Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 11 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rosanti
"Uma Lengge merupakan rumah adat masyarakat Bima yang memiliki karakteristik tersendiri dengan bentuk rumah panggung dan atap limas. Penelitian ini berupaya untuk mengetahui bentuk adaptasi masyarakat suku Mbojo yang mendiami wilayah Bima, Nusa Tenggara Barat, terhadap lingkungan tempat tinggalnya lewat tinggalan kebudayaan materi berupa rumah adat Uma Lengge yang kini telah ditetapkan sebagai cagar budaya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif melalui tahap pengumpulan data, pengolahan data, dan interpretasi. Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa terdapat bentuk-bentuk adaptasi masyarakat suku Mbojo terhadap lingkungan tempat tinggal mereka di Desa Maria yang terepresentasikan lewat Uma Lengge. Bahan-bahan utama yang digunakan untuk membangun Uma Lengge adalah bahan-bahan yang mereka peroleh dari alam sekitar, seperti kayu, bambu, alang-alang dan pengikat dari kayu yang dibentuk menyerupai tali. Bentuk rumah yang merupakan rumah panggung disesuaikan dengan kondisi alam di Bima yang memiliki curah hujan tinggi sehingga seringkali terkena banjir. Selain itu, penggunaan batu sebagai pondasi tiang bangunan merupakan sebuah bentuk upaya preventif dari kondisi lingkungan Bima yang memiliki gunung api aktif, dan pada sejarahnya seringkali terjadi gempa di daerah ini.

Uma Lengge is a traditional house of Mbojo people which has its own characteristics with the shape of a house on stilts and a pyramid roof. This study aims to determine the adaptation of the Mbojo people to the environment where they live through the material cultural remains in the form of the Uma Lengge traditional house which now has been designated as a cultural heritage. The method used in this study is a qualitative method through the stages of data collection, data processing, and interpretation. The results of this study shows that Uma Lengge is a form of adaptation of the Mbojo people to their living environment in Desa Maria. The main materials used to build Uma Lengge are materials that they get from the environment, such as wood, bamboo, reeds and wooden binders shaped like ropes. Stilt house shape is adapted to the natural conditions in Bima which has high rainfall so that it is often flooded. Furthermore, the use of stone as the foundation for building pillars is a preventive measure from the environmental conditions of Bima which has an active volcano, and historically earthquakes have often occurred in this area.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Novi Warini
"Gua Pawon merupakan salah satu situs prasejarah di Jawa Barat penghasil alat tulang. Jejak pakai yang berbeda dapat memberikan informasi penggunaan yang berbeda pula. Oleh sebab itu, penelitian ini mempertanyakan ragam bentuk dan penggunaan alat tulang di Gua Pawon. Tujuan penelitian ini untuk menunjukkan secara detail bentuk alat tulang dan ciri bekas penggunaannya yang dapat menunjukkan fungsinya yang beragam berdasarkan jejak pakainya dan diharapkan dapat memperkaya khazanah pengetahuan tentang alat tulang di Indonesia, khususnya Jawa Barat. Penelitian ini dilakukan dengan pengamatan bagian tajaman alat tulang dengan alat bantu berupa mikroskop dengan pembesaran yang berbeda guna menunjukkan detail bentuk dari jejak pakai. Bentuk jejak pakai yang tampak dibandingkan dengan penelitian para ahli mengenai penggunaan alat tulang dan etnografi. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa sebuah alat tulang tidak hanya dapat digunakan untuk satu aktivitas, tetapi dapat juga digunakan untuk beberapa aktivitas dan beragam material.

