Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 55 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Steven Nugraha
"Memutuskan hal-hal yang benar atau salah adalah langkah paling penting dalam menentukan apakah seseorang akan terlibat dan melakukan sesuatu yang etis atau tidak etis. Ketika membuat penilaian moral, orang sering menggunakan standar sosial untuk mengurangi ambiguitas yang mereka hadapi dalam satu situasi. Penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki hubungan antara konsensus sosial dan penilaian moral pada sampel karyawan di negara berkembang dan kolektif. Penelitian ini adalah penelitian cross-sectional dan menggunakan kuesioner yang berisi skenario dan instrumen konsensus sosial dan penilaian moral. Menggunakan survei online, ada 324 karyawan yang terlibat dalam penelitian ini, dan hasil analisis korelasi menunjukkan bahwa ada hubungan antara konsensus sosial dan penilaian moral. Temuan ini menggambarkan bahwa ketika karyawan membuat keputusan etis, mereka juga mempertimbangkan perspektif sosial dalam situasi dilematis. Selain itu, perspektif sosial dalam budaya kolektivis lebih cenderung lebih kuat karena individu membuat penilaian berdasarkan kesejahteraan dan minat kelompok daripada individu itu sendiri.

Deciding what is right or wrong is the most important step in determining whether someone will be involved and do something ethical or unethical. When making moral judgments, people often use social standards to reduce the ambiguity they face in one situation. This study aims to investigate the relationship between social consensus and moral judgment on a sample of employees in developing and collective countries. This research is a cross-sectional study and uses a questionnaire containing scenarios and instruments of social consensus and moral judgment. Using an online survey, there were 324 employees involved in this study, and the results of the correlation analysis showed that there was a relationship between social consensus and moral judgment. These findings illustrate that when employees make ethical decisions, they also consider social perspectives in dilemmatic situations. In addition, social perspectives in collectivist cultures are more likely to be stronger because individuals make judgments based on the welfare and interests of the group than the individual itself."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia , 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anisa Febi Safrinda
"ABSTRAK
Individu yang bekerja di suatu organisasi, memiliki peran yang signifikan dalam tingkat keberhasilan perubahan. Hal ini dipengaruhi oleh Kesiapan Individu untuk Perubahan. Tujuan dari ini studi ini untuk mengetahui apakah Perceived Impact of Change memediasi hubungan tersebut antara Keterlibatan Karyawan dan Kesiapan Individu untuk Perubahan. Ini adalah sebuah studi korelasional dengan karyawan yang telah bekerja setidaknya selama 6 bulan di Institusi X sebagai sampel (N = 109). Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini antara lain Skala untuk Kesiapan Individu untuk Perubahan Organisasi, Utrecht Work Engagement Scale (UWES), dan Scale for Perceived Impact of Change. Hasil mediasi Analisis telah menunjukkan pengaruh tidak langsung yang signifikan (β = .038, p <.01) dan langsung (β = .336, p <.01), yang mengindikasikan bahwa Perceived Impact of Change memediasi sebagian hubungan antara Keterlibatan Karyawan dan Kesiapan Individu untuk Perubahan. Di Dengan kata lain, Keterlibatan Karyawan dan Persepsi Dampak Perubahan memiliki a peran penting positif dalam mengejar Kesiapan Individu untuk Perubahan.

ABSTRACT
Employees who work in an organization, have a significant role in the success rate change. This is influenced by Individual Readiness for Change. The purpose of this this study to determine whether the Perceived Impact of Change mediates the relationship Between Employee Engagement and Individual Readiness for Change. This is a correlational study with employees who have worked for at least 6 months at Institute X as the sample (N = 109). The instruments used in this study, among others Scale for Individual Readiness for Organizational Change, Utrecht Work Engagement Scale (UWES), and Scale for Perceived Impact of Change. Results of mediation Analysis has shown a significant indirect (β = .038, p <.01) and direct (β
= .336, p <.01), which indicates that the Perceived Impact of Change partially mediates the relationship between Employee Engagement and Individual Readiness for Change. In
In other words, Employee Engagement and Perceptions of Change Impact have a positive pivotal role in pursuing Individual Readiness for Change."
