Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Desi Wulandari
"Saat ini COVID-19 muncul sebagai masalah kesehatan global. COVID-19 adalah penyakit yang disebabkan oleh virus SARS-CoV2. Virus ini dirasakan di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Tingkat penularan dan penyebarannya yang relatif cepat menuntut pemerintah membuat suatu kebijakan guna memutus rantai penularan COVID-19. Pemerintah menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar. Namun kebijakan ini berdampak terhadap seluruh bidang kehidupan masyarakat, salah satunya adalah perubahan sistem kerja yang dilakukan di rumah secara online atau dikenal dengan istilah work from home. Sistem ini membuat pekerja cenderung tidak memperhatikan kesehatan dan keselamatan kerja sehingga terbiasa dengan posisi duduk yang tidak ergonomis dan monoton dalam waktu yang lama. Hal ini berisiko menyebabkan gangguan kesehatan muskuloskeletal, yaitu nyeri punggung bagian bawah/ low back pain. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kejadian low back pain pada tenaga kerja yang menjalani work from home di Jakarta Selatan. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan desain cross-sectional. Subjek pada penelitian ini adalah tenaga kerja yang menjalani WFH di Jakarta Selatan yang terdiri dari 110 responden dengan menggunakan teknik pengambilan sampel yaitu purposive sampling. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan instrumen Roland-Morris yang disebar secara online melalui media sosial. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 76 responden (69,1%) mengalami keluhan low back pain. Selain itu, hasil penelitian variabel lain menunjukkan bahwa usia responden berkisar antara 2551 tahun dengan jenis kelamin perempuan lebih banyak dibandingkan laki-laki. Responden dengan posisi duduk membungkuk berjumlah 44 orang (44,5%) dan 43 orang dengan posisi duduk tegak (39,1%). Diketahui rata-rata responden duduk selama 8-9 jam dalam satu hari dan responden melakukan aktivitas olahraga rata-rata 76,52 menit dalam seminggu.

Currently COVID-19 is emerging as a global health problem. COVID-19 is a disease caused by the SARS-CoV2 virus. This virus is felt all over the world, including Indonesia. The rate of transmission and its relatively fast spread requires the government to make a policy to break the chain of transmission of COVID-19. The government implements Large-Scale Social Restrictions. However, this policy has an impact on all areas of people's lives, one of which is the change in the work system that is carried out at home online or known as work from home. This system makes workers tend not to pay attention to occupational health and safety so they are accustomed to sitting positions that are not ergonomic and monotonous for a long time. This is at risk of causing musculoskeletal health problems, namely lower back pain. This study aims to describe the incidence of low back pain in workers who undergo work from home in South Jakarta. This study uses quantitative research methods with a cross-sectional design. The subjects in this study were workers who underwent WFH in South Jakarta which consisted of 110 respondents using a sampling technique, namely purposive sampling. Data collection was carried out using the Roland-Morris instrument which was distributed online through social media. The results showed that as many as 76 respondents (69.1%) experienced complaints of low back pain. In addition, the results of the study of other variables showed that the age of the respondents ranged from 2551 years with more women than men. Respondents with a bent sitting position amounted to 44 people (44.5%) and 43 people in an upright sitting position (39.1%). It is known that the average respondent sits for 8-9 hours in one day and the respondent does sports activities an average of 76.52 minutes a week."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Qurrata Aini
"Pendahuluan: Meskipun tersedia layanan spiritual, penilaian spiritual perspective pada pasien Penyakit Ginjal Tahap Akhir (PGTA) yang menjalani hemodialisis belum dilakukan, sehingga mengakibatkan tingkat spiritual perspective tidak diketahui dan hilangnya peluang untuk melakukan intervensi berbasis spiritual yang tepat. Tujuan: penelitian ini bertujuan untuk menilai spiritual perspective, self transcendence dan hubungannya dengan kepatuhan hemodialisis pada 98 pasien berusia 18 tahun ke atas yang menjalani hemodialisis di rumah sakit. Metode: Spiritual perspective diukur menggunakan Spiritual Perspective Scale (SPS) dan self transcendence dengan Self Transcendence Scale (STS). Kepatuhan diukur menggunakan lembar observasi. Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif korelatif. Tes parametrik mengidentifikasi hubungan antara SPS dan STS dengan kepatuhan hemodialisis pasien. Hasil: Dari 98 pasien, 75,5% memiliki tingkat spiritual perspective tinggi dan 83.7% memiliki self transcendence tinggi. Tidak terdapat hubungan antara tingkat spiritual perspective (p=0.935) dan self transcendence (p=0.896) dengan kepatuhan hemodialisis pasien PGTA. Hasil uji multivariat penelitian ini menunjukkan bahwa faktor dominan mempengaruhi kepatuhan hemodialisis pasien PGTA adalah status pekerjaan (p=0.043) dengan OR 4.267 (95% CI OR: 1.044-17.433). Kesimpulan: Temuan penelitian ini menjadi sangat penting dalam meningkatkan kepatuhan hemodialisis dengan menyoroti manajemen diri pasien yang bekerja dan tidak bekerja. Hasil penelitian ini juga dapat dijadikan landasan bagi penelitian eksploratif berikutnya untuk menilai pemahaman spiritualitas responden dan perilaku kesehatan secara lebih mendalam.

