Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 38 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Talitha Fauzia Chairunissa
"Eksistensi industri rokok semakin menimbulkan dilema. Tidak dapat dipungkiri bahwa industri rokok secara konsisten menyumbangkan porsi yang cukup besar bagi APBN Indonesia dari tahun ke tahun, dengan jumlah yang besar, yaitu lebih kurang 40 triliun rupiah untuk tahun 2007 ini, ditambah lagi dengan penyerapan tenaga kerja yang tidak sedikit. Namun, kenyataan bahwa produk rokok adalah produk yang berbahaya dan menimbulkan dampak negatif bagi kesehatan, karena menjadi penyebab dari 5 juta kematian per tahun, membuat dunia tidak dapat menutup mata. Menanggapi permasalahan tersebut, WHO pada tahun 1999, menginisiasikan Framework Convention of Tobacco Control (FCTC), yang merupakan kesepakatan internasional mengenai pengaturan dan pengendalian tembakau bagi negara-negara anggotanya. Namun, Indonesia sebagai salah satu negara produsen dan konsumen rokok terbesar di dunia, menolak untuk menandatangani dan meratifikasi poin-poin FCTC, bahkan tidak memasukkan isu tersebut ke dalam Program Legislasi Nasional selama masa pemerintahan berjalan, dan mengesampingkan kenyataan bahwa lebih dari setengah anggota DPR-RI telah menyetujuinya. Adapun alasannya adalah karena pemerintah khawatir akan banyak tenaga kerja yang kehilangan pekerjaannya, dan akan berkurangnya pemasukan dari cukai, karena salah satu poin dalam kesepakatan FCTC adalah menaikkan cukai dan pelarangan beriklan bagi perusahaan rokok.Melalui penelitian ini, penulis mencoba menganalisis pengaruh cukai dan kebijakan pengendalian tembakau terhadap kinerja, pertumbuhan dan kemampuan perusahaan dalam industri rokok untuk bertahan. Penetapan cukai dan kebijakan pengendalian tembakau yang efektif, secara umum akan berdampak negatif dan signifikan terhadap kinerja, pertumbuhan dan ketahanan dari perusahaan. Di dalam penelitian ini, ditemukan bahwa penetapan cukai selama ini cukup efektif, karena memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap kemampuan perusahaan untuk bertahan, namun tidak pada tingkat pertumbuhan, tak terkecuali labor growth. Hal tersebut menjawab kekhawatiran pemerintah mengenai banyaknya pekerja yang akan kehilangan pekerjaannya. Penetapan kebijakan pengendalian tembakau justru terbukti tidak efektif, karena memiliki pengaruh yang positif (beberapa di antaranya) signifikan terhadap kemampuan perusahaan untuk bertahan, serta hanya memiliki pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap productivity growth perusahaan. Terdapat juga penemuan-penemuan lain di dalam penelitian ini, seperti kecenderungan perusahaan rokok putih untuk memiliki kemampuan untuk bertahan yang lebih kecil dibandingkan dengan perusahaan rokok kretek, adanya dugaan kerja sama antara perusahaan-perusahaan dalam industri rokok dengan BPPC, dan tidak berpengaruhnya pendidikan tinggi masyarakat terhadap pertumbuhan dan kemampuan perusahaan untuk bertahan. Secara umum, penelitian ini menerima teori Evans, Jovanovic, dan Dunne-Hughes. Di samping itu, teori Gibrat juga tidak terbukti di dalam penelitian ini."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ery Murniasih
"Pembangunan sektor kehutanan secara komersial dan besar-besaran mulai dilakukan pada akhir tahun 1960-an dan paling tidak hingga sebelum krisis ekonomi melanda Indonesia mulai pertengahan tahun 1997, industri berbasis kehutanan tumbuh dengan pesat. Salah satu industri berbasis kehutanan yang paling berkembang diantara industri pengolahan kayu adalah industri kayu lapis.
