Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 125 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Asnim
"Puskesmas Pembantu merupakan sarana pelayanan kesehatan terdepan di Indonesia dengan jumlah 21115 unit. Puskesmas Pembantu tersebut turut menentukan berhasil tidaknya pembangunan kesehatan di Indonesia. Dewasa ini peranan yang belum optimal dan kinerja petugas yang masih rendah berimbas terhadap rendahnya kesehatan masyarakat dan pencapaian target atau cakupan beberapa program kesehatan. Dalam hal ini, perlu diadakan suatu penelitian yang bertujuan untuk mendapatkan gambaran kinerja petugas Puskesmas Pembantu dalam pelayanan kesehatan dan faktorfaktor yang berhubungan dengan kinerja Puskesmas Pembantu dalam pelayanan kesehatan di Kabupaten Bungo-Tebo.
Penelitian ini menggunakan cross sectional design melalui studi observasional untuk melihat faktor status perkawinan, motivasi, tempat tinggal, lama kerja, supervisi dan pelatihan dalam hubungannya dengan kinerja Puskesmas Pembantu Didalam penelitian ini tidak dilakukan, sampling karena seluruh populasi dijadikan responden yaitu . semua petugas Puskesmas Pembantu di Kabupaten Bungo-Tebo yang berjumlah 102 prang.
Hasil penelitian menunjukan bahwa faktor supervisi, motivasi dan pelatihan berhubungan dengan kinerja Puskesmas Pembantu. Sementara faktor status perkawinan, tempat tinggal dan lama kerja tidak berhubungan dengan kinerja petugas Puskesmas Pembantu. Dari ketiga faktor yang berhubungan dengan kinerja petugas Puskesmas Pembantu tenyata faktor supervisi paling dominan berhubungan dengan kinerja petugas. Puskesmas Pembantu, dimana petugas Pustu yang cukup mendapatkan supervisi berpeluang mempunyai kinerja baik 2,6 kali dibanding yang kurang mendapat supervisi OR=2,6 (95% CI: 1,063-6,349).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat kinerja petugas Puskesmas Pembantu di Kabupaten Bungo-Tebo masih rendah yang disertai dengan tidak tercapainya target cakupan pelayanan kesehatan yang telah ditetapkan. Oleh sebab itu, Puskesmas kecamatan mesti melakukan supervisi secara sistematis, terjadwal dengan memperhatikan kualitas dan kuantitas supervisi dan meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan di mass mendatang.

Sub health centre (SHC) is front health service unit in Indonesia numbering as many as 21115 units. This SHC contributes the failure or success of Indonesian health development program. So far, its fair role and its officer working attitude influence on the poor health community and health target achievement or coverage. In this respect, there should be a research in order to obtain description on working attitude of SHC in performing its health service and some factors related to SHC working attitude in order to give health service in Bungo-Tebo District.
This research uses cross sectional design through observational study in order to analyz the factor of marriage status, motivation, residence, job duration, supervision and training in relation with SHC working attitude. The research uses total samples in form of whole SHC in Bungo-Tebo District as many as 102 units.
Research result shows that the factors of supervision, motivation and training are related with SHC working attitude. On the other hand, The factors of marriage, residence and job duration are not related with SHC working attitude. From three variables related to SHC working attitude, the most related variable is supervision with OR=2,6 (95% CI: 1,063-6,349).
The research result shows that health officers' working attitude of SHC in Bungo-Tebo District is stiII low accompanied with the failure of establish health target Therefore, SHC should make supervision systematically and regularly considering supervision quality and quantity in order to improve future health target.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2002
T725
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Retno Purwaningsih
"Masih tingginya angka kematian ibu, antara lain disebabkan oleh karena terlambatnya mengetahui risiko pada proses maternal, sehingga terlambat mendapatkan pertolongan. Pada saat-saat berisiko, ibu yang bersangkutan biasanya dalam keadaan lemah, sehingga tidak mampu memutuskan sesuatu. Oleh karena itu, dibutuhkan keterlibatan suami untuk mengetahui proses kesehatan maternal dan risikonya, serta dukungannya untuk mengatasi keadaan tersebut. Banyak keterlambatan keputusan diambil suami pada pada keadaan maternal berisiko tinggi, sehingga mengakibatkan pertolongan terlambat diberikan. Hal tersebut diduga karena rendahnya pengetahuan suami mengenai kesehatan maternal. Oleh karena itu, sejak tahun 1998 telah dimulai kampanye Suami Siaga, sebagai bagian dari Gerakan Sayang Ibu.