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gabriela Kristyawisesagati
"Literasi digital dan sikap terhadap teknologi merupakan faktor penting dalam adaptasi profesional di era digital. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara sikap terhadap teknologi dan literasi digital pada kelompok pekerja dewasa awal di Jabodetabek, Indonesia. Dimensi sikap terhadap teknologi meliputi, Positive Attitudes Toward Technology, Anxiety About Being Without Technology or Dependence on Technology, Negative Attitudes Toward Technology, dan Preference for Task Switching, yang diukur menggunakan Media and Technology Usage and Attitudes Scale (MTUAS). Sedangkan, literasi digital diukur menggunakan Digital Literacy Model. Hasil penelitian menunjukkan korelasi positif yang signifikan antara Positive Attitudes Toward Technology dan literasi digital (r = 0.493, p < 0.01), sementara dimensi lainnya tidak menunjukkan korelasi signifikan: Anxiety About Being Without Technology or Dependence on Technology (r = 0.076, p > 0.05), Negative Attitudes Toward Technology (r = -0.092, p > 0.05), dan Preference for Task Switching (r = -0.132, p > 0.05). Implikasi penelitian ini menunjukkan bahwa sikap positif terhadap teknologi berperan penting dalam meningkatkan literasi digital pekerja dewasa awal. Limitasi penelitian termasuk keterbatasan representasi demografis dan adaptasi alat ukur yang mungkin mempengaruhi reliabilitas hasil. Penelitian selanjutnya disarankan untuk memperluas sampel dan memperbaiki adaptasi alat ukur untuk hasil yang lebih akurat.

Digital literacy and attitudes toward technology are crucial factors in professional adaptation in the digital era. This study aims to analyze the relationship between attitudes toward technology and digital literacy among early adulthood workers in Jabodetabek, Indonesia. Dimensions of attitudes toward technology include Positive Attitudes Toward Technology, Anxiety About Being Without Technology or Dependence on Technology, Negative Attitudes Toward Technology, and Preference for Task Switching, measured using the Media and Technology Usage and Attitudes Scale (MTUAS). Digital literacy is measured using the Digital Literacy Model. The results show a significant positive correlation between Positive Attitudes Toward Technology and digital literacy (r = 0.493, p < 0.01), while other dimensions do not show significant correlations: Anxiety About Being Without Technology or Dependence on Technology (r = 0.076, p > 0.05), Negative Attitudes Toward Technology (r = -0.092, p > 0.05), and Preference for Task Switching (r = -0.132, p > 0.05). The implications indicate that a positive attitude toward technology enhances digital literacy among early adulthood workers. Limitations include demographic representation constraints and measurement tool adaptations affecting reliability. Future research should expand the sample and improve measurement tool adaptations for more accurate results."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vincent Indika Ardanni
"Perilaku kerja inovatif berperan penting dalam keberlanjutan perusahaan. Ambidextrous leadership diduga merupakan salah satu prediktor yang berperan dalam perilaku kerja inovatif pada management trainee. Penelitian ini berfokus pada management trainee karena karakteristik yang unik dari management trainee sebagai bagian dari pengembangan talenta di perusahaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran ambidextrous leadership beserta perilaku kepemimpinan terbuka dan tertutup sebagai dimensi-dimensinya dalam memprediksi perilaku kerja inovatif pada management trainee. Untuk melakukan penelitian ini, peneliti merekrut 206 management trainee sebagai partisipan untuk mengisi kuesioner yang disebarkan secara daring. Pengujian hipotesis dengan metode statistik regresi berganda menemukan bahwa ambidextrous leadership tidak dapat memprediksi perilaku kerja inovatif. Di sisi lain, ambidextrous leadership yang ditelaah melalui dimensi-dimensinya, yaitu perilaku kepemimpinan terbuka dan tertutup, mampu memprediksi perilaku kerja inovatif. Implikasi dari hasil studi ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pada organisasi terkait pengelolaan program management trainee.

