Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nadira Ramadina Setyadi
"Melalui teori produksi ruang Lefebvre (1991), studi ini akan menganalisis dan memahami bagaimana anak-anak dan penjaganya menghasilkan ruang melalui praktik spasialnya, tepatnya di Tebet Eco Park, Jakarta. Tujuan dari studi ini adalah untuk mengkaji praktik spasial yang dilakukan oleh anak-anak dan penjaganya di Tebet Eco Park untuk mengetahui dan memahami bagaimana ruang diproduksi. Studi ini akan menggunakan metode kualitatif yang meliputi observasi langsung, pemetaan spasial, dan wawancara dengan anak-anak dan penjaganya serta informan lainnya termasuk penjaga taman, petugas keamanan, dan pedagang kaki lima yang berjualan di sekitar Tebet Eco Park. Hasil studi ini menunjukkan bahwa praktik spasial anak-anak dan penjaganya di Tebet Eco Park dipengaruhi oleh elemen fisik ruang serta kondisi spasial. Kehadiran dan aktivitas anak-anak serta penjaganya yang terus menerus di beberapa zona juga terbukti mempengaruhi produksi ruang bagi PKL, yaitu memberikan peluang bagi mereka untuk berjualan dan mendirikan area dagang. Sesuai dengan teori produksi ruang Lefebvre (1991), interaksi dan aktivitas anak-anak serta penjaganya di Tebet Eco Park membentuk praktik spasial yang menghasilkan ruang sosial yang aktif.

Through Lefebvre's (1991) theory of space production, this study will analyze and understand how children and their gatekeepers produce space through their spatial practices, precisely at Tebet Eco Park, Jakarta. The aim of this study is to examine the spatial practices carried out by children and gatekeepers at Tebet Eco Park in order to discover and understand how space is being produced. This study will use a qualitative method, including direct observations, spatial mapping, and interviews with children and gatekeepers, as well as other informants including park caretakers, security officers and street vendors selling around Tebet Eco Park. The results of this study show that the spatial practices of children and gatekeepers at Tebet Eco Park are influenced by physical elements of space as well as spatial conditions. The continuous presence and activities of children and gatekeepers in several zones have also been proven to influence the production of space for street vendors, which is providing opportunities for them to sell and establish a selling area. In accordance with Lefebvre's (1991) theory of space production, the interactions and activities of children and their gatekeeper at Tebet Eco Park establish spatial practices that produce an active social space. "
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Anjani Budaya
"Fenomena domestikasi pada ruang urban merujuk pada adaptasi dan penggunaan ruang-ruang publik perkotaan untuk memenuhi kebutuhan domestik, seperti pengasuhan anak. Dalam konteks lingkungan pemukiman padat penduduk, ruang domestik tradisional sering kali tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan aktivitas pengasuhan anak. Oleh karena itu, ibu-ibu di kawasan urban memanfaatkan ruang publik informal seperti jalan, gang, atau ruang kosong antara rumah-rumah yang padat sebagai perluasan dari ruang domestik mereka. Metodologi yang digunakan dalam skripsi ini mencakup observasi lapangan, wawancara berbagai narasumber, dan analisis spasial untuk memahami bagaimana ibu dan anak dapat beradaptasi dan berinteraksi dengan ruang publik kota. Hasil penelitian menunjukkan bahwa praktik pengasuhan anak di ruang publik kota terjadi karena adanya peleburan batas antara ruang publik atau privat pada ruang kota. Kualitas ruang urban, mekanisme domestikasi pada ruang urban, serta pola penggunaan ruang publik informal adalah beberapa aspek yang dapat memengaruhi praktik pengasuhan anak yang terjadi di ruang publik kota. Penelitian ini memberikan kontribusi pada pemahaman tentang bagaimana ruang publik dapat berfungsi sebagai perpanjangan dari ruang domestik, serta implikasinya bagi desain dan perencanaan kota yang lebih inklusif dan ramah keluarga.