Penelitian dilakukan untak melihat seberapa jauh hubungan pengetahuan dan sikap suami dengan dukungan terhadap kesehatan maternal istrinya. Populasi penelitian ini adalah suami yang mempunyai anak dibawah usia tiga tahun, dengan harapan mereka masih ingat dukungan apa yang dilakukannya ketika istrinya hamil anak terakhir. Penelitian dilakukan di Kelurahan Harapan Mulia, Jakarta Pusat, untuk melihat dukungan suami di masyarakat urban di populasi padat yang sebagian besar penduduknya berstatus ekonomi menengah ke bawah. Penelitian secara kuantitatif dengan desain cross sectional ini dilakukan melalui wawancara dengan pertanyaan tertutup terhadap 110 responden yang diambil secara simple random sampling dengan menggunakan kerangka sample. Pengolahan dilakukan dengan SPSS for Windows di Laboratorium Komputer IKM UI.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa proporsi suami yang mendukung kesehatan maternal di populasi tersebut adalah 51,8%. Hasil pengujiari multivariat membuktikan bahwa pengetahuan suami tentang kesehatan maternal berhubungan dengan dukungannya terhadap kesehatan maternal istrinya. Suami yang berpengetahuan tinggi, mempunyai kecenderungan 1,7 kali mendukung kesehatan maternal istrinya dibandingkan dengan yang berpengetahuan rendah. Sikap suami mengenai kesehatan maternal tidak berhubungan secara signifikan dengan dukungan terhadap kesehatan maternal istrinya. Pekerjaan suami merupakan faktor konfonding yang dalam hubungan antara pengetahuan suami dengan dukungan suami terhadap kesehatan maternal istrinya, sementara faktor usia dan pendidikan bukan merupakan konfonding.
Untuk lebih meningkatkan pengetahuan suami mengenai kesehatan maternal di Kelurahan Harapan Mulia, disarankan kepada pihak Puskesmas, tenaga kesehatan swasta dan tokoh masyarakat setempat untuk lebih mensosialisasikan pentingnya keterlibatan suami pada kesehatan maternal, baik pada waktu pemeriksaan kehamilan, maupun pada pertemuan-pertemuan informal lainnya. Untuk Departemen Kesehatan, disarankan untuk membuat program sosialisasi dukungan suami terhadap kesehatan maternal secara lebih rinci, bekerja sarna dengan berbagai departemen lain seperti Departemen Agarna serta Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, agar pengetahuan kesehatan maternal dapat diserap sebagai bagian dan gaya hidup masyarakat. Paradigma bare bahwa "kesehatan maternal bukan hanya tanggung jawab ibu, tetapi tanggung jawab bersama, terutama suami, " perlu lebih disosialisasikan.
Referensi; 52 (1972-2002)

A Correlation between Knowledge, Attitude and Husband's Support in Maternal Health A Cross Sectional Study at Kelurahan Harapan Mulia, Jakarta, 2002A Maternal Mortality Rate in Indonesia is the highest among South East Asia countries. To overcome this problem, Mother Friendly Movement has been campaigning since 1996. Further, Men's involvement in maternal health is a part of Mother Friendly Movement to reduce maternal mortality. A lack of relevant information tends to less attention for men in maternal health of their wife. Therefore, men are not prepared to act promptly when obstetric emergencies arise.
This study is undertaken for men that have the last child which is not more than three years old, so they still remember what kind of involvement that they've done during the last maternity of their wife. The study is carried out in a high density of population in Kelurahan Harapan Mulia, Jakarta Pusat, in 2002. From the study, husband's knowledge, behaviors and their support to maternal care will be discussed in detail.
