Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 17 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dona Lisa Taula
"ABSTRAK
Kelompok Kecil adalah salah satu kelompok yang bertujuan untuk membina
kerohanian anggota-anggotanya. Kelompok ini memiliki sejumjah aktivitas yang
menuntut keterlibatan anggota-anggotanya secara efektif agar dapat mencapai
tujuan bersama yakni kematangan pribadi anggota-anggotanya atas dasar iman
Kristiani.
Penelitian ini bermula dari pengamatan peneliti terhadap adanya diskrepansi
antara teori yang menyatakan bahwa tujuan yang homogen mempengaruhi
tingginya efektifitas keterlibatan anggota dalam kelompok dengan fenomena yang
diamati pada Kelompok Kecil di Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.
Keterlibatan anggota ternyata justru tidak efektif walau tujuan masing-masing
anggota sejalan dengan tujuan kelompok. Oleh karena itu timbul pertanyaan apa
penyebab yang menghambat efektifitas keterlibatan anggota dalam kelompok
tersebut.
Melihat bahwa kelompok ini sangat bermanfaat, maka diharapkan
penelitian ini bukan hanya bermaksud untuk menemukan penyebab adanya
diskrepansi antara teori dan fakta tapi juga untuk perkembangan program
pembinaan itu sendiri, khususnya Kelompok Kecil.
Dalam penelitian ini digunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan ini
dipakai untuk memahami penghayatan subyektif anggota terhadap keterlibatannya
dalam kelompok. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara.
Penelitian ini melibatkan empat subyek yang seluruhnya adalah mahasiswa
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa diskrepansi ini disebabkan oleh empat
kategori masalah yaitu ketidakberfungsian kelompok, masalah pemimpin, masalah
anggota dan masalah aktivitas kelompok.
Bagi penelitian selanjutnya disarankan untuk meneliti faktor nilai yang
dianut anggota dan menerapkan penelitian ini pada setting yang berbeda, sehingga
masalah dapat dijelaskan dengan lebih komprehensif."
1998
S2744
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rudy Aditya
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pengalaman waskita
dan pengaruhnya terhadap altruisme individu yang mengalaminya. Pengalaman
waskita (clairvoyance) ini merupakan salah satu bidang kajian dari Psikologi
Transpersonal. Sampai saat ini, penelitian mengenai pengalaman-pengalaman
yang bersifat transpersonal, khususnya waskita, masih sangat kurang. Penelitianpenelitian
selama ini hanya berusaha untuk membuktikan kebenaran adanya
kemampuan waskita, tidak menyentuh aspek pengalaman dan pengaruh
pengalaman tersebut bagi individu yang mengalaminya.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kualitatif yang menekankan pada interpretasi subyektif individu terhadap
pengalamannya tersebut. Untuk mengumpulkan data, dipilih wawancara sebagai
teknik utama dan observasi sebagai teknik penunjang. Subyek penelitian
berjumlah tiga orang. Mereka adalah para penyembuh prana yang mempunyai
kemampuan waskita.
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa ketiga subyek dapat melihat dan
mendengar secara supernatural. Mereka mampu melihat obyek atau peristiwaperistiwa
yang tidak dapat dilihat dengan menggunakan mata biasa, misalnya
organ tubuh manusia dan penyakit yang menyerangnya, peristiwa-peritiwa di
masa lalu maupun di masa yang akan datang, makhluk-makhluk halus baik yang menyeramkan maupun yang bersifat suci. Mereka juga dapat melakukan
komunikasi dengan makhluk-makhluk tersebut.
Pengalaman waskita ini mengandung elemen dari suatu peak experience
(Maslow, 1970) atau suatu Exceplional Human Experience (White, 1999). Ketika
melihat melihat dan berkomunikasi dengan makhluk-makhluk yang suci, mereka
merasa nyaman, damai, dan bahagia. Sedangkan ketika mereka melihat hal-hal
yang bersifat negatif (penyakit atau makhluk yang menyeramkan), mereka merasa
tidak nyaman, cemas, dan agak takut. Ketiga subyek memaknai pengalaman
waskita ini sebagai suatu rahmat yang diberikan secara khusus oleh Tuhan kepada
mereka, dan harus digunakan untuk membantu sesama yang membutuhkan.