The phenomenon of domestication in urban spaces refers to the adaptation and use of urban public spaces to meet domestic needs, such as childcare. In densely populated residential areas, traditional domestic spaces often fall short of meeting the needs for childcare activities. Consequently, mothers in urban areas utilize informal public spaces like streets, alleys, or empty spaces between densely packed houses as extensions of their domestic space. The methodology used in this thesis includes field observations, interviews with various sources, and spatial analysis to understand how mothers and children adapt to and interact with urban public spaces. The research findings indicate that childcare practices in urban public spaces occur due to the blurring of boundaries between public and private spaces in the city. The quality of urban spaces, mechanisms of domestication in urban areas, and patterns of informal public space usage are some aspects that can influence childcare practices in urban public spaces. This research contributes to the understanding of how public spaces can function as extensions of domestic spaces and its implications for more inclusive and family-friendly urban design and planning."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Srikandi Indira Putri
"Adiksi Rokok (AR) saat ini termasuk dalam kelainan akibat penggunaan rokok yang
masuk dalam Manual Diagnostik dan Statistik Gangguan Mental-V (DSM-V).
Peningkatan Konsumsi Rokok berdampak terhadap tingginya beban penyakit akibat
rokok dan bertambahnya angka kematian akibat rokok. Merokok menimbulkan beban
kesehatan, sosial, ekonomi dan lingkungan tidak saja bagi perokok tetapi juga bagi
orang lain. Terdapat tiga kendala utama untuk berhenti merokok yaitu faktor biologis
atau fisiologis, psikologis dan perilaku serta lingkungan sosial. Adiksi rokok
menyebabkan timbulnya gejala withdrawal yang membuat perokok sulit untuk berhenti
merokok, disamping itu kebiasaan perilaku serta lingkungan sosial juga sangat
berpengaruh terhadap perokok yang ingin berhenti. Akupunktur telinga dengan protokol
The National Acupuncture Detoxification Association (NADA) telah terbukti dapat
memperbaiki gejala withdrawal serta efektif untuk terapi berhenti merokok.
Motivational Enhancement Therapy (MET) merupakan pendekatan yang memiliki
prinsip psikologi motivasi dan dirancang untuk menghasilkan perubahan motivasi.
Penelitian ini menilai efek terapi kombinasi akupunktur telinga (Protokol NADA)
dengan MET terhadap perubahan klinis yang dievaluasi dengan menilai perbaikan skor
Skala Ketergantungan Rokok (SKR), jumlah konsumsi rokok, dan skor motivasi
University of Rhode Island Change Assesment (URICA) pada pasien dengan adiksi
rokok. Tiga puluh enam pasien dibagi secara acak menjadi dua kelompok akupunktur
telinga (Protokol NADA) dengan MET (n=18) dan kelompok akupunktur sham dengan
MET (n=18). Kedua kelompok menerima sesi akupunktur yang sama, 2 kali per minggu
selama 10x dan MET 1-2 kali per minggu selama 3 kali. Penilaian skor SKR, jumlah
konsumsi rokok dan URICA dilakukan sebelum terapi, setelah akupunktur 10 kali dan
MET 3 kali serta 7 hari setelah terapi terakhir. Hasil menunjukkan terdapat perbedaan
bermakna pada skor SKR, jumlah konsumsi rokok, dan URICA pada kelompok
akupunktur telinga (Protokol NADA) dan MET dibandingkan dengan kelompok
akupunktur sham dan MET. Skor SKR setelah terapi akupunktur 10 kali (p = 0,001) dan
7 hari setelah terapi terakhir (p = 0,001). Jumlah konsumsi rokok setelah terapi
akupunktur 10 kali (p = 0,002) dan 7 hari setelah terapi terakhir (p = <0,001). Skor
URICA setelah terapi akupunktur 10 kali (p = 0,004) dan 7 hari setelah terapi terakhir
(p = <0,001). Penemuan ini menunjukkan bahwa terapi kombinasi akupunktur telinga
(Protokol NADA) dengan MET memberikan efek yang lebih baik terhadap perubahan
klinis pada pasien adiksi rokok

Cigarette addiction (CA) is currently included in the disorder using cigarettes included
in the Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders-V (DSM-V). Increased of
cigarette consumption due to increased cigarette disease burden related to health,
social, economic and environmental burdens not only for smokers but also for others.