The analysis result shows that the proportion of husband's support in their wife's maternal care are only 51, 8%. The multivariate result shows that husbands with high maternal health knowledge tend to have 1, 7 times to support on maternal health than the husband with low maternal health knowledge. Even though, the fact shows men's the knowledge level about maternal risk and postnatal care are very low. Their behaviors are ambivalent to maternal health support.
In conclusion, there is a significance correlation between husband's knowledge of maternal health and husbands support to their wife's maternal health, and there is no significance correlation between husband's behaviors and their support to their wife's maternal health.
It is recommended that the maternal health issues are community responsibility, especially husband. Therefore, Puskesmas chief and staff to do more socializing about men's involvement in maternal health. Furthers, Department of Health, Republic of Indonesia, to provide detail information about the important of husband's support in maternal health.
References; 52 (1972-2002)"
Depok: Universitas Indonesia, 2002
T10751
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dina Agoes Soelistijani
"Sampai saat ini penyakit HIV/AIDS semakin berkembang termasuk di Indonesia, hingga akhir Juni 2002 telah mencapai 2950 kasus HIV/AIDS di Indonesia. (Ditjen PPM & PL, 2002). Faktor risiko HIV/AIDS terbanyak adalah hubungan seksual (heteroseksual dan homoseksual). Upaya penanggulangan HIV/AIDS di Indonesia, salah satunya adalah KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi) yang bertujuan meningkatkan pengetahuan kelompok berisiko tinggi termasuk wanita penjaja seks (WPS) yang akhirnya mau merubah sikap dan perilakunya untuk mencegah HIV/AIDS.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pengetahuan tentang HIV/AIDS dengan perilaku WPS dalam penggunaan kondom seks komersial di Bali tahun 2000. Penelitian ini menggunakan data sekunder Survei Surveilans Perilaku (SSP) Infeksi Menular Seksual (IMS) & HIV/AIDS oleh Pusat Penelitian Kesehatan Universitas Indonesia (PPK Ul) di Bali meliputi Denpasar, Kuta dan Sanur tahun 2000. Rancangan penelitan adalah cross sectional dengan responden adalah WPS.
Variabel yang diamati dan dilihat hubungannya dengan perilaku WPS dalam penggunaan kondom seks komersial adalah pengetahuan WPS tentang HIV/AIDS, karakteristik sosial (umur, tingkat pendidikan, lama bekerja sebagai WPS) dan pengalaman menderita gejala IMS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden mempunyai pengetahuan kurang tentang HIV/AIDS (57,3%) dan berperilaku tidak selalu menggunakan kondom (87,2 %). Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa variabel umur (p=0,725), tingkat pendidikan (p 0,252), dan lama bekerja sebagai WPS (p=0,125) tidak berhubungan bermakna dengan perilaku responden dalam penggunaan kondom seks komersial. Pengalaman menderita gejala IMS (p=0,000) dan pengetahuan tentang HIV/AIDS (p),008) menunjukkan hubungan yang bermakna dengan perilaku responden dalam penggunaan kondom seks komersial. Responden yang mempunyai pengetahuan baik tentang HIV/ADDS berpeluang 2,923 kali berperilaku selalu menggunakan kondom dibandingkan responden yang mempunyai pengetahuan kurang tentang HIV/AIDS. Hasil analisis multivariat rnenunjukkan bahwa variabel umur, tingkat pendidikan, lama bekerja sebagai WPS dan pengalaman menderita gejala IMS ternyata bukan confounder dalam hubungan pengetahuan responden tentang HIV/AIDS dengan perilaku responden dalam penggunaan kondom seks komersial.
Mengacu pada hasil penelitian di atas, maka saran yang diajukan khususnya untuk pengelola program dalam upaya penanggulangan HIV/AIDS dapat dilakukan dengan meningkatkan pengetahuan tentang HIV/AIDS dan penggunaan kondom melalui KIE dilakukan lebih efektif dan intensif. Perlu pula kerjasama/kemitraan dengan lintas sektor dan lintas program terkait, organisasi masyarakat, lembaga swadaya masyarakat dan media massa yang kondusif Metode yang efektif digunakan penyuluhan massa, disamping konseling dan melalui kelompok sebaya/seprofesi.
