Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Agus Indarto
"

Transformator tenaga merupakan bagian yang penting dalam sistem tenaga listrik yang berfungsi untuk mengubah tegangan dalam sistem transmisi dan distribusi. PD (partial discharge) merupakan parameter penting untuk menentukan kondisi kesehatan isolasi transformator. Proses penelitian dimulai dengan analisis kegagalan, investigasi pengaruh perekat silinder belitan, proses manufaktur dan disain isolasi antar belitan terhadap nilai PD. Sumber PD material isolasi padat berasal dari rongga, ruang kosong, ketidaksempurnan dan kelembaban. Sedangan pada isolasi cair berasal dari kelembaban, kandungan partikel dan gelembung. Hasil investigasi sumber PD adalah isolasi padat (63%), terutama silinder belitan (23%). Proses manufaktur yang mempengaruhi nilai PD adalah durasi pengeringan, durasi vakum dan peresapan minyak, serta tipe perekat pada silinder belitan. Durasi pengeringan yang optimum untuk mendapatkan nilai PD dibawah 70 pC, dipengaruhi oleh berat isolasinya. Durasi vakum dan impregnasi minyak yang optimum adalah 57 jam dan 75-120 jam. Sedangkan jenis perekat yang sesuai untuk mendapatkan nilai PD dibawah 70pC adalah tipe casein, karena struktur berporinya membuat peresapan minyak lebih baik. Hasil tersebut didukung oleh morfologi menggunakan Scanning Electron Microscopy. Hasil simulasi disain isolasi antar belitan menunjukan bahwa untuk mendapatkan nilai PD yang rendah, tidak hanya dengan menurunkan nilai aktual maximum stress voltage saja, namun harus dipertimbangkan juga voltage inception level.


Power transformer is important parts in an electric power system that change voltage in the transmission and distribution system. Partial discharge (PD) is crucial parameter to define the health condition of transformer insulation. The research process begins with the failure analysis, investigation adhesive type, manufacturing process and insulation design between winding to PD value. The sources of PD in solid insulation material come from void, cavity, impurity, and moisture. While in liquid insulation, it come from moisture, particle, and bubble. The investigation results showed that solid insulation is the highest value of PD source (63%), especially cylinder winding (23%). The manufacturing process that affect PD value are drying, vacuum, oil impregnation and adhesive usage on winding cylinder. To achieve PD below 70 pC, drying time is influenced by the insulation weight. Optimum vacuum and impregnation time are 57 and 75-120 hours. The type of adhesive to obtain PD value below 70 pC is the casein, due to its porous structure can make the oil absorb better. This result is supported by morphological analysis using Scanning Electron Microscopy. The result of insulation design between winding showed that to achieve low PD value, must be considered both reducing actual value of maximum stress voltage.

 Keywords— partial discharge; power transformer; manufacturing process; insulation design, adhesive

"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Murie Dwiyaniti
"Pemanasan global dari berbagai sektor kehidupan, terutama sektor energi, berdampak signifikan terhadap emisi gas rumah kaca sehingga diperlukan energi bersih yang bersumber dari energi baru terbarukan (EBT). Meskipun Indonesia telah mendorong penggunaan EBT, namun kendala pengembangan dan sifat intermittent sumber EBT memerlukan piranti penyimpanan energi yang berbiaya tinggi. Kapasitor Lithium Ion (KLI), piranti penyimpan energi jenis baru yang merupakan gabungan baterai lithium ion pada anoda dan superkapasitor pada katoda, menawarkan solusi kerapatan energi yang besar dan daya yang tinggi. Namun performansi KLI sangat dipengaruhi oleh material katoda yang berbahan karbon aktif. Karbon aktif umumnya terbuat dari graphene yang mahal, proses