Introduction: Despite the availability of spiritual services, assessment of spiritual perspective in End Stage Kidney Disease (ESKD) patients undergoing haemodialysis has not been done, resulting in an unknown level of spiritual perspective and missed opportunities for appropriate spiritually based interventions. Objective: This study aimed to assess spiritual perspective, self transcendence and its association with haemodialysis adherence in 98 patients aged 18 years and above undergoing haemodialysis at the hospital. Methods: Spiritual perspective was measured using the Spiritual Perspective Scale (SPS) and self transcendence with the Self Transcendence Scale (STS). Adherence was measured using an observation sheet. This study used descriptive correlative analysis. Parametric tests identified the relationship between SPS and STS with patients' haemodialysis adherence. Results: Of the 98 patients, 75.5% had a high level of spiritual perspective and 83.7% had high self-transcendence. There was no association between the level of spiritual perspective (p=0.935) and self transcendence (p=0.896) with haemodialysis compliance of ESKD patients. Multivariate test results showed that the dominant factor influencing haemodialysis adherence of ESKD patients was employment status (p=0.043) with OR 4.267 (95% CI OR: 1.044-17.433). Conclusion: The findings of this study are crucial in improving haemodialysis adherence by highlighting the self-management of working and non-working patients. The results of this study can also serve as a foundation for future exploratory research to assess respondents' understanding of spirituality and health behaviours in more depth."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arvianty Shafira Putri
"Spiritualitas merupakan salah satu variabel sistem manusia yang sangat penting namun sering kali kurang diperhatikan oleh perawat karena hambatan kompetensi. Salah satu faktor yang mempengaruhi kompetensi asuhan spiritual adalah persepsi spiritualitas dan asuhan spiritual. Oleh karena itu penelitian ini berusaha mengeksplorasi persepsi spiritualitas dan asuhan spiritual pada mahasiswa tingkat akhir dan profesi ners perbedaan pada kedua kelompok. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain deskriptif-komparatif. Median skor SCGS atau persepsi spiritualitas dan asuhan spiritual seluruh responden penelitian ini adalah 172 (86,87% skor maksimal) menandakan persepsi spiritualitas dan asuhan spiritual yang baik. Terdapat perbedaan signifikan antara skor SCGS mahasiswa tingkat akhir dengan mahasiswa profesi ners (p-value: 0,044).

"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Iskandar Zulkarnaen Sababa
"Hepatocellular carcinoma (HCC) merupakan kanker terbanyak kedua setelah kanker paru. Diagnosa keperawatan yang paling utama dan sering muncul pada pasien kanker adalah nyeri. Manajemen nyeri merupakan salah satu cara yang digunakan dibidang kesehatan untuk mengatasi nyeri. Manajemen nyeri yang dapat dilakukan dengan farmakologi dan non farmakologi. Salah satu terapi non farmakologi yang bisa dilakukan oleh perawat secara mandiri adalah dengan melakukan hand massage therapy. Metode penelitian yang dilakukan adalah dengan studi kasus untuk menganalisis intervensi tindakan hand massage therapy. Tujuan tindakan hand massage therapy untuk mengurangi ketegangan, meningkatkan relaksasi fisik dan psikologi yang dapat menurunkan rasa nyeri. Implementasi non farmakologi ini dinilai lebih efektif untuk mengurangi nyeri dibandingkan dengan terapi nonfarmakologi yang lain. Pada pasien Tn. J yang mengalami HCC pre-op anterior right segmentectomy dengan pain cancer, intervensi yang sudah dilakukan dengan hand massage therapy yang dilakukan selama 3 hari dimana dalam sekali intervensi hanya membutuhkan waktu sekitar 10 menit. Dari intervensi yang telah dilakukan memperlihatkan adanya penurunan skala nyeri yang dirasakan oleh klien. Sehingga diharapkan terapi ini dapat dipraktikkan oleh perawat dalam mengatasi nyeri yang dialami oleh pasien kanker, terutama Hepatoceluller Carcinoma (HCC). Selain itu, penulis merekomendasikan apabila intervensi ini dikombinasikan dengan foot massage menjadi hand-foot massage dalam mengatasi nyeri kronis pada pasien kanker. 