Innovative work behavior plays a crucial role in the sustainability of the company. Ambidextrous leadership is presumed to be one of the variables that play a role in predicting innovative behavior among management trainees. The present study focuses on management trainees because of the unique characteristics of management trainees as part of talent development in the company. The present study aims to investigate the role of ambidextrous leadership and its dimensions, namely opening and closing leadership behaviors, on innovative work behavior among management trainees. To conduct this study, 206 management trainees were recruited to fill out a questionnaire distributed online. Hypotheses testing using multiple regression analysis shows that ambidextrous leadership cannot predict innovative work behavior. On the other hand, ambidextrous leadership examined through its dimensions, namely opening and closing leadership behaviors, significantly predict innovative work behavior. The implication of these findings is expected to be able to contribute to organizations concerning the management of management trainee programs."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dantia Anisa
"Penelitian ini dirancang untuk menguji pengaruh etnosentrisme konsumen pada sikap eksplisit dan implisit konsumen terhadap merek dalam dan luar negeri, serta menguji peran social desirability bias sebagai moderator dalam pengaruh tersebut. Etnosentrisme konsumen diukur menggunakan instrumen Consumer Ethnocentrism Tendency Scale (CETSCALE). Sikap eksplisit diukur menggunakan instrumen skala semantik diferensial, sedangkan sikap implisit diukur menggunakan instrumen Implicit Association Test (IAT). Sementara social desirability bias diukur menggunakan instrumen Marlowe-Crowne Social Desirability Scale (M-C SDS). Sebanyak 104 mahasiswa berusia 17-24 tahun berpartisipasi dalam penelitian ini. Berdasarkan analisis pengaruh menggunakan simple regression analysis, ditemukan bahwa etnosentrisme konsumen berpengaruh secara signifikan pada sikap eksplisit terhadap merek dalam negeri (β = 0,234, p < 0,05) dan juga pada sikap implisit (β = -0,267, p < 0,05), namun tidak berpengaruh signifikan pada sikap eksplisit terhadap merek luar negeri (β = 0,120, p > 0,05). Sementara social desirability bias tidak signifikan berperan sebagai moderator dalam pengaruh-pengaruh tersebut (R2 = 0,015; p > 0,05). Maka dari itu, dapat disimpulkan bahwa etnosentrisme konsumen memang berpengaruh terhadap sikap konsumen terhadap merek dalam negeri, namun hal tersebut tidak selalu berarti bahwa konsumen menolak merek luar negeri.

This study was designed to examine the effect of consumer ethnocentrism to consumer's explicit and implicit attitude toward local and global brands, and also to test the role of social desirability bias as moderator. Consumer ethnocentrism was measured by Consumer Ethnocentrism Tendency Scale (CETSCALE). Explicit attitude was measured by semantic differential scale, and implicit attitude was measured by Implicit Association Test (IAT). Meanwhile, social desirability bias was measured by Marlowe-Crowne Social Desirability Scale (M-C SDS). There were 104 students aged 17 to 24 years old participated in this study. Based on the effect analysis using simple regression, consumer ethnocentrism was found significantly affect consumer's explicit attitude toward local brand (β = 0,234, p < 0,05) and also consumer's implicit attitude (β = -0,267, p < 0,05), but it didn't significantly affect consumer's explicit attitude toward global brand (β = 0,120, p > 0,05). Meanwhile, the role of social desirability bias as moderator was not found significant (R2 = 0,015; p > 0,05). Therefore, it could be concluded that consumer ethnocentrism did affect consumer's attitude toward local brand, but it didn't necessarily mean that the consumer reject global brand.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
S65113
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tengku Annisa Febrina
"Berkembangnya teknologi menumbuhkan komunitas merek virtual dengan jumlah anggota yang berpartisipasi pasif yang lebih banyak daripada anggota yang berpartisipasi aktif, padahal anggota yang partisipasi aktif lebih banyak memberikan manfaat. Penelitian korelasional ini dilakukan untuk mengetahui perbedaan loyalitas sikap merek antara anggota yang berpartisipasi aktif dan pasif dalam komunitas merek virtual X. Partisipan berjumlah 70 orang mengisi kuesioner loyalitas merek Casalo et al., 2007; Algesheimer et al., 2005 pada halaman komunitas merek virtual X. Partisipan dibagi menjadi dua kelompok berdasarkan aktivitas yang paling sering dilakukan di dalam komunitas.
Hasil analisis menggunakan Mann-Whitney U test menunjukkan bahwa terdapat perbedaan loyalitas sikap merek antara anggota yang berpartisipasi aktif dan berpartisipasi pasif p < 0.05, t = 7,982 . Hal ini berarti bahwa anggota yang berpartisipasi aktif memiliki loyalitas sikap merek yang lebih tinggi. Dengan demikian perusahaan perlu mendorong agar seluruh anggota komunitas mereknya dapat berpartisipasi secara aktif diantaranya dengan cara menciptakan lingkungan yang nyaman untuk berpendapat atau membuat sistem perangkat lunak yang menarik.

The growing of Internet technology has made the numbers of members who participate passively higher than the numbers of members who participate actively in virtual brand community, whereas members who participate actively were give more advantages. This correlational research was conducted to identify the attitudinal brand loyalty differences between active and passive members'participation in X virtual brand community. Seventy people who join X virtual brand community were fill in the brand loyalty questionnaire Casalo et al., 2007 Algesheimer et al., 2005 in brand community's homepage. Participans were divided into two groups based on their most frequent activity in the community.
