Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 19 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Amalia
"Penyakit jantung dan pembuluh darah merupakan masalah global yang semakin meningkat dari tahun ke tahun. Promosi kesehatan di tempat kerja mulai menitikberatkan pada pencegahan dan pengendalian penyakit ini dengan mengendalikan faktor risiko antara lain peningkatan kadar kolesterol dan indeks massa tubuh. Suatu perusahaan pembangkit tenaga listrik telah melakukan program pengendalian dan pencegahan terhadap penyakit jantung dan pembuluh darah selama satu tahun terakhir namun evaluasi formatif untuk pengembangan program ini yang komprehensif mulai dari perencanaan hingga evaluasi belum dilakukan.Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan studi kasus dengan cara wawancara mendalam semi struktur, telaah dokumen dan observasi terhadap non partisipan dan lingkungan kerja. Tujuh orang informan dalam penelitian ini dipilih dengan sampel purposif karena dirasakan cukup oleh peneliti. Tujuh orang tersebut adalah general manager, dokter, penyedia catering dan empat pekerja operator. Analisis data dibuat dengan mereduksi data dan menyajikan laporan dalam bentuk pendekatan sistem yang terdiri dari input, proses, keluaran, dan hasil serta ekspektasi dan saran dari pihak yang terlibat untuk meningkatkan program. Hasil penelitian menunjukkan tidak terdapatnya kebijakan tertulis tentang program pencegahan dan pengendalian penyakit jantung dan pembuluh darah, pengembangan metode pendekatan harus ditingkatkan dengan cara penggunaan media massa dan perlunya record keeping dalam setiap edukasi kesehatan, menu makanan yang disediakan cukup gizi namun kurang dari faktor estetik, utilisasi faktor pendukung masih sangat kurang. Terdapat penurunan hipertrigliserida, peningkatan hiperkolesterolemia dan peningkatan overweight dan obesitas 2 serta penurunan obesitas 1. Program pencegahan dan pengendalian penyakit jantung dan pembuluh darah diperusahaan pembangkit listrik ditemukan adanya kekurangan pada input dan proses.

Cardiovascular disease is a global health problem with increasing prevalence. A power plant in Jakarta has established program for prevention and control of risk factor for cardiovascular disease in a year but the formatives evaluation has not been conducted. This is a qualitative study with case study. Data were collected by in depth interview, document findings and observation of non participant. Seven informan in this study was choosen by purposive sampling, which consist of general manager, doctor, catering provider, and operators. Data anaysis was made by data reduction and the report presented with systematic approach consist of input, process, output, outcome, expectation and suggestion from the informant. The result of this study shows that there were no written program policy, enhancement of approach on health education by using mass media and the need of record keeping on every agenda of health education, despite of the minimal estetic of the food presented, it has fulfilled nutritional requirements,and utilization of supporting factor still minimal. The outcome of study were increase of cholesterol and body weight. Prevention and control program in this power plant company has been found to have limitation in input and process."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Veranika Darmidy
"Latar belakang : Periode kritis peningkatan berat badan terjadi pada masa transisi dari SMU ke perguruan tinggi. Aktivitas fisik diduga berkurang dan waktu sedentary bertambah.
Tujuan: Mengetahui perbandingan tingkat dan pola aktivitas fisik antara siswa SMU dengan mahasiswa FK sebagai upaya awal mengidentifikasi berat badan lebih pada populasi mahasiswa FK.
Metode: Dari tiap kelompok dipilih 62 subyek. Dilakukan penelitian pendahuluan untuk menyusun pedoman aktivitas fisik modifikasi Bouchard. Dikumpulkan data berat badan, tinggi badan, IMT, data aktivitas fisik, dan data asupan energi.
Hasil: Seluruh subyek memiliki tingkat aktivitas fisik ringan, dengan pola aktivitas fisik yang sama (p>0,05). Proporsi berat badan lebih kedua kelompok tidak berbeda (p>0,05), jumlah waktu sedentary sama (p>0,05) dengan waktu screen time sedentary yang lebih lama pada kelompok siswa SMU (p<0,05).
