Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 62 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Arya Pambudi
"Skripsi ini membahas tentang perkembangan Perguruan Tinggi Muhammadiyah di Jakarta (1957-1965). Untuk melihat perkembangan PerguruanTinggi Muhammadiyah di Jakarta tersebut perlu untuk dibahas latar belakang dari gerakan Muhammadiyah serta latar belakang dari perkembangan perguruan tinggi di Indonesia secara umum dan juga tentunya perkembangan gagasan mengenai Perguruan Tinggi Muhammadiyah itu sendiri. Metode penelitian yang dipakai adalah metode sejarah. Pencarian data berupa buku-buku yang mengulas tentang Muhammadiyah, artikel mengenai pendidikan tinggi Muhammadiyah serta dokumen-dokumen pendirian Perguruan Tinggi Muhammadiyah. Selanjutnya untuk melengkapi data-data lain yang diperlukan, maka digunakanlah sumber lisan melalui proses wawancara dengan narasumber juga termasuk data-data lain yang memungkinkan untuk penulis gunakan sebagai sumber penulisan. Setelah semua data-data berhasil dikumpulkan, maka tahap selanjutnya adalah melakukan kritik dan intpretasi terhadap data-data tersebut, dan kemudian setelah itu barulah masuk pada tahapan historiografi, yaitu rekonstruksi dalam bentuk penulisan sejarah. Gagasan mengenai penyelenggaraan suatu pendidikan tinggi oleh Muhammadiyah telah diusahakan sejak zaman kolonial tepatnya pada Muktamar Muhammadiyah tahun 1936, namun dikarenakan beberapa kendala cita-cita tersebut harus ditunda. Usaha pendirian Perguruan Tinggi Muhammadiyah lantas pertama kali dilakukan di Sumatera Barat dengan pembukaan Fakultas Falsafah dan Hukum yang merupakan bagian dari Universitas Muhammadiyah yang presidiumnya sendiri berada di Jakarta dengan ketuanya Dr. H Ali Akbar. Namun berkenaan dengan terjadinya peristiwa pemberontakan PRRI di daerah Sumatera Barat maka fakltas tersebut pun terkena imbasnya dan harus ditutup. Lantas gagasan Muhammadiyah di Bidang pendidikan tinggi ini diteruskan oleh Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) yang didirikan di Jakarta dan tetap merupakan bagian dari Universitas Muhammadiyah. FKIP yang pada awalnya bernama Perguruan Tinggi Pendidikan Guru (PTPG) ini sempat mengalami beberapa masa sulit terutama yang berkaitan dengan masalah biaya dan penggalangan mahasiswa sehingga perguruan tersebut hampir ditutup namun berkat jaringan baik yang terjalin antara Muhammadiyah dengan instansi-instansi pemerintah maka suatu proyek kerjsama pun berhasil diadakan yang kemudian dapat dimanfaatkan dengan baik oleh Muhammadiyah untuk menjaga kelangsungan perguruan tingginya tersebut. Dari FKIP Muhammadiyah Jakarta inilah kemudian kiprah Muhammadiyah dalam dunia pendidikan tinggi dapat berkembang pada tahapan selanjutnya sampai pada bentuknya yang sekarang."
Depok: Universitas Indonesia, 2008
S12165
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ibnu Murti Hariyadi
"Skripsi ini menjelaskan latar belakang dan peristiwa sejarah pengambilalihan perusahaan kereta api Belanda, N.V. Deli Spoorweg Maatschappij (DSM) di Sumatera Utara pada 1957-1963. Latar belakang diuraikan sejak berdirinya DSM pada 1883 sampai menjelang pengambilalihannya pada awal dekade I950-an. Adapun latar belakang utama dari peristiwa tersebut adalah masalah penyerahan Irian Barat dari Belanda kepada Indonesia yang ketika itu tidak kunjung selesai. Selain itu juga dibahas mengenai dampak dari pengambilalihan tersebut terhadap DSM sejak pengambilalihan dilakukan sampai 1963. Pada saat itu Pemerintah Pusat di Jakarta akhirnya menasionalisasi DSM, membubarkan perusahaannya, dan menggabungkan DSM ke dalam bagian dari PNKA (Perusahaan Nasional Kereta Api) milik negara.