Dari hasil penelitian juga diketahui bahwa pengalaman ini dapat
meningkatkan altruisme. Selain terhadap altruisme subyek, ternyata pengalaman
ini juga berpengaruh dalam meningkatkan kesadaran diri yang menjadikan subyek
lebih sering melakukan introspeksi terhadap segala tindakannya. Untuk penelitian
lebih lanjut, peneliti menyarankan agar subyek penelitian diperluas, baik dari segi
jumlah maupun latar belakang kehidupannya. Diharapkan hasil penelitian yang
didapat lebih kaya sehingga dapat lebih mampu memahami pengalaman waskita
ini."
2001
S2955
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ibnu Mundir
"ABSTRAK
Penggunaan narkotika dan psikotropika dapat menimbulkan berbagai
dampak buruk secara psikologis baik intra maupun interpersonal,
penurunan kualitas kesehatan tubuh dan pelanggaran hukum. Meskipun
dapat menimbulkan berbagai dampak buruk akan tetapi sejak tahun 1998
terjadi peningkatan jumlah pengguna narkotika dan psikotropika yang
cukup besar di Indonesia Saat ini diperkirakan terdapat sekitar 500.000
sampai 1.350.000 penderita ketergantungan narkotika dan psikotropika di
Indonesia.
Salah satu variabel psikologis yang penting dalam penggunaan narkotika
dan psikotropika adalah motivasi. Berdasarkan hasil penelitian Sucahya,
Siagian dan Sari (2001) tentang motivasi awal penggunaan narkotika dan
psikotropika serta teori proses berlawanan yang dikemukakan Solomon dan
Corbitt (dalam Franken, 1982) terlihat adanya perubahan antara motivasi
awal penggunaan narkotika dan psikotropika dan motivasi yang membuat
seseorang mempertahankan perilaku penggunaan narkotika dan
psikotropika. Allport (1961) menamakan perubahan motivasi awal yang
mendorong dimulainya perilaku dan motivasi yang mempertahankan
perilaku sebagai otonomi fungsional (functional autonomy). Menurut
Allport perilaku ketergantungan narkotika dan psikotropika termasuk dalam
otonomi fungsional. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan deskripsi
proses otonomi fungsional pada penderita ketergantungan narkotika.
Penelitian ini dilakukan terhadap empat orang penderita ketergantungan
narkotika dan psikotropika. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah
pendekatan kualitatif. Jenis penelitian kualitatif yang digunakan adalah
studi kasus. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara mendalam karena penelitian ini ingin mengetahui proses pengalaman
subyektif individu yang tidak dapat diketahui dan dipahami tanpa
pengungkapan secara verbal dari individu tersebut. Untuk melengkapi data
hasil wawancara dilakukan observasi terhadap subyek dan proses
berlangsungnya wawancara.
Merujuk pada kata proses dalam tujuan penelitian ini maka deskripsi
motivasi penggunaan narkotika dan psikotropika dilakukan pada tahaptahap
penggunaan narkotika yang dikemukakan oleh Pagliaro dan Pagliaro
(1996) yang terdiri dari tahap penggunaan awal, penggunaan sosial,
penggunaan tetap, penyalahgunaan dan penggunaan kompulsif.
Pada tahap penggunaan awal para subyek menggunakan ganja atau pil BK
untuk sesuatu diluar efek langsung zat itu sendiri seperti penerimaan teman,
memuaskan rasa ingin tahu atau menarik perhatian orang tua akan tetapi
ketika para pengguna sudah merasakan intoksikasi maka motivasi mereka
untuk kembali menggunakan ganja, pil BK atau ineks pada tahap
penggunaan sosial, penggunaan tetap dan penyalahgunaan adalah keinginan
untuk merasakan kembali intoksikasi. Pada tahap penggunaan tetap mulai
muncul ketergantungan secara psikologis sehingga intensitas keinginan
untuk merasakan intoksikasi kembali meningkat. Para subyek tidak hanya
mengalami peningkatan dosis tapi juga perubahan zat yang digunakan.