pembuatannya kompleks dan berbahaya bagi kesehatan. Sehingga perlu dicarikan alternatif bahan pembuat karbon aktif yang murah dan ramah lingkungan. Salah satu opsinya adalah limbah biomasa ampas tebu yang sangat berlimpah di Indonesia. Ampas tebu memiliki kandungan karbon dan lignoselulosa yang tinggi sehingga dapat dijadikan material karbon aktif berkualitas. Dalam penelitian ini, peneliti mensintesis ampas tebu menjadi karbon aktif menggunakan metode pirolisis sederhana dengan tabung reaktor kedap udara dan cara kering, di mana aktivator kimia dicampur langsung ke dalam karbon tanpa larutan, sehingga lebih efisien dari segi waktu dan biaya. Selanjutnya, karbon aktif ampas tebu digunakan sebagai material katoda pada KLI dan disusun bersama dengan LTO sebagai anoda dalam bentuk koin sel CR2032. Namun hasil pengujian elektrokimia KLI berbahan karbon ampas tebu menunjukkan kerapatan daya dan konduktivitas yang rendah. Untuk mengatasi hal tersebut, ditambahkanlah oksida logam berupa MnO2 yang memiliki kapasitansi tinggi, murah dan ramah lingkungan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karbon aktif berbahan ampas tebu dapat dijadikan material katoda pada KLI. Luas permukaan spesifik tertinggi adalah 1906 m2/g, spesifik kapasitansi 61 F/g, kerapatan energi 122 Wh/kg, kerapatan daya 1800 W/kg, konduktivitas 2,15 µS/cm, dan kapasitas 33 mAh/g dengan retensi 84% dalam 100 siklus. Penambahan MnO2 pada karbon aktif menunjukkan peningkatan performansi elektrokimia KLI yaitu spesifik kapasitansi 101 F/g, kerapatan energi 452 Wh/kg, kerapatan daya 2700 W/kg, konduktivitas 9,17 µS/cm, dan kapasitas 55 mAh/g dengan retensi 93% dalam 100 siklus. Kesimpulan penelitan ini, ampas tebu berpotensi menjadi karbon aktif yang digunakan sebagai material katoda pada KLI. Penambahan MnO2 pada karbon aktif ampas tebu menunjukkan kinerja KLI yang lebih baik sebagai piranti penyimpan energi yang ramah lingkungan.

Global warming from various life sectors, especially the energy sector, significantly impacts greenhouse gas emissions, necessitating clean energy sourced from renewable sources (RE). Despite Indonesia's promotion of RE, the unstable nature of these sources requires high-cost energy storage devices (batteries). Lithium-ion capacitors (LICs), a new battery combining lithium-ion batteries on the anode and supercapacitors on the cathode, offer a solution. However, LIC performance is highly reliant on cathode materials made of activated carbon. Activated carbon, typically made from expensive and hazardous graphene, has a complex production process. Bagasse is proposed as an eco-friendly and cost-effective alternative with a simpler production process. Its advantage lies in its high carbon content and lignocellulosic nature, ideal for activated carbon material. The synthesis method involves bagasse pyrolysis in a gas-tight tube furnace without gas and KOH activation via dry mixing, making it more time and cost-efficient. Bagasse-derived activated carbon is then used as the cathode material in LIC, combined with LTO as the anode in CR2032 coin cells. Characterization tests of the bagasse-derived carbon material in LIC revealed low power density and conductivity. To address this, manganese dioxide (MnO2), known for its high capacitance and eco-friendliness, was added. Research findings indicate that bagasse-derived activated carbon can be used as the cathode material in LIC. The highest specific surface area is 1906 m2/g, specific capacitance of 61 F/g, energy density of 122 Wh/kg, a power density of 1800 W/kg, conductivity of 2.15 µS/cm, and a capacity of 33 mAh/g with an 84% retention over 100 cycles. The addition of MnO2 showed improved electrochemical performance in LIC with a specific capacitance of 101 F/g, energy density of 452 Wh/kg, power density of 2700 W/kg, conductivity of 9.17 µS/cm, and a capacity of 55 mAh/g with a 93% retention over 100 cycles. This research concludes that sugarcane bagasse has the potential to become activated carbon used as the cathode material in LICs. Adding MnO2 to the activated carbon from sugarcane bagasse demonstrates the better performance of LICs as environmentally friendly energy storage devices"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yoyok Dwi Setyo Pambudi
