Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Neni Herlina Rafida
"Secara geografis, Jakarta dilalui oleh 14 ruas sungai yang membentang mulai dari kanal timur yang berbatasan dengan Bogor sampai ke wilayah tanjung Priok Jakarta Utara. Dipicu oleh perubahan iklim dan pembangunan yang sangat pesat, DKI Jakarta memiliki potensi bencana banjir dan bencana hidrometerologis lain yang cukup tinggi. hal ini menjadikan Jakarta menjadi daerah krisis atau rawan apabila terjadi suatu bencana khususnya bencana banjir. Bencana banjir hampir terjadi di Jakarta setiap tahunnya. Hospital safety Index adalah indikator yang ditetapkan WHO dalam menilai Rumah sakit dalam menghadapi kesiapsiagaan bencana termasuk bencana banjir. Tujuan dari penulisan ini adalah membuat strategi model RS Tangguh bencana banjir berkelanjutan dengan mengambil sampel rumah sakit umum daerah milik pemprov DKI Jakarta. Penelitian ini menggunakan pendekatan mix method. Pendekatan kuantitatif untuk menilai hospital safety index di RS terpilih dan analisa kualitatif dengan menggunakan analisa SWOT. Hasil yang didapatkan adalah dari lima RSUD yang dipilih sebagai sampel hanya satu RSUD yang dapat dikategorikan sebagai RS tangguh bencana banjir berkelanjutan yaitu RSUD Cilincing dengan nilai 0,9 atau denagn kriteria A. sedangkan RSUD Tarakan; RSUD Kalideres dan RSUD Budhi Asih dengan kriteria B dan RSUD Kebayoran Lama dengan kriteria C. Dengan penilaian ini dapat dijadikan dasar untuk kesiapsiagaan banjir di wilayah DKI Jakarta di masa yang akan datang sehingga dapat menyiapkan Rumah sakit sebagai rujukan pasien pada saat banjir dan menjadikan  rumah sakit yang tangguh bencana banjir berkelanjutan.

As geographically, Jakarta is traversed by 14 river sections that stretch from the eastern canal which borders Bogor to the Tanjung Priok area of North Jakarta. Triggered by climate change and very rapid development, so Jakarta has a fairly high potential for floods and other hydrometerological disasters. This makes Jakarta a crisis or vulnerable area if a disaster occurs, especially a flood. We know that flood disasters almost occur in Jakarta every year. Eventually the Hospital Safety Index is an indicator by WHO to assess hospitals in encounter of disaster preparedness, including flood disasters. The aim of this research is to create a strategy for a sustainable flood disaster resilience hospital model by taking a sample of regional general hospitals belonging to the Province of DKI Jakarta government. This research uses a mix method approach. Quantitative approach to assess the hospital safety index in selected hospitals and qualitative analysis using SWOT analysis. The result obtained were that of the five RSUD only one hospital could be categorized as a sustainable flood disaster resilient hospital that RSUD Cilincing with the score 0,9 or with criteria ; But RSUD Tarakan, RSUD Kalideres adnd RSUD Budhi Asih with B criteria and RSUD Kebayoran Lama with C criteria. This assessment can be used as a basis for encounter flood  in the DKI Jakarta area in the future so that hospitals can be prepared as patient referrals during floods and offcourse can be a hospitals resilient to sustainable flood disasters."
Jakarta: Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Stephanie Adelia
"

Kortikosteroid merupakan terapi utama pada sindrom nefrotik, tetapi memiliki efek samping penurunan kepadatan massa tulang. Pemeriksaan bone mineral density (BMD) merupakan cara terbaik untuk mengetahui kesehatan tulang, tetapi belum rutin dilakukan dan banyak diteliti di Indonesia, khususnya pada pasien sindrom nefrotik resisten steroid (SNRS). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh durasi penggunaan, dosis kumulatif kortikosteroid, kadar vitamin 25(OH)D, dan kalsium terhadap penurunan nilai BMD pasien SNRS. Sebuah penelitian potong lintang terhadap 63 subjek SNRS di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo yang berusia 5 – 18 tahun, mendapatkan kortikosteroid minimal 4 minggu dengan laju filtrasi glomerulus >60 ml/menit/1,73 m2. Dilakukan pemeriksaan laboratorium darah, BMD total body less head (TBLH) dan vertebrae lumbar. Subjek mendapatkan kortikosteroid dengan median durasi 37,4 (16,27 – 67,30) bulan, dosis harian 0,4 (0,30 – 0,67) mg/kgbb/hari dan dosis kumulatif 488,89 (309,62-746,05) mg/kgbb. Terdapat 66,7% subjek dengan defisiensi 25(OH)D. Hasil pemeriksaan BMD rendah lebih banyak didapatkan pada pemeriksaan BMD L1-L4 dibandingkan TBLH (25,4% vs 7,9%). Analisis bivariat dan multivariat menunjukkan bahwa durasi dan dosis kumulatif kortikosteroid memengaruhi penurunan nilai BMD L1-L4 (p<0,0001, p=0,0001, berturut – turut), tetapi kadar vitamin 25(OH)D dan kalsium darah tidak memengaruhi penurunan nilai BMD. Sebagai kesimpulan, durasi penggunaan dan dosis kumulatif kortikosteroid memengaruhi penurunan nilai BMD L1-L4 pasien SNRS.


Corticosteroids are the main therapy in nephrotic syndrome with the side effect of reducing bone density. Bone mineral density (BMD) examination is the best way to determine bone health, but it is not routinely carried out and studied in Indonesia, especially ​​in patients with steroid-resistant nephrotic syndrome (SRNS). This study aims to determine the effect of duration and cumulative dose of corticosteroids, vitamin 25(OH)D and calcium levels on decreasing BMD values ​​in SNRS patients. A cross-sectional study was conducted on 63 SRNS subjects at RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, aged 5 – 18 years, received corticosteroids for at least 4 weeks with a glomerular filtration rate >60 ml/minute/1.73 m2. Laboratory blood test, total body less head (TBLH) and lumbar vertebrae BMD were carried out. Subjects received corticosteroids with a median duration of 37.4 (16.27 – 67.30) months, daily dose of 0.4 (0.30 – 0.67) mg/kgbb/day and cumulative dose of 488.89 (309, 62-746.05) mg/kgbb. There were 66.7% of subjects with 25(OH)D deficiency. Low BMD examination results were more frequently in L1-L4 BMD examinations compared to TBLH (25.4% vs 7.9%). Statistic analysis showed that the duration and cumulative dose of corticosteroids influenced the decrease in L1-L4 BMD values ​​(p<0.0001, p=0.0001, respectively), but the levels of vitamin 25(OH)D and calcium does not affect it. In conclusion, the duration of use and cumulative dose of corticosteroids influence the reduction in L1-L4 BMD values ​​in SNRS patients."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library