Daftar Pustaka : 43 (1980-2002)

Relationship between Knowledge of HIV/AIDS with Female Sex Workers Behavior in Condom Use Commercial Sex, in Bali, in 2000HIV/AIDS has been increasing from time to time, including in Indonesia However, as a fact late of June 2002, exclusive for Indonesia it has reached up to 2.950 cases (Ditjen PPM & PL, 2002). The biggest determinant of its infection is hetero and home sexual relationship. One of the prevention ways done in Indonesia is through Communication, Information and Education program for increasing knowledge of HIV/AIDS to high risk groups, including female sex workers, so that they are aware of the prevention of HIV/AIDS.
The objective of this research is to measure relationship between knowledge of HIV/AIDS with female sex workers behavior in condom use commercial sex, in Bali, in 2000. The data sources are Behavioral Surveilans Survey, infectious sexual disease and HIV/AIDS done by Health Survey Center, University of Indonesia in Bali covering Denpasar, Kuta and Sanur in 2000. Survey design is cross sectional with female sex workers as respondents.
The knowledge of HIV/AIDS, social characteristic (age, education, length of period working as a sex workers) and experience of having infectious sexual disease symptoms are variable matters taken in this research. It shows that the most of the respondent have less of knowledge (57,3 %) and seldom using condom (87,2 %). The results of bivariate analysis, where variable matters : age (p = 0,725), education level (p = 0,252) and the length of period working as a sex workers (p-0,008) have not significantly relationship with female sex workers behavior in condom use commercial sex. The experience of having infectious sexual disease symptoms (p,000) and . knowledge of HIV/AIDS (p=0,008) have significantly relationship with female sex workers behavior in condom use commercial sex. The risk of the more knowledge respondent of HIV/AIDS might be 2,923 times always using condom compared the less knowledge respondent of HIV/AIDS. The multivariate analysis shows that age, education, length of period working as a sex workers and experience of having infectious sexual disease are not confounder in relationship between knowledge of HIV/AIDS with female sex workers behavior in condom use commercial sex.
Finally this research suggests to defend of HIV/AIDS for program the organizers, through effective and intensive communication, information and education program for increasing knowledge of HIV/AIDS and condom use. Cooperation of a flash program and sector, community organizations, non government organizations, and condusive mass media is highly recommended. Effectively method use mass communication, besides individual conseling and peer group.
References : 43 (1980-2002)
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2003
T12697
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M. I. Murniati
"Sebagian besar penderita HIV/AIDS usia muda adalah pengguna NAPZA suntik yang berganti-ganti antar teman, yang mengakibatkan makin banyaknya penderita infeksi HIV/AIDS. Data Ditjen PPM&PL (2004), menyebutkan bahwa kasus HIV/AIDS melalui NAPZA suntik pada kelompok umur 20-29 tahun sebanyak 232 kasus (64,4%), sedangkan untuk kelompok umur 15-19 tahun sebanyak 33 kasus (9,2%).
Agar informasi yang diterima tidak disalahtafsirkan, diperlukan pengetahuan yang benar tentang HIV/AIDS, oleh sebab itu perlu adanya kebijakan pendidikan di sekolah-sekolah, terutama masalah kesehatan reproduksi, seksual, dan NAPZA sebagai langkah awal pencegahan penularan HIV/AIDS di Indonesia Strategi media komunikasi massa dengan perdekatan seting agenda yang dilengkapi dengan KIE (Komunikasi, Informasi, Edukasi) mengenai pengetahuan remaja tentang HIV/AIDS dan penyakit menular seksual melalui keragaman saluran media, kemungkinan juga akan lebih efektif dan efisien untuk mencapai sasaran.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh informasi tentang hubungan pajanan media komunikasi massa (pajanan media elektronik dan pajanan media cetak) dengan pengetahuan remaja tentang HIV/AIDS di SMAN 81 dan SMKN 51 Kodya Jakarta Timur Tahun 2004. Variabel yang diteliti adalah: pengetahuan remaja tentang HIV/AIDS, pajanan media komunikasi masa., informasi dari guru sekolah, informasi dari orang tua/anggota keluarga lain, informasi dan teman/kelompok sebaya, informasi dari tetangga dan informasi dari narasumber.
