Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Luhur Pribadi
"Latar belakang: Kondisi hipoksia masih merupakan potensi paling berbahaya pada saat terbang, dan berhubungan dengan angka kejadian kecelakaan pesawat baik saat latihan atau tugas operasi. Deteksi dini terhadap efek fisiologis hipoksia sangat penting untuk mencegah bencana dalam penerbangan sipil dan militer.1Saat ini ada beberapa penelitian mengenai efek fisiologi pada hipobarik hipoksia terutama di bidang vascular. Fungsi endotel perifer vaskular dapat dinilai melalui pengukuran fungsi vasomotor. Tes non-invasif untuk menilainya dapat menggunakan pemeriksaan flow mediated dilation (FMD). Sejauh belum ada penelitian yang mencari hubungan antara fungsi endotel pembuluh darah perifer terhadap hipoksia sebagai acuan awal deteksi dini faktor risiko terjadinya hipoksia hipobarik pada awak pesawat.
Tujuan: Untuk mengetahui manfaat pemeriksaan disfungsi endotel terhadap hipoksia hipobarik
Metode: Sebanyak 59 awak pesawat TNI AU yang melakukan pemeriksaan kesehatan berkala dan latihan uji latih hipoksia d LAKESPRA SARYANTO dilakukan pemeriksaan FMD kemudian dihubungkan dengan menggunakan uji statisik antara WSE dan FMD.
Hasil: Didapatkan proporsi yang mengalami disfungsi endotel sebesar 23.7 %. Sedangkan proporsi subjek dengan WSE yang tidak normal sebesar 32%.Tidak terdapat hubungan bermakna antara disfungsi endotel dengan WSE (p=0,357) dan nilai r = 0,111.
Kesimpulan: Tidak terdapat hubungan bermakna antara disfungsi endotel dengan WSE.

Background: Hypoxia is still the most dangerous potential during flight, and is associated with the incidence of aircraft accidents both during training or operating duty. Early detection of physiological effects of hypoxia is very important to prevent mishap in civil and military flights. Currently there are several studies on the physiological effects of hypobaric hypoxia especially in the vascular. Vascular peripheral endothelial function can be assessed through measurement of vasomotor function. Non-invasive tests to assess can use flow mediated dilation (FMD). As far as there has been no research looking for a relationship between peripheral vascular endothelial function and hypoxia as an initial reference to early detection of risk factors for hypobaric hypoxia in aircrew
Objective: To determine the relationship between endothelial dysfunction examined by FMD against hypoxia with time of useful consciousness (TUC) parameters.
Methods: A total of 59 Indonesian Air Force crews conducting periodic medical examinations and hypoxic training in LAKESPRA SARYANTO were performed FMD examination and analyzed by correlation statistics between FMD and TUC.
Results: There was a proportion of 23.7% endothelial dysfunction. While the proportion of subjects with abnormal TUC was 32%. There was no significant relationship between endothelial dysfunction and TUC (p = 0.357) and r value = 0.111
Conclusion: There is no significant relationship between endothelial dysfunction and time of useful consciousness
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T58739
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andre Tritansa Faizal
"Aritmia jalur keluar ventrikel (AJKV) sering didapatkan pada populasi umum. Ablasi radiofrekuensi modalitas terapi dengan tingkat keberhasilan tinggi pada AJKV. Menentukan sumber aritmia penting dilakukan karena membantu dalam memilih tehnik ablasi, menghindari komplikasi, serta menghemat waktu fluoroskopi. Algoritma EKG adalah metode yang telah luas dipergunakan untuk memprediksi sumber AJKV, namun membutuhkan keterampilan dalam analisis dan interpretasi EKG. Studi sebelumnya menduga bahwa terjadinya AJKV kiri disebabkan adanya perubahan anatomi aorta. Penelitian ini bertujuan untuk menilai hubungan antara sudut aortoseptal yang dinilai secara ekokardiografi dengan sumber AJKV. Studi potong lintang pada 60 pasien pascaablasi AJKV. Sudut aortoseptal diukur pada gambar parasternal long axis (PLAX) secara ekokardiografi, sumber AJKV ditentukan berdasarkan pemetaan saat tindakan radiofrekuensi ablasi. Mayoritas subyek merupakan pasien dengan AJKV kanan (n=40, 66.7%). Analisis bivariat menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada variabel usia, tebal septum interventrikular dan sudut aortoseptal antara pasien dengan AJKV kanan dan kiri (p<0,05). Analisis receiver operating characteristic (ROC) dan analisis multivariat menunjukkan bahwa sudut aortoseptal <129.2o merupakan variabel yang secara independen berhubungan dengan sumber AJKV kiri (OR 8.98; IK 2.39-33.75; p=0.001). Terdapat hubungan antara sudut aortoseptal yang diukur secara ekokardiografi dengan sumber AJKV.