Ketika para subyek rutin menggunakan shabu atau heroin maka mereka
pun mengalami gejala putus obat yang menyakitkan. Akhirnya, motivasi
penggunaan narkotika dan psikotropika pun berubah menjadi keinginan
untuk menghilangkan gejala putus obat. Motivasi inilah yang mendorong
para subyek penelitian untuk menggunakan heroin secara kompulsif pada
saat wawancara dilakukan. Eratnya perubahan motivasi penggunaan
narkotika dan psikotropika dengan pengaruh narkotika dan psikotropika
berupa intoksikasi, toleransi dan gejala putus obat membuat otonomi
fungsional pada penderita ketergantungan narkotika dan psikotropika
termasuk dalam otonomi fungsional perseveratif.
Selain besarnya peran faktor fisiologis pada proses otonomi fungsional pada
penderita ketergantungan narkotika dan psikotropika, Allport (1961) juga
menyatakan bahwa aspek psikologis memegang peranan penting karena
para penderita ketergantungan narkotika dan psikotropika sering kali
mengembangkan sub sistem kepribadian untuk menyelesaikan masalah
mereka dengan kembali menggunakan narkotika dan psikotropika
Pentingnya aspek psikologis ini dalam riwayat ketergantungan narkotika
para subyek tampak ketika mereka kembali menggunakan narkotika dan
psikotropika setelah selama beberapa waktu meninggalkannya dan tidak
lagi mengalami gejala putus obat. Saat itu mereka kembali menggunakan
narkotika dan psikotropika karena adanya keinginan yang sangat kuat untuk
kembali merasakan kenikmatan intoksikasi. Sehubungan dengan hasil penelitian ini disarankan agar informasi tentang
penggunaan narkotika dan psikotropika serta ketrampilan sosial untuk
menolak ajakan penggunaan narkotika dan psikotropika diberikan di
sekolah sejak pendidikan dasar sebagai salah satu upaya pencegahan
penggunaan narkotika dan psikotropika Bagi individu yang telah
menggunakan narkotika dan psikotropika diperlukan terapi untuk mengatasi
gejala putus obat serta pembekalan pengetahuan dan ketrampilan dalam
mengatasi ketergantungan psikologis dan mengatasi masalah tanpa bantuan
narkotika dan psikotropika.
Untuk penelitian pada penderita narkotika dan psikotropika selanjutnya
disarankan untuk memperhatikan kondisi fisik dan psikologis para subyek
sehubungan dengan intoksikasi dan gejala putus obat yang mereka alami.
Hal ini penting untuk meningkatkan keakuratan dan kedalaman data yang
didapatkan. Penggunaan narkotika dan psikotropika selama bertahun-tahun
dapat menurunkan kemampuan kognitif sehingga pertanyaan perlu
disampaikan secaras sederhana dan jika perlu dapat diulang-ulang agar
subyek penelitian memahami maksud pertanyaan."
2004
S3420
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
F Sinta Mira W
"ABSTRAK
Analisa Transaksional (Transactional Analysis) sebagai konsep yang
diutarakan oleh Eric Berne di awal tahun 1960-an merupakan konsep yang
menitikberatkan pada pola-pola perilaku. Studi Berne mengintegrasikan motivasi
yang tidak disadari, transaksi interpersonal, dan pola-pola perilaku yang berulang.
Dalam setting terapi perkawinan, Analisa Transaksional menawarkan suatu
pendekatan yang terintegrasi untuk memahami dan mengatasi konflik perkawinan
(Magran, 1981 ).
Permasalahan yang terjadi dalam perkawinan sebagian besar terkait
dengan masalah komunikasi. Dalam hal ini, pola interaksi yang didominasi oleh
sikap negatif dan berbagai penyelesaian masalah dengan cara-cara negatif disebut
sebagai distres dalam perkawinan.
Salah satu bentuk transaksi dalam perkawinan yang sering terlihat pada
pasangan yang bermasalah adalah transaksi yang sifatnya tersirat (Ulterior).
Transaksi Ulterior ini adalah jenis transaksi yang merupakan landasan terjadinya
games. Dalam Berne (1964) games dikatakan sebagai transaksi yang sifatnya
masuk aka! (komplementer), namun mengandung unsur tersirat, dan memiliki
basil akhir yang diprediksi (pay off). Berne ( 1964) juga menjelaskan tentang
berbagai jenis games yang biasa te!jadi dalam lingkup perkawinan.
