Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 38 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Achmad Jaelani
"Tesis ini membahas mengenai perkembangan epistemologi dan peran perempuan dalam pengetahuan melalui pemikiran dan kritik Sandra Harding. Studi mengenai perempuan tidak akan relevan tanpa adanya epistemologi yang berbasis feminisme karena setiap studi mengenai perempuan berdasarkan pada kacamata patriarkal. Oleh karena itu, diperlukan epistemologi baru untuk mencapai pemahaman yang lebih konkrit mengenai perempuan sebagai subjek yang setara dengan laki laki dalam pengetahuan.

The focus of this study is to examine epistemology development and women role on knowledge from critics and notion by Sandra Harding. Study about women wont become relevant without feminism based epistemology, because every study about women are based on patriarchy viewpoint. Because of this, we need a new epistemology to reach more concrete understanding about women as equal subject as men on knowledge.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia , 2016
S70472
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Diah Hariyani
"ABSTRAK
Penulisan skripsi ini diawali dengan penemuan kasus-kasus dalam bisnis Obat dan makanan berdasarkan pengalaman pribadi maupun studi pustaka. Dari temuan tersebut diketahui bahwa ternyata tidak semua produk obat dan makanan aman untuk dikonsumsi oleh konsumen, harga yang ditetapkan belum tentu adil bagi kedua belah pihak, informasi produk seringkali tidak lengkap, malah kadang menyesatkan dan manipulatif. Banyak kasus dalam bisnis obat dan makanan yang tidak mempedulikan lingkungan hidup, Selain itu, pelaku bisnis obat dan makanan seringkali dijumpai bersikap tidak etis. Walaupun sudah banyak Peraturan/Undang-Undang tentang Bisnis Obat dan Makanan diberlakukan, tetapi kenyataannya kasus-kasus tersebut dapat terjadi. Mengapa? Banyak orang bertindak tidak etis, tetapi mereka tidak melanggar hukum. Atau sebaliknya, banyak orang sudah bertindak sesuai dengan Hukum/Peraturan, tetapi tindakannya itu tidak etis. Oleh karena itu dalam Bisnis Obat dan Makanan dipandang perlu adanya Etika. Teori-teori etika dapat membantu pemahaman dan refleksi atas dilema moral. Utilitarianism dapat membantu mempertimbangkan hal-hal baik yang bersaing satu sama lain. Etika Kewajiban membantu mempertimbangkan kewajiban-kewajiban yang bersaing satu sama lain, misalnya kewajiban untuk melindungi masyarakat yang terkena pekerjaannya dengan kewajiban untuk menghormati otoritas sah dari atasannya dalam mengambil keputusan-keputusan. Sedangkan Etika Hak menekankan hak masyarakat untuk dilindungi atau paling tidak untuk mendapatkan peringatan kalau ada faktor resiko dalam Obat dan Makanan. Demikian pula halnya dengan Etika Keutamaan yang menekankan bahwa tindakan baik itu adalah tindakan yang mendatangkan kebaikan sosial. Teori-teori etika dapat membantu dalam melakukan penalaran moral dan memperkuat kemampuan kita untuk mencapai penilaian yang seimbang dan penuh wawasan.
Bisnis Obat dan Makanan adalah suatu praxis yang bertujuan meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan manusia, sedangkan Etika, dalam hal ini Etika Terapan pun bertujuan untuk membuat orang hidup dengan baik, karena etika menyediakan semacam visi atau perspektif agar manusia dapat menentukan sikap yang tepat dalam situasi konkrit. Bertindak secara etis adalah bertindak menurut pengertian yang tepat. Etika diperlukan bagi pelaku bisnis obat dan makanan agar memiliki: banyak keutamaan dan sadar akan kewajiban serta mementingkan kebaikan bagi orang banyak. Jadi tujuan bisnis dan etika tidak harus bertentangan, bahkan mungkin seiring sejalan - tidak ada dikotomi dalam bisnis dan etika - keduanya dapat dipersatukan dalam kehidupan manusia demi tercapainya kebahagiaan (eudainronia).