Fakta setelah terjadinya aksi pengambilalihan itu adalah usaha PKI (Partai Komunis Indonesia) melalui SBKA (Serikat Buruh Kereta Api) untuk menguasai DSM yang merupakan salah satu alat ekonomi dan transportasi penting di Sumatera Utara. Upaya ini mendapat harnbatan dari Angkatan Darat (Tentara Teritorium I Sumatera Utara) sebagai penguasa sementara atas DSM. Pengambilalihan DSM itu sendiri tidak lain dari bentuk pertentangan kepentingan antara golongan komunis (Serikat Buruh DSM) dengan kaum kapitalis (pemilik DSM) di Indonesia."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2004
S12490
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Ikbal
"Skripsi ini menceritakan tentang perjalanan bank milik negara yang didirikan setelah nasionalisasi Escomptobank pada tahun 1960. Penulisan sejarah perbankan di Indonesia, khususnya yang menggambarkan tentang aktivitas bank-bank milik negara yang berdiri setelah nasionalisasi bank-bank milik negara saat ini belum banyak dilakukan, Untuk itu tema yang menceritakan tentang perjalanan bank-bank tersebut, khususnya Bank Dagang Negara (BDN) menarik untuk diteliti.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode sejarah. Pencarian data berupa laporan tahunan bank, risalah rapat kerja, dan surat keputusan Direksi BDN merupakan sasaran utama dalam penelitian ini. Selanjutnya untuk nlelengkapi data-data tersebut, maka digunakanlah wawancara dengan narasumber dan studi kepustakaan untuk mencari sumber-sumber tertulis yang berkaitan dengan penelitian. Setelah data-data didapatkan, dilakukan kritik dan interpretasi terhadap data-data tersebut, dan kemudian disusun secara kronologis yang menceritakan tentang Perjalanan Bank Dagang Negara tahun 1960-1968. Bank Dagang Negara yang diharapkan menjadi bank dagang oleh pemerintah temyata setelah beroperasi tidak sesuai dengan tujuan pembentukannya.
Masalah warisan aktivitas Escomptobank, jaringan kerja yang belum besar, dan persaingan dengan bank milik pemerintah lainnya mengakibatkan bank ini mencoba berusaha masuk ke beberapa sektor ekonomi yang potensial untuk meraih keuntungan. Di masa awal aktivitasnya Bank Dagang Negara mengalami pertumbuhan yang lamban, karena krisis ekonomi yang melanda Indonesia. Akan tetapi ketika bank ini tidak dilebur ke dalam bank tunggal, maka perkembangan ini meningkat, terutama dalam hal jaringan kerja. Setelah bank tunggal tidak membawa manfaat bagi perekonomian Indonesia, maka pemerintah berusaha untuk menata kembali perbankan dalam rangka menunjang perbaikan ekonomi.
Salah satu cara yang dilakukan pemerintah adalah membuat undang-undang pokok perbankan dan undang-undang tersendiri bagi bank-bank milik pemerintah. Pada penataan itu, Bank Dagang Negara masuk ke dalamnya, yang dibuktikan dengan dibuatnya undang-undang untuk Bank Dagang Negara agar mampu membantu perbaikan ekonomi yang dilakukan pemerintah. Semua aturan yang mengikat aktivitas Bank Dagang Negara dituangkan dalam undang-undang No.18 tahun 1968.