Pada awalnya pertumbuhan output yang dihasilkan oleh industri ini mampu melebihi kapasitas terpasang produksinya. Akan tetapi seiring berjalannya waktu, pertumbuhan produktivitas yang terjadi menunjukkan hasil yang menurun. Penelitian ini mencoba untuk menganalisa faktor-faktor yang diperkirakan mempengaruhi pertumbuhan produktivitas total faktor (TFP) pada industri kayu lapis di Indonesia selama periode 1993-1999. Berdasarkan regresi yang dilakukan dengan menggunakan hasil perhitungan pertumbuhan TFP dengan metode growth accounting, dapat disimpulkan bahwa pendapatan perkapita, inflasi, penjualan, umur perusahaan, harga kayu lapis untuk pasar domestik maupun untuk pasar ekspor secara statistik mempengaruhi pertumbuhan TFP industri kayu lapis di Indonesia."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Anastasia Pritahayu Ratih Daniyati
"Indonesia merupakan negara penghasil bijih kakao terbesar ketiga di dunia. Namun ironisnya, Indonesia bukanlah negara pengolah bijih kakao terbesar ketiga di dunia. Banyak permasalahan yang menghadang berkembangnya industri pengolahan ini, antara lain keberadaan hama penyakit tanaman kakao, peraturan pemerintah yang tidak kondusif, perebutan bahan baku antara pedagang bijih kakao yang akan langsung mengekspor bijih kakao ke luar negeri dengan industri pengolahan kakao, buruknya kualitas bijih kakao Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk melihat apa saja pengaruh pertumbuhan perusahaan pegolahan kakao yang signifikan. Studi ini diterapkan pada negara Indoensia dengan menggunakan data panel dari 107 perusahaan yang bergerak di bidang ini. Data yang digunakan kemudian disensor untuk mendapatkan perusahaan yang dapat bertahan hidup dari satu periode ke periode lain. Variabel bebas yang digunakan dalam makalah ini adalah besar modal, jumlah tenaga kerja, status kepemilikan perusahaan, umur perusahaan, jumlah output perusahaan, dan presentase output perusahaan yang kemudian diekspor sebagai variabel pertumbuhan internal perusahaan, harga bijih kakao sebagai proxy faktor pertumbuhan eksternal perusahaan, serta luas areal perkebunan kakao di tiap propinsi dimana perusahaan tersebut berada sebagai proxy terhadap faktor pertumbuhan lokal perusahaan. Data yang digunakan berasal dari BPS.
Penelitian ini juga menguji tentang firm survival yang merupakan bagaimana kemampuan perusahaan untuk berada di industri dengan menggunakan variabel bebas sama dengan untuk pertumbuhan perusahaan. Pengolahan data dan analisa studi ini menggunakan metode ekonometrika, yaitu dengan menggunakan metode cross-section dan regresi probit. Awalnya penulis membuat hipotesa awal beserta rancangan model kemudian mengolah data untuk mendapatkan hasilnya. Kemudian dilakukan pengujian Goodness of fit serta signifikansinya, baik secara individu maupun secara uji serempak. Diuji pula di sini asumsi-asumsi ekonometrika agar menghasilkan kesimpulan yang tidak misleading. Dengan demikian dapat mengasilkan kesimpulan yang berguna bagi penentuan faktor pertumbuhan dan firm survival perusahaan industri pengolahan kakao Indonesia. Beberapa hasil pengujian ini sesuai dengan hipotesa awal penulis yang didasarkan pada teori Gibrat dan dikembangkan dari model yang pertama kali dikembangkan oleh David S. Evans. Namun beberapa variabel penjelas lainnya tidak sesuai dengan hipotesa awal penulis. Hasil penting dari penelitian ini adalah penerimaan terhadap teori Gibrat, yaitu bahwa besar perusahaan ternyata tidak mempengaruhi pertumbuhan perusahaan, khususnya di industri pengolahan kakao Indonesia. Selain itu hasil penting lainnya adalah penolakan teori Evans mengenai faktor pengaruh kemampuan perusahaan untuk bertahan di industri tersebut. Hal ini dikarenakan banyak dari faktor-faktor tersebut yang tidak signifikan, meskipun arah pengaruh yang tidak signifikan tersebut sesuai dengan teori Evans.