"
2001
S16123
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohammad Fatturachman Hakim
"Stanislavski hadir dengan pemahaman bahwa aktor harus dibebaskan untuk mencapai sebuah karakter yang otentik. Seorang aktor sering terjebak pada suatu metode pendalaman karakter yang membuatnya menjadi "boneka" bagi penonton, naskah, atau sutradara, secara sadar ataupun tidak. Jean-Paul Sartre dihadirkan untuk lebih memahami serta memperkuat pemikiran Stanislavski. Imajinasi, kesadaran, bad faith, dan intersubjektifitas adalah teori yang digunakan untuk memberikan pemahaman secara mendalam pada pemikiran Stanislavski. Skripsi ini dibuat untuk menjelaskan dan membuktikan bahwa seorang aktor tetap memiliki pilihan dan bisa menjadi subjek otonom dengan metode "The System".

Stanislavski comes with a comprehension that an actor must be freed to reach an authentic character. Actor often get stuck with some character building method which make him became a "puppet" to the audience, script, or the director, consciously or not. Jean-Paul Sartre presented in order to explain the Stanislavski"s thought. Imagination, consciousness, bad faith, and intersubjectivity is some of Sartre"s theory that used to give a profound knowledge to the Stanislavski"s thought. This undergraduate thesis made to explain and prove that an actor still have his choice and can become an autonomous subject with "The System" method."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2014
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohammad Lingga Rachman
"Seni merupakan salah satu ruang bagi manusia dimana ia bisa berkreasi dan mengekspresikan dirinya. Sebagai manusia yang kritis, memiliki kemampuan untuk berkreasi dengan bekalan ide-ide dan sifat keunikan. Proses tersebut merujuk pada suatu konsep tentang kebaruan, yaitu originalitas. Sebagai konsep, originalitas membekali manusia dengan dorongan untuk menciptakan sesuatu yang baru. Namun pada seni, originalitas tidak hanya bisa dilihat sebagai sebentuk konsep, tapi juga konteks dimana ia dapat mempengaruhi bentuk apresiasi seseorang terhadap suatu objek seni. Era modern yang telah bergerak mempengaruhi zaman, telah mengubah seni yang original dan autentik pudar, sehingga bagi seorang Walter Benjamin, seni telah kehilangan aura. Seni modern tidak hanya bermuatan estetis tetapi juga politis serta ekonomis, sehingga menjadikan seni tidak lagi diapresiasi sebagai suatu substansi keindahan, melainkan sebagai komoditas. Dalam hal ini, seni yang telah kehilangan auranya tersebut bisa tetap diapresiasi meski ia berdiri tanpa bekalan originalitas yang berupa konteks pada karya, karena karya seni terlahir dengan muatan-muatan ide mengenai keindahan bernuansa artistic sehingga bisa tetap berdiri tanpa harus menggali konteks originalitas. Melihat hal tersebut, originalitas yang telah pudar dari proses kreasi dan pada konsep seni telah berganti menjadi rumusan inovasi yang masih tetap mengusung semangat kebaruan.