"ABSTRAK
Logam transisi oksida (MxOy,M = Co, Fe, Cu, Zn) menarik untuk dijadikan
material baru sebagai anoda baterai ion lithium karena secara umum mempunyai
kapasitas spesifik lebih besar dari material grafit. Diantara logam logam transisi tersebut
ZnO mempunyai kelebihan karena mempunyai kapasitas teoritis yang yang tinggi sekitar
978 mAh/g atau setara tiga kali dari grafit seperti yang dipakai pada baterai ion lithium
dewasa ini. Kelebihan lain dari ZnO adalah tidak beracun, ketersediaannya banyak dan
murah dalam preparasi. Selain itu ZnO mempunyai band gap yang lebar (3,37 eV pada
suhu kamar), mobilitas elektron tinggi (100 cm2/Vs) dan ikatan energi yang besar (60
meV) sehingga yang telah banyak digunakan di banyak aplikasi seperti semikonduktor,
bahan konduktor transparan, biosensor dan bahan anoda dari baterai lithium-ion. Secara
khusus, struktur nano ZnO telah menarik banyak perhatian karena sifat unik dan
kemungkinan penerapannya di bidang yang luas. Tetapi penerapan material ZnO sebagai
anoda baterai ion lithium juga mempunyai kelemahan karena terjadinya ekspansi volume
selama proses charge dan discharge yang akan menyebabkan kerusakan material anoda
tersebut dan berakibat pada turunnya kapasitas baterai. Maka dilakukan pengendalian
morfologi terhadap struktur ZnO dalam bentuk microrods yang ditumbuhkan pada
substrat tembaga (Cu foils) dengan menggunakan metode kimia basah atau chemical bath
deposition (CBD) pada suhu rendah. Parameter yang diamati adalah keseragaman,
densitas dan diameter ZnO microrods hingga didapatkan kondisi optimum untuk
pertumbuhan ZnO. Efek annealing temperatur pada pertumbuhan ZnO microrods dan
kristalisasi selanjutnya diteliti. Ukuran, keselarasan dan keseragaman ZnO microrods
dievaluasi dengan pemindaian mikroskop elektron (SEM dan HRSEM), sedangkan untuk
analisis struktural dilakukan dengan teknik X-ray difraksi (XRD). Hasil penelitian
menunjukkan bahwa suhu anil berpengaruh secara signifikan terhadap pertumbuhan
microrods ZnO. Dengan melalui sejumlah pengujian terhadap struktur dan morfologi di
dapatkan bahwa parameter eksperimental yang baik dicapai dengan menggunakan 3
(tiga) lapisan benih, anil pada suhu 150oC dalam waktu 10 menit anil, memberikan
diameter rata-rata 218 nm, ukuran kristal 50,16 nm dan densitas 5,05 microrods μm2.
Ukuran kristalit terbesar (65,34 nm) diperoleh pada suhu anil pada suhu 100oC dan 10
menit waktu anil. Citra SEM dan HRSEM pada semua sampel yang diuji menunjukkan bahwa ZnO
microrods berhasil ditumbuhkan pada substat lembaran tembaga dengan diameter 200
900 nm. Hasil CV memperlihatkan bahwa kapasitas spesifik tertinggi sebesar didapatkan
oleh sampel ZnO150 dengan nilai kapasitas spesifik sebesar 811 mAh/gr untuk
discharge dan 773 mAh/gr untuk charge pada pengisian densitas arus 0.5 A/g
Sedangkan kapasitas spesifik terendah didapat pada sampel ZnO50 dengan nilai
kapasitas spesifik sebesar 572 mAh/gr untuk discharge dan 562 untuk charge. Sedangkan
untuk ketahanan siklus didapatkan oleh sampel ZnO100 dengan kapasitas retensi 94%
pada siklus ke 80 dan ZnO 150 dengan kapasitas retensi 82 %. Dari pengujian rate
capabilities, baterai ZnO memiliki kemampuan discharge dan charge dari 0,1 C hingga
2C. Hal ini menunjukkan bahwa telah tercapai tujuan penelitian yaitu sebagai
pengembangan awal anoda ZnO microrods sebagai anoda baterai ion lithium dengan
kapasitas spesifik yang tinggi.