Dalam penelitian ini, analisa games berupa gambaran tentang jenis-jenis
gamesĀ· yang biasa dimainkan oleh pasangan, proses terjadinya, tujuan, dan
dampaknya. Selain itu, untuk melengkapi gambaran yang diperoleh, penelitian ini
juga memberikan gambaran tentang pola interaksi pasangan selama ini, ego state
yang dominan berperan dalam interaksi, dan isi pesan script yang dimiliki.
Dari interview terhadap 3 orang subyek yang mengalami distres dalam
pemikahannya dengan berbagai latar belakang permasalahan, diperoleh jenis-jenis
games yang biasa dimainkan yaitu : 'See What You Made Me Do', 'Now I Got
You, You S.O.B ', 'Harried', 'Comer', 'Look How Hard I've Tried', dan' Uproar'.
Kesernua games ini memang merupakan games yang biasa terjadi dalam lingkup
perkawinan. Tujuan dari games tersebut sebagian besar adalah untuk
menyalahkan pasangan (membuat pasangan berada da!am posisi Not Ok), kecua!i
pada Harried yang membuat posisi diri Not OK.
Dari paradigma transaksi juga terlihat kecenderungan menyalahkan
sebagai bentuk ego state Orang Tua, memiliki pesan tersirat yaitu berisi berbagai
kebutuhan-kebutuhan yang tidak bisa disampaikan selama ini. Misalnya
kebutuhan untuk dipuji, untuk didukung, untuk tidak ditinggalkan, untuk
dimaafkan, dan sebagainya.
Dampak dari games ini pun nampaknya semakin memperburuk
permasalahan yang ada. Pada 2 orang subyek, suaminya pergi dari rumah karena
permasalahan yang dihadapi ini. Bahkan saat penelitian ini dilakukan, ketiga
subyek sudah memiliki rencana untuk mengajukan cerai ataupun berpisah dari
suaminya.
Keterhatasan pada penelitian ini adalah data yang diperoleh hanya dari
sudut pandang istri. Sedangkan analisa games akan semakin baik jika diperoleh
data dari kedua pasangan. Semakin baik lagi jika dilakukan dalam setting terapi
perkawinan, sehingga hasil akhir yang diperoleh pun bisa berupa konseling untuk
mengatasi games yang dimainkan ini."
2005
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nani Nurrachman
1979
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wahyudin Ali
1995
S2391
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Hanira
"ABSTRAK
Hubungan akrab dengan orang lain merupakan kebutuhan mutlak untuk
hampir setiap individu. Hubungan akrab merupakan sarana individu untuk
berbagi rasa, mengenal diri lebih mendalam dan juga sebagai tempat meminta
bantuan di kala membutuhkannya. Tidak dimilikinya hubungan yang akrab
tersebut merupakan pencetus timbulnya perasaan kesepian dengan sejumlah
akibat buruknya.
Tuntutan untuk memiliki hubungan akrab dengan orang lain ternyata
merupakan salah satu tugas penting bagi mereka yang berada di masa dewasa
awal. Keadaan di masa tersebut menyebabkan dibutuhkannya hubungan khusus
dengan orang lain terutama dengan pasangan atau lawan jenis sebagai tempat
berbagi dan juga sebagai persiapan mereka untuk tuntutan selanjutnya yaitu
membentuk keluarga. Namun tidak semua dewasa awal memiliki hubungan
seperti itu. Mereka tidak ?memiliki' orang lain yang akrab dengan dirinya, yang
dapat diajak berbincang dan berbagi dalam banyak hal. Keadaan ini merupakan
keadaan yang tidak menyenangkan dan seperti telah dijelaskan sebelumnya,
merupakan penyebab timbulnya perasaan kesepian.
