Ditemukan 14 dokumen yang sesuai dengan query
Deli Andini
"Sejak diadakannya PSBB karena Pandemik Covid-19, jumlah pesepeda mulai banyak ditemukan di kawasan Ibu Kota Jakarta kurang lebih, bertambah sekitar 10x lipat. Hal tersebut juga berpengaruh terhadap keberadaan tempat makan seperti cafe, coffee shop yang sekarang menjadi tempat kumpul atau terbentuknya komunitas sepeda di Jakarta. Dimana, mereka menjadikan tempat makan tersebut sebagai titik point untuk beristirahat sejenak. Dengan adanya isu tersebut, serta respon terhadap pandemik Covid-19 menghadirkan sebuah ide dimana sebuah tempat makan yang biasanya orang ingin berlama lama untuk duduk disana, menjadikan konsep Drive-Thru untuk pesepeda merupakan program utama dari bangunan yang akan di rancang.
Since the PSBB was held due to the Covid-19 Pandemic, the number of cyclists began to be found in the Jakarta Capital area more or less, an increase of about 10 times. This also affects the existence of places to eat such as cafes, coffee shops which are now gathering places or the formation of a bicycle community in Jakarta. Where, they make the place to eat as a point to rest for a while. With these issues, as well as the response to the Covid-19 pandemic, presenting an idea where a place to eat that usually people want to sit for a long time, makes the Drive-Thru concept for cyclists the main program of the building to be designed."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
PR-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Sitanggang, Athalia Gracella
"Kerajinan Pottery dapat menjadi one-way solution untuk menangani permasalahan sosial, ekonomi, dan lingkungan di kawasan Transit Oriented Development (TOD) Manggarai. Kerajinan pottery dapat menjadi sarana art therapy untuk menurunkan tingkat stress, sensory learning anak, serta meningkatkan ekonomi dan kebersihan lingkungan karena sifat karya ini yang memiliki nilai jual tinggi dan dapat dipergunakan kembali. Perancangan Mangku Lemah Potttery Studio and Workshop bertujuan untuk menciptakan sebuah ruang yang dapat menjadi community service kawasan yang menaungi unsur sosial, ekonomi, dan lingkungan, sehingga membantu mengusung baik nilai-nilai TOD maupun Sustainable Developmen Goals. Perancangan proyek ini berdasarkan konsep yang menganalogikan proses pembuatan pottery dengan alat pottery wheels menjadi bentuk bangunan, dengan tata letak yang memaksimalkan view kearah green nodes dan sclupture dalam bentuk tangga yang berfokus untuk menarik keingintahuan pejalan kaki dari arah stasiun Manggarai untuk datang berkunjung, sebagaimana penerapan konsep compact dan mix-use dalam TOD.
Pottery crafts can be a one-way solution to address social, economic, and environmental issues in the Transit Oriented Development (TOD) in Manggarai. Pottery crafts can be a means of art therapy to reduce stress levels, improve children's sensory learning, and improve the economy and environmental cleanliness because the nature of this work has a high selling value and can be reused. The design of Mangku Lemah Pottery Studio and Workshop aims to create a space that can be a community service area that accommodates social, economic, and environmental elements, thus helping to carry both TOD values and Sustainable Development Goals. The design of this project is based on a concept that analogizes the process of making pottery with pottery wheels into a building form, with a layout that maximizes the view towards green nodes and sculpture in the form of stairs that focus on attracting the curiosity of pedestrians from the direction of Manggarai station to visit, as the application of the compact and mix-use concept in TOD."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Adi Wijaya
"Manggarai memiliki sebuah stasiun yang merupakan area transit terbesar di Jakarta memiliki potensi yang besar untuk kehadiran program baru yang bermanfaat bagi masyarakat sekitarnya dan juga komuter. Tingkat stress yang meningkat pada pekerja kantoran dan seluruh warga Jakarta menjadi isu yang menarik untuk diperhatikan pada tujuan proyek ini. Dengan program meditasi, MeSiAi (Menara Meditasi Manggarai) hadir untuk menjadi tempat kontemplasi bagi masyarakat berbasis 4 elemen yang merangsang masing-masing indera. Diharapkan dengan adanya bangunan ini, masyarakat sekitaran Manggarai dan para komuter dapat mengurangi tingkat stress mereka.