Pawon Cave is one of the prehistoric sites in West Java producing bone tools in the late Pleistocene-early Holocene. Different use traces can provide information on different uses. Therefore, this study questions the various forms and uses of bone tools at Pawon Cave. The purpose of this study is to show in detail the shape of bone tools and the characteristics of their use that can show their diverse functions based on use traces and are expected to enrich the treasury of knowledge about bone tools in Indonesia, especially West Java. This study was conducted by observing the sharp part of the bone tool with a microscope with different magnifications to show the detailed shape of the use trace. The shape of the visible use trace was compared with expert research on the use of bone tools and ethnography. The results of the study show that a bone tool in Pawon Cave is not only used for one activity, but can also be used for several activities and various materials. These activities are cutting, carving, hole punching, drilling, scraping, and rubbing. While the materials are plants, bark, animal skin, and soil."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahfi Muhammad
"Artikel ini membahas mengenai fungsi alat batu dari Situs Gua Arca, Pulau Kangean, Madura, Jawa Timur. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan fungsi dari alat batu melalui analisis tipe alat dan jejak pakai pada alat batu yang kemudian dibandingkan dengan hasil eksperimen para ahli. Pengetahuan mengenai fungsi diawali dengan mengklasifikasikan alat batu ke dalam tipe-tipe tertentu berdasarkan atribut tajaman yang meliputi letak tajaman dan sudut tajaman. Selanjutnya, dilakukan pemilahan alat yang memiliki indikasi jejak pemakaian yang berjumlah 142 alat. Berdasarkan pemilahan alat pakai yang dilakukan, dapat diketahui 10 alat memiliki jejak-jejak yang mengindikasikan pemakaian alat. Selanjutnya,dilakukan analisis jejak pakai pada 10 alat tersebut dengan mengamati dan merekam bentuk-bentuk jejak pakai, keletakan, dan distribusinya pada tajaman alat. Hasil analisis tipe alat dan jejak pakai selanjutnya dibandingkan dengan eksperimen para ahli yang menjelaskan keterkaitan antara jejak pakai dengan aktivitas penggunaan alat dan material yang dikerjakan. Kedekatan antara bentuk-bentuk jejak pakai hasil eksperimen para ahli dengan jejak pakai alat batu dari Situs Gua Arca digunakan untuk memperkirakan fungsi dari alat batu. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, diperkirakan alat batu di Situs Gua Arca digunakan untuk aktivitas pengerjaan kayu dan pengolahan bahan makanan.

This article examines the functions of stone tools from Gua Arca site, Kangean Island, Madura, Province of East Java. This research aims to determine the functionality of the stone tools through tool-type and use-wear analysis and compare them with the experimental result from the experts. The knowledge of the stone tools functions was build by classifying the stone tools into a particular type that depends on edge attributes, including the edge localization and edge angle. Hereafter, the stone tools sorted to separate which of the 142 stone tools have a use-wear indication. The sorting result showed that ten stone tools have several traces that indicate the usage of the tools. Hereafter, the use-wear analysis conducted on these ten tools was observed and recorded according to the use-wear form, localization, and distribution on the tool edges. After that, the results on tool-type and use-wear analysis compared with the experts’ experiments. It explained the correlation between use-wear with the tools activities and the worked materials. The similarities between the use-wear forms from the experts’ experiments result and stone tools use-wear forms from the Gua Arca site used to interprate its functions. Based on the research conducted, it is estimated stone tools of Gua Arca were used for woodworking and food processing."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rafael Arya Bagas Ananta
"Penguburan masa Neolitik yang berkembang di daerah Sumatra terdiri dari berbagai bentuk. Pada situs Padang Sepan, Muara Payang dan Muara Betung terdapat pola penguburan yang berbeda dibandingkan dengan penguburan pada situs Sumatra bagian selatan lainnya. Permasalahan penelitian adalah bagaimana pola penguburan prasejarah masa Neolitik yang terdapat di sisi barat Bukit Barisan, Sumatra bagian selatan? Penelitian ini bertujuan memberi gambaran mengenai bentuk-bentuk penguburan masa neolitik yang terdapat di Sumatra. Penelitian ini menggunakan pendekatan morfologi kubur dengan menggunakan dua variabel, internal dan eksternal. Variabel internal terdiri dari posisi, sikap, usia, dan jenis kelamin rangka, sedangkan variabel eksternal terdiri dari wadah, bekal, dan keadaan lingkungan dari kubur. Dari empat pola penguburan yang dijabarkan oleh Soejono, terdapat dua pola penguburan yang berlaku di ketiga situs penguburan yang dikaji, yakni penguburan primer dan sekunder. Selain pola penguburan primer, wadah tempayan yang ditemukan juga memperlihatkan pola penguburan sekunder. Berdasarkan hasil analisis pola kubur di ketiga situs dengan situs penguburan lainnya di Sumatra Selatan lainnya menunjukkan satu pola serupa, yakni pola penguburan sekunder. Pola penguburan masa Neolitik juga dijumpai di Asia Tenggara dan umumnya menggunakan benda-benda kubur yang serupa dengan kubur di Sumatra.