Hepatocellular carcinoma (HCC) is the second most common cancer after lung cancer. The most common and frequent nursing diagnosis in cancer patients is pain. Pain management is one method used in the health sector to treat pain. Pain management that can be treated with pharmacology and non pharmacology. One of the non-pharmacological therapies that nurses can do independently is by doing hand massage therapy. The research method used is a case study to analyze the intervention of hand massage therapy. The purpose of hand massage therapy is to reduce tension, increase physical and psychological relaxation that can reduce pain. This non-pharmacological implementation is considered to be more effective in reducing pain compared to other non-pharmacological therapies. Mr. J, who had HCC pre-op anterior right segmentectomy with pain cancer, shown a decrease in the scale of his pain after nurse give interventions hand massage therapy for 3 days where in one intervention it only took about 10 minutes. Hoped that this therapy can be practiced by nurses in dealing with pain experienced by cancer patients, especially Hepatocellular Carcinoma (HCC).In addition, the authors recommend that this intervention be combined with foot massage into hand-foot massage therapy in treating chronic pain  cancer."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Septiana Hannani Adina Putri
"Pada pasien dengan penyakit jantung terutama pada pasien pasca Intervensi Koroner Perkutan (IKP) penting dilakukan perawatan lanjutan yaitu rehabilitasi jantung. Data menunjukkan bahwa jumlah partisipasi pada rehabilitasi jantung menurun, terutama pada fase II. Padahal banyak manfaat yang didapatkan dari mengikuti rehabilitasi jantung salah satunya adalah mengurangi tingkat mortalitas dan meningkatkan kesehatan jantung. Tujuan dari Penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang berpengaruh terhadap partisipasi rehabilitasi jantung fase II pada pasien pasca Intervensi Koroner Perkutan (IKP). Desain penelitian menggunakan cross sectional study. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 84 responden yang telah melakukan IKP dan sudah mengikuti rehabilitasi jantung Fase I. Teknik pengambilan sampel menggunakan metode consecutive sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa partisipasi rehabilitasi jantung fase II dipengaruhi oleh usia, tingkat pendidikan, riwayat merokok, efikasi diri, dan dukungan keluarga dengan efikasi diri menjadi faktor dominan. Penelitian ini merekomendasikan untuk dilakukan pengkajian keperawatan untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap rehabilitasi jantung fase II dan melakukan edukasi serta memberi pilihan untuk melakukan rehabilitasi jantung di rumah.

Cardiac Rehabilitation was important for patient with cardiac disease especially patient post Percutaneous Coronary Intervention. Data shows that participation of cardiac rehabilitation in Phase II was decreasing, whereas a lot of benefit from cardiac rehabilitation, including decrease mortality rate and increase the cardiac health. Aim of this study was to identify factors that Affecting Participation of Cardiac Rehabilitation phase II at Patient Post Percutaneous Coronary Intervention. The research configuration utilized a cross sectional review. The example in this study added up to 84 individuals who had percutaneous coronary intervention and already participate in cardiac rehabilitation phase I. Result shows that participation of cardiac rehabilitation phase II was affected by age, education level, smoking history, self efficacy and family support. The dominant factor was self efficacy. This research recommend to do nursing assesment to know the factors that affecting participation of cardiac rehabilitation phase II and made health education for patient and give them choises to do cardiac rehabilitation at home."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Butarbutar, Sonang Veronika
"Varises esofagus (VE) merupakan salah satu komplikasi hipertensi vena porta yang serius. Pemanfaatan teknologi informasi dalam pelayanan keperawatan dapat membantu memonitor kondisi klien sirosis hepatis setelah perawatan di Rumah Sakit. Meskipun sebagian edukasi diterima dengan baik, seringkali edukasi yang diberikan kurang optimal, khususnya pada pasien berobat jalan di poliklinik. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis efektivitas edukasi melalui WebApps pencegahan perdarahan berulang varises esofagus terhadap pengetahuan pasien sirosis hepatis di RSUP Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo. Metode penelitian ini menggunakan Kuasi Eksperimen dengan Nonequivalent Kontrol Group Design. Sample dipilih secara purposive sebanyak 132 responden dengan 66 pada kelompok kontrol dan 66 pada kelompok intervensi. Hasil penelitian menunjukkan tidak ada hubungan signifikan antara kelompok usia, jenis kelamin, pekerjaan, dengan pengetahuan (p>0,05). Lama rawat (0,05). Pendidikan (rendah, menengah, tinggi) tidak menunjukkan perbedaan signifikan dalam nilai pengetahuan pre-test dan post-test pada kelompok intervensi. Meskipun terdapat variasi, nilai pre-test dan post-test pada semua tingkat pendidikan tidak berbeda secara signifikan. Kesimpulan penelitian ini bahwa karakteristik responden seperti usia, jenis kelamin, pekerjaan tidak berhubungan signifikan dengan pengetahuan, meskipun pendidikan sedikit memiliki variasi nilai, namun tidak signifikan. Sedangkan lama rawat hanya signifikan pada pengetahuan pretest.