Outflow tract ventricular arrhythmias (OTVA) often found in general population. Radiofrequency ablation has become therapeutic modality with high success rate for OTVA. Determining origin of OTVA before ablation is important because will help in choosing approach, avoiding complications, and saving time. ECG-based criteria is method has been widely used to predict origin OTVA, but requires skills in analysis and interpretation. Previous studies suspected that occurrence of left OTVA due to aortic root anatomical changes. This study aim to assess association between aortoseptal angulation and OTVA origin. Cross-sectional study in 60 patients after OTVA ablation, aortoseptal angulation measured on parasternal long axis (PLAX) view by echocardiographic examinations, origin OTVA determined based on mapping during radiofrequency ablation. Majority subjects were right OTVA (n = 40, 66.7%). Bivariate analysis showed there were significant differences in age, interventricular septum thickness and aortoseptal angulation between right and left OTVA (p <0.05). Receiver operating characteristic (ROC) analysis and multivariate analysis showed that aortoseptal angulation <129.2˚ was variable that independently related to left OTVA origin (OR 8.98; IK 2.39-33.75; p= 0.001). There is association between aortoseptal angulation measurement by echocardiography with OTVA origin. Angle below 129.2˚ have 75% specificity and sensitivity to predict a LVOT origin OTVA"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Anindita Suputri
"Latar belakang: Remodeling jantung pasca Infark Miokard Akut (IMA-ST) dipercaya
sebagai penyebab masih tingginya angka komplikasi gagal jantung walaupun sudah
diberikan terapi standar dan tatalaksana revaskularisasi. Matriks ekstraseluler (EKM)
memiliki peranan penting dalam proses remodeling. Nekrosis miokard menyebabkan
peningkatan kadar matriks metalloproteinase (MMPs) yang akan mendegradasi EKM.
Berbagai studi eksperimental, menunjukkan bahwa inhibisi MMPs memberikan manfaat
pada proses remodeling. Doksisiklin merupakan penghambat MMPs poten yang telah
memberikan efek menjanjikan terhadap remodeling pada hewan coba dan uji klinis tidak
tersamar.
Tujuan: Mengetahui efek doksisiklin terhadap struktur dan fungsi ventrikel sebagai
penanda remodeling pada IMA-ST yang telah menjalani IKPP.
Metode: Penelitian ini menggunakan desain uji klinis acak tersamar ganda. Pasien IMAST
dengan keterlibatan anterior atau Killip 2-3 dengan onset kurang dari 12 jam yang
menjalani IKPP terbagi secara acak pada grup Doksisiklin (2x100 mg tablet selama 7
hari) sebagai terapi tambahan dari standar tatalaksana dan grup kontrol. Pemeriksaan
ekokardiografi dasar pada saat awal perawatan segera setelah IKPP. Ekokardiografi
evaluasi dilaksanakan pada bulan ke 4.
Hasil: Terdapat 134 subjek yang masuk dalam penelitian ini. Setelah evaluasi lanjutan,
terdapat 8 pasien drop out pada masing-masing grup karena meninggal dan lost to follow
up 58 subjek masuk dalam Grup Doksisiklin dan 60 subjek Grup Kontrol. Karakteristik
demografis dan klinis kedua grup homogen. Parameter ekokardiografi menunjukkan
adanya peningkatan Left Ventricle End-Diastolic Volume Index (D LVEDVi) yang lebih
rendah dibandingkan grup kontrol (9,2 (-21-45) mL/m2 vs 16 (-13-62) mL/m2,
p=0,008). Selain itu, fungsi fraksi ejeksi (DLVEF) mengalami peningkatan pada grup
Doksisiklin (2,36 ± 8,5 vs -2,6 ± 8,4; p 0,005). Persentase Adverse Remodeling lebih
sedikit pada grup Doksisiklin. Rentang perbaikan Global Longitudinal Strain (DGLS)
lebih besar pada grup Doksisiklin, walaupun statistik tidak bermakna. Angka
rehospitalisasi tidak berbeda bermakna pada kedua grup.
