Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Erni Hernawati Purwaningsih
"Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis distribusi liposomal-metilprednisolon palmitat (L-MPLP) di beberapa organ pada mencit C3H setelah pemberian secara intra-peritoneal. Sebagai formula baru, L-MPLP pada membran liposom meningkat dari 70% menjadi 95% setelah digunakan tetra eter lipid dalam komposisi liposom sebagai penstabil membran. Atas dasar penelitian tersebut, L-MPLP akan terdistribusi dengan lebih baik di beberapa organ pada mencit dibandingkan control yaitu MPLP sebagai obat bebas, metilprednisolon (MPL) sebagai standar dan liposom tanpa obat. Empat puluh dua mencit C3H dibagi ke dalam 5 grup penelitian. Setiap grup dibagi ke dalam 6 waktu penelitian. Setiap obat disuntikkan intra-peritoneal. Darah diambil dari vena ekor (menit ke 10; 30; 60; 90; 180 dan jam ke 48) dan dilakukan ekstirpasi organ (hepar, limpa, timus, ginjal dan sumsum tulang) pada menit ke setalah mencit dimatikan dengan eter. Distribusi L-MPLP dalam organ tampak jelas pada menit ke 180 dan menurun setelah 48 jam. Distribusi obat atau metabolitnya tampak menonjol pada hepar, diikuti secara berurutan oleh limpa, timus, ginjal dan sumsum tulang.

The Distribution of Liposomal-Methylprednisolone Palmitate (L-MPLP) in Several Organs in Mice after Intra-Peritoneal Injection. This study was to analyze the distribution of liposomal-methylprednisolone palmitate (L-MPLP) as a new drug formulation, in several organs of mice after intra-peritoneal injection. In a previous study, in vitro, the stability and the incorporation of methylprednisolone palmitate into liposome membranes were increased, from 70% to approximately 95% using tetra-ether lipid as a stabilizer of the liposome membrane. Based on this result, the stability of L-MPLP should also be proved, in vivo, that the drug, methylprednisolone palmitate, could be distributed into several organs more effective than in a control group (methylprednisolone palmitate and methylprednisolone as a standard of drug and liposome). Forty-two mice of C3H were divided into 5 study groups. Each group of animals was divided into 6 sub-groups of time from 10 minutes to 48 hours. Each drug was injected intra-peritoneal, blood was drawn from the vein of the tail and the organs i.e. liver, kidneys, spleen, thymus, and bone marrow were extirpated after sacrificing the mice using ether. The distribution of the drug or their metabolites was higher at the minute of 180 and tended to decrease at the time of 48 hours after injection. The higher distribution was shown in the liver and rather high in the spleen, thymus, kidney, and bone-marrow respectively."
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; STK Yarsi ; Guru Besar Tamu FKUI, 2004
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Rustadi Sosrosumihardjo
"Bayi dengan berat badan lahir rendah dan retardasi perkembangan intrauterin masih merupakan masalah khususnya di Indonesia, karena menunjukkan angka kejadian yang tinggi dan perlu diturunkan. Malnutrisi pada anak kurang dari 1 tahun terbanyak pada bayi dengan berat badan lahir rendah. Pada penelitian menggunakan hewan coba, didapatkan nutkosa usus halus hipotmfi dan normoplasi pada tikus maltmtrisi. Keadaan ini memperlihatkan bahwa mukosa usus halus dapat mempertahankan jumlah selnya dalam menghadapi pembatasan nutrien, dan memberi petunjuk akan dapat berkembang bila mendapatkan masukan nutrien yang cukup. Apakah realimentasi dapat memulihkan mukosa yang hipotrofi normoplasi menjadi normofrofi nonnoplasi ? Penelitian ini bertujuan untuk menjawab peitanyaan itu. Penelitian experimental dengan desain post text-control group dilakukan dengan menggunakan 40 ckor anak tikus jantan jcnis Sprague-Dawiey, yang diberikan makanan baku yang latim digunakan untuk penelitian. Penelitian dibagi dalam lahap induksi malnutrisi pranatal dilanjutkan dengan tahap realimentasi. Didapatkan berat badan, tebal mukosa, tinggi vilus, kedalaman kripta, nisbahi vilus/kripta, jumlah vilus, kandungan protein, dan nisbali protein/DNA mukosa usus tikus malnutrisi pranatal yang direalimentasi lebih linggi dari tikus malnultrisi pranatal yang tidak dircalimtmuisi, tetapi lebilt rendah dari tikus kontrol. Aktivitas disakaridttse nmkosa usus halus tikus malntttmi pranatal yang direalimentasi lebih tinggi dari tikus malnutrisi pranatal yang tidak direalimentasi, tetapi lebih rendah dari tikus kontrol. Disimpulkan bahwa manultrisi pranatal tidak menguranigi populasi enterosit usus halus tikus. Realiinentasi pada tikus malnutrisi pranatal dapat memperbaiki hipotrofi mukosa usus halus dan meningkatkan aktivitas diaakaridase namun lidak mencapai nilai normal. Realimentasi pada tikus inalnutrisi pranatal dapat memperbaiki inatnritas mukosa usus halus tetapi tidak mencapai nilai normal. Informasi ini dapat bermanfaal dalam menetapkan kebijakan pengelolaan malnutrisi maternal. (Med J Indones 2006; 15:208-16)

Low birth-weight infant and intrauterine growth retardation are still a health problem, especially in Indonesia due to high prevalence ami need to be reduced. Malnutrition in infants are most common occur in low birth-weight infants. Malnutrition in nits resulted in hypotrophic and nonnoplastic mucosa of the small intestine. The finding was not only showed that small intestine was able to maintain its cell number in condition with restriction nutrient, however also suggested the posibility of epithelial regeneration if given adequate nutrient intake. Did realimentation recover the hypotrophic nonnoplastic mucosa to norniotrophic. nonnoplastic'.' The study aim to answer that question. Experimental animal study with post test-control group design was performed using 40 male litter of Sprague-Dawley rats, was fed standard chow. The study was divided into phases prenatally-inducccl malnutrition and continued with phase realimentation. The result of this study is the body weight, mucosal thickness, villas height, crypt us depth, ratio of vilus/crypt, number of rilli. protein content, and disaccharidases of rats realimentation group was higher than non-realimentation group, but lower than control group. Prenatally-induced malnutrition did not reduced the population of small intestinal enlem cytes. Realimentalion in rats in prenaially-induced malnutrition was able to improve the hypotrophy of small intestinal mucosa and to increase the distifcharidases activities but did no! reach the normal values. Realimentation in rats in prenatally-induced malnutrition was able to improve the maturity of small intestine mucosa but did not reach the normal values. The information will be helpfull to decide the policy of maternal malnutrition. (Med J Indones 2006; 15:208-16)."
[place of publication not identified]: Medical Journal of Indonesia, 2006
MJIN-15-4-OctDec2006-208
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library