ABSTRACT
Transition-metal oxides (MxOy, M = Co, Fe, Cu, Zn) are such an attractive new
materials for lithium ion battery anodes, as they generally have bigger specific capacity
than graphite materials. Among the transition metals, ZnO have an advantage of their
high theoretical capacity for about 978 mAh/g which are three times the equivalent of
graphite used in today's lithium ion batteries. Another advantage of ZnO is non-toxic. Its
availability is abundant and cheap in preparation. In addition, ZnO as a semiconductor
material has a wide band gap (3.37 eV at room temperature), high electron mobility (100
cm2/Vs) and large energy bonds (60 meV) so that it has been widely used in many
applications, including transparent conductors, biosensors and anode materials from
lithium-ion batteries. In particular, the ZnO nanostructure has attracted much attention
due to its unique nature and its possible application in a wide field. The various
nanostructures of ZnO have been synthesized using different approaches. In this work,
the liquid chemical deposition facile (CBD) of ZnO microrods on copper (Cu) foils was
studied. During synthesis, we control the uniformity, density and diameter of ZnO
microrods to determine the optimum conditions. The effects of temperature annealing on
the growth of ZnO microrods and crystallization were further investigated. The size,
alignment and uniformity of ZnO microrods were evaluated by scanning electron
microscopy (SEM), while for structural analysis performed by XRD technique. The
results showed that the annealing temperature significantly affected the growth of ZnO
microrods. We found excellent experimental parameters achieved by using 3 (three) seed
layers, annealing at 150 ° C within 10 minutes annealing, giving an average diameter of
218 nm, a crystal size of 53.29 nm and a density of 5.05 microrods / μm2. The largest
crystal size ( 65.34 nm) was obtained at annealing temperatures at 100 ° C and 10
minutes anneal time. The SEM and HRSEM images in all samples tested showed that
ZnO microrods were successfully grown on copper sheet substrates with diameters of
200-900 nm. The CV results show that the highest specific capacity is obtained by the
ZnO150 sample with a specific capacity value of 811 mAh/gr for discharge and 773
mAh/gr for charging the current density of 0.5 A/g. While the lowest specific capacity
was obtained in the ZnO50 sample with a specific capacity value of 572 mAh/gr for
discharge and 562 for charge. While for cycle resistance obtained by the sample ZnO100"
2018
D2579
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aris Sunawar
"Pengguna kendaraan sering harus memarkir kendaraan pada ruang terbuka yang terpapar panas matahari langsung, yang mana pada saat kondisi terik, temperatur didalam kabin mobil meningkat jauh dibanding kondisi temperatur luar. Temperatur di dalam kabin dapat mencapai lebih dari 60°C dalam waktu kurang dari 60 menit, yang tentunya dapat membahayakan bagi manusia ataupun bagi benda-benda didalam kendaraan serta menimbulkan kerusakan bagi material mobil itu sendiri.
Disertasi ini akan melihat pola distribusi temperatur mobil yang diparkir di bawah sinar matahari langsung di iklim tropis Indonesia, sehingga diperoleh pola data temperatur tertinggi dan terendah di dalam kabin mobil selama waktu pemanasan 60 menit. Pengujian dilakukan dengan menggunakan model mobil asli dan menggunakan model skala untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat. Dengan memodelkan mobil menjadi suatu sumber panas konstan dengan prinsip konduksi thermodinamika, panas yang dihasilkan didalam kabin dimanfaatkan untuk mendapatkan energi listrik menggunakan modul thermoelektrik. Penggunaan modul thermoelektrik sebagai sumber energi tidak memerlukan tenaga dari mesin mobil yang memboroskan pengunaan bahan bakar minyak.
Penggunaan modul thermoelektrik yang diletakkan di atap seluas 1 m2 diperkirakan dapat menghasilkan daya sampai dengan 14,7W dengan simulasi diperoleh penurunan suhu sebesar 1°C. Dengan penurunan temperatur tersebut diharapkan dapat mengurangi bahaya yang mungkin timbul akibat panas dan meringankan kerja sistem pendingin mobil.

Vehicle users often have to park vehicles in open spaces that are exposed to direct heat, which during hot conditions, the temperature in the cabin of the car increases considerably compared to the conditions of outside temperaturs. The temperature in the cabin can reach more than 60 ° C in less than 60 minutes, which of course can be dangerous for humans or for objects in the vehicle and cause damage to the material of the car itself.
This dissertation will look at the temperature distribution patterns of cars parked in direct sunlight in Indonesias tropical climate, so that the highest and lowest temperatur data patterns are obtained in the cabin of the car during a 60 minute warm up time. Testing is done using the original car model and using a scale model to get more accurate results. By modeling the car into a constant heat source with the principle of thermodynamic conduction, the heat generated in the cabin is used to obtain electrical energy using a thermoelectric module. The use of a thermoelectric module as an energy source does not require power from a cars engine which wastes the use of fuel oil.