Kesimpulan: Tidak terdapat perbedaan tingkat aktivitas fisik, pola aktivitas fisik, dan jumlah waktu sedentary antara kelompok siswa SMU dengan mahasiswa FK.

Background: The critical period of weight gain occurred during the transition from high school to college. Presumably physical activity reduced and sedentary time increased.
Objective: To determine the comparison of the level and pattern of physical activity between high school students and medical students as an initial study to identify overweight in medical students population.
Methods: From each group 62 subjects were selected. Preliminary research was conducted to develop guidelines for modified Bouchard physical activity record. Data were collected: weight, height, BMI, physical activity, and energy intake.
Results: All subjects had a low level of physical activity, with the same pattern of physical activity (p> 0.05). The proportion of body weight over the two groups did not differ (p> 0.05), the sedentary time was the same (p> 0.05) with screen time sedentary was longer in high school students group (p <0.05).
Conclusion: There were no difference in physical activity level, physical activity patterns, and the amount of sedentary time between the two groups.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Yusuf Amran
"Pendahuluan : Perkembangan dalam bidang industri saat ini, telah merubah pola penyakit yang ada. Penyakit paru yang dahulu di dominasi oleh penyakit infeksi, saat ini juga dipengaruhi penyakit bukan infeksi, seperti pajanan debu udara dan juga dipengaruhi oleh penyakit metabolik yang diderita oleh individu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peranan diabetes melitus terhadap laju penurunan fungsi paru dengan adanya riwayat pajanan debu
Metode : Desain penelitian adalah comparative cross sectional menggunakan 494 data pemeriksaan kesehatan berkala tahun 2012 dan 2013. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan data sekunder hasil pemeriksaan kesehatan berkala periode tahun 2012 dan 2013.
Hasil dan Kesimpulan : Rerata selisih penurunan nilai KVP dan VEP1 tahun 2012 dan 2013 secara berturut-turut pada subyek dengan status tetap DM (499 ml & 553 ml), normal menjadi DM (192 ml & 253 ml), DM terkontrol (102 ml & 190 ml), dan tetap normal (143 ml & 213 ml). Hasil uji statistik didapatkan nilai p<0,0001, berarti pada alpha 5% dapat disimpulkan ada perbedaan penurunan laju fungsi paru pada rerata nilai KVP dan VEP1 pada semua status diabetes subyek penelitian
Saran : Perlu dilakukan pengendalian terhadap pekerja yang menderita diabetes, dengan melakukan pengobatan secara tepat dan mencegah terjadinya komplikasi. Melakukan kegiatan promotif dan preventif untuk mencegah pekerja dari diabetes.

Introduction: Developments in the industry today, has changed the pattern of existing disease. Pulmonary disease who formerly dominated by infectious diseases, today the influenced is not just an infectious diseases, such as exposure to airborne dust and is also affected by metabolic diseases suffered by the individual. The purpose of this study was to determine the role of diabetes mellitus on the rate of decline in lung function with a history of dust exposure
Methods: The study design was cross- sectional comparative use of data 494 periodic health examinations in 2012 and 2013. The data was collected using secondary data from periodic health examination period in 2012 and 2013.
Results and Conclusions: The mean difference between FVC and FEV1 impairment in 2012 and 2013 respectively in subjects with permanent status in DM (499 ml & 553 ml), normal to DM (192 ml & 253 ml), controlled DM (102 ml & 190 ml), and remained normal (143 ml & 213 ml) . The results of the statistical test p value < 0.0001 , significant at the 5 % alpha can be concluded thera is difference in the rate of lung function decline in the average value of FVC and FEV1 diabetes status on all study subjects.
