Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 62 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Lulus Listuhayu
"Skripsi ini membahas mengenai aspek-aspek laku yang terdapat dalam Serat Seh Jangkung. Serat ini menceritakan perjalanan Seh Jangkung sebagai tokoh utama dalam menjalankan laku di dalam hidupnya. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan teori interpretasi.
Hasil dari penelitian ditemukan enam aspek laku yang terdapat dalam Serat Seh Jangkung, yaitu: syareat, tapa, rasa, magi, sasmita, dan ngelmu. Di samping itu dimunculkan juga mengenai kasampurnan yang merupakan tujuan dari laku. Kasampurnan merupakan sebuah pandangan hidup masyarakat Jawa yang termasuk dalam konsep religi Jawa.

The focus of this study is on aspects of laku in Seh Jangkung Script. This script tells about Seh Jangkung as main character who doing laku in his life. This research used qualitative descriptive analysis with interpretation theory.
The conclusion find six aspects of laku in Seh Jangkung Script, which are syareat, tapa, rasa, magi, sasmita, and ngelmu. Beside that, kasampurnan appear as the result of the aim of laku. Kasampurnan is the concept of Javanese religion in Javanese society."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2009
S11350
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Radhita Yuka Heragoen
"Wayang Kulit Purwa merupakan suatu pertunjukan paling berkembang diantara jenis pertunjukan wayang lainnya. Wayang Kulit memiliki beraneka ragam gaya menurut daerah dan perkembangannya masing-masing. Salah satunya adalah gaya Surakarta. gaya Surakarta lebih banyak digunakan oleh dalang karena ceritanya lebih dimengerti. Dalam setiap pertunjukan wayang kulit terdapat seperangkat perlengkapan untuk pertunjukannya. Salah satunya adalah boneka wayang. Gunungan merupakan boneka wayang yang memiliki peran penting dalam suatu pertunjukan wayang. Gunungan tersebut yaitu gunungan gapuran, gunungan blumbangan, gunungan kadewan, dan gunungan klowongan. Gunungan melambangkan alam semesta yang di dalamnya terdapat aspek-aspek yang merupakan suatu keseimbangan antara baik dan buruk.
The Purwa puppet is the most expanding show among the other type of puppet?s show. The purwa puppet has multifarious of style according to area and ets growth. One of them is Surakarta?s style. Style of Surakarta is more used by puppeteer because ets story is easy understood. In every puppet?s show has a set of peripheral to show the puppet?s play. One of them is puppet?s doll. Gunungan are puppet doll that has the important role in puppet?s show. That Gunungan are gapuran gunungan, blumbangan gunungan, kadewan gunungan and klowongan gunungan. Gunungan are the symbol of universe which there are aspects that represent the balance of goodness and badness."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2009
S11684
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Diah Pitaloka
"Salah satu kebudayaan yang masih sering dilakukan dan diturunkan adalah semedi. Semedi dilakukan di tempat-tempat yang dianggap tidak biasa, diantaranya di Tempuran Gadog. Tempuran Gadog merupakan pertemuan dua sungai yaitu sungai Ciliwung dan sungai Ciesek. Situs ini sering digunakan oleh masyarakat Jawa sebagai tempat untuk melakukan pendekatan diri kepada Tuhan, yaitu semedi. Penelitian ini dilakukan di Tempuran Gadog, dengan metode wawancara dan pengamatan dari bulan Januari - Mei 2008. Beberapa aspek dalam semedi di Tempuran Gadog meliputi ketersediaan perlengkapan sesajen, tata cara, waktu dan tujuan serta implementasi dari semedi. Semedi dilakukan dengan cara tapa kungkum dan dilakukan secara terus-menerus pada malam hari, guna mendapatkan wahyu. Konsep yang melatarbelakangi semedi diantaranya adalah Sangkan Paran dan Kasampurnan, dan secara keseluruhan semedi mengarah kepada Manunggaling kawula - Gusti. Ritual semedi di Tempuran Gadog bersifat tradisi.
Beberapa mitos juga memaknai situs Tempuran Gadog. Pemaknaan semiotik terhadap perilaku dan artefak di Tempuran Gadog meliputi patung raksasa kembar, patung keong, patung orang memanah, pendopo, serta gambar Semar, dimana keseluruhan makna mengarah pada satu kesimpulan yaitu perilaku baik sebagai pesan dari Semar. Dengan arti seseorang yang mendatangi Tempuran Gadog diingatkan untuk menjadi baik saat memasuki dan keluar dari Tempuran Gadog. Tempuran Gadog merupakan lingkungan biofisik yang dimodifikasi dengan penambahan artefak yang bertujuan memotivasi pelaku semedi. Terdapat hubungan antara semedi dalam kebatinan Jawa dengan tasawuf yang ditandai dengan masuknya tahapan-tahapan spiritual sufi kedalam tahapan-tahapan spiritual Jawa"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2008
S11696
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dhanang Pramudito
"Skripsi ini membahas mengenai topik Aspek-Aspek Religiusitas Dalam Serat Wulangreh yang merupakan karya dari Sinuhun Pakubuwana IV. Serat ini merupakan karya sastra yang bergenre wulang, yang memiliki kandungan isi sebagai nasihat atau petuah. Berbagai hal mengenai isi nasihat berkenaan dengan bagaimana manusia harus bersikap di kehidupan ini, tingkah laku terhadap sesamanya, perbuatan yang baik, dan tingkah laku dalam menjalankan perintah Tuhan. Penelitian ini menggunakan empat tahapan yaitu inventarisasi, klasifikasi, deskripsi, dan analisis, peneliti menggunakan teori interpretasi teks dari Jan Van Luxemburg guna untuk mendapatkan makna dari aspek-aspek tersebut, aspek itu antara lain: sasmita, rasa, laku, dan tapa. Dari keempat aspek tersebut nantinya akan diperoleh kesimpulan yaitu manusia dalam memahami aspek-aspek religi yang terdapat pada Serat Wulangreh, tujuannya untuk manunggal dengan Tuhan dan mencapai kesempurnaan hidup (manunggaling gusti kawula_kasampurnaning dumadi).