Namun, untuk mendapatkan suatu hubungan yang berkualitas seperti itu,
diperlukan proses dan usaha tertentu. Individu perlu saling mengungkapkan
dirinya masing-masing secara jujur. Memberikan informasi yang sifatnya pribadi
dan mengungkapkan diri kepada orang lain merupakan perilaku yang memiliki
konsekuensi negatif. Akibat negatif yang mungkin timbul antara lain tidak
ditanggapinya pengungkapan diri yang telah dilakukan maupun penyalahgunaan
informasi yang telah diberikan melalui pengungkapan diri tersebut untuk tetap
dapat melakukan hal itu walaupun terdapat kemungkinan adanya konsekuensi
yang merugikan, individu harus memiliki rasa percaya terhadap orang lain. Rasa
percaya membuat individu berkeyakinan bahwa orang lain merupakan orang yang
baik dan pengungkapan diri yang ia lakukan tidak akan berefek negatif.
Perkembangan menuju suatu hubungan yang akrab terjadi melalui proses
keterbukaan diri yang dilandaskan rasa percaya tersebut. Dengan berkembangnya
hubungan tersebut, diharapkan individu tidak mudah terserang kesepian.
Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, maka timbul pertanyaan apakah
perasaan kesepian memiliki kaitan dengan rasa percaya terhadap orang lain.
Penelitian yang dilakukan untuk menjawab permasalahan ini menggunakan
sampel dewasa awal yang tidak memiliki pasangan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang erat antara
perasaan kesepian dengan rasa percaya pada orang lain. Semakin tinggi perasaan
kesepian yang dialami, semakin rendahlah rasa percayanya pada orang lain.
Sebaliknya bila perasaan kesepiannya rendah maka ia memiliki rasa percaya yang
tinggi pada orang lain.
Dari hasil penelitian tersebut, maka saran yang dapat diberikan untuk
mereka yang mengalami kesepian adalah agar mereka memperluas lingkup
pergaulannya dengan ikut serta dalam berbagai kegiatan. Cara lainnya adalah
melalui pelatihan tentang bagaimana meningkatkan rasa percaya dan
mengungkapkan diri kepada orang lain dengan tingkatan yang sesuai sehingga
timbul peluang untuk mengembangkan hubungan ke arah yang lebih akrab.
Namun, untuk dapat mengetahui secara lebih tepat kaitan kedua hal tersebut
maupun manfaat saran di atas, sebaiknya diadakan penelitian lain yang lebih
baik."
1997
S2295
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Imelda Heriningrum
"ABSTRAK
Anak bagi sebagian besar masyarakat Indonesia masih
dianggap sangat berarti, sedikit sekali jumlah pasangan yang
benar-benar tidak ingin memiliki anak. Oleh sebab itu infer-
tility dapat menjadi sumber stres bagi individu, karena ilmu
kedokteran masa kini baru berhasil menolong sekitar 50 %
pasangan infertile untuk memperoleh anak yang diinginkan
(Kompas, Juni 1995).
Infertility merupakan salah satu masalah yang kompleks
bagi pasangan suami-isteri, karena infertility tidak hanya
terkait dengan masalah biologis (kemampuan reproduksi, men-
gandung dan melahirkan anak) tapi juga terkait dengan masalah
lainnya yaitu masalah psikologis (identitas diri dan self
esteem), interpersonal (hubungan dengan teman, keluarga, dan
masyarakat), dan sosial-budaya (status atau posisi dalam
masyarakat, norma masyarakat) (Woollet, 1992). Infertility
ini sering juga disebut a complex life crisis, psychologi-
cally threathening and emotionally stressful (Menning, 1975).
Rosenfeld dan Mitchel (1979) menyatakan bahwa situasi
krisis akibat infertility menimbulkan stres yang sangat besar
bagi individu maupun pasangannya. Namun terlebih lagi pada
wanita karena sebagian besar pemeriksaan dan pengobatan
membutuhkan partisipasi wanita, disamping itu masyarakat
menekankan motherhood sebagai peran utama wanita, sehingga
wanita infertile lebih distress akibat tidak berhasil memi-
liki anak (Freeman, 1995).
Dalam masyarakat yang pronatalis, wanita yang tidak
memiliki anak karena pilihan sendiri atau bukan, seringkali
juga dianggap memiliki masalah psikologis, seksual dan kese-
hatan mental (Callan, 1935). Mereka juga dianggap deviant,
selfish dan irresponsibel (Vevers, 1973).