Perjalanan Bank Dagang Negara pada tahun 1960-1968 mengalami fase pertumbuhan yang lamban di awalnya, kemudian mulai meningkat dengan cepat pada masa bank tunggal dan masa perbaikan ekonomi Indonesia. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi perjalanan Bank Dagang Negara pada waktu itu, antara lain peran direksi bank ini dalam mengembangkan bank yang mewarisi aset dari Escomptobank, struktur organisasi yang masih memakai struktur Escomptobank dengan alasan kemudahan dalam bekerja, dan jaringan kerja yang terus meluas tiap tahunnya yang berada di daerah-daerah yang tidak banyak terpengaruh pada krisis ekonomi saat itu."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2006
S12504
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ary Setyaningrum
"Lenong merupakan teater rakyat Tradisional Betawi berisi pertunjukan silat, bodoran/lawak dan menggunakan musik Gambang Kromong dalam setiap pertunjukan. Pertunjukan Lenong mempunyai dua jenis cerita, pertama cerita yang mengisahkan seribu satu malam dalam kerajaan disebut dengan Lenong Dines. Sedangkan Lenong yang mengisahkan cerita tentang para jawoan Betawi disebut dengan Lenong Preman. Dalam pertunjukannya para pemain laki-laki disebut dengan Panjak sedangkan para pemain wanita disebut Ronggeng. Awalnya Lenong tumbuh secara tradisional dengan menampilkan cerita jagoan Betawi seperti si Pitung, si Jampang dan Nyai Dasima. Pertunjukannya dilakukan di panggung sederhana, dengan fungsi untuk memeriahkan acara keluarga. Namun seiring perkembangan zaman dan banyaknya urbanisasi membuat tanah lapang mulai berkurang. Hal tersebut membuat Lenong tampil di gedung pertunjukan seperti Taman Ismail Marzuki. Selain itu sikap Gubernur Ali Sadikin yang menggalakan Titik Balik Kebetawian membuat Lenong mengalami zaman keemasan dan didukung oleh tokoh seperti Djaduk, S M Ardan, Sumatri, dan Alwi Shahab. Kesuksesan Lenong membuatnya tampil di TVRI dan muncul sandirawa Betawi yaitu Lenong Rumpi. Media sebagai penyalur informasi memperlihatkan bahwa kesenian Tradisional dapat dinikmati bukan hanya untuk masyarakat Betawi tetapi non Betawi pun menyukainya dan menjadi kebudayaan populer.

Lenong is one Betawinese traditional theater which has particular characteristicin every show. Lenong has silat, bodoran rakyat, and using gambang kromong usic in every show. Lenong show has two types. First type, the Lenong story tells 1001 night and uses malay languange. Which many kingdoms used it and it called Lenong Dines. Then, the second one tells about Betawinese heroes called Lenong Preman. In Lenong show, the man player called Panjak then the women the player called Ronggeng. In the beginning, Lenong developed traditionally which showd Betawinese heroes stories such as si Pitung, si Jampang, and Nyai Dasima. Lenong was shown in a simple stage to enjoy the family spare time. However, as the time goes by, much Urbanization happened which make land is getting narrow. As the result, today Lenong are shown in many modern buildings like in Taman Ismail Marzuki. Moreover, attiude of Governoer Ali Sadikin in deploving Betawinese culture and made Lenong got their success age. Lenong supported by some public figure like Djaduk Djajakusuma, S.M Ardan, Sumantri, and Alwi Shahab. The successfullness at Lenong made in appeared on TVRI and was beginning of Betawinese show named Lenong Rumpi. Pro and Contra preceded tgis show. Media as the information distributor show that traditional art can be enjoyed not just by Betawinese people but also non Betawinwse and it becomes popular cultere. "
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2011
S47
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Griffith Aditya Pamungkas
"Singapura menjadi salah satu negara ASEAN yang melakukan Foreign Direct Investmen (FDI) sejak tahun 1972, salah satu penyangga dan agen dari program ASEAN dalam pelaksanaan ASEAN Free Trade Area (AFTA). Pada tahun 1990 hingga 2000, fungsi Singapura sebagai negara ASEAN yang menunjang program AFTA berjalan dengan baik. Investasi yang dilakukan bangsa asing, berdampak pada terjadinya AFTA di ASEAN. Kenaikan devisa Singapura melalui sektor Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) meningkat lebih dari 10% dari tahun 1982 hingga 2000 per setiap 2 tahunnya Singapura melakukan pembenahan Undang-Undang mengenai investasi asing dan pengkhususan sektor unggulan. Selain itu program AFTA menyebabkan Singapura menjadi bangsa terdepan dalam perdagangan dengan bangsa asing. ASEAN hanya dianggap sebagai wadah yang digunakan Singapura dalam perdagangan dan hal tersebut menyebabkan pertumbuhan ekonomi Singapura semakin pesat.