The main problem of this paper is discussing the Religious Aspects in Serat Wulangreh which is literary work from Sinuhun Pakubuwana IV. The genre of this literary is wulang which contains many advice for human life, how human should behave in their life and society are told in this literary work. The research of this paper use four stages which are inventaritation, classification, description, and analysis. In doing analysis, the writer use theory of interpretation text from Jan Van Luxemburg. The theory is used for getting some meanings from the aspects of the literary work, the aspects are sasmita, rasa, laku, and tapa. It is expected that the results of the paper could provide some input to people in understanding the religious aspects from Serat Wulangreh to have the perfection of life."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2009
S11685
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Septiyani
"Gunungan wayang kulit adalah salah satu perlengkapan yang sangat penting dalam pertunjukan wayang kulit. Gunungan wayang kulit memiliki beberapa gagrag atau gaya, seperti gagrag Yogyakarta, gagrag Banyumas, gagrag Surakarta, gagrag Cirebon, dan sebagainya. Gunungan wayang kulit dengan berbagai macam gagrag memiliki simbol yang berbeda-beda satu sama lain. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan apa saja yang terdapat pada gunungan wayang kulit gagrag Yogyakarta dan gagrag Banyumas dengan metode analisis. Hasil penelitian ini berupa perbedaan makna simbolik yang terdapat pada gunungan wayang kulit gagrag Yogyakarta dan gagrag Banyumas.

There is one important property called gunungan in shadow puppet’s show. Gunungan shadow puppet’s have some gagrag or style, such as gagrag Yogyakarta, gagrag Banyumas, gagrag Surakarta, gagrag Cirebon, etc. Gunungan shadow puppet’s with various gagrag have different symbols from each other. This study aims to find out what the differences between gunungan gagrag Yogyakarta and gagrag Banyumas using analysis method. This result in the form of differences in symbolic significance contained in gunungan shadow puppet’s Yogyakarta and Banyumas.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2013
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Devinta Anindia
"Proposisi mengajarkan manusia Jawa untuk menjadi manusia yang utama, karena di dalam makna sebuah proposisi mengandung kebijaksanaan. Proposisi manungsa mung sadrema nglakoni (manusia hanya sekedar menjalani) mengajarkan sebuah kebijaksanaan pada manusia untuk selalu percaya akan takdir mereka. Tujuan penelitian ini untuk menunjukkan proposisi manungsa mung sadrema nglakoni serta dharma dalam buku 'Genderang Perag di Padang Kurusetra'. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif analitis dari buku 'Genderang Perang di Padang Kurusetra'. Kesimpulan dari penelitian ini adalah kewajiban atau dharma sangat berpengaruh pada hidup manusia, sebab orang yang mengerjakan dharma sesuai dengan kodratnya akan mendapatkan ketenangan lahir maupun batin.

