Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
Fadia Assyifa
"Dalam sebuah industri otomotif kualitas cetakan katup sangat penting untuk memastikan produk produk yang dihasilkan memiliki performa yang baik dan memenuhi standar yang ditetapkan. Cetakan katup salah satu komponen kritis dalam sebuah proses pengecoran dan integritas pada cetakan katup. Cetakan katup harus tahan terhadap gesekan dan keausan salah satu contoh material yang cocok digunakan dalam pembuatan cetakan katup yaitu baja perkakas SKD 61 yang merupakan jenis baja perkakas yang memiliki kadar kromium yang tinggi. Baja perkakas SKD 61 memiliki karakteristik memiliki ketangguhan yang baik dan umumnya memiliki ketahanan aus yang tinggi dan memiliki konduktivitas panas yang baik digunakan untuk proses penempaan panas atau hot forging. Pada saat pengaplikasian sebagai cetakan katup menggunakan lapisan cairan pendingin terdapat retakan pada kontur area, menunjukkan masalah teridentifikasi, karena adannya penguapan cairan pendingin yang mengakibatkan lapisan tipis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan karakteristik cetakan katup SKD 61 sebelum dan sesudah pengaplikasian menggunakan cairan pendingin, serta mengetahui perbandingan perbandingan kekerasan dan mikrostruktur di tiga kontur area yang berbeda cetakan katup sebelum dan sesudah penyaplikasian. Hasil menunjukkan bahwa komposisi kimia tidak ada perbedaan signifikan sehingga kandungan elemen tetap berada dalam rentang bahas SKD 61, adanya perbedaan kekerasan Rockwell dan kekerasan vickers di tiga kontur area cetakan katup sebelum dan sesudah cetakan katup, serta perubahan mikrostruktur metalografi di tiga kontur area cetakan katup sebelum dan sesudah cetakan katup.
In the automotive industry, the quality of dies valve is crucial to ensure that the produced products have good performance and meet established standards. Dies valves are critical components in the casting process, and their integrity is essential. Dies valves must be resistant to friction and wear. One suitable material for making dies valve is SKD 61 tool steel, which is a type of tool steel with high chromium content. SKD 61 tool steel is known for its good toughness, high wear resistance, and good thermal conductivity, making it suitable for hot forging processes. During the application as dies valves using coolant water, cracks were observed in the contour area, indicating an identified problem due to the evaporation of coolant water, which resulted in a thin layer. This research aims to compare the characteristics of SKD 61 dies valves before and after the application of coolant water, as well as to compare the hardness and microstructure in three different contour areas of the dies valves before and after the application. The results showed no significant difference in the chemical composition, so the elemental content remained within the SKD 61 standard range. There were differences in Rockwell and Vickers hardness in the three contour areas of the dies valves before and after the application, as well as changes in the metallographic microstructure in the three contour areas of the dies valves before and after the application."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Khairunnisa Nurazizah Mahastuti
"Salah satu stainless steel yang diaplikasikan dalam industri sebagai plastic mold adalah stainless steel hasil pengecoran yaitu Stavax yang termasuk ke dalam baja perkakas AISI 420. Telah dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemesinan terhadap karakteristik material AISI 420, dengan memerhatikan keadaan sampel sebelum dan sesudah mengalami perlakuan panas. Proses perlakuan panas melibatkan tahap preheating, austenitizing, quenching, dan tempering. Beberapa parameter pemesinan divariasikan untuk mengetahui kualitas hasil pemesinan dan mencapai tujuan efisiensi pemesinan, dengan depth of cut pada sampel 2 yang langsung mengikis sedalam 0.05 mm, kecepatan potong 3200 rpm, dan laju pemakanan 600 feed; sampel 3 dengan depth of cut (0.4 - 0.2 - 0.05) mm, kecepatan potong 6500 rpm, dan laju pemakanan 380 feed; dan sampel 4 dengan depth of cut (0.8 - 0.6 - 0.4 - 0.2 - 0.05) mm, kecepatan potong 18000 rpm, dan laju pemakanan 250 feed. Hasil menunjukan bahwa dengan memvariasikan parameter pemesinan, tidak terdapat pengaruh yang signifikan kepada mikrostruktur dan proses fabrikasi, sehingga tidak terjadi penurunan kualitas pada baja AISI 420 yang digunakan sebagai plastic mold. Perubahan terjadi pada proses perlakuan panas yang telah mengubah struktur mikro baja AISI 420 serta mengubah kekerasan Vickers-nya yaitu dari 202,3 HV ± 212,8 HV menjadi 561,1 HV ± 618,6 HV.