Suggestion: There needs to be control over the workers who suffer from diabetes, by making appropriate treatment and prevent complications. Promotive and preventive activities to prevent workers from diabetes.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fida Dewi Ambarsari
"FAKTOR RISIKO PENYAKIT KARDIOVASKULER TERHADAP PERUBAHAN TINGKAT KEBUGARAN KARDIORESPIRASI PADA PROGRAM GERMAS Fida Dewi Ambarsari1, Ambar W. Roestam2, Imran Agus Nurali3 1 Magister Kedokteran Kerja, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta2 Departemen Kedokteran Komunitas, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta3Direktorat Kesehatan Lingkungan, Kementerian Kesehatan RI, Jakarta Email : fidadewi@gmail.com Abstrak Latar belakang: Tingkat kebugaran kardiorespirasi yang rendah berhubungan dengan faktor risiko kardiovaskuler seperti obesitas, hiperkolesterolemia, DM tipe 2 dan hipertensi. Secara umum pekerja perkantoran memiliki beban kerja ringan dengan aktifitas fisik kurang aktif atau sedenter sebagai faktor meningkatnya risiko penyakit kardiovaskuler. Tujuan penelitian untuk melihat hubungan perubahan faktor risiko penyakit kardiovaskuler terhadap perubahan kebugaran kardiorespirasi pada pelaksanaan program Germas selama 12-15 minggu. Metode: Desain potong lintang pendekatan komparatif dua kali pengukuran dengan interval 12-15 minggu pada tahun 2017-2018. Subyek ASN pemerintah pusat n= 102 , faktor risiko penyakit kardiovskuler yang diukur: IMT, tekanan darah, kolesterol, gula darah dan aktifitas fisik. Kebugaran kardiorespirasi dengan metode rockport. Hasil: Implementasi Germas dalam interval 12-15 minggu, rerata VO2 maks meningkat 0.75 2.65 ml/kg/menit dan prevalensi pekerja yang bugar meningkat 6.9 menjadi 86.3 . Umur 40 ndash;59 tahun 3,44 kali berisiko tidak meningkat kebugaran kardiorespirasinya dibandingkan usia 20 ndash; 39 tahun p 0.04, IK 95 1.00 ndash; 11.84 , lama kerja memiliki hubungan bermakna terhadap peningkatan kebugaran p 0.05 . Indeks massa tubuh memiliki korelasi bermakna terhadap perubahan VO2 maks p=0.02, r -0.21 . Regresi linear diperoleh umur dan indeks massa tubuh sebagai faktor prediksi VO2 maks. Kesimpulan: Observasi selama 12-15 minggu implementasi Program Germas belum efektif meningkatkan kebugaran kardiorespirasi. Diperlukan kesadaran diri, edukasi dan pemantauan individu serta waktu observasi yang lebih lama untuk menilai efektifitas.

Cardiovascular Disease Risk Factors to Cardiorespiratory Fitness Changes in Community Healthy Movement Programme GERMAS Abstract Background Low cardiorespiratory fitness CRF level associated to cardiovascular CVD risk factors such as obesity, hypercholesterolemia, diabetes mellitus type 2 and hypertension. Generally, office workers have light physical effort to work and tend to be a sedentary physical activity behavior that is also risk factors of cardiovascular disease. This study aims to identify correlation of CVD risk factors changes CRF level in 12 15 weeks among community healthy movement programme GERMAS . Methods Comparative cross sectional study of double examination on year 2017 2018, baseline and second data have 12 15 weeks intervals. Subject are government office workers n 102 , CVD risk factors determined BMI, blood pressure, cholesterol level, blood glucose and physical activity. CRF examined by Rockport methods. Results average of VO2 max was increased 0.75 2.65 ml kg minute and CRF level prevalence was increased 6.9 after 12 ndash 15 weeks. Age 40 59 years has 3.44 times to not improved on increasing CRF than age 20 39 years p 0.04, CI95 1.00 11.84 , Duration of work has significant association to CRF changes p 0.05 . BMI have significant correlation to VO2 max p 0.02, r 0.21 . Linear regression shown age and body mass index as a predictors for VO2 max. Conclusion Based on 12 15 weeks observation, community healthy movement programme GERMAS implementation was not optimal to increased cardiorespiratory fitness. It is need self awareness, individual education and monitoring also has to be a longer observation. "
2018
T55539
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siregar, Nur Adhiyah
"Latar Belakang dan Tujuan penelitian : Pekerja mebel di Kelurahan Pondok Bambu adalah pekerja informal dalam pekerjaannya terpajan dengan pelarut organik seperti toluen. Gangguan penglihatan warna didapat ( diskromatopsia ) akibat pajanan toluen di tempat kerja bersifat subklinis, dengan perjalanan waktu dapat menjadi suatu diskromatopsia yang jelas secara klinis. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui proporsi gangguan penglihatan warna (diskromatopsia) pada pekerja mebel yang terpajan toluen (kadar Hippuric acid urine).