Proposition teaches Javanese people to be the most superior human, the meaning of proposition in containing wisdom. Proposition manungsa mung sadrema nglakoni (people merely undergo) teaches about wisdom for Javanese people for always believe in their destiny. This research for explain about proposition manungsa mung sadrema nglakoni and dharma on the book 'Genderang Perang di Padang Kurusetra'. This research using method of descriptive analytical from book 'Genderang Perang di Padang Kurusetra'. Conclusion of this research is duty or dharma is very influential in people's live, because the people who work in accordance with the dharma will get harmony of their spiritual.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2013
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Nawang Wulan
"Kebudayaan Jawa selalu berkaitan dengan religi atau kepercayaan masyarakat Jawa terhadap Tuhan. Tradisi tata cara riasan wajah dan sanggul pengantin Jawa keraton Surakarta sebagai salah satu aspek kebudayaan Jawa, memiliki banyak makna-makna filosofis yang di dalamnya terkandung alam pikir manusia Jawa. Alam pikir manusia Jawa melalui tradisi tata cara riasan wajah dan sanggul pengantin Jawa keraton Surakarta senantiasa berkaitan dengan konsep ketuhanan dan mencari slamet atau keselamatan.

Javanese culture always related with beliefs of Javanese society towards God. As one of Javanese Culture aspect, The tradition of make-up and hair do for the bride of Keraton Surakarta has so many philosophy which contains philosophys about the thoughts of Javanese people itself. The thoughts of Javanese people forms how their traditional manners of bride make up and hair do, is related to the concept of god and safety."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2013
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Destri Difrensia
"Artikel berjudul Wayang Beber: Kedudukan, Fungsi, dan Nilai-Nilai Budaya Yang Terkandung di Dalamnya. Menjelaskan tentang perkembangan Wayang Beber di setiap daerah, yaitu daerah Jawa Timur di Pacitan, Jawa tengah di Wonosari, dan Wayang Beber pada zaman modern di Jakarta yang disebut Wayang Beber Metropolitan. Tujuan dari penelitian ini menjelaskan keberadaan Wayang Beber yang hampir punah di zaman modern ini. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan membuat deskripsi, gambaran, faktual dan akurat mengenai data-data yang terpercaya sehingga dapat membuat kesimpulan mengenai kedudukan, fungsi, dan nilai-nilai yang terkandung dalam Wayang Beber.
Wayang Beber adalah seni wayang yang muncul dan berkembang di Jawa pada masa pra Islam dan masih berkembang di daerah-daerah tertentu di Pulau Jawa. Fungsi Wayang Beber dipakai sebagai pertunjukkan ritual seperti ruwatan, bersih desa, peringatan proses hidup manusia (kelahiran, khitanan, perkawinan), mendatangkan hujan, dan sebagainya. Nilai–nilai yang terkandung dalam Wayang Beber meliputi nilai seni, nilai religi, nilai falsafah, dan nilai universal. Wayang Beber mengambil ajaran-ajaran dari berbagai macam filsafat hidup yang bersumber pada sistem kepercayaan, kejujuran, keadilan, empati, tanggung jawab, dan saling menghargai sangat penting dalam membangun karakter bangsa Indonesia.

The article entitled Wayang Beber: Kedudukan, Fungsi, dan Nilai-Nilai Budaya Yang Terkandung di Dalamnya. Describes the develpoment of Wayang Beber in each region, the area of East Java in Pacitan, Central Java in Wonosari, and Wayang Beber in modern time in Jakarta called Wayang Beber Metropolitan. The purpose of this research explain the existence of Wayang Beber is almost extinct in this modern times. The method used in this research is descriptive method to make a description, picture, factual and accurate information on which reliable data as to make inferences about the position, function and values are contained in the Wayang Beber. Wayang Beber is art that emerged and developed in Java on the pre-Islamic period and still growing in certain areas on the island of Java.
Wayang Beber function is used as ritual performances as Ruwatan, Bersih Desa, process of the human life as (birth, circumcision, marriage), bring rain, and so on. The values are contained in the Wayang Beber include artistic value, religious value, philosophy value, and universal value. Wayang Beber takes the teachings of the various philosophies oh life which is based on a system of trust, honesty, fairness, empathy, responsibility, and respect are very important in establishing the characters of the Indonesian nation.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2014
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Ulfa Olivia
"Karya ilmiah ini berisi tentang nilai-nilai hidup orang Jawa yang terkandung dalam proposisi aja dumeh. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tentang makna konsep pengendalian diri yang terkandung dalam proposisi aja dumeh sehingga dapat meluruskan kesalahan dalam memaknai proposisi khususnya proposisi bahasa Jawa. Metodologi yang digunakan dalam karya ilmiah ini adalah metodologi deskriptif analisis sehingga menghasilkan kesimpulan tentang makna konsep pengendalian diri dalam proposisi aja dumeh. Hasil analisis menyimpulkan bahwa terdapat nilai-nilai hidup orang Jawa tentang pengendalian diri yang merupakan filosofi moral, bahwa sebagai orang Jawa tidak boleh sombong dan harus selalu rendah hati.