Indonesia is the 3rd world?s biggest cocoa seed producer. Ironically, Indonesia is not the 3rd world?s biggest cocoa confectionary. There are lots of problems that hinder the development of this confectionary industry, such as the cocoa?s tree problem non-conducive government rule, the fight for raw materials between cocoa seed trader, who will directly export the cocoa seed abroad, with cocoa confectionary industry, the low quality of Indonesia?s cocoa seed. This research aims to see what the factors influences significantly the growth of cocoa confectionary. The study located in Indonesia using panel data of 107 firms in this industry. Data used then censored to get the firms that can survive from one year to another year. The independent variables are capital, labor, ownership, age of firm, output of firm, and export percentage of output as internal factor of firm growth, price of cocoa as proxy to external factor of firm growth, and how big the estate is in each province where the firm?s located as proxy to local factor of firm growth. Data comes from BPS. This study also test the firm survival which is how good the firm manage himself to remain alive in the industry, using the same independent variable as the firm growth measurement.Data management and this analysis use econometrics methods, which are the cross-section and probit regression. The author made the null hypothesis and economic modeling then running the data to get the result.
Then the result is tested for the goodness of fit and its significance, both individually and simultaneously. The econometrics assumptions are tested as well, so that the decision will not be misleading. Therefore the result is useful in determining the growth and survival factor in cocoa industry in Indonesia. Some of the result is in accordance with the null hypothesis based o Gibrat?s theorem and developed from model that first developed by David S. Evans. Nevertheless some other explanatory variables are not in accordance with the null hypothesis. The important result of this research is the acceptance of Gibrat theorem, which is the big of the firm does not affect the firm growth, especially in cocoa confectionary industry in Indonesia. Beside, other important result is the decline of Evans theorem on factor that affecting the ability of the firm to remain in the industry. This is because a lot of those factors are insignificant, though they give the same direction of that insignificance influence.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2007
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohammad Rasyid Ridho
"Industri Perbankan merupakan industri yang sangat ketat aturannya (heavily regulated). Hal ini terkait dengan dengan fungsi perbankan yang sangat penting dalam perekonomian, yakni sebagai lembaga intermediasi dan sebagai media dalam transmisi kebijakan moneter. Sebagai lembaga intermediasi, bank menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana tersebut dalam bentuk kredit. Sementara itu, fungsi sebagai media transmisi kebijakan moneter terkait dengan kemampuan bank untuk secara langsung merespon kebijakan moneter bank sentral dalam bentuk perubahan tingkat penawaran pinjaman yang disalurkan bank. Mekanisme transmisi melalui perbankan ini dikenal dengan nama jalur pinjaman bank (bank lending channel). Studi ini mencoba untuk membuktikan keberadaan jalur pinjaman bank sebagai salah satu channel dalam transmisi kebijakan moneter di Indonesia, serta untuk melihat pengaruh dari struktur pasar dan karakterisitik bank terhadap efektifitas jalur transmisi tersebut. Untuk tujuan tersebut maka digunakan dua pendekatan yang berbeda, yakni: (1) pendekatan agregat, untuk mengukur pengaruh struktur industri secara keseluruhan, dan (2) pendekatan disagregat, untuk mengukur pengaruh karakteristik bank secara individu. Dengan menggunakan observasi selama periode 1995 hingga 2005 ternyata kedua pendekatan tersebut berhasil membuktikan keberadaan jalur pinjaman bank di Indonesia, lewat pengaruh negatif antara variabel kebijakan moneter dengan variabel nilai kredit perbankan. Konsentrasi terbukti signifikan mempengaruhi jumlah kredit bank dan dapat mengurangi efektifitas transmisi moneter melalui bank lending channel. Sementara itu, karakteristik bank, seperti ukuran, modal, dan kepemilikan bank (asing atau domestik), memiliki pengaruh yang berbeda-beda terhadap efektifitas bank lending channel di Indonesia."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2007
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kusuma Wardani Aliredja