Metode: Penelitian ini menggunakan desain potong lintang, dengan jumlah subjek sebanyak 81 orang. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara, pemeriksaan fisik, pemeriksaan fungsi penglihatan warna dengan Fansworth D-15 , penentuan diskromatopsia secara kuantitatif dengan Bowman CCI dan pemeriksaan metabolit toluen.
Hasil: 40 (49,4%) dari 81 subjek mengalami gangguan penglihatan warna (diskromatopsia) sesuai dengan hasil pemeriksaan persepsi warna. Median kadar hippuric acid urine rata-rata adalah 0,34 (0,00-2,64). Nilai Bowman CCI mata kanan dengan median 1 (1-1,74) dan mata kiri 1 (1-1,87). Tidak didapat hubungan antara kadar hippuric acid urine ( p=1,00 ; OR=0.50 ; CI 95% : 0,044-5,743 ) dengan diskromatopsia. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara masa kerja, penggunaan masker, jenis pekerjaan, lama pajanan, kebiasaan merokok dan alkohol dengan diskromatopsia.
Kesimpulan: Proporsi kejadian diskromatopsia pada penelitian ini sebesar 40 (49,4%), dan tidak mempunyai hubungan dengan kadar hippuric acid urine.

Background and Objective: Furniture Workers in the Village Pondok Bambu furniture are informal worker who may be occupationally exposed to organic solvent such as toluene. Acquired color vision disturbance (dyschromatopsia) due to exposure to toluene in the workplace is subclinical, that with the passage of time can be a clinically obvious dychromatopsia. This study was conducted to determine the proportion of impaired color vision (dyschromatopsia) furniture workers exposed to toluene (hippuric acid content of urine).
Methods: This study used a cross-sectional design, with 81 subjecs. Data collected through interview, physical examination, examination of color vision function with Fansworth D-15. The quantitative dyschromatopsia was assessed using the Color Confusion Index (CCI) by means of the Bowman scoring method and inspection of toluene metabolite.
Results: 40 (49.4%) of 81 subjecs had impaired color vision (diskromatopsia) in accordance with the result of the perception of color. Median level of urinary hippuric acid the average was 0.34 (0.00 to 2.64). CCI values were right eye with median of 1 (1 to 1.74) and the left eye 1 (1 to 1.87). Not significant association between urinary level of hippuric acid (p = 1.00; OR = 0.50 CI 95 %: 0.044 to 5.743) with diskromatopsia. There are not a significant association between year of service, the use of mask, type of work , duration of exposure, smoking and alcohol habits with dyschromatopsia.
Conclusions: The proportion of dyschromatopsia event in this study was 40 (49.4%), and had no significant correlation with the level of urinary hippuric acid.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
15-22-44577732
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Feby Anggraini
"Latar Belakang: Industri mebel di Kelurahan Duren Sawit sudah menerapkan teknologi maju di dalam proses produksi. Penggunaan alat-alat bergetar pada lengan dan tangan dapat menyebabkan kerusakan fisik lengan dan tangan, sehingga meningkatkan risiko terjadinya Hand Arm Vibration Syndrome (HAVS). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor yang berhubungan antara pajanan vibrasi dan HAVS pada pekerja informal industri mebel.