Kesimpulan: Doksisiklin memberikan efek perbaikan terhadap struktur dan fungsi
ventrikel kiri pada pasien IMA-ST yang telah menjalani IKPP

Background: Cardiac remodeling after acute myocardial infarction with ST elevation
(STEMI) had been proved as the cause of the increased of heart failure complications
despite standard therapy and revascularization management. Extra cellular matrix (ECM)
has an important role in the remodeling process. Myocardial necrosis causes increased
levels of matrix metalloproteinase (MMPs) which will degrade ECM. Various
experimental studies, showed that MMPs inhibition provides benefits in the remodeling
process. Doxycycline is a potential MMPs inhibitor that has a promising effect on
remodeling in experimental animals and clinical trials.
Objective: To determine the effect of doxycycline on the structure and function of
ventricles as a remodeling marker in STEMI that had undergone Primary Percutaneous
Coronary Intervention (PPCI)
Methods: We conducted a double-blind randomized control trial. Patients with STEMI
anterior or with Killip class 2-3 with onset of less than 12 hours undergoing PPCI were
randomly assigned to the group that receiving Doxycycline (100 mg b.i.d for 7 days) as
adjunctive therapy from standard management and the group without adjunct therapy. An
initial echocardiographic examination was done after PPCI. Further evaluation was held
in 4 months after PPCI with an echocardiographic examination, which will be compared
between the initial examination and the evaluation.
Results: There were 134 subjects included in this study. After further evaluation, there
were 8 patients drop out due to death and lost to follow up. Doxycycline group has 58
and 60 subjects in Control group. Demographic and clinical characteristics of both groups
are homogeneous. Echocardiographic parameters showed change in Left Ventricle End-Diastolic Volume Index (D LVEDVi) significantly lower in Doxycycline group (9.2 (-21-45) mL/m2 vs. 16 (-13-62) mL/m2, p 0.008). In addition, the change of ejection
fraction (D LVEF) increased in the doxycycline group (2.36 ± 8.5 vs -2.6 ± 8.4, p
0.005).The percentage of Adverse Remodeling is smaller in the Doxycycline group (70%
vs 83%) and the range of D Global Longitudinal Strain (DGLS) is greater in Doxycycline
group, although both not statistically significant. Rehospitalization was not significantly
different between two groups.
Conclusion: Doxycycline had effect in improving structure and function of the left
ventricle in STEMI patients who have undergone PPCI"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T59156
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Saragih, Wendy Marmalata
"Latar Belakang: Pasien yang menjalani bedah katup mitral cenderung mengalami penurunan fungsi ventrikel kanan Vka pasca pembedahan katup. Disfungsi Vka pasca pembedahan katup dapat menetap ataupun mengalami perbaikan di kemudian hari. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi perbaikan fungsi Vka pasca operasi. Namun, belum ada studi yang menilai faktor-faktor yang dapat menjadi prediktor perbaikan fungsi Vka pasca operasi katup mitral dalam suatu studi multivariat.
Tujuan: Mengidentifikasi faktor-faktor apa saja yang dapat menjadi prediktor perbaikan fungsi Vka pada pasien dengan penyakit katup mitral yang mengalami disfungsi Vka segera setelah pembedahan katup mitral.
Metode: Penelitian ini merupakan studi kohort retrospektif yang dilakukan di Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita RSJPDHK . Subjek penelitian adalah pasien yang menjalani operasi katup mitral di RSJPDHK sejak Januari 2016 sampai dengan Februari 2017. Data yang diambil yakni karakteristik dasar, data operasi, data obat-obatan pasca operasi, pemeriksaan ekokardiografi sebelum, segera sebelum lepas rawat, dan enam bulan pasca operasi.
Hasil penelitian: Sebanyak 100 subjek yang dinilai pada penelitian ini. Terdapat 68 68 subjek yang mengalami kenaikan fungsi Vka, dan 32 subjek 32 yang tidak. Median TAPSE sebelum lepas rawat meningkat secara signifikan enam bulan pasca operasi dari 1,1 0,6-1,5 menjadi 1,4 0,7-2,8 dengan nilai p

Background In patients undergoing mitral valve surgery, right ventricular function may decline immediately after the surgical procedure. This condition may sometimes remain, but may also improve later on. Many factors have been proposed to account for this phenomenon. As of yet, there are no studies using multivariate analysis to investigate factors that may be predictors of right ventricular function improvement after mitral surgery.
Objective This study aims to identify factors that may be predictors of right ventricular function improvement in patients with right ventricular dysfunction following mitral valve surgery.
Methods This is a retrospective cohort study, taking place at National Cardiovascular Center Harapan Kita NCCHK , Jakarta, Indonesia. Subjects are patients who underwent mitral valve surgery between January 2016 until February 2017. Data taken include basic characteristics, surgical data, drugs prescribed after surgery, and echocardiography data before surgery, predischarge, and six months after surgery.