Singapore become one of ASEAN country that applied Foreign Direct Investmen (FDI) Since 1972, they expected to become one of agen and supporter of ASEAN Program in the process of ASEAN Free Trade Area (AFTA) Implementation. In the year of 1990 until 200. Singapore a great role function inits as one of AsEAN Country that support AFTA. AFTA happened in ASEAN as a result of the investation that done by foreigner. Singapore Devisa Increase up to 10% in IT sector since 1982 until 2000 every two year. Singapore to reform the Law on Foreign Investment and specialization leading sector. Besides AFTA program has become the nation's leading Singapore in trade with foreign nations. ASEAN is only considered a Singapore container used in the trade and it led to the rapid growth of the Singapore economy."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2013
S45218
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yusuf Budianto
"Akibat urbanisasi, pada awal tahun 1960 jumlah penduduk Jakarta yang termasuk ke dalam kelompok usia produktif tumbuh secara signifikan. Selain itu, berkembangnya daerah-daerah penyangga Jakarta juga turut mendorong timbulnya masalah transportasi umum di Jakarta. Hal ini disebabkan karena sebagian besar masyarakat tidak memiliki kendaraan sendiri, dan membutuhkan kendaraan/transportasi umum untuk melakukan mobilitas mereka sehari-hari.
Kebutuhan akan transportasi umum ini tidak bisa diimbangi oleh penyediaan transportasi umum yang memadai. Salah satu transportasi umum yang paling memprihatinkan pada saat itu ialah bus kota. Beruntungnya, Ali Sadikin sebagai gubernur baru Jakarta cukup sigap dalam menangani hal ini.
Skripsi ini membahas mengenai latar belakang, langkah-langkah pembenahan, serta reaksi masyarakat atas bus kota di Jakarta pada masa pemerintahan Ali Sadikin tahun 1966 - 1977.

As a result of urbanization, in the early of 1960's the population of Jakarta which belong to the productive age group is growing significantly. In addition, the development of Jakarta's buffering areas also encouraged the emergence of public transportation problems in Jakarta. This is because most people do not have their own vehicle, and need public transportation for their day-to-day mobilities.
The need for public transportation cannot be offseted by the provision of adequate public transport. One of the most alarming public transportation at that time was a city bus. Fortunately, Ali Sadikin as a new governor of Jakarta was quite eager to deal with this.
This thesis discusses the background, the policies, and public reaction about city bus in Jakarta during the reign of Ali Sadikin's 1966 - 1977.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2013
S52965
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fitri Ratna Irmalasari
"ABSTRAK
Tesis ini membahas mengenai proses kemunculan
Bataviasche Planten- en
Dierentuin (BPD) pada 1864 dan perkembangannya hingga 1942. Perubahan
situasi politik di Hindia-Belanda-khususnya di Batavia-memengaruhi kehidupan
sosial serta cara masyarakat memahami lingkungan hidup. Perubahan tersebut
menciptakan komodifikasi ruang-ruang dalam lingkungan hidup masyarakat
Batavia. Dengan menggunakan pendekatan sejarah lingkungan/ekologi, tesis ini
memperlihatkan beberapa tahap perkembangan BPD serta perubahan nilai dan
gagasan yang menyertainya. Tahapan-tahapan tersebut berpijak dari fungsi BPD
sebagai tempat pengoleksian binatang dan tumbuhan hingga menjadi tempat
rekreasi yang membawa nilai-nilai edukatif tentang pengetahuan zoologi bagi
masyarakat. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa selama periode
kolonial, peran BPD sebagai tempat rekreasi golongan kelas sosial menengah-atas
Batavia lebih dominan dibandingkan perannya dalam konservasi binatang dan
tumbuhan . Namun di sisi lain, BPD telah memelopori ide-ide konservasi ex-situ
(di luar habitat asli) yang menjadi landasan bagi kebun binatang-kebun binatang
di Indonesia saat ini.