Metode: Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan menggunakan kuesioner dan pemeriksaan fisik. Subjek penelitian adalah pekerja informal industri mebel di RW 01 dan 02 kelurahan Pondok Bambu yang menggunakan alat serut listrik sebanyak 96 pekerja. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara, anamnesis dan pemeriksaan fisik HAVS.
Hasil: Dari 96 subjek, prevalensi pekerja mebel yang menderita HAVS sebesar 49,0%. Berdasar kriteria Stockholm sebanyak 89,36% menderita HAVS pre dominan sensorineural dan sebanyak 10,64% HAVS sensorineural dan vaskuler. Dan tidak didapatkan pekerja mebel laki-laki yang hanya terkena HAVS pre dominan vaskuler. Hasil pengukuran vibrasi pada pekerja didapatkan berada pada nilai median 0,001935 (0,0001- 0,0021) m/det2. Setelah dilakukan analisis bivariat tidak didapatkan hubungan antara faktor sosiodemografi dengan HAVS, faktor kesehatan dengan HAVS dan faktor risiko kerja dengan HAVS. Setelah dilakukan analisis multivariat yang menjadi faktor protektif HAVS adalah kebiasaan olah raga (p=0,039, ORα=0,17; CI95=0,03-0,91) dan kelompok umur ≥30 tahun (p=0,045, ORα=0,39; CI95=0,16-0,98).
Kesimpulan: Pada penelitian ini Prevalensi HAVS pada pekerja mebel laki-laki sebesar 49% dan faktor protektif terjadinya HAVS adalah kebiasaan Olah raga dan umur ≥ 30 tahun.

Background: Furniture industry in Duren Sawit Village has implemented advanced technology in production process. The use of vibrate tools in the workers hand can cause physical damage to the arm and hand, thus increasing the risk of Hand Arm Vibration Syndrome (HAVS). This study aims to determine the associated factors of vibration exposure and HAVS at informal workers in furniture industry.
Methods: This study used cross-sectional design utilize a questionnaire and physical examination. Subjects were 96 informal workers in the furniture industry at Pondok Bambu village that uses as much electricity. Data collected through interviews, history and physical examination of Hand Arm Vibration Syndrome (HAVS).
Results: Of the 96 subjects, prevalence of HAVS are 49.0%. Based on Stockholm criteria as much as 89.36% suffered from HAVS Sensorineural and 10.64% sensorineural and vascular HAVS. In this study didn't found male furniture workers are vascular HAVS. Vibration measurement results obtained on the worker is median value of 0.001935 (0.0001 to 0.0021) m/s2. After analyzing bivariate aren't found relationship among sosiodemografic factors and HAVS, health factors and HAVS and work factors and HAVS. After multivariate analysis that be a protective factor HAVS is exercise (p=0.039, ORα = 0.17; CI95=0.03-0.91) and age group ≥ 30th (p=0.045, ORα=0.39 ; CI95=0.16-0.98).
Conclusion: In this study the prevalence of HAVS in male furniture workers are 49% and protective factor of HAVS are sport and age ≥ 30th.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anang Hadi Setiawan
"Pendahuluan : Instrumen yang digunakan untuk menilai pajanan ergonomi telah banyak ditemukan, namun penggunaannya masih terbatas dalam bahasa Inggris sehingga ketika akan digunakan harus diterjemahkan terlebih dahulu ke dalam bahasa Indonesia. Quick Exposure Check (QEC) merupakan salah satu instrumen penilaian pajanan ergonomi yang belum dilakukan uji validitasnya. Untuk mendapatkan hasil validitas yang baik maka dipergunakan responden dengan karakteristik yang sama dengan jenis tugas yang berbeda.
Metode : Dengan menggunakan desain penelitian uji validitas data diambil dari 100 pekerja garmen di tiga bagian pekerjaan yaitu spreading, sewing dan quality control. Instrumen QEC bagian lembar pekerja diisi oleh pekerja dan lembar pengamat diisi oleh petugas keselamatan dan kesehatan kerja perusahaan.Untuk menilai kesesuaian isian antara pekerja dan petugas keselamatan dan kesehatan kerja perusahaan digunakan standar yang berfungsi sebagai pembanding yang diisi oleh dokter magister kedokteran kerja.Data dianalisis dengan SPSS 20.