Begitu banyak masalah yang terkait dengan infertility,
oleh sebab itu dalam skripsi ini, penulis melakukan studi
kasus, agar mendapatkan gambaran yang utuh dan mendalam
tentang bagaimana stres yang dialami oleh wanita infertile
yang sedang berupaya untuk mendapatkan anak. Dengan studi
kasus ini diharapkan dapat terlihat dinamika terjadinya stres
pada wanita infertile, dan dapat terlihat keunikan dari
pengalaman masing-masing individu dalam menghadapi situasi
infertility.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa mereka memang
mengalami stres, karena anak penting sekali bagi mereka yaitu
untuk memberikan kebahagiaan, terhindar dari kesepian, dan
memberikan berbagai manfaat emosional lainnya. Anak juga
penting sebagai generasi penerus, pengikat hubungan dengan
pasangan serta sebagai jaminan hidup di hari tua. Kebutuhan
akan anak ini merupakan sumber stres internal bagi mereka.
Disamping itu norma masyarakat yang menekankan bahwa
anak itu penting sangat berpengaruh pada para responden.
Mereka menilai bahwa hidup mereka belum lengkap tanpa anak,
sehingga hal ini merupakan sumber stres eksternal bagi mere-
ka. Dalam berbagai kegiatan sehari-hari, yang menjadi pokok
pembicaraan adalah tentang anak. Keluarga juga banyak yang
menuntut mereka untuk memberikan keturunan. Pemeriksaan dan
pengobatan juga dapat menjadi salah satu sumber stres karena
menimbulkan berbagai beban baik fisik, ekonomi maupun emo-
sional.
Namun meskipun orang-orang dilingkungan, pemeriksaan
dan pengobatan merupakan sumber stres bagi beberapa respon-
den, bagi responden lain tidak dinilainya sebagai sumber
stres. Pemeriksaan dan pengobatan yang menimbulkan berbagai beban dinilai merupakan hal yang wajar, karena keinginan
mereka yang besar akan anak, keluarga juga tidak selamanya
merupakan sumber stres, karena banyak juga responden yang
mendapatkan bantuan dan dukungan dari keluarganya dalam
mengatasi stres. Dari hasil penelitian ini maka dapat terli-
hat bahwa penilaian kognitif sangat berperan, meskipun
menghadapi situasi yang sama, tidak semua individu mengalami
stres yang sama, karena belum tentu mereka menilai situasi
tersebut sebagai suatu ancaman atau tuntutan.
Disamping stres terjadi karena penilaian mereka terha-
dap situasi yang mereka hadapi, stres juga tergantung dari
sumber daya yang mereka miliki. Jadi meskipun mereka menilai
situasi yang mereka hadapi merupakan ancaman atau tuntutan,
namun bila mereka memiliki sumber daya yang cukup, maka stres
yang mereka alami juga tidak terlalu berat, berbeda dengan
subyek yang memiliki sumber daya yang kurang.
Reaksi subyek terhadap stres yang disebabkan infertili-
ty, pada umumnya adalah reaksi emosional yaitu timbulnya
berbagai perasaan sedih, cemas, marah, mudah tersinggung dan
berbagai reaksi emosional lainnya. Pada beberapa subyek juga
menyebabkan pola makan dan pola tidur mereka terganggu, serta
ada juga yang mengalami masalah dalam hubungan interpersonal.
Untuk mengatasi stres, mereka melakukan problem focused
coping yaitu dengan berusaha kedokteran atau melakukan pengoba-
tan lainnya, dan juga melakukan emotion focused coping yaitu
untuk mengatur respon emosi mereka dalam menghadapi masalah,
seperti dengan cara sembahyang atau dengan lebih mendekatkan
diri ke Tuhan.
Dari hasil penelitian ini tampaknya individu perlu
dibekali pengetahuan yang cukup tentang kondisi mereka, serta
mempersiapkan mereka untuk menghadapi kemungkinan tidak bisa
memiliki anak, karena kemungkinan keberhasilan pemeriksaan
dan pengobatan masih rendah."
1995
S2365
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yayuk Handayani
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1996
S2438
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>