The analized result with Mann Whitney U test technique has shown a significant different in attitudinal loyalty between members'active and passive participation p 0.05, t 7,982 . It means that member who participate actively have higher attitudinal brand loyalty, so that organization or community manager need to encourage all of members in brand community to participate actively with strategies such as create better interaction support or create an interesting software tools.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2017
S66435
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
S Fasya Afitra Maraya
" ABSTRAK
Sebagai salah satu profesi praktisi kesehatan, perawat seringkali berhadapan dengan berbagai peristiwa yang dapat menimbulkan stres. Misalnya berada dalam situasi ketika pasien menderita atau meninggal, juga berhadapan dengan keluarga pasien. Meskipun berada dalam kondisi yang menekan, perawat dituntut untuk tetap bekerja sebagaimana mestinya dan memberikan pelayanan kesehatan yang baik. Oleh karena itu, resiliensi karier adalah atribut yang penting dimiliki oleh perawat. Terdapat beberapa faktor yang dapat meningkatkan ataupun melemahkan resiliensi karier. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa peran dukungan sosial sebagai moderator dampak stres pada perawat terhadap resiliensi karier. Responden penelitian ini adalah 128 orang yang masih bekerja aktif sebagai perawat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa stres pada perawat secara signifikan menurunkan resiliensi karier t 128 =2,513, p0,05 . Selanjutnya, dukungan sosial adalah moderator yang signifikan untuk hubungan antara stres pada perawat dengan resiliensi karier t 128 =3,029, p
ABSTRACTWorking as health practitioner, nurses are likely to have to deal with stressful situations, such as witnessing when a patient suffers or dies, as well as dealing with the patient rsquo s family. Despite being in a stressful situation, nurses are expected to perform professionally and provide a satisfying health service. In order to do meet the expectation, career resiliency is an important attribute to this profession. This research evaluated the role of social support in moderating the relationship between stress and career resiliency in nurse. The main hypothesis was social support could lessen the impact of stress on career resiliency in nurses. The findings of this study showed that stress significantly reduced career resiliency t 128 2,513, p0,05 . Furthermore, social support was a significant moderator t 128 3,029, p"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2017
S63554
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sinaga, Maria Juanita
" ABSTRAK
Posisi perusahaan startup lebih tidak menguntungkan dibandingkan perusahaan yang sudah mapan. Namun, kekurangan tersebut dapat dimanfaatkan sebagai teknik pemasaran yang efektif dengan mengintegrasikan cerita mengenai tantangan dan semangat pendiri untuk menghadapinya dalam biografi merek underdog brand biography . Eksperimen ini untuk mengetahui peran mediasi consumer-brand identification CBI terhadap pengaruh underdog brand biography UBB pada brand community engagement intention BCEI . Data dari kuesioner online dengan partisipan 240 warga Jabodetabek berusia 18-35 tahun yang dibagi menjadi dua kelompok. Partisipan diberikan dua manipulasi, yaitu skenario underdog dan topdog, kemudian diminta mengisi consumer-brand identification scale dan brand community engagement intention. Hipotesis diuji dengan teknik analisis regresi PROCESS dari Hayes. Hasil menunjukkan bahwa UBB berpengaruh terhadap CBI secara signifikan ? = 0,92, p < 0.01 , CBI berpengaruh terhadap BCEI secara signifikan ? = 1,97, p < 0.01 , dan CBI memediasi pengaruh UBB terhadap BCEI secara signifikan ? = -1,82 . Hasil ini menunjukkan bahwa UBB mempengaruhi BCEI konsumen melalui CBI. Implikasinya, perusahaan startup dapat meningkatkan performanya di pasar dengan menonjolkan status underdognya melalui UBB.