Hasil: Uji validitas interna pada penelitian ini mendapatkan nilai korelasi Pearson's pada masing-masing item pertanyaan adalah valid yaitu diatas nilai tabel r = 0,1966 untuk N=100 dengan Cronbach's Alpha 0,653. Validitas eksterna dengan metode uji kesesuaian didapatkan nilai Kappa yang bervariasi. Derajat kesesuaian penilaian antara petugas K3 dan standar didapatkan nilai Kappa buruk pada pertanyaan D sebesar 0,455 dan E sebesar 0,433, sedangkan untuk pertanyaan A,B, C, F dan G baik antara 0,906 dan 1,000.Derajat kesesuaian penilaian antara penilaian pekerja dan standar didapatkan nilai Kappa buruk yaitu 0,036 pada pertanyaan H, baik yaitu 0,674 pada pertanyaan N, nilai sangat baik 1,000 pada pertanyaan K dan L serta nilai tak terhitung pada pertanyaan J dan M.
Kesimpulan: Pada penelitian ini hasil uji validitas interna QEC adalah valid dan reliable, namun instrumen QEC versi bahasa Indonesia belum dapat digunakan dengan baik karena pada lembar pekerja banyak ketidaksesuaian. Mengingat banyaknya ketidaksesuaian tersebut maka pengisian harus dilakukan oleh petugas K3 dengan pelatihan mempelajari QEC tersebut.Perlunya waktu tertentu untuk pelatihan dalam mempelajari pengisian lembar QEC.

Background: Many instruments to assess ergonomic exposure already exists but still limited in English version, threfore it has to be translated to Indonesian first. Quick Exposure Check (QEC) is one of the ergonomic exposure assessments tools that have not been validated before in Indonesian. For the validity test was used the subjects with same characteristic but with three different tasks in garment company workers.
Methods: Validity test study is chosen as research design that involved 100 subjects of garment company workers on three divisions are Spreading, Sewing and Quality Control. The QEC workers assessment filled by workers and observer's assessment is filled by practitioners. To assess interrater reliability among practitioners and workers filled are used Occupational Medicine assessment. Analyse data use the SPSS version 20.
Results: Internal validity test in this study was found Pearson's Inter Item Correlation for each item were valid, more than r table value 0.1966 for N=100, with Cronbach's Alpha value is 0.653. External validity we use the interrater reliability test was found Kappa value were varies. Kappa value for question D is 0.455 and E is 0.433. Kappa value for question A, B, C F and G is good between 0.906 to 1.000. Kappa value for question H is 0.036, question N is 0.674, question K and L is 1.000 and question J and M is uncountable.
Conclusions: Internal validity QEC in this study is valid and reliable but interrater reliability is not good, therefore this instrument in Indonesian can not used with worker's assessment filled by workers. We can use this instruments if the worker's assessment is filled by practitioners who have been trained about QEC or Indonesian grammar of QEC is enhanced in order to be more easily understood by workers."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Intan Vindalia Dian Sari Helfardi
"Satpam dengan kerja gilir berisiko mengalami insomnia.Penelitian Didi Purwanto (2005) pada pekerja pabrik semen Citeureup?Bogor,didapatkan prevalensi insomnia sebesar 48,1% pada pekerja gilir dan prevalensi tersebut hampir dua kali lebih tinggi dibandingkan pekerja non gilir.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui prevalensi insomnia dan faktor?faktor yang meningkatkan risiko kejadian insomnia pada satpam dengan kerja gilir di PT.X.
Desain penelitian menggunakan cross sectional yang melibatkan 107 satpam dengan kerja gilir.Pengambilan data menggunakan beberapa kuesioner, diantaranya kuesioner Sleep Hygiene Index, kuesioner Stress Diagnostic Survey, kuesioner Insomnia Rating Scale-KSPBJ, serta wawancara menggunakan instrumen MINI.