Art is a space men can used to create and express themselves. As critical human being, men are capable to create things based on the ideas and uniqueness. The process itself leads to a concept of originality. As a concept originality gave men the force to create something based on new ideas. Yet in art, originality not only stands as a concept, but as a context as well which affecting the way of appreciation of a man to an object. Modernity has made the art lost its authenticity and sense of originality, and to Walter Benjamin, its aura. Modern arts are not always aesthetical, but political and economical at some points, which made the modern arts cannot be perceived or taking appreciations as a substance of beauty, but instead as commodities. In a way, the art which no longer has its aura still available for appreciations even without the originality as a context on the work of art. An art existed with its ideas of beauty and artistic being so without digging the context of originality the art still available for appreciation. The basic concept of originality, in this case, has turned to a new conceptual form of innovation whereas the ideas of ?new? is there as well."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2011
S1534
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Manalu, Abby Gina Boang
"Identitas perempuan sebagai salah satu kategori yang melekat pada diri subjek ternyata membawa implikasi bagi pemiliknya. Identitas sebagai kategori yang melekat pada subjek ternyata menentukan realitas seseorang. Identitas perempuan menjadi landasan bagaimana seseorang ditatap, dibahasakan dan diperlakukan. Kerangka binerian di dalam gender membuat pemaknaan perempuan dan laki ? laki seakan memiliki stabilitas yang inheren. Stabilitas pemaknaan atas diri perempuan ini dirujuk pada fakta biologisnya belaka. Determinisme biologis merupakan landasan untuk memaknai dan menguniversalkan perempuan. Perempuan dipandang sebagai pemaknaan pra-kultural. Stabilitas makna perempuan menjadi sarana penindasan perempuan. Ketika pemaknaan sudah dibatasi maka runag- ruang kebebasan dan reflekis diri perempuan sebagai subjek telah direduksi. Identitas sex dan gender merupakan pemaknaan yang dihasilkan oleh sebuah diskursus, dengan demikian ia tidak bersifat stabil melainkan instabil. Dekonstruksi atas makna perempuan adalah suatu hal yang sangat memungkinkan.
The identity of women as a category that stick to the subject give some impact to the owner. The identity is not just giving some impact, but also takes apart to decide the reality of a human. Identity of women become a cornerstone to how a person should be seen, be narrated, and be treated. The binaries structure in gender studies makes the meaning between the women and the men such have the inherent stability. The stability is only due to the fact about the biologist factor of the women. Biologist determinism is the basic to interpret the women and make themselves become universal. The women are being viewed as a pre-cultural meaning. The stability make the women become a tool to oppression. When the meaning has been confined, the space to be free and the self-reflection of women as a subject has been reduced. The identity of sex and gender is the meaning that produced by a discourse, so it becomes unstable. The deconstruction of the women?s meaning is a possible to do."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2012
S42737
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Aprillia Ramadhina
"ABSTRAK
Penulisan ini berupaya menjelaskan hasrat perempuan dalam lukisan IGAK Murniasih
melalui perspektif Luce Irigaray. Bagi Irigaray, perempuan seharusnya mempunyai bahasa
mereka sendiri dan menggunakannya. Bahasa dalam artian di sini dimaknai sebagai sesuatu
yang plural, yakni bahasa yang terkandung dalam lukisan. Lukisan dapat menjadi sebuah ajang
pengeluaran ide mengenai realitas, sarana bagi seniman perempuan, untuk ?berbicara? dan
membahasakan bahasanya sendiri, di samping hasil dari sebuah proses kreatif. Terdapat kaitan
antara pembahasaan terhadap tubuh perempuan dengan wacana berbicara ?sebagai? perempuan
dalam konteks pelukis perempuan. Lukisan sebagai pelepasan hasrat mampu merepresentasikan
realitas ketertekanan perempuan dan memotret relasi seksualitas antara laki-laki dan perempuan.
Rezim bahasa patriarki telah mereduksi kapasitas perempuan untuk mampu berbicara. Di sinilah
diperlukan usaha yang lebih dari perempuan untuk mampu membahasakan bahasanya sendiri,
salah satunya dengan melukis.

Abstract
This writing tries to explain about woman?s desire in IGAK Murniasih?s painting trough the
Luce Irigaray?s perspective. According to Irigaray, woman should have their own language and
use it. Language in this term is interpreted as something plural, which is the language that in
painting. Painting could become an instrument to improve the idea of the reality, medium for
woman artist, to ?speaking?, create and invent their own language, beside product from creative
process. There is a relation between language that come from women body with discourse of
speaking ?as? woman. Painting as redemption of desire represent the repression woman reality
and show the sexual relation between man and woman. Language rezime of patriarchy has been
reduce woman?s capacity for speaking. Then it needs the more effort from woman to create and
invent her own language, and one of this way is to painting.
"
2011
S42432
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Karina Andjani
"Musik biasanya dikaitkan dengan suara Pandangan umum ini kemudian diuji dengan kehadiran John Cage seorang komponis Amerika era avant garde yang dikuasai oleh gagasan Zen Buddhisme yang dikatakan membuat karya musik berjudul 4 rsquo 33 rdquo yang sering disebut sebagai karya diam karena hanya berisi tanda diam dari awal hingga akhir Secara singkat komponis merupakan seseorang yang pekerjaannya membuat karya musik namun apakah dengan adanya komponis alat musik dan pemusik mencukupi suatu karya untuk disebut sebagai karya musik
Penyelidikan dalam penulisan ini dilakukan secara sistematis dan refleksif dalam pencarian mengenai filsafat musik serta status ontologis musik sehingga dilihat suatu gambaran lengkap mengenai permasalahan dan konsep agar dapat memperoleh pemahaman.