ABSTRACT Startup company rsquo s position is more unfavorable than well established companies. However, this shortcoming can be utilized as an effective marketing technique by integrating the story of challenges and founders rsquo passion to tackle it in brand biography underdog brand biography . This experiment aims to determine the mediating role of consumer brand identification CBI in the effects of underdog brand biography UBB on brand community engagement intention BCEI . Data from online questionnaire consisted of 240 Jabodetabek residents aged 18 35 years old are divided between two groups. Participants were given two manipulations, underdog scenario and topdog scenario, then were asked to fill consumer brand identification scale and brand community engagement intention scale. Hypotheses were tested using PROCESS regression analysis technique from Hayes. The analysis results showed that UBB has significant effect on CBI 0,92, p 0,01 , CBI has significanty effect on BCEI 1,97, p 0,01 , and CBI significantly mediates the effect of UBB on BCEI 1,82 . This result shows that UBB influence consumer rsquo s BCEI through CBI. The implication, startup companies can improve their performance in the market by highlighting their underdog status through UBB."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2017
S66129
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurin Amalia Hamid
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara kebutuhan berprestasi dan perilaku pencarian umpan balik pada mahasiswa pengusaha. Partisipan dalam penelitian ini merupakan mahasiswa pengusaha dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia berjumlah 100 orang dan telah memiliki profit stabil dalam nominal tertentu. Kebutuhan berprestasi diukur dengan menggunakan alat ukur yang dikembangkan oleh Steers dan Braunstein yaitu Manifest Needs Questionnaire MNQ. Sementara itu perilaku pencarian umpan balik diukur dengan menggunakan alat ukur yang dikembangkan oleh Gong, Wang, Huang, dan Cheung yaitu Feedback Seeking Measures FSM. Hasil penelitian menunjukkan kebutuhan berprestasi berhubungan signifikan dengan perilaku pencarian umpan balik self negative, self positive, other negative, dan other positive.

This study was conducted to examine the correlation between need for achievement and feedback seeking behavior of entrepreneur college students. The participant of this study were 100 Indonesia's entrepreneur college students that have stable profit in a certain nominal. Need for achievementwas measured using Steers and Braunstein's Manifest Needs Questionnaire MNQ. Meanwhile, Feedback Seeking Behavior was measured using Gong, Wang, Huang, and Cheung's Feedback Seeking Measures FSM. The results indicated there was significant correlation between need for achievement and feedback seeking behavior self negative, self positive, other negative, and other positive ."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2017
S67977
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Virginia Vionasafira
"Penelitian ini memiliki dua tujuan yaitu menguji secara langsung apakah intensi membeli karena ulasan konsumen daring lebih tinggi dibandingkan kelompok dukungan selebriti dan apakah intensi membeli karena ulasan selebriti lebih tinggi dibandingkan dukungan selebriti dan ulasan konsumen daring di Instagram. Selebriti yang diteliti ialah Selebriti Instagram Selebgram . Metode yang digunakan merupakan eksperimen daring desain between-subjects. Variasi dilakukan pada tipe pendukung yaitu dukungan selebgram, ulasan konsumen daring, dan ulasan selebgram. Partisipan penelitian berjumlah 540 orang yang memiliki karakteristik berjenis kelamin perempuan, 18-25 tahun, dan pengguna Instagram.
Hasil menunjukkan bahwa skor rata-rata intensi membeli ulasan konsumen daring lebih tinggi secara signifikan dibandingkan dukungan selebgram t 358 = -2,20, p < .05 dan skor rata-rata intensi membeli ulasan selebgram tidak lebih tinggi secara signifikan dibandingkan dukungan selebgram dan ulasan konsumen daring t 537 = 0,86, p >.05 1-tailed . Kesimpulannya, intensi membeli kelompok ulasan konsumen daring lebih tinggi dibandingkan dengan dukungan selebgram dan intensi membeli kelompok ulasan selebgram tidak lebih tinggi dibandingkan dukungan selebgram dan ulasan konsumen daring di Instagram. Hasil ini dapat dijadikan dasar untuk menentukan strategi pemasaran yang tepat khususnya di Instagram.

This study has two purposes which are to examine directly whether purchase intention based on online consumer review is higher than celebrity endorsement and whether purchase intention based on celebrity review is higher than celebrity endorsement and online consumer review on Instagram. The celebrity studied in this study is Celebrity Instagram or usually called Celebgram. This study used online experimental method between subjects design. The endorser type celebgram endorsement, online consumer review, celebgram review was varied. Celebgram review is a new phenomenon. The participants of this study were 540 women Instagram user in the age range of 18 25 years old.
The result showed that the average score of purchase intention on online consumer review group is significantly higher than celebgram endorsement t 358 2,20 and average score of purchase intention on celebgram review is not significantly higher than celebgram endorsement and online consumer review on Instagram t 537 0,86, p .05 1 tailed . In summary, purchase intention based on online consumer review is higher than celebgram endorsement and purchase intention based on celebgram review is not higher than celebgram endorsement and online consumer review on Instagram. This result can be used as a basis for determining appropriate marketing strategy, especially in Instagram.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2017
S67102
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6   >>