This scientific article talks about the value of life for Javanese people on the propotition “aja dumeh”. This study aims to determine the meaning of the concept of self control that contained in the proposition aja dumeh so as to straighten out the error in defining proposition especially javanese. The metodology used in this paper is a descriptiv analyze the resulting systematic conclusions about the meaning of the concept of self control in aja dumeh proposition. The result of the analysis concludes that there are people living Javanese values of self control which is a moral philosophy as Java should not be arrogant and should always be low profile.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2014
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Kartika Novitasari
"[ABSTRAK
Nenek moyang masyarakat Jawa telah mewariskan dan sudah memikirkan apa yang akan terjadi pada esok hari tentang perkembangan kehidupan. Berjalan secara cepat dan berdampak pada prilaku buruk manusia. ungkapan yang terkenal dalam kebudayaan Jawa berbunyi wani ngalah luhur wekasane merupakan salah satu ungkapan Orang Jawa yang dapat menciptakan kehidupan lebih harmonis. Tujuan penulisan artikel ini untuk memaknai ungkapan wani ngalah luhur wekasane dalam Pakem Ringgit Purwa Lampahan Lairipun Rama-Brubuh Ngalengka. Ungkapan tersebut telah dibuktikan pada lakon wayang Pakem Ringgit Purwa Lampahan Lairipun Rama-Brubuh Ngalengka. Untuk membahas artikel ini digunakan metode penelitian kualitatif dengan menganalisis suatu kajian obyek dari dalam data itu sendiri. Serta mengaitkan dengan ungkapan Jawa wani ngalah luhur wekasane merupakan suatu ajaran spirualit Orang Jawa, mengajarkan kesabaran demi terciptanya hidup rukun. Saran ungkapan wani ngalah luhur wekasane merupakan sikap prinsip hidup yang selalu mengutamakan kesabaran dan rela mengalah. Segala penyebab konflik harus dihindari selalu mawas diri ingat dan waspada dalam bertindak-tanduk tidak mengedepankan nafsu duniawi serta menjaga keharmonisan dan kerukunan bersama.

ABSTRACT
The ancestors of Java society have inherited and already thought about what will happen tomorrow and was thought about the development of life. Run fast and have an impact on human bad behavior. The famous phrase in Javanese culture is wani ngalah luhur wekasane. It is one expression of the Javanese who can create a more harmonious life. The purpose of this journal is to interpret the phrase wani ngalah luhur wekasane in the principle of Ringgit Purwa Lampahan Lairipun Rama-Brubuh Ngalengka. That phrase has been evidenced in story of puppet Ringgit Purwa Lampahan Lairipun Rama-Brubuh Ngalengka. This article uses qualitative method by analyzing object research of its data as well as connecting it with Javanese wani ngalah luhur wekasane phrase, is a Javanese spiritual teaching that teaches patience for the harmonious life. Suggestions contained in that phrase are attitude of life principle always put patience and willing to succumb. All causes of the conflict must be avoided, thinking before acting, not promoting lust and maintain harmonious life and togetherness., The ancestors of Java society have inherited and already thought about what will happen tomorrow and was thought about the development of life. Run fast and have an impact on human bad behavior. The famous phrase in Javanese culture is wani ngalah luhur wekasane. It is one expression of the Javanese who can create a more harmonious life. The purpose of this journal is to interpret the phrase wani ngalah luhur wekasane in the principle of Ringgit Purwa Lampahan Lairipun Rama-Brubuh Ngalengka. That phrase has been evidenced in story of puppet Ringgit Purwa Lampahan Lairipun Rama-Brubuh Ngalengka. This article uses qualitative method by analyzing object research of its data as well as connecting it with Javanese wani ngalah luhur wekasane phrase, is a Javanese spiritual teaching that teaches patience for the harmonious life. Suggestions contained in that phrase are attitude of life principle always put patience and willing to succumb. All causes of the conflict must be avoided, thinking before acting, not promoting lust and maintain harmonious life and togetherness.]"
2015
MK-PDF
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7   >>