Disain penelitian yang digunakan adalah cross-sectional. Data dianalisis dengan analisa univariat, bivariat dan multivariat. Dari hasil analisis univariat didapatkan remaja dengan pengetahuan kurang tentang HIV/AIDS 49% sedangkan remaja yang pengetahuannya baik tentang HIV/AIDS 51%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara pajanan media komunikai massa dengan pengetahuan remaja tentang HIV/AIDS, sedangkan informasi dari guru sekolah, informasi dari orang tua/anggota keluarga lain, informasi dari teman/kelompok sebaya, informasi dari tetangga serta informasi dari narasumber bukan merupakan perancu bagi hubungan tersebut.
Dari hasil penelitian ini diharapkan untuk diupayakan lebih banyak pemasangan poster mengenai bahaya dan penanggulangan masalah HIV/AIDS selain itu perlu adanya kegiatan terpadu seperti mengadakan seminar atau diskusi panel secara periodik dan berkesinambungan mengenai masalah HIV/AIDS di sekolah-sekolah.
Bacaan: 39 (tahun 1981-2004).

Most HIV/AIDS patient of young age/adolescent is consumer of drugs inject flitting between friend, resulting to more and more the number of infection patient of HIV/AIDS. Data of Ditjen PPM&PL (2004), mention that case of HIV/AIDS through drugs inject at group age 20-29 year counted 232 case (64,4%), while for group age 15-19 year counted 33 case (9,2%).
So that accepted information is not wrong interpretation, needed the correct knowledge about HIV/AIDS as adolescent hold in determining its life step, on that account needing the existence of policy of education in schools, especially the problem of health of reproduction, sexual, and drugs as step early prevention of infection of HIV/AIDS in Indonesia, specially adolescent circle. Mass communications media strategy with approach of agenda setting provided with CIE (Communications, Information, Education) about adolescent knowledge around HIV/AIDS and contagion of sexual through all kind of media channel, possibility also will be more efficient and effective to reach target.
The purpose of this research is to get information about mass communications media exposure relation with adolescent knowledge about HIV/AIDS in SMAN 81 and SMKIN 51 East Jakarta 2004. Variable the checked is: adolescent knowledge about HIV/AIDS, mass communications media exposure, information of schoolteacher, information of parents/other family member, information of friend/group coeval, information of neighbour and information of expert.
Design research the used is study cross-sectional. Data analysed with analysis of univariat, bivariate and multivariat. From result of univariat analysis got adolescent with knowledge "less" about HIV/AIDS in SMAN 81 equal to 41,4% and in SMKN 51 equal to 56,5%, while adolescent which its knowledge of "good" about HIV/AIDS in SMAN 81 equal to 58,7% and in SMKN 51 equal to 43,5%. From bivariate analysis got relation having a meaning of there is 2 variables that is mass communications media exposure and information of neighbour with adolescent knowledge about HIV/AIDS. From multivariat analysis got strong relation between mass communications media exposure with adolescent knowledge about H V/AIDS, while information of schoolteacher, information of parents/other family member, information of friend/group coeval, information of neighbour and also information of expert not such as confounding to mass communications media exposure with adolescent knowledge about HIV/AIDS.
From result of this research expected to be strived more installation of poster concerning danger and preventive effort of HIV/AIDS problems, besides needing the existence of inwrought activity like performing brain trust or seminar periodical and continual regarding the problem of HIV/AIDS in schools.
References: 39 (1981-2004).
"
Depok: Universitas Indonesia, 2004
T13133
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eka Mutia Yuliandarin
"Tujuan dilakukannya penelitian ini untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian ASI Eksklusif di wilayah UPTD Puskesmas Kelurahan Kotabaru kecamatan Bekasi Barat tahun 2009. Penelitian ini dengan desain potong lintang, pada 187 ibu bayi 7-24 bulan, data dikumpulkan dengan wawancara dengan menggunakan kuesioner. Ditemukan 29,7% ibu yang memberikan ASI Eksklusif. Pengetahuan ibu, pekerjaan ibu dan dukungan suami berhubungan dengan pemberian ASI Eksklusif, dimana dukungan suami merupakan faktor yang paling dominan. Disarankan kepada Dinas Kesehatan Kota Bekasi dan Puskesmas Kota Baru dapat lebih mensosialisasikan manfaat pemberian ASI Eksklusif didukung oleh tenaga kesehatan terlatih.