There are three main challenges to stop smoking, from biological or physiological,
psychological and behavioral factors and social environment. Cigarette addiction
causes withdrawal symptoms that make smokers difficult to stop smoking, eliminating
environmental and social problems also greatly affect smokers who want to quit. Ear
acupuncture with the National Detoxification Acupuncture Association (NADA)
protocol has been shown to improve withdrawal symptoms and is effective for smoking
cessation.. Motivation Enhancement Therapy (MET) is an approach that has a
foundation of wisdom and designed to produce motivational changes. This study
assessed the effect of combined ear acupuncture therapy (NADA protocol) using a
Pyonex patch needle with MET on clinical changes evaluated with the Cigarette
Dependency Scale (CDS) score, consumption amount of cigarettes, and University of
Rhode Island Change Assessment (URICA) motivation score in patients with cigarette
addiction. Thirty-six patients were randomly divided into two groups, the ear
acupuncture groups (NADA protocol) with MET (n = 18) and sham acupuncture groups
with MET (n = 18). Both groups received the same acupuncture session, 2 times per
week for 10 times and MET 1-2 times per week for 3 times. The assessment of the CDS
score, the number of cigarette consumption and URICA was done before therapy, after
acupuncture 10 times and MET 3 times and 7 days after the last therapy. The results
showed that there were significant differences in the CDS score, total cigarette
consumption, and URICA in the ear acupuncture group (NADA Protocol) with MET
compared to sham acupuncture with MET acupuncture group. SKR scores after
acupuncture therapy 10 times (p = 0.001) and 7 days after the last therapy (p = 0.001).
Total cigarette consumption after acupuncture therapy 10 times (p = 0.002) and 7 days
after the last therapy (p = <0.001). URICA score after acupuncture therapy 10 times (p
= 0.004) and 7 days after the last therapy (p = <0.001). These findings suggest that the
combination of ear acupuncture (NADA protocol) with MET gives a better effect on
clinical changes in cigarette addiction patients"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Diana Marsha Fredy
"Pendahuluan: Insomnia merupakan gangguan tidur yang ditandai dengan kesulitan dalam memulai atau mempertahankan tidur atau kualitas tidur yang buruk. Tenaga kesehatan bekerja dalam kondisi pandemi sebagai lini terdepan dapat menyebabkan kecemasan, stres, depresi sehingga mempengaruhi perubahan pola tidur, seperti insomnia, yang berakibat pada kesehatan fisik dan mental. Terapi farmakologis mempunyai beberapa efek samping. Akupunktur bisa menjadi salah satu pilihan terapi nonfarmakologis dalam mengobati insomnia. Tujuan penelitian ini untuk membandingkan efektivitas dan efek samping antara manual akupunktur dengan modalitas press needle dengan jarum filiformis dalam mengatasi gejala insomnia. Metode: Desain penelitian ini adalah uji klinis acak terkontrol tersamar tunggal dengan kontrol jarum filiformis. Penelitian ini diikuti oleh 34 orang tenaga kesehatan dengan gejala insomnia. Subjek penelitian dialokasikan secara acak ke dalam kelompok perlakuan (n=17) dan kontrol (n=17). Pada kelompok perlakuan dilakukan pemasangan press needle pada titik PC6 Neiguan, HT7 Shenmen, ST36 Zusanli, SP6 Sanyinjiao dan dilakukan akupresur 3 kali sehari selama 20 detik selama 2 minggu, sementara pada kelompok kontrol mendapatkan jarum filiformis diretensi 20 menit selama 3 kali seminggu selama 2 minggu pada titik yang sama. Penilaian dengan skor PSQI diambil sebelum, paska terapi, follow up 2 dan 4 minggu paska terapi dan hormon melatonin serum sebelum dan paska terapi. Hasil: Terdapat penurunan skor PSQI paska terapi baik pada kelompok press needle maupun jarum filiformis (p<0,001) dan efek terapi akupunktur pada kedua kelompok masih bertahan setelah 4 minggu paska terapi. Tidak terdapat perbedaan signifikan hormon melatonin paska terapi pada masing-masing kelompok (p=0,381 dan p=0,136). Tidak terdapat perbedaan rerata antara kelompok press needle dibandingkan jarum filiformis pada skor PSQI paska terapi, follow up 2 dan 4 minggu paska terapi dan hormon melatonin paska terapi dengan masing-masing (p>0,05). Analisa komponen PSQI antara kedua kelompok terdapat perbedaan bermakna pada durasi tidur (p=0,045) dan komponen PSQI-3 faktor pada efisiensi tidur (p=0,038). Berdasarkan frekuensi terapi, durasi terapi dan efek samping press needle lebih unggul dibandingkan jarum filiformis. Kesimpulan: Press needle sama baiknya dengan jarum filiformis dalam mengatasi gejala insomnia. Press needle bisa menjadi pilihan terapi nonfarmakologis yang efektif untuk gejala insomnia pada tenaga kesehatan selama pandemi COVID-19.