ABSTRACT
This thesis deals with process of the establishment of Bataviasche Planten- en
Dierentuin in 1864 and its development until 1942. Political changes in
Netherlands East Indies-particularly in Batavia-has affected social life and the
way society perceived their environment. The changes then created commodified
spaces within the environment of Batavian society. By applying
environmental/ecological history approach, this thesis aims to show some
developmental stages of BPD as well as changes in values and ideas which
accompanied it. It ranged from its early function as an enclosure in which animals
and plants are kept into a recreation area that gave society several educational
values about zoological knowledges. The result of the research indicates that
during colonial period, BPD played bigger role as a recreation area for middleupper
class society rather than as a media conservation for animals and plants.
Nevertheless, BPD has influenced small community awareness towards animals
and plants walfare. BPD also pioneered a concept and ideas of ex-situ
conservation for the zoos in Indonesia today."
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2013
T35465
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Noviq Setiawan
"Penelitian ini membahas mengenai berdirinya Bank Syariah Mandiri pada tahun 1999 hingga pergantian direksi yang pertama pada tahun 2004. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode sejarah. Metode ini meliputi heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi. Sistem perekonomian syariah pada mulanya dikembangkan oleh para ekonom muslim sekitar awal tahun 1900-an, sedangkan di Indonesia sistem perekonomian syariah ini mulai muncul pada tahun 1980-an ditandai dengan digelarnya diskusi mengenai pembentukan bank syariah yang menjadi dasar perkembangan instansi perbankan Syariah di Indonesia. Tujuan didirikannya bank-bank tersebut untuk memberikan solusi terhadap bank-bank umum yang pada saat itu mengalami kemunduran akibat dampak dari krisis ekonomi yang terjadi di tahun 1997 sampai dengan tahun 1998. Salah satu bank umum yang mengalami dampak dari krisis ekonomi yaitu Bank Susila Bakti, upaya bank tersebut untuk keluar dari krisis dengan melakukan atau penggabungan dengan Bank Dagang Negara, Bank Exim, Bank Bumidaya dan Bapindo menjadi satu bank dengan nama Bank Syariah Mandiri. Bank Syariah Mandiri ini resmi beroperasi pada tanggal 1 November 1999.  Saat mulai beroperasi, Bank Syariah Mandiri mengeluarkan berbagai produk dan jasa bagi nasabah serta masyarakat umum. Agar peran Bank Syariah Mandiri dapat dirasakan secara luas dan merata diseluruh Indonesia maka, dibukalah kantor-kantor cabang diberbagai kota lain di Indonesia. Melalui pembukaan kantor-kantor cabang, kebijakan yang diimplementasikan melalui berbagai produk dan jasa, maka hal tersebut juga berdampak terhadap laju pertumbuhan ekonomi Indonesia

This study discusses about the establishment of Bank Syariah Mandiri in 1999 until the shifting of the first directors in 2004. The method used in this study is the historical method. This method includes heuristics, criticism, interpretation, and historiography. The sharia economic system was initially developed by Muslim economists around the early 1900s, while in Indonesia this sharia economic system began to come up in the 1980s indicated by conducting of discussions about the establishment of sharia banks that eventually became the basis for the establishment of Islamic banking institutions in Indonesia. The purpose of establishing these banks was to provide solutions to commercial banks, where at that time suffered a setback due to the impact of the economic crisis that occurred in 1997 to 1998. One of the commercial banks that experienced the effects of the economic crisis was Bank Susila Bakti, the bank's efforts to get out of it by merging with Bank Dagang Negara, Exim Bank, Bumidaya Bank and Bapindo to become one bank under the name of Bank Syariah Mandiri. Bank Syariah Mandiri officially began operating on November 1, 1999. When it began its operations, Bank Syariah Mandiri issued various products and services for customers and the general public. So that the role of Bank Syariah Mandiri can be felt widely and equally throughout Indonesia, branch offices are opened in various other cities in Indonesia. Through the opening of branch offices, policies implemented through various products and services will also have an impact on the pace of economic growth in Indonesia."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2020