Manggarai has a station that holds as the largest transit area in Jakarta and has great potential for the emergence of new program that are beneficial to the surrounding community and cummuters. The increasing stress levels in office workers and all Jakarta residents are an interesting issue to look at for the purpose of this project. With meditation program, MeSiAi (Manggarai Meditation Tower) is here to become a place of contemplation for the society based on the 4 elements that stimulate each of the senses. It is hoped that with this building, the people around Manggarai and commuters can reduce their stress levels."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Zalfa Salsabila
"TOD Manggarai merupakan sebuah daerah pembangunan perkotaan yang didesain untuk memaksimalkan jumlah ruang perumahan, bisnis, dan rekreasi dalam jarak berjalan kaki dari transportasi umum di Manggarai, Tebet, Jakarta Selatan dengan penduduk mayoritas masyarakat berpenghasilan rendah. Pemadatan penduduk yang tidak dapat terelakkan pada konsep TOD membuat komunitas eksisting memerlukan tempat publik yang dapat menunjang mereka pada perspektif baru. Bidang kuliner merupakan salah satu aspek penting yang melekat pada keseharian neighborhood di Jakarta dan dapat juga menjadi pemersatu penduduk pada tingkat kesejahteraan yang beragam. Manggarai Meal Centre adalah sebuah kitchen studio dengan communal kitchen sebagai program utamanya, yang berfungsi sebagai pusat komunitas untuk mengembangkan minat, bakat, dan keterampilan di bidang kuliner. Desain bangunan mid-rise ini merespons interaksi manusia dengan ruang urban, khususnya untuk penduduk yang telah direlokasi dari rumah tapak akibat perencanaan TOD. Pusat ini juga mengatasi masalah keberlanjutan dengan menangani limbah makanan yang sering terjadi dari berbagai pasar dan produsen bahan pokok di sekitar area tersebut.
Manggarai TOD is an urban development area designed to maximize the amount of residential, business, and recreational space within walking distance of public transportation in Manggarai, Tebet, South Jakarta, with a majority of low-income residents. The inevitable population density in the TOD concept requires existing communities to have public spaces that support them from a new perspective. The culinary field is an important aspect of daily life in Jakarta neighborhoods and can also unite residents of diverse socioeconomic levels. The Manggarai Meal Centre is a kitchen studio with a communal kitchen as its main program, serving as a community hub for developing interests, talents, and skills in the culinary field. The design of this mid-rise building responds to the human interaction with urban spaces, particularly for residents who have been relocated from landed houses due to TOD planning. It also addresses the issue of sustainability by tackling food waste that often occurs from various markets and staple food producers around the area."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Fajri Nur Almaasah
"Dengan tingginya aktivitas dan kepadatan penduduk baik dari penduduk lokal dan pendatang/pengunjung pada kawasan manggarai, kebutuhan-kebutuhan utama harus dipenuhi agar menciptakan sinergi yang diinginkan. Untuk menciptakan keberagaman yang sinergis serta memenuhi kebutuhan pengguna baik lokal dengan aspek yang menguntungkan serta pendatang/pengunjung yang praktis dan cepat survey terhadap tapak dilakukan untuk melihat kondisi real dan bagaimana meresponnya. Berdasarkan survey yang berawal pada kebutuhan primer ditemukan keberagaman dalam penyediaan kebutuhan papan atau tempat tinggal, serta pangan atau makanan. Namun kurang pada aspek sandang atau kebutuhan pakaian masyarakat. Berdasarkan konteks-konteks tersebut diputuskan untuk membuat sebuah desain yang menunjang kebutuhan pakaian baik pria dan wanita, berbahan utama pada bahan bekas, rusak, atau tidak terpakai sehingga meningkatkan aspek menerus. Dengan teknik upcycling, produk yang dihasilkan akan memiliki daya jual sehingga menguntungkan pengrajin. Dimana fungsi ini juga memberdayakan warga setempat untuk menjadi pengrajin sehingga keuntungan juga didapatkan oleh masyarakat. Fungsi ini juga mengakomodasi perbaikan pakaian secara praktis dan cepat untuk pengunjung dan pendatang yang lewat
Due to the high level of activity and population density in the Manggarai area, both from local residents and visitors, primary needs must be met in order to create the desired synergy. To create synergistic diversity and meet the needs of both local users with advantageous aspects and visitors who are practical and fast, a site survey was conducted to see the real conditions and how to respond to them. Based on the survey, which began with primary needs, diversity was found in the provision of shelter or housing and food or meals. However, there was a lack of focus on the aspect of clothing or clothing needs for the community. Based on these contexts, it was decided to create a design that supports the clothing needs of both men and women, using mainly used, damaged, or unused materials, thus increasing the aspect of sustainability. With the upcycling technique, the resulting products will have a selling value, thus benefiting the artisans. This function also empowers local residents to become artisans, so that the community also benefits. This function also accommodates practical and fast clothing repairs for visitors and passersby."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Aulin Zahra Adani
"Kawasan Manggarai yang identik dengan area komersil perdagangan berbentuk pertokoan tingkat rendah menjadi tulang punggung ekonomi masyarakat lokal dan diharapkan akan terus tumbuh seiring dengan meningkatkan kepadatan dan mobilitas yang dibawa oleh pengembangan TOD. Dengan memanfaatkan kegiatan ekonomi dan gaya hidup yang terjadi di sekitar kawasan komersial tingkat rendah, dirancanglah bangunan dengan fungsi Bank untuk memberikan bantuan dan dukungan finansial kepada individu, UMKM, hingga bisnis skala besar dengan konsep terbuka namun juga menghadirkan keintiman dan keamanan pelayanan bagi semua pengguna gedung.