Introduction: Insomnia is a sleep disorder characterized by difficulty initiating or maintaining sleep or poor sleep quality. Health workers working in pandemic conditions as the front line can cause anxiety, stress, depression so that it affects changes in sleep patterns, such as insomnia, which results in physical and mental health. Pharmacological therapy has several side effects. Acupuncture can be a non-pharmacological therapy option in treating insomnia. The purpose of this study was to compare the effectiveness and side effects of manual acupuncture with press needle and filiform needle modalities in treating insomnia symptoms. Methods: The study design was a single-blind randomized controlled trial with filiform needle as a control. A total of 34 subjects health workers with symptoms of insomnia were randomly allocated into treatment (n=17) and control (n=17) groups. Subjects in treatment group will received press needle at PC6 Neiguan, HT7 Shenmen, ST36 Zusanli, SP6 Sanyinjiao and followed by acupressure stimulation 3 times a day for 20 seconds for 2 weeks, while in the control group the filiform needle was retained for 20 minutes for 3 times a week for 2 weeks at the same location. Assessments with PSQI scores were taken before, after treatment, follow-up 2 and 4 weeks after therapy and serum melatonin before and after therapy. Results: There was a decrease in PSQI scores after treatment in press needle and filiform needle groups (p<0.001) and the effect of acupuncture therapy in both groups persisted after 4 weeks post-therapy. There was no significant difference in post-therapy melatonin in each group (p=0,381 and p=0,136). There was no significant difference between the press needle group and the filiform needle group in the mean score of PSQI post-therapy, 2 and 4 weeks follow-up after therapy and melatonin hormone serum post-therapy in all measurement (p>0.05). Analysis of the PSQI component between the two groups showed a significant difference in sleep duration (p=0.045) and the PSQI-3 factor component on sleep efficiency (p=0.038). Based on the frequency of therapy, duration of therapy and side effects, the press needle is superior to the filiform needle. Conclusion: The press needle has the same effectiveness compared to filiform needle in treating insomnia patients. Press needles can be an effective non-pharmacological treatment option for insomnia symptoms for frontline health workers during the COVID-19 pandemic."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Freddy Julianto
"Fisik yang tidak aktif menempati peringkat keempat dalam daftar faktor risiko kematian. Bukti ilmiah semakin banyak mendukung bahwa dengan menjadikan latihan fisik sebagai bagian dari gaya hidup, dapat menurunkan risiko terjadinya berbagai penyakit. Namun, kelelahan otot dan nyeri otot juga banyak dirasakan oleh orang tidak terlatih yang baru memulai latihan. Penumpukan asam laktat di dalam otot sering dihubungkan dengan terjadinya kelelahan otot dan nyeri otot ini, yang akan memengaruhi kenyamanan melakukan latihan fisik. Saat ini, belum ada obat – obatan ataupun intervensi yang direkomendasikan secara resmi untuk menunda munculnya kelelahan otot atau nyeri otot. Penelitian ini menilai pengaruh akupunktur manual terhadap kenyamanan melakukan latihan fisik yang dievaluasi dengan menilai rerata kadar asam laktat, denyut nadi, tekanan darah sistolik dan diastolik, skala Borg untuk menilai tingkat kelelahan, serta Visual Analogue Scale (VAS) untuk menilai nyeri otot. Dua puluh enam pasien dibagi secara acak menjadi dua, kelompok akupunktur manual (n=13) dan