"Perkembangan industri otomotif tidak dapat dipisahkan dengan industri Komponen Kendaraan Bermotor yang adalah salah satu industri yang berkembang cukup pesat di Indonesia. Hanya saja sampai saat ini industri komponen kendaraan bermotor masih berperan sebagai tukang jahit atau perakit saja. Hal ini dikarenakan masih tingginya ketergantungan terhadap prinsipal asing dan impor bahan baku. Pada penelitian ini akan dilihat pengaruh perdagangan internasional dan penanaman modal asing terhadap profitabilitas industri komponen kendaraan bermotor domestik. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ternyata perdagangan internasional berpengaruh positif terhadap PCM, sedangkan FDI walaupun tidak signifikan namun berengaruh negatif terhadap PCM. Pada bagian akhir penulis memberikan beberapa saran bagi pemerintah yang dapat diterapkan dalam pengembangan industri komponen kendaraan bermotor."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2007
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Devhy Dwi Aprilianti
"Performa ekspor industri pulp dan kertas tidak terlepas dari kontribusi perusahaanperusahaan pulp dan krtas yang memutuskan untuk menjual sebagian hasil produksinya di pasar ekspor. Penelitian ini dimaksudkan untuk melihat variabel-variabel apa saja yang mempengaruhi performa ekspor industri pulp dan kertas Indonesia. Dalam hal ini performa ekspor difokuskan pada kecenderungan perusahaan untuk mengekspor dan kemudian melihat besarnya proporsi output yang diekspor oleh perusahaan yang telah sukses dalam mengekspor. Secara empiris, penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat kesuksessan perusahaan untuk mengekspor dipengaruhi secara positif oleh produktivitas, rasio input yang diimpor, dan kepemilikan modal asing, dan dipengaruhi secara negatif oleh lokasi. Sedangkan proporsi output yang diekspor oleh eksportir dipengaruhi secara negatif oleh produktivitas, umur perusahaan, rasio input yang diimpor, dan lokasi. Penelitian ini menggunakan metode regresi probit untuk model kecenderungan firm?s propensity to export dan OLS (Ordinary Least Square) untuk model firm?s export intensity."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2008
6162
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Grace Tania
"Secara garis besar, skripsi ini membahas mengenai efektivitas promosi (biaya iklan) dalam dua perusahaan (Indosat dan Telkomsel) pada Industri Telekomunikasi Seluler. Pengaruh promosi merupakan bukti nyata dari persaingan dan dengan mengetahui efektivitas promosi maka dengan sendirinya akan diketahui juga persaingan diantara kedua perusahaan ini. Efektivitasnya akan dilihat menggunakan profitabilitas sebagai proksi dari kinerja perusahaan karena profitabilitas merupakan ukuran dari kinerja operasional perusahaan. Selain promosi yang menggunakan proksi biaya iklan untuk mengetahui efektivitas perusahaan digunakan juga faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi profitabilitas perusahaan. Oleh sebab itu penulis juga memasukkan beberapa variabel yang diduga turut mempengaruhi profitabilitas, yaitu biaya gaji (salary), aktiva tetap dan usia erusahaan.
Penelitian ini memfokuskan penelitiannya pada dua perusahaan terbesar pada industri telekomunikasi yakni Indosat dan Telkomsel. Untuk melihat pengaruh promosi (biaya iklan), biaya gaji (salary), aktiva tetap dan usia perusahaan, terhadap profitabilitas perusahaanperusahaan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2000-2005 Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa terdapat hubungan positif antara variabel biaya iklan (advert) dengan kinerja perusahaan (ROA, Rev/Aset dan NPM). Sementara hubungannya dengan variabel lain berbeda-beda, hal ini bergantung dari variabel dependen (kinerja perusahaan).
Kesimpulan lainnya adalah biaya iklan mungkin bukan merupakan variabel terbaik untuk menggambarkan persaingan yang terjadi pada industri telekomunikasi seluler, tetapi cukup dapat memberi gambaran persaingan yang terjadi pada industri telekomunikasi seluler. Dari hasil penelitian maka dapat terlihat adanya persaingan antara Indosat dan Telkomsel di dalam industri walaupun tidak terlalu jelas tergambarkan pada penelitian kali ini. Pada akhirnya biaya iklan cukup efektif menggambarkan persaingan di Indosat dan Telkomsel pada industri telekomunikasi seluler.
Marginally, this scripts study to regarding promotion effectiveness (advertising expense) between two company (Telkomsel and Indosat) in Telecommunication Cellular Industry. Influence Promotion represent real evidence from emulation and given the promotion effectiveness hence by itself will know also emulation both of this company. ffectiveness will be seen to use profitability as proxy from company performance because profitability represents size measure from company operational performance. Besides promotion using advertising expense proxy to know company effectiveness used also other factors able to influence company profitability. On that variable, writer include some anticipated variable partake to influence profitability, that is salary expense (salary), fixed asset and company age.
This research focused its research beween two biggest company in Telecommunication Cellular Industry namely Indosat and Telkomsel. To see promotion influence (advertising expense), salary expense (salary), fixed asset and company age, is noted by company rofitability in Indonesia Stock Exchange (BEI) in the year 2000-2005.