Music is usually associated with sound The general view is then tested in the presence of John Cage an American composer of avant garde era dominated by the idea of Zen Buddhism who is said to make a piece of music titled 4 rsquo 33 rdquo which is often referred to as the silent piece because it only contains silent indications from beginning to end Briefly a composer is someone who makes a piece of music however whether the presence of the composer musical instruments and the musicians meet the criteria that a work can be referred to as a piece of music
The investigation in this writing was done systematically and reflectively in search for the philosophy of music as well as the ontological status of music so that a complete picture of the issues and concepts can be seen in order to gain a comprehension.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2013
S52721
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andri Septian
"Pro-kontra mengenai implementasi Corporate Social Responsibility (CSR) telah menjadi diskursus sejak lama. Pemasalahannya adalah, bahwa pereduksian CSR secara total ke dalam asumsi yang murni ekonomi oleh korporasi modern sangat bermasalah karena penyelenggaraan CSR tidak bisa serta merta dilepaskan dari asumsi etisnya. Skripsi ini merupakan penyelidikan konseptual mengenai rasionalitas ekonomi dalam hubungannya dengan etika, sebagai usaha untuk memberikan garis demarkasi pada konsep CSR yang etis. Penulis menggunakan kerangka pemikiran Amartya Sen mengenai komitmen untuk menjustifikasi CSR sebagai perilaku ekonomi yang etis, lepas dari perilaku ekonomi yang self-interested.

The implementation of Corporate Social Responsibility has become a polemic over the years. The case is that CSR can not be totally reduced into a single economic assumtion, like what modern corporation does, for it’s also included an assumtion about ethic. Thus, this thesis is a conceptual inquiry about the rationality of economy in relation with the concept of ethic, as an attempt to give a demarcation line to the ethical dimension of CSR. The author uses Amartya Sen’s concept of commitment to analyze which the concept of CSR could be justified as the ethical economic-behaviour, so that regardless of the self-interested economic-behaviour."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2013
S47061
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arief Rachman
"Skripsi ini merupakan upaya penyingkapan permasalahan yang terjadi di dunia terkait penggunaan teknologi di era kontemporer sekaligus kritik terhadap penggunaan teknologi yang dilakukan. Kehidupan manusia tentunya tidak terlepas dari peredaran dan pengaruh teknologi. Teknologi di era kontemporer menunjukkan wujudnya yang lain dengan menjadi nature dalam kehidupan manusia. Nature tersebut bermanifestasi menjadi sebuah sistem sosial dimana manusia hidup dan berkembang. Proses kehidupan inilah yang menjadi persoalan ketika manusia tidak dapat lepas dari teknologi karena berada dalam jaringan yang tercipta. Faktor-faktor yang mendukung terjadinya keadaan ini adalah karakter dari teknologi, yakni, otomatisme, totalisasi, kesatuan, dan universalitas, dan karakter tersebut tidak disadari oleh manusia dengan menganggap teknologi hanya sekedar alat (korelasinisme), tidak memiliki being, sehingga menciptakan berbagai fenomena seperti, ekosistem digital, komputasi sosial yang berujung pada dinamika kemanusiaan. Berdasarkan hal tersebut, penulis berupaya menganalisis faktor substantif dari teknologi dan sudut pandang yang digunakan manusia dalam melihat teknologi. Melalui analisis tersebut, penulis bertujuan untuk menghindari degradasi rasionalitas pada manusia akibat pengaruh penggunaan teknologi dan sudut pandang yang digunakan. Bahwasanya, sebagai jawaban dari persoalan tersebut manusia perlu menggunakan sudut pandang baru dalam menggunakan teknologi, yakni sudut pandang Realisme Spekulatif.

