rater to evaluate frequency of trainee's Coaching and Counselling behavior appearance at work place. The parties who deserve to give evaluation are trainee, trainee's supervisor and subordinate. In this case, trainee's co-workers rarely observe trainee's behavior in work place so that can't give objective evaluation. In order to gain information about trainee behavior changes or enhancement, the evaluation conducted before and after training is held."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2009
T38574
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Devika Nur Shabrina
"Perubahan dalam bisnis menuntut perusahaan untuk dengan cepat beradaptasi, tidak terkecuali perusahaan BUMN pertambangan. Bagi sebagian besar masyarakat, inovasi pada sektor pertambangan seringkali dinilai tidak diperlukan. Padahal, pada penelitian sebelumnya menemukan inovasi adalah penyumbang kontribusi pertumbuhan bisnis tertinggi pada perusahaan sektor pertambangan di Amerika Serikat. Di Indonesia sendiri, sektor pertambangan memiliki potensi untuk melakukan inovasi dan pemerintah melalui program kerjanya berusaha untuk terus mendorong inovasi pada sektor pertambangan. Berdasarkan studi literatur sebelumnya, faktor kepemimpinan pemberdayaan mampu mengembangkan kepemimpinan diri pada individu yang kemudian mendorong individu dalam melaksanakan tahapan perilaku kerja inovatif. Meskipun bukti empiris terkait keterkaitan tersebut masih cenderung minim. Berdasarkan teori social cognitive, setelah memahami ekspektasi dari atasan, individu akan terlebih dahulu mempertimbangkan faktor lingkungan lainnya, seperti keamanan psikologis dalam tim yang kemudian mempengaruhi perilaku kerja inovatif mereka. Oleh karena itu, keamanan psikologis berperan sebagai moderasi terhadap hubungan tidak langsung antara kepemimpinan pemberdayaan dan perilaku kerja inovatif melalui kepemimpinan diri. Penelitian dilakukan dengan menggunakan SPSS PROCESS Hayes model 14. Adapun pada penelitian ini menggunakan 4 (empat) alat ukur, yaitu kepemimpinan pemberdayaan dikembangkan oleh Amundsen dan Martinsen (2014) dan telah diadaptasi oleh Shabrina & Etikariena (2018), alat ukur perilaku kerja inovatif yang dikembangkan oleh Scott dan Bruce (1994; Janssen, 2000) diadaptasi oleh Etikariena dan Muluk (2014), kepemimpinan diri menggunakan ASLQ yang dikembangkan oleh Houghton, et al (2012), keamanan psikologis dikembangkan oleh Edmondson (1999). Alat ukur kepemimpinan diri dan keamanan psikologis dilakukan proses adaptasi ke dalam Bahasa Indonesia pada penelitian ini. Hasil analisis menunjukkan bahwa keamanan psikologis signifikan memoderasi hubungan tidak langsung kepemimpinan pemberdayaan dan perilaku kerja inovatif melalui kepemimpinan diri (B=.-02; p < .05). Penelitian ini memberikan kontribusi dan implikasi teoritis terhadap perkembangan teori dan implikasi praktis terhadap perusahaan BUMN pertambangan.