Conclusion from this research, there is a positive relation among advertising expense variable (advert) with company performance (ROA, Rev/Aset and NPM). While the relation with other variable different each other, this matter hinge from dependent variable (company performance). Other conclusion is advertising expense possible not such a best variable to depict emulation that happened at Telecommunication Cellular Industry, but enough can give emulation picture that happened at Telecommunication Cellular Industry. From result of research hence earning seen the existence of emulation between Indosat and Telkomsel in industry although do not too clear depicted in this research. In the end effective to advertising expense enough depict emulation in Indosat and Telkomsel at telecommunication Cellular Industry
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2009
6687
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Anggita Cinditya Mutiara Kusuma
"Skripsi ini mencoba membuktikan keefektifan privatisasi dengan metode penjualan saham dalam meningkatkan kinerja BUMN. Skripsi ini juga ingin membuktikan kebenaran teori Stackelberg First-Mover Advantage dalam kasus privatisasi, dimana BUMN yang melakukan privatisasi lebih awal diharapkan akan memiliki kinerja lebih baik dibandingkan BUMN yang melakukan privatisasi belakangan. Sampel yang digunakan adalah 12 BUMN yang melakukan privatisasi pada periode 1991-2003, dengan metode Pooled Least Square Regression untuk analisis regresi dan Uji Peringkat Bertanda Wilcoxon untuk analisis deskriptif. Indikator yang digunakan dalam menganalisis perubahan kinerja sebelum dan setelah privatisasi adalah profitabilitas, efisiensi, output, jumlah tenaga kerja, dan rasio hutang (leverage). Sementara indikator yang digunakan untuk menganalisis kebenaran teori Stackelberg First-Mover Advantage adalah profitabilitas, rasio hutang, dan intensitas tenaga kerja.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses privatisasi dengan metode penjualan saham BUMN di Indonesia tidak terbukti secara signifikan mampu meningkatkan kinerja BUMN dalam hal profitabilitas, efisiensi operasional, dan jumlah tenaga kerja; namun terbukti secara signifikan mampu meningkatkan output BUMN dan mengurangi rasio hutang BUMN. Sementara teori Stackelberg First-Mover Advantage mampu dibuktikan kebenarannya dimana BUMN yang melakukan privatisasi lebih awal akan memiliki kinerja lebih baik dilihat dari indikator profitabilitas yang lebih tinggi dan rasio hutang yang lebih rendah dibandingkan dengan BUMN yang melakukan privatisasi belakangan. Namun teori tersebut tidak terbukti kebenarannya pada kinerja BUMN jika dilihat dari indikator intensitas tenaga kerja.

The focus of this study is to prove the effect of share issue privatization on the performance of State Owned Enterprises (SOE?s). This study also wants to prove the truth of Stackelberg First-Mover Advantage theory in privatization cases, where SOE?s who did privatization earlier will gain better performances than SOE?s that did privatization lately. This study use 12 SOE?s as the sample in 1991-2003 period, with Pooled Least Square Regression method for regression analysis and Wilcoxon Sign Rank Test for descriptive analysis. The indicators used to analise performance changes before and after privatization are profitability, efficiency, output, employment number, and leverage. Meanwhile, the indicators used to analise the truth of Stackelberg First-Mover Advantage theory are profitability, leverage, and labor intensity.
The result of this study show that share issue privatization is not significantly affect the performance of SOE?s in Indonesia from the the profitability, operational efficiency, and employment number but significantly increase SOE?s output and decrease SOE?s leverage. Meanwhile, the truth of Stackelberg First-Mover Advantage theory can be proven where SOE?s that did earlier privatization will have better performance that is higher profitability and lower leverage than SOE?s that did privatization lately. But this theory can not be proven in SOE?s performance from labor intensity indicator.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2009
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Fetnayeti
"ABSTRAK
Memperahankan nilai tukar ini BI sering melakukan operasi pasar sehingga
dikhawatirkan cadangan devisa akan terkuras untuk operasi pasar tsb. Akhirnya BI
menetapkan sistem nilal tukar mengambang terkendali dengan memberikan toleransi
devaluasi rupiah terhadap US$ sebesar 3-5%.