Molds One type of stainless steel used in the industry for plastic molds is Stavax, a cast stainless steel that falls under AISI 420 tool steel. A study was conducted to determine the effect of machining on the characteristics of AISI 420 material, considering the condition of samples before and after undergoing heat treatment, which included preheating, austenitizing, quenching, and tempering stages. Various machining parameters were adjusted to assess the quality of machining outcomes and achieve machining efficiency. The results showed that varying the machining parameters did not significantly affect the microstructure and fabrication process, thus maintaining the quality of AISI 420 steel used for plastic molds. However, changes occurred during the heat treatment process, which altered the microstructure of AISI 420 steel and increased its Vickers hardness from 202.3 HV ± 212.8 HV to 561.1 HV ± 618.6 HV."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Sarah Salsabilla Amartya
"Kondisi kerja dari cetakan plastik menuntut ketahanan terhadap berbagai faktor eksternal yang kompleks. Kegagalan yang sering dihadapi adalah keausan permukaan, deformasi struktural, bahkan fraktur pada bagian tertentu. Cacat material yang umum terjadi pada proses pembuatan cetakan plastik adalah orange peel, yang merupakan cacat yang menghasilkan pola permukaan yang terlihat seperti kulit jeruk dengan lembah-lembah dan bukit-bukit yang acak menutupi sebagian besar permukaan. Metode penelitian yang dilakukan meliputi machining, preparasi sampel, perlakuan panas, karakterisasi sampel, dan pemolesan. Karakterisasi sampel meliputi uji komposisi, uji kekerasan, metallografi, dan uji kekasaran sebelum dan setelah perlakuan panas. Proses perlakuan panas merupakan suatu proses yang digunakan untuk mengubah sifat fisik dan mekanik dari suatu material, biasanya logam dan paduannya, dengan cara memanaskannya secara terkontrol kemudian mendinginkannya. Berdasarkan hasil pengujian, diperoleh nilai akhir Ra sebesar 0.02µm untuk permukaan yang telah dipoles. Nilai ini menunjukkan bahwa kekasaran permukaan telah berhasil ditingkatkan secara signifikan, yaitu mencapai tingkat kehalusan yang sangat tinggi karena memenuhi kriteria untuk mencapai mirror finish. Material 420 ESR telah memenuhi standar untuk pembuatan cetakan speedometer karena kandungan karbon bernilai 0.382wt%. Proses perlakuan panas berhasil menghasilkan kekerasan mencapai 56.6 HRC dengan kekuatan tarik yang mencapai kisaran 2070-2105 N/mm2.
The working conditions of plastic molds demand resistance to various complex external factors. Failures often encountered are surface wear, structural deformation, and even fracture of certain parts. A common material defect in the plastic mold manufacturing process is orange peel, which is a defect that produces a surface pattern that looks like an orange peel with random valleys and hills covering most of the surface. The research methods include machining, sample preparation, heat treatment, sample characterization, and polishing. Sample characterization includes composition test, hardness test, metallography, and roughness test before and after heat treatment. The heat treatment process is a process used to change the physical and mechanical properties of a material, usually metals and their alloys, by heating it in a controlled manner and then cooling it. Based on the test results, the final Ra value of 0.02µm was obtained for the polished surface. This value indicates that the surface roughness has been significantly improved, reaching a very high level of smoothness as it meets the criteria for achieving a mirror finish. The 420 ESR material meets the standard for making speedometer molds because the carbon content is 0.382wt%. The heat treatment process successfully produced a hardness of 56.6 HRC with a tensile strength that reached the range of 2070-2105 N/mm2."
Depok: Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Vika Dinda Kusuma Wardhani
"Cetakan merupakan indikator utama dalam pembuatan katup yang berkualitas tinggi. Cetakan digunakan untuk menghasilkan produk dengan presisi tinggi dan diharapkan memiliki umur pakai yang panjang agar mampu bertahan dalam produksi berkelanjutan. Ditemukan bahwa cetakan yang terbuat dari bahan yang sama yaitu tungsten karbida hasil dua manufaktur berbeda memiliki kinerja yang tidak sama pada saat pengaplikasiannya dalam pembuatan katup. Oleh karena itu, dilakukan penelitian terkait hal tersebut dengan tujuan untuk menganalisis perbedaan kinerja antara dua cetakan yang terbuat dari bahan yang sama hasil dari dua manufaktur yang berbeda. Serta, menganalisis dampak perbedaan komposisi kimia, tingkat kekerasan, dan mikrostruktur terhadap kinerja cetakan saat digunakan dalam produksi katup. Hasil analisis menunjukkan cetakan B yang mengandung pengikat kobalt sebesar 17,12 wt.%, memiliki kinerja yang lebih baik dengan umur pakainya yang lebih panjang dibandingkan dengan cetakan A. Perbedaan komposisi kimia ini memengaruhi tingkat kekerasan dan mikrostruktur dari kedua cetakan. Cetakan A memiliki tingkat kekerasan yang lebih rendah secara signifikan, dengan rata-rata 45,40 HRC, dibandingkan dengan cetakan B, yang memiliki tingkat kekerasan rata-rata sebesar 57,54 HRC. Kedua cetakan memiliki mikrostruktur yang terdistribusi dengan merata, tetapi Cetakan B memiliki mikrostruktur yang lebih terikat dan rapat dibandingkan dengan cetakan A. Perbedaan ini berkontribusi pada variasi kinerja cetakan saat diaplikasikan untuk produksi katup.
Molds are the main indicator in the production of high-quality valves. Molds are used to produce products with high precision and are expected to have a long service life to withstand continuous production. It was found that molds made of the same material, tungsten carbide, from two different manufacturers had different performances when applied in valve production. Therefore, research was conducted to analyze the performance differences between the two molds made of the same material but from different manufacturers. Additionally, the study aimed to analyze the impact of differences in chemical composition, hardness level, and microstructure on the performance of molds used in valve production. The analysis results showed that mold B, which contained 17.12 wt.% cobalt binder, had better performance with a longer service life compared to mold A. This difference in chemical composition affected the hardness level and microstructure of the two molds. Mold A had a significantly lower hardness level, with an average of 45.40 HRC, compared to mold B, which had an average hardness level of 57.54 HRC. Both molds had evenly distributed microstructures, but mold B had a more tightly bound and dense microstructure compared to mold A. This difference contributed to the variation in mold performance when applied to valve production."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library