This objective of this reseacrh to determine factors related to Exclusive breastfeeding at Puskesmas Kelurahan KotaBaru, Bekasi Barat in 2009. Cross sectional design was used on 187 mothers with baby 7-24 months as a sample. Data was collected through interview using questionnaire. This research revealed that 29,7% mothers gave exclusive breastfeeding, occupational and husband support related to exclusive breastfeeding, whereas husbands support was the most dominant factors. It is suggested to District health office of Bekasi and Puskesmas KotaBaru to do over socialized exclusive breastfeeding by trained health officials."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2009
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Fitria Chandra
"Remaja merupakan aset sumber daya manusia yang merupakan tulang punggung penerus generasi bangsa dimasa mendatang. Secara fisik masa remaja ditandai dengan perubahan yang sangat pesat, baik dalam ukuran maupun bentuk tubuh, disertai dengan aktifnya hormon-hormon seksual dan matangnya organ-organ reproduksi. Perubahan ini secara biologis menimbulkan dorongan seksual yang besar dalam diri remaja, ditambah lagi godaan yang datang dari luar, baik dari teman sebaya atau orang disekitar serta arus informasi bernuansa pornografi yang seringkali remaja melakukan aktivitas seksual yang tidak terkendali. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran perilaku seksual remaja di sekolah menengah kejuruan swasta X2 di Kota Depok.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan desain penelitian Rapid Assesment Procedure (RAP) dan menggunakan metode wawancara mendalam (indepth interview) dalam pengumpulan data. Hasil penelitian ini menunjukkan perilaku seksual yang dilakukan siswa/siswi saat pacaran adalah pegangan tangan, membelai, pelukan, ciuman dan meraba atau menyentuh bagian sensitif. Adanya pengaruh pengetahuan, sikap, nilai dan lingkungan (teman sebaya) terhadap perilaku seksual siswa/siswi pada penelitian ini. Perlunya penanganan yang intensif dari seluruh pihak baik dari sekolah, Dinas Kesehatan (dalam program PKPR) dan LSM yang bergerak dibidang kesehatan reproduksi dalam pelayanan kesehatan remaja (pemberian informasi kesehatan reproduksi) agar remaja (siswa/siswi) memiliki pengetahuan, sikap dan dapat berperilaku yang bertanggung jawab terhadap kesehatan reproduksinya.

Adolescent is a significant of human resource asset as the continuity of the next generation in the future. Phisically, adolescent period is marked the rapid changes, either in size or the body shape. In line with the activity of the sexual hormones and the maturity of reproduction organs. This changing, biologically causes the biggest sexual urge on the adolescent period, and as it supported by the external influences, either from their peers or people around them as well as the information that has porn characteristic that make adolescent do uncontrolable sexual activity. The purpose of the research is to know the image of adolescent sexual behavior in private Vocational High School X2 in Depok 2012.
The method that is applied for the research is qualitative with Rapid Assesment Procedure (RAP) desain and applied the indepth interview as the data collection. The result of the research shown the sexual behavior that was done by the students is holding hands, flattering, hugging, kissing and groping or touching the sensitive area. The influences of knowledge, attitude, value and environment (peers) toward the sexual behavior of the students on this research. The intensive monitoring from all aspects either from school or Public Health Services (in PKPR program) and Non Goverment Organization that handles reproductive health in giving service to adolescent health (giving information about reproductive health) in order to broaden their knowledge, attitude, and can be responsible of their reproductive health.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Mulyanti
"Kota Pontianak merupakan kasus tertinggi HIV-AIDS pada perempuan di Provinsi Kalimantan Barat, hanya sedikit ibu hamil trimester 2 dan 3 yang melakukan pemeriksaan HIV. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan variabel pendidikan, pekerjaan, pengetahuan, kerentanan, manfaat, hambatan dan sumber informasi ibu hamil trimester 2 dan 3 dengan pemeriksaan HIV di empat Puskesmas Kota Pontianak tahun 2012.Data yang dikumpulkan secara CrossSectional dilakukan pada 114 sampel ibu hamil trimester 2 dan 3 melalui wawancara langsung berpedoman pada kuesioner.
