Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rinny Rafiah Sechan
"Kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan yang bermutu terus meningkat sejalan dengan keberhasilan pembangunan. Berdasarkan analisis organisasi Rumah Sakit Waled dengan SK Menkes 1 1150 / Men Kes /1993 tentang klasifikasi rumah sakit dari kelas B menjadi kelas C. Maka perlu adanya penataan kedudukan, fungsi susunan organisasi dan tata kerja Rumah Sakit Waled. Rumah Sakit Waled sebagaimana rumah sakit lainnya melayani pasien dengan promotif, kuratif, preventif dan rehabilitatif, hanya pemanfaatan rumah sakit belum maksimal , terbukti dari BOR yang dinilai masih rendah dari angka Nasional, yang paling rendah dari semua ruangan rawat inap adalah bangsal bedah (31 % ), dan kenaikan BOR pertahunnya (1 %) dibandingkan dengan kenaikan bangsal dibagian lainnya.
Tujuan penelitian ini untuk membuat perencanaan strategik pengembangan hunian bangsal bedah di RSUD Waled, mengingat lokasi rumah sakit sebagai kekuatan karena terletak di daerah perbatasan dengan 3 kabupaten selain itu juga sebagai peluang karena disekitar rumah sakit Waled ada 3 pabrik gula yang masih aktif beroperasi. Dengan mengetahui kekuatan, kelemahan yang ada, peluang, ancaman dari luar rumah sakit dan membuat kuesioner pada pasien-pasien yang sedang dirawat di bangsal bedah juga wawancara mendalam dengan staf medik/para medik di bangsal bedah, akhirnya dapat diketahui harapan dari luar, dari dalam, penampilan rumah sakit, dan analisa SWOT.
Yang perlu diperhatikan yaitu peningkatan pendekatan pada personalia pabrik gula, koordinasi dengan Kepala Dinas Kesehatan supaya sistem rujukan dapat berjalan dengan balk, sesuai harapan dari pemerintah juga meningkatkan keterampilan tenaga perawat, menambah peralatan bedah dan membentuk bank darah.

Public Health Service demand has increased and it is related with government developing progress it is based 5K Menkes No. 1150 / MENKES /1993 about classification hospital change from D type to C type. Therefore it is necessary to have position system, organization function and hospital ordering system. Waled hospital as other hospitals serves patients with promotion, curration, prevention and rehabilitation, but the hospital has not yet used maximally. It is proved that BOR value is still under national standard. The lowest BOR is the surgery inner-patients. It is 31% and the incensement is only I% per year compare with others.
The purpose of the research is to make a strategic planning how to increase the surgery hospitalized on RSUD Waled Cirebon Regency. Since the hospital location is among the three Regencies The sugar-cane factories have lots of employees, it is very potential and three sugar-cane factories which are still in operation. By SWOT analyzes have been found many internal and external factors that influenced the hospital conditions. Besides SWOT it is also used questionnaires for inner patients and deep interview with the staff medic ( the surgeon, the chief of medics committee, the nurses ).
The important things of the result are increasing the personal approach to the sugar-cane factories, coordinating with the Dinas Kesehatan Cirebon Regency to make good consultation between the RSUD Waled and Primary Health Care increasing the skill nurses and completing the surgery equipments and also providing the blood bank."
Depok: Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sugianto Soehana
"Analisis tarif Puskesmas ditinjau dari tingkat kemampuan masyarakat bertujuan untuk mendapatkan gambaran berapa tarif puskesmas yang realistis untuk suatu wilayah kerja tertentu dengan mempertimbangkan biaya satuan dan kemampuan serta kemauan masyarakat di wilayah kerja tersebut. Tarif' yang berlaku sekarang untuk suatu daerah tingkat II diberlakukan sama. Satu tahun sebalumnya berlaku sama untuk suatu daerah tingkat I. Penelitian dilakukan secara purposive di wilayah kerja Puskesmas Kalitanjung, Kotamadya Daerah Tingkat II Cirebon, yang merupakan salah satu wilayah kerja lapisan masyarakat perkotaan golongan menengah. Analisis Biaya Puskesma menggunakan data tahun anggaran:1995/1996, sedangkan kemampuan dan kemauan masyarakat dilakukan dengan cara survei. Sampel adalah rumah tangga yang berada dalam radius satu kilometer dari Puskesmas. Instrumen yang digunakan berupa kuesioner, yang pengumpulan datanya dilakukan dengan wawancara. Hasil penelitian analisis biaya dideskripsikan dalam biaya operasional dan pemeliharaan serta biaya satuan 5 program yaitu BP, KIAIKB, Kesehatan Gigi, imunisasi dan Laboratorium. Hasil survei kemampuan dan kemauan masyarakat dideskripsikan melalui analisis persentase masyarakat yang "tersingkir" pada tarif tertentu.
Hasil temuan dalam penelitian antara lain: Tarif Puskesmas BP/KIA - KB sebesar Rp. 800,- yang baru diberlakukan bulan Oktober 1996 berada di bawah biaya satuan dan di bawah kemampuan masyarakat Kemauan membayar masyarakat meningkat, kalau kualitas pelayanan di tingkatkan. Dengan hasil terscebut kiranya tarif Puskesmas yang realistis harus disesuaikan dengan kemampuan dan kemauan masyarakat setempat, sehingga pemerataan pelayanan kesehatan dasar dapat dicapai. Peraturan Daerah Tingkat II mengenai tarif Puskesmas yang akan datang sebaiknya berlaku secara regional sesuai dengan kelompok lapisan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas, dengan mengacu pada kemampuan dan kemauan masyarakatnya. Dengan demikian dapat terjadi lebih dari satu pola tarif Puskesmas dalam satu Daerah Tingkat II.

The objective of analyzing Puskesmas health care fee viewed from the level of people's affordability is to obtain the description on realistic fee in certain area with regard to the unit cost and the affordability and willingness of the people to pay for the fees in that area. The current fee of all Puskesmas throughout Dati II is applied the same. In the previous year, the fee was applied the same too for the Puskesmas in Dati I. The research is conducted purposively in the area of Puskesmas Kalitanjung, Kotamdya Dati II Cirebon, which is one of the municipals' areas of the middle class. The analysis of Puskesmas cost used in the research is taken from the fiscal year of 19951 1996, while the affordability and willingness of the people is obtained by doing a survey. The sample of the research are the households live approximately one kilometer from the Puskesmas. The tool of the research is in the form of questionnaires, the data gathering of which is carried out through interviews. The results of the cost analysis is described in the operational cost and maintenance and the unit cost at 5 programs i.e. BP, KIA/KB, Tooth care, Immunization, and Laboratory.
The result of surveying the affordability and willingness of the people is described by means of the analysis of percentage of individuals "rejected" at a certain fee. One of the findings of the research is as the following. The health care fee at Puskesmas BP/KIA-KB as much as Rp 800.-, which was set in October 1996, is below the unit cost and is also below the people's affordability. The people's willingness to pay for the fees increases when the quality of health service is improved. Based upon the finding, the realistic Puskesmas health care fee should be adjusted to the affordability and willingness of local people so that the even distribution of health service can be achieved. The regulation of the local government on the Puskesmas health care fee in the future time had better be applied regionally in accordance with the classification of people in the area of the Puskesmas considering the affordability and willingness of the to pay for the fees. Thus, there can be more than one structure of Puskesmas health care fees in a Dati II.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library