Neolithic burial in the Sumatra region took various forms. At the Padang Sepan, Muara Payang and Muara Betung sites there are different burial patterns compared to those at other southern Sumatra sites. The research problem is what is the pattern of prehistoric burials in the Neolithic period in the western area of Bukit Barisan, South Sumatra? This study aims to provide an overview of the forms of burials for the neolithic period found in Sumatra. This research uses a morphological approach by using two variables, internal and external. Internal variables consist of information on position, attitude, age, and sex of the skeleton, while external variables consist of information on the container, provisions, and environmental conditions of the grave. According to Binford, the orientation of the burial shows a form of religion that develops in the community. Apart from the primary burial pattern, the jars found also showed secondary burial patterns. Based on the results of the analysis of the pattern of burials in the three sites with other burial sites in South Sumatra, it shows a similar pattern, namely secondary burial patterns. Neolithic burial patterns are also found in Southeast Asia and generally use grave objects similar to those in Sumatra.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Eric Pradana Putra
"Penelitian terbaru di wilayah Sumatra berhasil menemukan gambar cadas pada beberapa gua dan ceruk di
wilayah karst Bukit Bulan, Sarolangun, Jambi. Pada wilayah ini gambar cadas bermotif manusia cukup banyak
ditemukan dalam bentuk dan gaya yang beragam. Penelitian ini membahas variasi motif manusia yang ditemukan
pada sembilan gua di Situs Bukit Bulan melalui analisis atribut-atribut yang melekat. Selanjutnya, motif manusia
dibandingkan dengan motif sejenis dari situs-situs di Sumatra Barat dan Lembah Lenggong, Malaysia. Perbandingan
tersebut dilakukan atas pertimbangan kedekatan lokasi dan latar belakang budaya pada ketiga wilayah tersebut. Selain
itu, bentuk dan warna motif juga relatif serupa, sehingga memunculkan dugaan bahwa kronologi gambar cadas dengan
motif spesifik berupa manusia berasal dari masa yang sama. Penelitian ini menghasilkan kesimpulan mengenai variasi
bentuk dan karakteristik penggambaran motif manusia di Situs Bukit Bulan, termasuk kronologi relatifnya, sehingga
dapat diletakkan dalam konteks kebudayaan gambar cadas di Indonesia

Recent research in Sumatra has succeeded in finding rock art in several caves and niches in the Bukit Bulan
karst area, Sarolangun, Jambi. In this region, rock art with human motifs is present in many shapes and styles. This
research discusses the variation of human motifs found in nine caves at the Bukit Bulan region through an analysis of
the inherent attributes. Furthermore, the human motif were compared with similar motifs from West Sumatra and
Lenggong Valley, Malaysia. The comparisons are made based on the consideration of the proximity of the locations
and cultural backgrounds. In addition, the shape and color of the motifs of these three regions are relatively similar,
leading to the supposition that the chronology of rock art with specific motifs of humans comes from the same period.
This research resulted in conclusions about the shape variation and characteristics of human motifs representation at
the Bukit Bulan Region, including relative chronology, to associate their context in Indonesian rock art
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nikolas Dalle Bimo Natawiria
"Leang Burung 2 di Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan sudah beberapa dekade menjadi salah satu situs yang penting dalam memahami kehidupan prasejarah manusia di Indonesia. Leang Burung 2 pertama kali diekskavasi oleh Ian Glover pada tahun 1975 dan Adam Brumm di tahun 2007 dan 2011-2013. Pada situs ini ditemukan banyak artefak batu, namun sejauh ini belum ada penelitian mendalam mengenai jejak pakai yang dapat menunjukkan fungsi alatalat tersebut. Oleh karena itu, tujuan penelitian ini untuk mengetahui jejak pakai pada artefak batu agar dapat mengetahui fungsinya. Data yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari dua lapisan tanah dan spit yang berbeda pada penggalian tahun 2011. Penelitian ini menggunakan analisis mikroskopis pembesaran rendah dan hasilnya dibandingkan dengan penelitian eksperimen etnografi yang dilakukan oleh L. Keeley dan J. Kamminga. Hasil analisis menunjukkan hanya ada lima artefak batu yang memiliki jejak pakai yang jelas. Jejak pakai tersebut memperlihatkan kegiatan pengolahan kayu antara 25.000-45.000 tahun yang lalu.