Low-rise stores and informal traders have become the identity and the local economy backbone of area around Manggarai Station. Underway its development towards transit-oriented area, it is expected to bring more opportunites and growth for local economy. Hence, a Bank is designed to provide the local residents, local small and medium enterprises, or even big-scale enterprise with financial aids. The building is designed with openness, intimacy and security simultaneously to give the best experience of banking to each user."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Muhamad Ghifari Ibrahim
"
Salah satu permasalahan bagi generasi milenial adalah seputar kebutuhan dan keterbatasan dalam memiliki hunian. Berdasarkan data dari “Indonesia Millennial Report 2019,” 64,9% generasi milenial masih belum mampu untuk membeli hunian sendiri. Apalagi hunian yang berada di lokasi strategis atau dekat dengan daerah Transit Oriented Development (TOD) cenderung lebih mahal dan tidak sesuai dengan budget generasi muda jaman sekarang. Maka milenial cenderung sulit membeli serta memenuhi kebutuhan tempat huniannya. Berlatar belakang kondisi tersebut, konsep co-living atau konsep rumah tinggal sudah mulai marak dikembangkan sebagai solusi untuk kaum milenial. Konsep ini cocok untuk kaum milenial yang sedang memerlukan hunian karena harganya yang lebih terjangkau. Apalagi co-living dapat diterapkan di hunian seperti rumah atau apartemen yang ditempati bukan oleh satu keluarga, melainkan oleh beberapa penghuni yang masing-masing menempati satu kamar.
Membangun kota yang berkelanjutan adalah kunci untuk memiliki masa depan yang lebih baik, terutama karena sebagian besar penduduk sudah tinggal di pusat kota. Co-living memiliki posisi yang baik untuk hal ini, Co-living dapat menciptakan ruang hidup inspirasional yang mendorong rasa kebersamaan dan interaksi sosial di dalam bangunan dan pengembangan kota. Co living dapat menjadi hunian bagi komunitas yang dapat membentuk interaksi antar sesama penghuni, sehingga menciptakan hubungan yang lebih akrab antara sesama penghuni dan lingkungannya.
One of the problems for millennials is the need and limitations of owning a home. Based on data from the "Indonesia Millennial Report 2019," 64.9% of millennials still cannot afford to buy their own housing. Moreover, housing in strategic locations or close to the Transit Oriented Development (TOD) area tends to be more expensive and does not fit the budget of today's young generation. So millennials tend to find it difficult to buy and fulfill their housing needs. Against this background, the concept of co-living has begun to be developed as a solution for millennials. This concept is suitable for millennials who are in need of housing because the price is more affordable. Moreover, co-living can be applied in residences such as houses or apartments that are occupied not by one family, but by several residents who each occupy one room.Building a sustainable city is key to having a better future, especially since most of the population already lives in the city center. Co-living is well positioned for this, it can create inspirational living spaces that encourage a sense of community and social interaction within buildings and urban developments. Co-living can be a residential community that can form interactions between residents, thus creating a more intimate relationship between residents and their environment."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Agatha Nuranggarini Sukma Putri
"Mengingat kondisi tapak eksisting merupakan kawasan padat penduduk dengan minimnya ruang publik, CO.MA LIVING dirancang sebagai sebuah hunian dengan fasilitas yang lebih memadai. CO.MA LIVING menghadirkan ruang terbuka hijau, ruang publik, dan berbagai fasilitas lainnya untuk mendukung aktivitas dan kenyamanan penghuni. Selain itu, CO.MA LIVING berada pada kawasan Green Village Transit yang menawarkan berbagai fasilitas penunjang seperti fasilitas pendidikan, komersial, kesehatan, hingga akses yang mudah menuju MRT. Di tengah kesibukan keseharian usia produktif, CO.MA LIVING menawarkan pengalaman slow living sebagai pembaharuan gaya hidup dengan melihat atau mengalami aspek kehidupan sehari-hari secara ‘lebih lambat’. Hal tersebut bertujuan agar penghuni dapat menghargai dan menikmati setiap momen dalam keseharian mereka dalam upaya perawatan diri.