This thesis is an effort to disclosure issues raised in the world related to the use of technology in the contemporary era as well as criticism of its use. Human life must not be separated from the circulation and influence of technology. Technology in the contemporary era showed his form to another by being in the nature of human life. This Nature is manifest as a social system in which people live and thrive. Process of life that is the problem when people can not be separated from the technology because it is in the network are created. Factors that contribute to this situation is the character of technology, namely, automatism, totalization, unity, and universality, and these characters are not recognized by humans with regard technology just a tool (Correlationism), does not have being, thus creating a variety of phenomena such as , digital ecosystem, social computation in the dynamics that led to humanity. Based on this, the author attempts to analyze the factors of substantive technological and human point of view used in viewing technology. Through this analysis, the author aims to avoid degradation due to the influence of human rationality in the use of technology and use points of view. Behold, as the answer to the problems of human need to use a new perspective in the use of technology, namely Speculative Realism.;This thesis is an effort to disclosure issues raised in the world related to the use of technology in the contemporary era as well as criticism of its use. Human life must not be separated from the circulation and influence of technology. Technology in the contemporary era showed his form to another by being in the nature of human life. This Nature is manifest as a social system in which people live and thrive. Process of life that is the problem when people can not be separated from the technology because it is in the network are created. Factors that contribute to this situation is the character of technology, namely, automatism, totalization, unity, and universality, and these characters are not recognized by humans with regard technology just a tool (Correlationism), does not have being, thus creating a variety of phenomena such as , digital ecosystem, social computation in the dynamics that led to humanity. Based on this, the author attempts to analyze the factors of substantive technological and human point of view used in viewing technology. Through this analysis, the author aims to avoid degradation due to the influence of human rationality in the use of technology and use points of view. Behold, as the answer to the problems of human need to use a new perspective in the use of technology, namely Speculative Realism."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2013
S47565
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Leo Panji Mahendra
"Dalam perdebatan tentang musik, terdapat gagasan bahwa akses manusia kepada musik dapat dicapai melalui emosi. Gagasan ini memiliki kelemahan, yaitu bahwa kita menyandarkan pemahaman kita pada hal yang bersifat tidak stabil. Akses yang layak bagi manusia adalah melalui kognisi. Kognisi bekerja melalui proses sosial, lebih daripada proses individual. Melalui interaksi sosial, manusia mendapatkan kontak yang intens terhadap musik dan nilai-nilai estetika yang berkembang. Dalam interaksi sosial, pola pikir dan perilaku manusia mengalami modifikasi atas dasar gaya-gaya sosial yang bekerja di dalam masyarakat. Kognisi manusia dapat mengalami tekanan tertentu yang mendorongnya untuk memiliki kepekaan tertentu terhadap kualitas musikal, sehingga manusia dapat memiliki kecerdasan selera tertentu, dengan intervensi yang kuat dari pendidikan.

In the academic debate, there is an idea of human’s understanding of music, which is reached by the human’s emotion. This idea had a weakness, i.e. we cannot rely our understanding on that unstable thing. The proper access for human understanding is through the cognition. Human’s cognition is worked under the force of the social process, rather than an individual force. Through the social interaction, human makes some intense contacts to the music and any developed aesthetic’s value. With those social interactions, human’s mind and behaviour are modified under the social forces. Human’s cognition has been driven to be able to get some certain sensitivities to the musical quality, so that human can modified his/her own particular inteligence of taste, with a strong intervention of eduacational system.;In the academic debate, there is an idea of human’s understanding of music, which is reached by the human’s emotion. This idea had a weakness, i.e. we cannot rely our understanding on that unstable thing. The proper access for human understanding is through the cognition. Human’s cognition is worked under the force of the social process, rather than an individual force. Through the social interaction, human makes some intense contacts to the music and any developed aesthetic’s value. With those social interactions, human’s mind and behaviour are modified under the social forces. Human’s cognition has been driven to be able to get some certain sensitivities to the musical quality, so that human can modified his/her own particular inteligence of taste, with a strong intervention of eduacational system."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2013
S53450
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4   >>