Penelitian menunjukkan 7,0% ibu hamil trimester 2 dan 3 melakukan pemeriksaan HIV.Variabel kerentanan dan sumber informasi berhubungan dengan pemeriksaan HIV (< p= 0,05).variabel yang paling dominan adalah sumber informasi tentang HIV-AIDS dimana ibu hamil trimester 2 dan 3 yang memiki sumber informasi banyak mempunyai peluang 12,03 kali melakukan pemeriksaan HIV.

Pontianak city is the highest cases of HIV / AIDS on women in the province of West Kalimantan, few pregnant women trimester 2 and 3 that conduct HIV. This study aims to determine the relationship variables of education, employment, knowledge, susceptibility, benefits, barriers and information sources trimester pregnant women 2 and 3 with the examination of HIV in four health centers in 2012 the city of Pontianak. Data collected CrossSectional performed on 114 samples of pregnant women trimesters 2 and 3 through direct interviews based on questionnaires.
The study showed 7.0% of pregnant women trimesters 2 and 3 HIV.Variabel examination of vulnerability and sources of information related to HIV testing ( < p = 0.05(. The most dominant variable is the source of information about HIV / AIDS which trimester pregnant women 2 and 3 are thinking about a lot of resources have a chance of 12.03 times conduct HIV.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Christina Legawati Huka
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2010
S26559
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Desi Aryani
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2010
S26680
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Acmad Farcanny
"ABSTRAK
Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui kepatuhan masyarakat menggunakan kelambu berinsektisida (LLIN?S), melalui pendekatan potong lintang (cross sectional) dengan menggunakan data sekunder hasil Survei Dasar Cakupan Penggunaan Kelambu Berinsektisida di Kabupaten Sikka Propinsi Nusa Tenggara Timur pada bulan Febuari 2009. Hasil penelitian didapatkan, kejadian malaria dalam 3 bulan terakhir mencapai 72,4%, persentase kepatuhan menggunakan kelambu sebesar 40% dan responden yang tidak patuh menggunakan kelambu berisiko mengalami malaria sebesar 6,16 kali (95% Cl: 2,l49 - l7,656) dibandingkan yang
patuh menggunakan kelambu setelah dikontrol oleh pendidikan, sikap dan interaksi
antara pendidikan dengan penggunaan kelambu. Disarankan agar pengelola program malaria Kementerian Kesehatan mengupayakan promosi kesehatan untuk meningkatkan kepatuhan masyarakat menggunakan kelambu, kerjasama lintas sektor dan mendorong pemerintah daerah meningkatkan alokasi anggaran untuk menjamin ketersediaan kelambu. Dinas Kesehatan perlu melakukan penyuluhan sebelum distribusi kelambu dan monitoring serta evaluasi penggunaan kelambu di masyarakat.

ABSTRACT
This study aimed to determine compliance to bed nets LLl`N?s relation to
malariaincidence. This study analized data of Baseline Survey bed nets with
insecticide in Sikka district of East Nusa Tenggara Province in February 2009. The
results of this study showed the incidence of malaria in the last three months was
72.4%, and the compliance to bednet use was 40%. Respondents who did not
comply of using bed net had risk 6,2 times than responden who comply of using bed
net after adjusted by education, attitude and interaction between education and the compliance to bed nets use. It is recommended to the malaria control program Ministry of Health, to do hcalth promotion to increase compliance to bed nets use.
collaborate to other sectors and encourage local govemments to increase budget allocations to ensure the availability of bed nets. Distriet Health Office needs to conduct education before distribute bed nets and do monitoring and evaluation ofthe compliance to bed nets use."
2010
T29376
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>