Changes in business demand companies to adapt quickly, including state-owned mining companies (BUMN pertambangan). For many in society, innovation in the mining sector is often deemed unnecessary. However, previous research found that innovation significantly contributes to the highest business growth in the mining sector in the United States. In Indonesia, the mining sector has the potential for innovation, and the government, through its programs, strives to continuously promote innovation in this sector. Based on previous literature studies, empowering leadership is identified as a factor that can develop self-leadership in individuals, subsequently driving them in executing stages of innovative work behavior. Despite limited empirical evidence on this connection, according to social cognitive theory, after understanding expectations from superiors, individuals first consider other environmental factors, such as psychological safety within the team, which then influences their innovative work behavior. Therefore, psychological safety plays a moderating role in the indirect relationship between empowering leadership and innovative work behavior through self-leadership. The research, conducted using SPSS PROCESS Hayes Model 14, utilized 4 measurement tools, there are empowering leadership developed by Amundsen and Martinsen (2014) and adapted by Shabrina & Etikariena (2018), innovative work behavior measurement developed by Scott and Bruce (1994; Janssen, 2000) adapted by Etikariena and Muluk (2014), self-leadership using ASLQ developed by Houghton et al. (2012), and psychological safety developed by Edmondson (1999). The measurement tools for self-leadership and psychological safety underwent adaptation into Bahasa Indonesia for this study. The analysis results show that psychological safety significantly moderates the indirect relationship between empowering leadership and innovative work behavior through self-leadership (B=-0.02; p < 0.05). This study contributes theoretically and has practical implications for state-owned mining companies. "
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arynda Isnayni Nurfadilla
"ABSTRAK
Beberapa penelitian menemukan bahwa kesesuaian pekerjaan-individu (person-job fit) memiliki hubungan dengan intensi mengundurkan diri (turnover intention). Akan tetapi, belum banyak penelitian yang menguji keefektifan intervensi job crafting pada hubungan kedua variabel tersebut. Padahal, beberapa penelitian mengindikasikan bahwa job crafting merupakan intervensi yang tepat untuk meningkatkan kesesuaian pekerjaan-individu. Pengumpulan data dilakukan pada karyawan hotel (N = 40) untuk menguji hubungan kesesuaian pekerjaan-individu dan intensi mengundurkan diri. Sedangkan, partisipan intervensi job crafting dipilih berdasarkan skor kesesuaian pekerjaan-individu yang rendah dan intensi mengundurkan diri yang tinggi (N = 6). Hasil menunjukkan bahwa karyawan yang memiliki tingkat kesesuaian pekerjaan-individu yang tinggi akan memiliki intensi mengundurkan diri yang rendah. Selanjutnya, hasil mengindikasikan bahwa job crafting dinilai sebagai intervensi yang tepat untuk meningkatkan kesesuaian pekerjaan-individu karyawan sehingga dapat menurunkan intensi untuk mengundurkan diri. Penemuan ini menyarankan bahwa dengan melakukan job crafting, karyawan dapat mengoptimalkan kesesuaian mereka dengan pekerjaannya.

ABSTRACT
Some scholars found that the person-job fit has a relationship with turnover intention. But, not many studies examined the effectiveness of job crafting intervention towards the relationship between these variables. Several studies indicate that job crafting is the best intervention to improve person-job fit. Data collection was conducted on hotel employees (N=40) to examine the relationship between person-job fit and turnover intention. Meanwhile, participants on job crafting intervention were selected based on scores (N=6). Results indicate that employees who have a high level of person-job fit will have a low intention to quit. Furthermore, results indicate that job crafting is considered as the right intervention to optimize their person-job fit so that it can reduce their turnover intention. These findings suggest that by crafting their work, an individual can maximize their suitability with their work.

"
2019
T53408
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Didik Sulaiman
"Merek merupakan suatu aset perusahaan yang sangat berharga. Suatu merek yang kuat dan "terkenal" telah terbukti mampu memberikan efek emosional yang sangat besar bagi konsumen (Riana, 2008; Adaval, 2003). Efek emosional yang ditimbulkan oleh merek tersebut akan berpengaruh terhadap proses penilaian suatu produk, yang selanjutnya akan berpengaruh terhadap proses pembelian. Oleh karena itu, dapat diasumsikan bahwa kemampuan konsumen dalam mengelola emosinya akan berpengaruh pada penilaian konsumen terhadap suatu produk bermerek. Untuk pengukuran mengenai kemampuan konsumen dalam mengelola dan mengggunakan emosinya, pada dewasa ini telah dikembangkan konsep kecerdasan emosional konsumen oleh Kidwell et al (2008). Dari dasar itu, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara kecerdasan emosional konsumen dengan intensi untuk membeli produk ?bermerek terkenal? dan ?bermerek tidak terkenal? pada mahasiswa. Pada kasus produk ?bermerek terkenal?, hasil penelitian ini menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan signifikan antara kecerdasan emosional konsumen dengan intensi membeli. Sebaliknya, terdapat hubungan positif yang signifikan antara kecerdasan emosional konsumen dengan intensi membeli produk "bermerek tidak terkenal". Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa konsumen dengan kemampuan kecerdasan emosional yang tinggi, akan lebih mampu memilih produk yang berkualitas terlepas dari pengaruh merek. Hal ini terlihat dari tingkat intensi yang lebih tinggi terhadap produk ?bermerek tidak terkenal?, yang dalam penelitian ini lebih berkualitas dibandingkan dengan produk "bermerek terkenal".