akupunktur sham (n=13). Kedua kelompok menerima seri akupunktur yang sama, sebanyak 12 sesi dengan jarak 1 – 3 hari. Kedua kelompok juga melakukan latihan fisik yang sama, yaitu treadmill dengan intensitas sedang selama sepuluh menit, sebelum dan setelah seri terapi akupunktur. Penilaian rerata kadar asam laktat, denyut nadi, tekanan darah, skala Borg, dan VAS dilakukan dua kali, yaitu setelah latihan fisik sebelum memulai terapi pertama dan setelah latihan fisik setelah terapi terakhir. Hasil menunjukkan terdapat perbedaan bermakna pada rerata kadar asam laktat, denyut nadi, tekanan darah sistolik, tekanan darah diastolik, skala Borg, dan VAS pada kelompok akupunktur manual dibandingkan akupunktur sham. Rerata kadar asam laktat setelah terapi akupunktur 12 kali (p = 0,041). Rerata denyut nadi setelah terapi akupunktur 12 kali (p = 0,042). Rerata tekanan darah sistolik setelah terapi akupunktur 12 kali  (p = 0,024). Rerata tekanan darah diastolik setelah terapi akupunktur 12 kali (p = 0,035). Skala Borg setelah terapi akupunktur 12 kali (p = 0,043). VAS setelah terapi akupunktur 12 kali (p = 0,049). Penemuan ini menunjukkan bahwa terapi akupunktur manual memberikan pengaruh yang lebih baik terhadap kenyamanan melakukan latihan fisik.

Physical inactivity ranks fourth in the list of risk factors for death. Scientific evidence increasingly supports that by making physical exercise a part of lifestyle, it can reduce the risk of various diseases. However, muscle fatigue and muscle aches are also felt by many untrained people who are just starting training. The buildup of lactic acid in the muscles is often associated with the occurrence of muscle fatigue and muscle pain, which will affect the comfort of doing physical exercise. At present, there are no drugs or officially recommended interventions to delay the appearance of muscle fatigue or muscle aches. This study assessed the effect of manual acupuncture on the comfort of physical exercise which was evaluated by assessing the mean levels of lactic acid, pulse, systolic and diastolic blood pressure, the Borg scale to assess the level of fatigue, and the Visual Analogue Scale (VAS) to assess muscle pain. Twenty-six patients were randomly divided into two groups, manual acupuncture (n = 13) and sham acupuncture (n = 13). Both groups received the same series of acupuncture, with 12 sessions spaced 1-3 days. Both groups also did the same physical exercise, which was a treadmill with moderate intensity for ten minutes, before and after the acupuncture therapy series. The average assessment of lactic acid levels, pulse rate, blood pressure, the Borg scale, and VAS was carried out twice, namely after physical exercise before starting the first therapy and after physical exercise after the last therapy. The results showed that there were significant differences in the average levels of lactic acid, pulse, systolic blood pressure, diastolic blood pressure, Borg scale, and VAS in the manual acupuncture group compared to sham acupuncture. Average lactic acid levels after acupuncture therapy 12 times (p = 0.041). Mean pulse rate after acupuncture therapy 12 times (p = 0.042). The mean systolic blood pressure after acupuncture therapy was 12 times (p = 0.024). Average diastolic blood pressure after acupuncture therapy 12 times (p = 0.035). Borg scale after acupuncture therapy 12 times (p = 0.043). VAS after acupuncture therapy 12 times (p = 0.049). These findings indicate that manual acupuncture therapy has a better effect on the comfort of physical exercise."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library