Leang Burung 2 in Maros, South Sulawesi, for decades, has been a pivotal site for understanding prehistoric human life in Indonesia. Leang Burung 2 was first excavated by Ian Glover in 1975 and Adam Brumm in 2007 and 2011-2013. Many stone artifacts have been found at this site, but so far there has been no in-depth research on use-wear that can show the function of these artifacts. Therefore, the purpose of this research is to find out the use-wear on stone artifacts in order to know their function. The data used in this study came from two different layers of soil and spit from the 2011 excavation. This study used low magnification microscopic analysis and the results were compared with an ethnographic experimental study conducted by L. Keeley and J. Kamminga. The results of the analysis show that there are only five stone artifacts that have clear traces of use. The traces of use show wood processing activities between 25,000-45,000 years ago."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
M. Sabri
"Gambar cadas motif perahu merupakan salah satu bukti yang dapat merepresentasikan kehidupan masyarakat pada masa lampau terutama masyarakat berorientasi maritim. Gambar tersebut telah ditemukan di sejumlah wilayah di Indonesia, tak terkecuali di wilayah Pegunungan Karst Matarombeo, Kabupaten Konawe Utara. Penelitian ini berupaya melihat bagaimana representasi dimensi sosial yang ditampilkan dalam konteks motif perahu di wilayah tersebut. Penelitian ini menerapkan teori ideologi yang diungkapkan oleh Althusser serta menggunakan model analisis yang diungkapkan oleh Johan Ling. Penelitian ini menggunakan empat tahapan sebagaimana yang diungkapkan Sharer dan Ashmore yang terdiri atas: pengumpulan data, pengolahan data, analisis data serta interpretasi data. Hasil penelitian ini menemukan sebanyak 9 situs gua dengan jumlah panel perahu sebanyak 64 panel yang menggambarkan 168 motif perahu. Dari keseluruhan panel, 16 panel ditemukan Gua Ladori, dua panel di Gua Watu Tinuda, dua panel di Gua Songkonuai, dua panel di Gua Tengkorak 5, 17 panel di Gua Tengkorak 6, 10 panel di Gua Wonuampue 2, enam panel di Gua Wita Teresa, lima panel di Gua Komapo Wulu 2 dan empat panel ditemukan di Gua Pondoa. Dari klasifikasi bentuk perahu, ditemukan enam tipe motif perahu yakni: Tipe A, berupa motif perahu sederhana tanpa linggi bercabang dan hiasan (35 motif), Tipe B, perahu dengan salah satu linggi bercabang (60 motif), Tipe C, perahu dengan salah satu linggi bercabang dan linggi lainnya berhias (60 motif), Tipe D, perahu bercadik (enam motif), Tipe E, perahu dengan layar (satu motif) dan Tipe F, perahu yang mengalami kerusakan (enam motif). Lebih lanjut, penelitian ini menemukan bahwa gambar cadas perahu di wilayah tersebut menggambarkan tiga jenis dimensi sosial yakni penggambaran lingkungan dan tindakan sosial, posisi sosial, dan fitur ikonik. Adapun ketiga bentuk gambar tersebut cenderung ditemukan secara bersamaan dalam sebuah panel gambar perahu. Diketahui pula bahwa panel yang menggambarkan ketiga dimensi sosial dalam sebuah panel secara umum menggambarkan perahu Tipe C dan B yang cenderung lebih raya dan bervariasi. Dengan demikian, gambar-gambar yang ditemukan dapat dianggap menggambarkan realitas yang nyata serta imajiner dari ideologi dari pembuatnya.