Results There are 100 subjects who fulfilled the criteria to participate in this study. There are 68 68 cases of right ventricular function improvement and 32 32 cases without improvement. The median of predischarge TAPSE increases significantly six months after surgery, from 1,1 0,6 1,5 to 1,4 0,7 2,8 with p value.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Charles Saputra
"Latar Belakang: Ablasi radiofrekuensi merupakan modalitas terapi dengan tingkat
keberhasilan yang tinggi pada aritmia jalur keluar ventrikel (AJKV). Menentukan
sumber aritma pratindakan penting dilakukan untuk membantu pemilihan tehnik ablasi, menghindari komplikasi, serta menghemat waktu fluoroskopi. Algoritma EKG
merupakan metode yang telah luas dipergunakan untuk memprediksi sumber AJKV,
namun memiliki nilai diagnostik yang sangat bervariasi. Studi sebelumnya
menunjukkan bahwa pengukuran sudut aortoseptal secara ekokardiografi dapat
memprediksi sumber AJKV. Diperlukan penelitian lanjutan untuk membuktikan
validitasnya, dengan urutan pengambilan data yang bersifat prospektif.
Tujuan : Untuk meneliti validitas hubungan antara sudut aortoseptal melalui
pemeriksaan ekokardiografi dengan sumber aritmia jalur keluar ventrikel.
Metode: Uji validitas pada penelitian diagnostik ini dilakukan pada Oktober 2020
sampai Juni 2021 pada pasien dengan TV / KVP dengan tipe EKG blokade cabang
berkas kiri dan aksis inferior yang menjalani terapi ablasi radiofrekuensi. Pemeriksaan ekokardiografi dilakukan sebelum terapi ablasi radiofrekuensi. Sudut aortoseptal diukur pada pandangan parasternal long axis (PLAX) untuk mengukur sudut antara akar aorta dan septum interventrikular. Lokasi sumber AJKV ditentukan dengan pemetaan elektroanatomi pada saat tindakan ablasi radiofrekuensi dilakukan.
Hasil: Didapatkan sebanyak 41 subyek penelitian dengan rerata umur 44,7± 12,6
tahun. Sebagian besar subyek adalah pasien dengan sumber AJKV kanan (n= 34;
82,9%). Rerata sudut aortoseptal pada subyek dengan sumber AJKV kiri 127,2 ± 2,8
secara signifikan lebih kecil dibandingkan dengan sumber AJKV kanan 136,7 ± 5,7
(p<0.001). Pada subyek yang memiliki sudut <129,2o memiliki nilai sensitifitas 71,4 % dan spesifisitas 85,29% untuk memprediksi sumber AJKV kiri.
Kesimpulan : Studi validasi ini membuktikan bahwa sudut aortoseptal < 129,2o secara ekokardiografi merupakan alat diagnostik yang valid dengan OR 10,1 untuk
memprediksi sumber AJKV kiri.

Background: Radiofrequency ablation has become therapeutic modality with high success rate for outflow tract ventricular arrhythmia (OTVA.) Determining the origin of OTVA before ablation is important to choose the appropriate approach, avoiding multiple complications, and
saving fluoroscopy time. ECG-based criteria is a method that has been widely used to predict the origin of OTVA, but it oftenly has inconsistent diagnostic value to predict the location of OTVA. Previous study showed that aortoseptal angulation by echocardiography might be beneficial to predict the origin of OTVA. We need to validate the result in a prospective manner.
Objective: To validate the association between aortoseptal angulation measurements by echocardiography and OTVA origin.
Methods: A validation of diagnostic study held in October 2020 until June 2021 involving patients VTs/PVCs with the ECG’s morphology of LBBB and inferior axis who underwent radiofrequency ablation (RFA) therapy. An echocardiography examination was held before RFA therapy. Aortoseptal angulation is measured on parasternal long axis (PLAX) view to measure the angle between the aortic root and interventricular septum. The origin of OTVA was determined by mapping during RFA. Results: There were 41 subjects with a mean age of 44.7±12.6 years. Majority of subjects were patients with right OTVA (n = 34, 82.9%). The mean aortoseptal angulation of the left OTVA 127.2 ± 2.8 was significantly smaller than the right OTVA 136.7 ± 5.7 (p<0.001). An angle below 129.2˚ has 71,4 % sensitivity and 85,29% specificity to predict an LVOT origin.
Conclusion: This validation study proved that ortoseptal angulation measurement by echocardiography <129,2o is a valid diagnostic tool to differentiate left OTVA origin with Odds ratio 10,1.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library