Esophageal varices (VE) is one of the serious complications of portal vein hypertension. Utilization of information technology in nursing services can help monitor the condition of hepatic cirrhosis clients after hospitalization. Although some education is well received, often the education provided is not optimal, especially for outpatients at the polyclinic. This study aims to analyze the effectiveness of education through WebApps to prevent recurrent bleeding of esophageal varices on the knowledge of patients with hepatic cirrhosis at Dr. Cipto Mangunkusumo National Hospital. This research method uses Quasi Experiment with Nonequivalent Kontrol Group Design. The sample was purposively selected as many as 132 respondents with 66 in the kontrol group and 66 in the intervention group. The results showed no significant relationship between age group, gender, occupation, and knowledge (p>0.05). Length of stay (0.05). Education (low, middle, high) showed no significant difference in pre-test and post-test knowledge scores in the intervention group. Despite the variation, the pre-test and post-test scores at all education levels were not significantly different. The conclusion of this study is that the characteristics of respondents such as age, gender, occupation are not significantly related to knowledge, although education has a slight variation in value, but not significant. While the length of hospitalization is only significant in pre-test knowledge."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tommy Indra
"Penderita diabetes melitus jangka panjang dapat menyebabkan komplikasi mikrovaskular dan makrovaskuler yang mengakibatkan peredaran darah arteri yang menyempit sehingga mengurangi aliran darah ke tungkai bawah. Hal ini dapat mengakibatkan sirkulasi oksigen yang buruk sehingga berdampak meningkatkan risiko terjadinya ulkus diabetik. Ulkus diabetik merupakan penyebab morbiditas dan mortalitas yang signifikan, jika tidak ditangani dan diobati secara tepat waktu akan menyebabkan amputasi. Hal ini perlu dilakukan tindakan pencegahan dan pengelolaan ulkus diabetik yang baik untuk mengatasi tersebut. Salah satu tindakan komplemeter yaitu terapi akupresur, dapat dimanfaatkan pada penderita ulkus diabetik. Tujuan dari penelitian ini yaitu mengidentifikasi pengaruh akupresur terhadap perbaikan klinis ulkus diabetik. Sampel penelitian ini berjumlah 26 responden yang dibagi menjadi 13 responden kelompok intervensi dan 13 responden kelompok kontrol. Metode penelitian ini adalah Quasi Eksperiment dengan desain penelitian Pretest and Posttest With Control Group Designs. Hasil penelitian menunjukan bahwa ada perbedaan yang cukup signifikan rerata selisih skor ulkus diabetik antara kelompok intervensi dengan kelompok kontrol dengan p value 0,047 (p value <0,05). Hasil uji variabel confounding didapat data bahwa lama menyadang DM dan riwayat merokok, kadar glukosa darah sewaktu dan tekanan darah tidak berhubungan dengan perbaikan klinis ulkus diabetik (p value > 0,05.) Terapi akupresur diharapkan dapat menjadi standar terapi komplementer dalam pelayanan kesehatan dirumah sakit maupun pelayanan di klinik keperawatan luka sebagai terapi tambahan pada manajemen perawatan luka pada pasien ulkus diabetik.


Long-term diabetes mellitus patients can cause microvascular and macrovascular complications resulting in narrowed arterial blood circulation thereby reducing blood flow to the lower limbs. This can result in poor oxygen circulation thus increasing the risk of developing diabetic ulcers. Diabetic Ulcer is a significant cause of morbidity and mortality, which in case of not taken care or treated timely, it will lead to amputation. This requires good prevention and management of diabetic ulcer to handle such matter. One of the complimentary actions to help diabetic ulcer patients is acupressure. Objective of this research is to identify the impacts of acupressure to the clinical improvement of diabetic ulcer. Samples of this research contain 26 respondents, which come from 13 respondents of intervention group and 13 respondents of control group. Method of this research is Quasi-Experiment with control group pretest-posttest design. The research result indicates that acupressure with modern wound care decreases the score of diabetic ulcer improvement compared to standard therapy only (modern wound care) with p value 0,047. Results of the confounding variable test show that the terms of DM disease, smoking history, blood glucose levels and blood pressure do not relate to the clinical improvement of diabetic ulcer (p value > 0.05). Acupressure is expected may become a standard complimentary therapy of medical treatment in hospitals or wound care clinics as an additional therapy in diabetic wound care. 

"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library