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Nadila Erningtiyas
"Penelitian ini membahas proses nasionalisasi NV Overzeese Gas en Elektricities Maatschappij (NV OGEM) di Jakarta 1954-1965. Proses nasionalisasi NV OGEM terjadi karena meningkatnya semangat bangsa Indonesia untuk membangun sistem ekonomi nasional. Nasionalisme ekonomi Indonesia semakin meningkat berkaitan dengan kasus Irian Barat pasca Konferensi Meja Bundar (KMB) yang penyelesaiannya ditunda-tunda oleh Belanda. Sistem ekonomi nasional yang ingin diwujudkan terhalang oleh dominasi perusahaan-perusahaan Belanda di Indonesia. Karenanya, pemerintah Indonesia mengeluarkan kebijakan untuk menasionalisasi perusahaan-perusahaan tersebut, termasuk NV OGEM yang berpusat di Jakarta. Karya penelitian ini berbeda dengan karya-karya sebelumnya karena dalam penelitian-penelitian mengenai proses nasionalisasi yang telah dilakukan hanya menjelaskan dampak negatif dari nasionalisasi dengan hanya memaparkan sedikit dampak positif dari nasionalisasi bagi masyarakat Indonesia. Dari hasil penelitian ini dapat dijelaskan bahwa proses nasionalisasi NV OGEM khususnya di Jakarta tidak berjalan mulus sesuai dengan apa yang diharapkan, namun pada akhirnya berdampak positif bagi masyarakat Indonesia. Setelah proses nasionalisasi, NV OGEM berubah menjadi BPU-PLN di bawah Kementrian Pekerjaan Umum dan Tenaga. Akhirnya, untuk mempermudah birokrasi, BPU-PLN dipecah menjadi dua perusahaan yaitu Perusahaan Listrik Negara (PLN) dan Perusahaan Gas Negara (PGN). Penelitian ini menggunakan metode penelitian sejarah yang sumbernya didapat melalui studi literatur berupa arsip, buku, majalah, artikel jurnal, dan laporan perusahaan."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2020
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Rully Setiawan
"Skripsi ini membahas memudarnya pengaruh masyarakat Belanda di Jakarta pada 1950-an. Setelah berakhirnya masa pemerintahan Belanda di Indonesia kedudukan sosial masyarakat Belanda di Jakarta telah melemah. Namun pada beberapa bidang seperti di lingkungan sosial dan ekonomi pengaruh masyarakat Belanda masih cukup kuat. Memasuki pertengahan 1950-an hubungan Indonesia dan Belanda menjadi semakin memburuk dan memuncak dengan direpatriasinya masyarakat Belanda di Indonesia. Setelah direpatriasinya masyarakat Belanda pengaruh masyarakat Belanda di Jakarta menjadi semakin memudar. Dalam perkembangannya semakin memudarnya pengaruh masyarakat Belanda tersebut maka hal ini kemudian mendorong masyarakat Indonesia terutama yang berasal dari kalangan menengah ke atas menggantikan kedudukan sosial masyarakat Belanda.

Abstract
This Thesis describes about the faded of Netherland society's influence in Jakarta on 1950s. After the end of Netherland governance in Indonesia, the Netherland society`s position in Jakarta had been weakened. Nevertheless in some section such as in social and economic the Netherland`s influence is still strong enough. Through the middle of 1950s, the relationship between Indonesia and Nederland got worser and culminated with the repatriation of the Netherlander in Indonesia. After the repatriation the influence of Netherland society in Jakarta got fader. Here after the faded of Netherland society`s influence made Indonesian society particularly the upper class to replace the position of the Netherlands society in Jakarta."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2011
S562
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7   >>