By using a thermoelectric module that is placed on a roof of 1 m2 it is estimated that it can produce power up to 14,7W with a target of decreasing the temperatur inside the cabin to reach 1 degrees compared to without the addition of modules. With the decrease in temperatur is expected to reduce the dangers that may arise due to heat and ease the work of the car cooling system.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
D2715
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adinda Franky Nelwan
"Konsep Ketahanan Energi (KE) dalam konteks pengendalian sistem energi suatu negara, telah berkembang divergen. Divergensi/keragaman itu, dikarenakan KE bersifat multidisipliner, multiperspektip dan multidimensional. Dilatari kenyataan itu, maka permasalahan riset ini adalah konsep KE integralistik. Yaitu suatu konsep sintesis yang memadukan keragaman konsep KE, dan dari konsep itu dapat dihasilkan suatu metoda kwantifikasi/pengukuran KE. Dengan kata lain, tujuan riset ini adalah mengembangkan metoda pengukuran KE yang integralistik. Untuk mencapai tujuan riset itu, metode riset diawali dengan pemeriksaan epistemologis terhadap istilah Ketahanan Energi, untuk mendapatkan makna ontologis. Akhirnya dihasilkan kesimpulan bahwa ‘obyek materia’ KE pada intinya adalah mengenai energi, peralatan, manusia dan ekosistem [EPME]. Setelah itu, dilakukan proses unifikasi 4 elemen tersebut. Suatu proses yang dilakukan menggunakan perspektif Teknologi dan Ekologi. Hasilnya diperoleh suatu formula kwantifikasi yang menghasilkan suatu angka indeks KE (Qes) dan satuan [Esse]. Formula tersebut kemudian diterapkan untuk mengukur KE daripada 10 negara berpenduduk terbanyak di dunia dari tahun 1990 sampai 2015. Hasilnya menunjukkan perubahan peringkat yang cukup dinamis, dan akhirnya pada tahun 2015 posisi ranking sbb.: Rusia (1.965 [Esse]), AS (1.529 [Esse]), Jepang (827 [Esse]), Brasil (564 [Esse]), Cina (302 [Esse]), Indonesia (173 [Esse])), India (126 [Esse]), Nigeria (108 [Esse]), Pakistan (88 [Esse]), dan Bangladesh (36 [Esse]). Sebagai justifikasi, hasil pengukuran kemudian dibandingkan dengan hasil riset lainnya yang relevan dan kredibel. Justifikasi pertama, Qes dibandingkan dengan indikator kekuatan negara. Menghasilkan koefisien korelasi Pearson yang sangat kuat. Hasil ini, koheren dengan kenyataan bahwa Ketahanan Energi terkait erat dengan Kekuatan Negara. Justifikasi kedua, Qes dibandingkan dengan indeks Ketahanan Energi hasil riset peneliti kredibel lainnya. Menghasilkan koefisien korelasi Spearman yang moderat sampai kuat. Dengan demikian sudah layak dinyatakan bahwa Konsep EPME layak diterima sebagai Teori Baru. Teori itu berkontribusi pada peningkatan posisi epistemologis Ketahanan Energi dari ‘pengetahuan’ menjadi ‘ilmu baru’, yaitu: Ilmu Ketahanan Energi.

The concept of Energy Security (ES) in the context of controlling a country's energy system has been developing divergent. This divergence/diversity is due to the multidisciplinary, multi-perspective, and multidimensional nature of ES. Due to this fact, the problem of this research is the concept of integrated ES. It is a synthesis concept that combines the various concepts of ES, and from that concept, a quantification/measurement method of ES can be generated. In other words, this research aim is to develop an integrated ES measurement method. To achieve this research objective, the research method begins with an epistemological examination of the term Energy Security, to obtain an ontological meaning. Finally, the conclusion is that ES 'material objects' are essentially about energy, equipment, people, and ecosystems [EPME]. After that, the 4 elements unification process is carried out. A process carried out using a Technology and Ecology perspective. The result is a quantification formula that produces an index number ES (Qes) and units [Esse]. The formula is then applied to measure the ES of the 10 most populous nations in the world from 1990 to 2015. The results show a fairly dynamic change in ranking, and finally in 2015 the ranking position is as follows: Russia (1,965 [Esse]), USA (1,529 [ Esse]), Japan (827 [Esse]), Brazil (564 [Esse]), China (302 [Esse]), Indonesia (173 [Esse])), India (126 [Esse]), Nigeria (108 [Esse ]), Pakistan (88 [Esse]), and Bangladesh (36 [Esse]). All numbers in parentheses have the unit [Esse] which is an acronym for Energy Security for Sustainable Earth. Esse is a new unit and has an abstract dimension. As justification, the measurement results are then compared with other relevant and credible research results. The first justification, Qes is compared with the national power indicator. Produces a very strong Pearson correlation coefficient. This result is coherent with the fact that Energy Security is closely related to Nation Power. The second justification, Qes is compared with the Energy Security index of research results from other credible researchers. Produces moderate to strong Spearman correlation coefficients. Thus, it is proper to state that the EPME Concept deserves to be accepted as a New Theory. The theory contributes to the elevation of the epistemological position of Energy Security from 'knowledge' to 'new science', namely: Energy Security Science."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library