A brand is a valuable asset of the company. A strong and famous brands has been proved that they can give a great emotional impact to the customers (Riana, 2008; Adaval, 2003). The emotional impact that was emerged from the brand will influence the assessment and valuation process of a product, and furthermore, it will affect the purchasing process. So, it can be assumed that consumers? ability in managing their emotions will affect to their valuation to a branded products. Recently, a concept of consumers? emotional intelligence has been developed by Kidwell et al (2008) to measure consumers? ability in managing their emotions. From that basic, this research was conducted to know the relations between consumer?s emotional intelligence to their intention to purchase infamous product or famous product to university students. For famous products, the result of this research stated that there is no significant relation between consumers? emotional intelligence and their intention to buy products. On the contrary, there is a positive significant relation between consumers? emotional intelligence and their intention to buy infamous products. The result of this research showed that consumers with a high emotional intelligence will be able to choose a good product quality. This is shown from the higher intenti on rate to infamous branded product, which is in this research has a better quality than a famous branded product."
Depok: Universitas Indonesia, 2009
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Yolla Chintya Pitaloka
"

Penelitian sebelumnya terhadap lulusan universitas di Indonesia menunjukkan adanya ketidaksesuaian antara keahlian lulusan dengan yang dibutuhkan industri saat ini dan tertinggal dari negara lainnya, terutama negara ASEAN, dalam kemampuan berinovasi. Kemampuan berinovasi dapat dikembangkan sejak menjadi mahasiswa melalui penentuan variabel yang tepat, sehingga mahasiswa dapat fokus mengembangkan kemampuan diri. Penelitian kuantitatif korelasional dilakukan untuk melihat hubungan antara kemampuan belajar dari pengalaman dengan kemampuan berinovasi. Alat ukur yang digunakan yaitu Innovative Work Behavioral Scale yang dikembangkan oleh Janssen (2000) dan alat ukur Learning Agility Assessment Scale yang dipublikasikan dalam Gravett dan Caldwell (2016). Kedua alat ukur tersebut dimodifikasi untuk menyesuaikan pada kondisi mahasiswa. Partisipan dalam penelitian ini merupakan mahasiswa Perguruan Tinggi Universitas Indonesia yang berada di masa studi minimal semester 3 sebanyak 539 orang. Pengujian hipotesis menggunakan teknik analisis statistik Pearson’s Correlation. Didapatkan hasil bahwa learning agility berhubungan positif secara signifikan dengan perilaku kerja inovatif, r(537) = 0,61, p < 0,001. Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan oleh universitas dalam mengembangkan program yang dapat membantu mengasah kemampuan learning agility sehingga meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam berinovasi.


Previous research has shown that university graduates in Indonesia face significant skill gap and behind from any country, spesifically among ASEAN countries, in term of innovation ability. Innovative ability can be developed for university students with the right variables. Thus, it might help student to focus on their self-development. Quantitative and correlational research conducted to know how learning agility might related to innovative work behavior. Innovative Work Behavioral Scale developed by Janssen (2000) and Learning Agility Assessment Scale, developed and published by Gravett and Caldwell (2016), were used in study. Both scales were adapted and translated so they would fit with the undergraduates’ context. In result, 539 of minimum Second year/3rd semester University Indonesia students were chosen. The statistics analysis technique used for hypothesis testing was Pearson’s Correlation. The result showed that learning agility is positively correlated with the innovative work behavior, r(537) = 0,61, p < 0,001. After this study, the result might be used as one of the references for university to develop program where student could develop their learning agility and become more innovative.

"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ferdinan Leonardo
"ABSTRAK
Kondisi di unit usaha restoran, PT XYZ membuat karyawan mengalami ketidakpuasan dalam bekerja. Di sisi lain, kepuasan kerja merupakan aspek yang berperan penting dalam menunjang performa karyawan yang bekerja di bidang pariwisata. Dengan meningkatkan orientasi melayani karyawan, perusahaan dapat pula meningkatkan kepuasan kerja. Dua studi dilakukan untuk mengetahui hubungan antara orientasi melayani dan kepuasan kerja (studi 1); dan efektivitas serta dampak intervensi terhadap orientasi melayani pada kepuasan kerja (studi 2). Pada studi 1, pengumpulan data dilakukan menggunakan Work and Life attitude Survey Scale 5: Job Satisfaction, dan The Service Orientation Scale (N = 153). Hasil uji korelasi menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara orientasi melayani dan kepuasan kerja. Lebih lanjut, hasil analisis menggunakan Wilcoxon Signed-Rank Test pada Studi 2 menemukan bahwa terdapat peningkatan pengetahuan karyawan terkait dengan orientasi melayani. Di sisi lain, tidak ada peningkatan nilai yang signifikan, baik pada variabel orientasi melayani, maupun kepuasan kerja saat sebelum dan sesudah intervensi pelatihan Heart of a Servant. Penelitian ini berkontribusi menambah kajian literarur mengenai orientasi melayani dan kepuasan kerja pada sektor industri pariwisata, serta meningkatkan kesadaran manajemen PT XYZ akan pentingnya orientasi melayani sebagai aspek yang meningkatkan kepuasan kerja karyawan.