Rock art with boat motifs is one of the evidences that can represent the life of society in the past, especially maritime-oriented society. The image has been found in several regions in Indonesia, including in the Matarombeo Karst Mountains, North Konawe Regency. This study attempts to see how the representation of the social dimension is displayed in the context of boat motifs in the region. This study applies the ideology theory expressed by Althusser and uses the analysis model expressed by Johan Ling. This study uses four stages method expressed by Sharer and Ashmore, consisting of: data collection, data processing, data analysis and data interpretation. This study found 9 cave sites with a total of 64 boat panels depicting 168 boat motifs. Of the total panels, 16 panels were found in Ladori Cave, two panels in Watu Tinuda Cave, two panels in Songkonuai Cave, two panels in Tengkorak 5 Cave, 17 panels in Tengkorak 6 Cave 6, 10 panels in Wonuampue Cave 2, six panels in Wita Teresa Cave, five panels in Komapo Wulu Cave 2 and four panels were found in Pondoa Cave. From the classification of boat shapes, six types of boat motifs were found, namely: Type A, in the form of simple boat motif without branching linggi and decoration (35 motifs), Type B, boat with one branching linggi (60 motifs), Type C, boat with one branching linggi and the other decorated (60 motifs), Type D, an outrigger boat (six motifs), Type E, a boat with sails (one motif) and Type F, damaged boat (six motifs). Furthermore, this study found that the rock art of boats in the area depict three types of social dimensions, namely depictions of the environment and social actions, social positions, and iconic features. The three forms of images tend to be found together in a boat image panel. It is also known that panels depicting the three social dimensions in a panel generally depict boat Types C and B which tend to be more extensive and varied. Thus, the images found can be considered to depict the real and imaginary reality of the ideology of the maker."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia;Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia;Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia;Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Muhamad Ardian Syah
"Gambar cadas yang terdapat pada Gua Pondoa di Kawasan karst Matarombeo konawe utara merupakan salah satu diantara banyak situs yang menyimpan sejumlah bukti artefactual, utamanya gambar cadas berwarna hitam. Makalah proyek akhir ini membahas mengenai gambar cadas yang diasumsikan sebagai salah satu media berkomunikasi yang bersifat non-verbal. Sesuai dengan permasalahan yang diangkat yaitu bagaimana bentuk komunikasi non-verbal pada gambar cadas di Gua Pondoa di Kawasan perbukitan karst Matarombeo, Konawe Utara? Olehnya itu, penelitian ini berusaha untuk mengkaji gambar cadas Gua Pondoa dengan memakai sudut pandang komunikasi. Penelitlian ini dilakukan dengan metode pengumpulan data gambar cadas Gua Pondoa meliputi pencatatan dan pendeskripsi serta pemotretan, pembuatan denah, dan pengambilan koordinat situs. Lalu dianalisis menggunakan pendekatan komunikasi non-verbal yang menjelaskan peran dasar interaktor dalam pembuatan gambar cadas dan interpretasi terhadap data yang telah dianalisis. Hasil penelitian menunjukan bahwa komunikasi non-verbal yang terjadi pada gambar cadas Gua Pondoa meliputi tiga proses komunikasi yang berbeda. Pertama, proses tiga interaktor seniman (sender), gambar cadas (emitter) dan peneliti (receiver) adalah proses dengan perannya masing-masing. Proses kedua yakni proses dengan dua interaktor yakni sender dan receiver adalah individu yang sama dimana sender mengirimkan pesan dalam bentuk gambar emitter namun sender juga yang menyimpulkan apa yang digambar sebagai receiver. Lalu proses ketiga, proses dengan satu interaktor artinya sender, emitter, dan receiver adalah individu yang sama. Seperti seniman membuat gambar manusia yang merupakan representasi dari dirinya sendiri dan seniman tersebut juga menyimpulkan hasil dari aktivitasnya. Berdasarkan motif gambar dikaitkan dengan konteks dan mode interaksinya diketahui bahwa seniman menggambarkan bentuk komunikasi material, komunikasi teknologi, komunikasi simbolik, komunikasi sosial, dan komunikasi ekonomi yang disampaikan secara non-verbal.

The rock art found in Pondoa Cave in the Matarombeo karst area, North Konawe is one of the many sites that holds several artefactual evidence, especially black rock art. This thesis discusses rock art which is assumed to be a non-verbal communication medium. Following the problem raised, namely what is the form of non-verbal communication in the rock art in Pondoa Cave in the Matarombeo karst hill area, North Konawe? Therefore, this research attempts to examine the rock art at Pondoa Cave using a communication perspective. This research was carried out using the Rock Art at Pondoa Cave data collection method, including recording, and describing as well as photographing, making floor plans, and taking site coordinates. Then it is analyzed using a non-verbal communication approach which explains the basic role of interaktors in creating rock images and interpreting the data that has been analyzed. The research results show that the non-verbal communication that occurs in the Pondoa Cave art includes three different communication processes. First, the process of the three interaktors, artist (sender), rock image (emitter), and researcher (receiver), is a process with their respective roles. The second process is a process with two interaktors, namely the sender and receiver, who are the same individual, where the sender sends a message in the form of an image of the emitter, but the sender also concludes what is drawn as the receiver. Then the third process, a process with one interaktor, means that the sender, emitter, and receiver are the same individual. An artist makes a human image which is a representation of himself, and the artist also concludes the results of his activity. Based on image motifs related to the context and mode of interaction, it is known that artists depict forms of material communication, technological communication, symbolic communication, social communication, and economic communication which are conveyed non-verbally."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Margareta Pamus
"Masyarakat Manggarai dalam kehidupannya memiliki unsur spiritual dan nilai simbolis yang digambarkan dengan kepercayaan masyarakat akan keberadaan leluhur yang diekspresikan dengan adanya tinggalan kebudayaan Megalitik. Permasalahan yang akan dikaji dalam tulisan ini adalah bagaimanakah bentuk tinggalan megalitik yang berada di Kampung adat Ruteng Pu’u Manggarai,NTT serta makna tinggalan budaya megalitik tersebut bagi masyarakat. Metode yang digunakan adalah pendekatan etnoarkeologi Tahapan penelitian ini mengacu pada Sharer dan Ashmore (2010), yaitu formulasi, implementasi, pengumpulan data, pengolahan data, analisis, dan interpretasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bentuk tinggalan megalitik pada Kampung adat Ruteng Pu’u terdiri dari punden berundak, menhir, batu temu gelang,batu datar jalanan batu dan monolit dengan maknanya sebagai pelindung kampung dari segala marabahaya dan sebagai lambang kekuatan, persatuan, perlindungan dan jembatan relasi antara warga kampung dengan penjaga kampung (para leluhur,Tuhan).