Tujuan dari tulisan ini adalah untuk mengetahui kinerja nilai tukar rupiah
terbadap mata uang negara mitra dagang utama. Negara mitra dagang utama yang
diambil adalah lima negara yaitu Amerika Serikat, Jepang, Jerman, Singapura dan
China yang diambil dari laporan Litbang Depperindag.
Secara umum kinerja nilai tukar rupiah terhadap lima negara mitra dagang
utama cenderung melemah, kecuali untuk nilai tukar rupiah terbadap Rmb China
dimana nilai tukar rupiah cenderung menguat Kondisi ini terliliat dari perbandingan
hasil ramalan nilai tukar yang diperoleh dari perhitungan melalui Purchasing power
Parity (PPP) dan Interest Rate Parity (IRP) dengan nilai tukar rupiah yang
sesungguhnya terjadi di pasar. Keadaan membalik terjadi sejak tahun 1995 dimana
nilai tukar rupiah terlihat cenderung menguat terhadap US$, Yen, DM maupun dolar
Singapura.
Namun apa yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 adalah rupiah
mengalami goncangan di pasar sehingga menyebabkan kepanikan pelaku ekonomi
dan otoritas moneter di Indonesia. Karena tidak bisa dipungkiri bahwa kondisi ini
telah menimbulkan rentetan penistiwa yang menimbulkan kerugian ekonomi baik
mikro maupun makro. Kondisi ini yang pada akhirnya otoritas moneter menetapkan
sistem nillai tukar mengambang dimana nilai tukar sepenuhnya diserahkan pada
kekuatan pasar.
lmplikasi dengan melemahnya rupiah terhadap mata uang asing terutama
US$ seharusnya memberikan momen yang tepat untuk meningkatkan ekspor
Indonesia. Karena salah satu permasalahan yang memperparah krisis mata uang
sekarang adalah buruknya kinerja neraca perdagangan, sedangkan cadangan devisa
merupakan kunci utama untuk mencegah kemelut mata uang.
"
1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sitorus, Franseno
"Fenomena inflasi Indonesia : selain uang beredar sumber inflasi menurut berbagai studi yang ada adalah APBN kita yang menganut sistem anggaran berimbang dengan hutang, harga barang-barang pokok dan inflasi yang diimpor. Tetapi inflasi dua digit selalu menjadi ancaman yang rutin menimpa Indonesia, setiap tahun. • Untuk kasus Indonesia bahwa peran NFA begitu besar dalam pembentukan uang beredar, yang peningkatannya banyak dipengaruhi oleh faktor ekspor, capital inflow (yang salah satunya dalam bentuk pinjaman untuk APBN). Peran NFA untuk mengembangkan BOP (menutup defisit BOP) dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti impor, capital inflow untuk pembayaran cicilan hutang dan bunganya maupun capital flight (yang menyebabkan penurunan NFA). Disatu sisi ada kebutuhan akan memiliki NFA yang memadai untuk transaksi luar negeri yang dikatakan sebagai penjaga stabilitas nilai tukar, tetapi disisi lain terjadi ketakutan bahwa peningkatan NFA hanya akan mempengaruhi uang beredar yang berakhir pada kesimpulan bahwa NFA menyebabkan inflasi dalam negeri yang tinggi. • Perbedaan dampak inflasi dunia terhadap inflasi domestik dengan perbedaan sistem nilai tukar yang dianut Indonesia sebelum tahun 1978 (fixed exchange rate) dan sesudah tahun 1978 (managed floating). • Data : data tahunan 1968 - 1992 dengan sumber : International Financial Statistic- IMF berbagai terbitan Ada hubungan kausalitas tetapi Iebih kepada inflasi dunia mempengaruhi inflasi Indonesia (hubungan Iebih kuat terjadi pada masa fixed exchange rate) O Ada hubungan kausalitas tetapi Iebih kepada inflasi dunia mempengaruhi NFA Indonesia. O Ada hubungan kausalitas terjadi antara NFA dengan nilai tukar. O Ada hubungan kausalitas NFA dengan uang beredar. • Ada hubungan kausalitas terjadi antara NFA dengan variabel atau faktor yang berkaitan dengan luar negeri (ekspor dan impor). • Hubungan pertumbuhan GDP dunia dengan pertumbuhan GDP Indonesia, adalah hubungan dimana pertumbuhan GDP dunia mempengaruhi pertumbuhan GDP Indonesia."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1996
S19130
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4   >>