Considering that the existing site is a densely populated area with minimal public space, CO.MA LIVING is designed as a residence with more adequate facilities. CO.MA LIVING presents green open spaces, public spaces, and various other facilities to support the activities and comfort of its residents. In addition, CO.MA LIVING is located in the Green Village Transit area which offers various supporting facilities such as educational, commercial, health facilities, and easy access to the MRT. In the midst of the daily bustle of productive age, CO.MA LIVING offers a slow living experience as a lifestyle renewal by seeing or experiencing aspects of daily life 'slower'. It is intended that residents can appreciate and enjoy every moment of their daily life in an effort to self-care."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Taweksaka Ilyas Nugraha
"Dalam merespon lingkungan yang berkelanjutan, proyek ini fokus pada konsep upcycling, yang mengedepankan penggunaan kembali bahan-bahan bekas dan limbah untuk mengurangi dampak lingkungan. Upcycling Community Center didesain sebagai pusat yang mempromosikan praktik upcycling melalui workshop, galeri, dan ruang pameran. Material yang digunakan dalam konstruksi bangunan juga diperoleh dari limbah daur ulang, seperti kayu bekas, logam, dan kaca daur ulang. Selain itu, proyek ini menggunakan sumber energi terbarukan, seperti panel surya dan sistem pengumpulan air hujan untuk meminimalkan penggunaan energi dan sumber daya alam. Upcycling Community Center juga berfungsi sebagai pusat pendidikan dan kesadaran lingkungan. Dalam desainnya, proyek ini menyediakan ruang untuk kelas, seminar, dan lokakarya yang berkaitan dengan lingkungan dan upcycling. Komunitas lokal dapat mengakses dan memanfaatkan sumber daya dan pengetahuan yang ada di pusat ini untuk mengembangkan praktik berkelanjutan. Selain aspek lingkungan, proyek ini juga merespon konsep Transit Oriented Development (TOD), yang bertujuan untuk menciptakan lingkungan yang berfokus pada transportasi berkelanjutan
In response to the sustainable environment, the project focuses on the concept of upcycling, which emphasizes the reuse of used and waste materials to reduce environmental impact. The Upcycling Community Center is designed as a center that promotes upcycling practices through workshops, galleries, and exhibition spaces. The materials used in the construction of the building were also obtained from recycled waste, such as scrap wood, metal, and recycled glass. In addition, the project uses renewable energy sources, such as solar panels and rainwater collection systems to minimize the use of energy and natural resources. Upcycling Community Center also serves as a center for environmental education and awareness. In its design, the project provides spaces for classes, seminars, and workshops related to the environment and upcycling. Local communities can access and utilize the resources and knowledge available at the center to develop sustainable practices. In addition to the environmental aspect, the project also responds to the concept of Transit Oriented Development (TOD), which aims to create an environment that focuses on sustainable transportation."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Dinda Ardiasari
"Pada perkembangannya, kepedulian masyarakat terhadap lingkungan semakin meningkat. Hal ini dapat dilihat dari berbagai macam aspek, termasuk aspek ekonomi. Dalam aspek ekonomi, mulai bermunculan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) yang menciptakan dan menjual produk yang mempertimbangkan pelestarian lingkungan. Dengan meningkatnya jumlah UMKM di Indonesia, khususnya Jakarta, hal ini harus diimbangi dengan penyediaan fasilitas ruang publik yang menjadi sarana dan prasarana yang mendukung serta sejalan dengan Green Growth Program yang merupakan program pemerintah dalam mewujudkan Program Ekonomi Hijau. Local Market (LOMA) merupakan salah satu alternatif solusi yang ditawarkan sebagai fasilitas berupa ruang publik yang memiliki fungsi sebagai area komersial pada Kawasan Village Transit di Mangga Besar. Dengan mewadahi fasilitas UMKM yang memiliki produk ramah lingkungan, diharapkan Local Market mampu mewujudkan pertumbuhan ekonomi masyarakat di sekitar Kawasan Village Transit Mangga Besar yang tentunya diimbangi dengan bangunan yang menerapkan Konsep Hijau yang mendukung gerakan pelestarian lingkungan.
Nowadays, people's concern for the environment is increasing. This can be seen from various aspects, including the economic aspect. In the economic aspect, Small and Medium Enterprises (SME) are starting to emerge that create and sell products that consider environmental conservation. With the increasing number of MSMEs in Indonesia, especially Jakarta, this must be balanced with the provision of public space facilities that are facilities and infrastructure that support and are in line with the Green Growth Program which is a government program in realizing the Green Economy Program. Local Market (LOMA) is an alternative solution offered as a facility in the form of public space that has a function as a commercial area in the Village Transit Area in Mangga Besar. By accommodating SME facilities that have environmentally friendly products, it is hoped that the Local Market will be able to realize the economic growth of the community around the Village Transit Area in Mangga Besar, which of course is balanced with buildings that apply Green Concept that support the environmental conservation movement."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library