ABSTRACT
Conditions in the restaurant business unit, PT XYZ, make employees experience dissatisfaction at work. On the other hand, job satisfaction play an important role in supporting hospitality and tourism employees performance. By increasing employee service orientation, companies can also increase job satisfaction. Two studies were conducted to determine the relationship between service orientation and job satisfaction (study 1); and the effectiveness and impact of interventions on serving orientation towards job satisfaction (study 2). In Study 1, data were collected using the Work and Life Attitude Survey Scale 5: Job Satisfaction and The Service Orientation Scale (N = 153). Correlation results showed there was a significant relationship between service orientation and job satisfaction. Furthermore, the results of the analysis using the Wilcoxon Signed-Rank Test in Study 2 found that there was an increase in employee knowledge related to service orientation. On the other hand, there was no significant score increase in both service orientation and job satisfaction variables before and after the Heart of a Servant training intervention. This study contributed to increase literacy regarding service orientation and job satisfaction in the tourism industry sector, as well as increasing PT XYZs management awareness of the importance of serving orientation as an aspect that could increase job satisfaction.
"
2020
T55164
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ida Ayu Karina Adityanti Manuaba
"Penelitian ini terdiri dari dua studi, yaitu studi pertama yang merupakan studi korelasional dan studi kedua yang merupakan program intervensi. Studi korelasional yang bertujuan untuk melihat hubungan antara leader-member exchange dan kepuasan terhadap atasan, dilakukan kepada 71 karyawan Divisi Rooms (Front Office, Health Club & Spa) pada Hotel XYZ. Pengukuran variabel menggunakan dua alat ukur yaitu alat ukur leader-member exchange dari Liden dan Maslyn (1998) dan alat ukur supervisi dari kepuasan kerja yang dikembangkan oleh Luthans (2002). Hasil studi pertama menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara leader-member exchange dan kepuasan terhadap atasan (r=.79, p<.01). Selanjutnya, studi kedua bertujuan untuk mengetahui peningkatan leader-member exchange dan kepuasan terhadap atasan setelah diberikan intervensi. Intervensi merupakan program pelatihan coaching for coach yang dilakukan kepada 10 karyawan Divisi Rooms (Front Office, Health Club & Spa) pada Hotel XYZ. Karyawan tersebut merupakan atasan yang memiliki bawahan dengan skor kepuasan terhadap atasan rendah. Hasil evaluasi level 1 (reaksi) dari studi kedua menunjukkan bahwa peserta merasa pelatihan secara keseluruhan sudah baik. Hasil evaluasi level 2 (pembelajaran) menunjukkan bahwa pelatihan yang diberikan sudah mampu meningkatkan pengetahuan peserta secara signifikan (z=-2.40, p<.05). Hasil evaluasi level 3 (perilaku) menunjukkan bahwa tidak terdapat peningkatan skor leader-member exchange (z=-1.34, p>.05) dan kepuasan terhadap atasan (z=-1.342, p>.05) secara signifikan setelah diberikan intervensi. Program intervensi belum efektif meningkatkan leader-member exchange dan kepuasan terhadap atasan dibahas lebih lanjut dalam diskusi penelitian ini.

This research consisted of two studies, namely the first study which is a correlational study and the second study which is an intervention program. A correlational study aimed at looking at the relationship between leader-member exchange and supervision satisfaction was conducted on 71 employees of the Rooms Division (Front Office, Health Club & Spa) at XYZ Hotel. The measurement of variables used two measuring instruments namely leader-member exchange measuring instrument from Liden and Maslyn (1998) and supervisory measure of job satisfaction developed by Luthans (2002). The result of the first study showed that there was a significant relationship between leader-member exchange and supervisor satisfaction (r=.79, p<.01). Furthermore, the second study aimed to determine the increase in leader-member exchange and supervision satisfaction after being given an intervention. Intervention is coaching for coach training program conducted for 10 employees of the Rooms Division (Front Office, Health Club & Spa) at XYZ Hotel. The employees were the leaders who have subordinates with a low supervision satisfaction score. Level 1 (reaction) evaluation result from the second study showed that the participants felt that the overall training was good. The result of level 2 evaluation (learning) showed that the training given has been able to significantly increase participants' knowledge (z = -2.40, p<.05). Level 3 (behavior) evaluation result showed that there were no significantly increase in leader-member exchange (z = -1.34, p>.05) and supervision satisfaction (z = -1.342, p>.05) after the intervention was given. The intervention program which has not effectively increased leader-member exchange and supervision satisfaction will be discussed further in this research."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
T55123
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>