The people of Manggarai in their lives have spiritual elements and symbolic values that are illustrated by the community's belief in the existence of ancestors expressed by the remains of Megalithic culture. The problem that will be studied in this paper is how the form of megalithic remains in the traditional village of Ruteng Pu'u Manggarai, NTT and the meaning of these megalithic cultural remains for the community. The method used is an ethnoarchaeological approach This research stage refers to Sharer and Ashmore (2010), namely formulation, implementation, data collection, data processing, analysis, and interpretation. The results of this study show that the form of megalithic remains in the Ruteng Pu'u traditional village consists of punden berundak, menhirs, stone circle, flat stones, stone roads and monoliths with their meaning as a protector of the village from all dangers and as a symbol of strength, unity, protection and also a bridge of relations between the residents of Ruteng Pu'u traditional village and village guards (ancestors, God)"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Miftah Putra Tegak Laksana
"Fokus kajian dari penelitian ini terletak pada proses transformasi yang terjadi pada himpunan artefak batu di Sektor Lumbung Padi, situs Gua Putri, Sumatra Selatan. Sebagai salah satu temuan artefaktual yang umum di situs prasejarah, artefak batu tentunya tidak dapat dilepaskan dari bukti-bukti otentik yang membedakannya dengan batu kali yang tergeletak di pinggir jalan. Pada artefak batu, terdapat jejak modifikasi khusus seperti dataran pukul, retus, tajaman, bahkan pada skala mikroskopik seperti residu dan kilap silika. Jejak-jejak tersebut dapat terjadi secara alami oleh alam, namun kebanyakan dibentuk oleh manusia. Dalam konteks situs prasejarah, penelitian ini mencoba untuk memahami dan menjabarkan seluruh alur perubahan yang terjadi pada himpunan batu; daur hidup awal batu yang diambil dari sumbernya, dibentuk menjadi alat, dipakai, terbuang, hingga akhirnya dikategorikan oleh arkeolog menjadi sebuah artefak. Penelitian ini melibatkan beberapa pemahaman geologis mengenai batuan, analisis secara teknologis dengan konsep chaîne opératoire, serta kajian pustaka mengenai studi replikasi dan fungsi alat batu, dengan harapan mampu mengungkap rangkaian perubahan yang terjadi pada artefak batu melalui bukti-bukti yang terekam dan lestari padanya.

The focus of this research lies in the transformation process that occurs in a collection of stone artifacts at the Lumbung Padi Sector, Gua Putri Site, South Sumatra. As some of many artifactual findings are found at prehistoric sites, stone artifacts certainly can not be separated from the authentic evidence that distinguishes it from river stones lying on the side of the road. Stone artifacts have traces of specific modifications, such as striking platform, retouch, edges, even on microscopic scales such as residues and silica sheen. These traces can occur naturally by nature but are mostly formed by humans. In the context of prehistoric sites, this research tries to understand and describe the entire flow of changes that occur in the stone artifacts; the initial life cycle of a stone taken from its source, formed into a tool, used, wasted, and finally categorized by archeologists to be an artifact. This research involves some geological understanding regarding rock, technological analysis with the concept of chaîne opératoire, and a lot of literature understanding regarding replication and use-wear studies, with the hope of being able to uncover a series of changes which occurs in stone artifacts, through recorded and enduring evidence."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>