Prevalensi insomnia pada satpam dengan kerja gilir di PT.X adalah 81,9%.Hasil penelitian menunjukkan sikap higiene tidur buruk meningkatkan risiko terjadinya insomnia hampir 10 kali lebih tinggi dibandingkan dengan sikap higiene tidur baik (OR=9,820, 95%CI=1,185?81,413).Usia lebih tua, masa kerja lebih lama, pola kerja gilir iregular dan stres kerja sedang-tinggi tidak terbukti meningkatkan risiko kejadian insomnia pada satpam dengan kerja gilir (p>0,05).
Saran bagi satpam yang menjalani kerja gilir adalah dapat menerapkan sikap higiene tidur dengan baik.Bagi manajemen PT.X, disarankan penyuluhan berkala setiap tiga bulan sekali mengenai gangguan kesehatan akibat kerja gilir terutama insomnia dan evaluasi kesehatan pada satpam yang mengalami insomnia setiap satu hingga tiga bulan sekali.

Security squad who undergo shift work,are at risk for insomnia.Study at cement factory Citeureup-Bogor,2005 by Didi Purwanto found the prevalence of insomnia on shift workers is 48,1% and this prevalence is almost two times higher than non-shift workers.The aim of this research are to know prevalence of insomnia and to determine factors that increase the risk of insomnia on security squad with shift work at PT. X.
Design of research is cross sectional which involved 107 squad of security unit with shift work.Retrieving data used several questionnaires,including Sleep Hygiene Index questionnaire,Stress Diagnostic Survey questionnaire and Insomnia Rating Scale-KSPBJ questionnaire,as well as interview were conducted using MINI instrument.
The prevalence of insomnia on security squad with shift work at PT.X is 81.9%.The result is poor sleep hygiene behavior increases the risk of insomnia is almost 10 times higher than good sleep hygiene behavior (OR=9.820, 95%CI=1.185-81.413).Elder age,longer working lives,pattern of irregular shift work,and medium-high work stresses are not determine to increase the risk of insomnia on security squad with shift work (p> 0.05).
Suggest to security squad who undergo shift work should implement sleep hygiene behavior well.For PT.X management,counseling about the health problems caused by shift work,especially insomnia is recommended regularly every three months and taking health evaluation at security squad who have insomnia every one to three months.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
La Ode Syahrizal
"PT. X yang merupakan perusahaan pertambangan batubara, mengoperasikan ratusan vehicle alat berat, kendaraan sedang dan ringan . Operasional vehicle tersebut berpotensi menyebabkan kecelakaan kerja lalu lintas, yang salah satu penyebabnya adalah fatigue. Fatigue Management Training FMT diadakan dengan tujuan memberikan pengetahuan dan pemahaman tentang fatigue kepada karyawan. Metode penelitian adalah cross sectional dengan jumlah sampel 111, mengambil seluruh sampel yang memenuhi kriteria inklusi. Data dikumpulkan dengan mengambil data sekunder dari PT. X, yaitu seluruh data kecelakaan kerja lalu lintas tambang tahun 2010-2015, data operator alat berat, pengemudi kendaraan sedang dan ringan, serta data pelaksanaan FMT. Pada analisis bivariat didapatkan hubungan yang tidak bermakna antara faktor sosiodemografi dan faktor pekerjaan dengan fatigue p>0,05 . Variabel keikutsertaan FMT menunjukkan probabilitas terjadinya fatigue sama besar antara yang mengikuti FMT lengkap dengan yang tidak lengkap. Pada analisis multivariat yang dilakukan dua tahap, tidak didapatkan variabel dengan hubungan terkuat terhadap fatigue dengan p>0,05. Kata kunci: fatigue management training, fatigue kecelakaan kerja lalu lintas

PT. X, a coal mining company operated hundreds of vehicles heavy vehicle, medium and light vehicle . Operational of vehicles have a potency to experience traffic accident that fatigue is one of the caused. Fatigue Management Training FMT is aims to give knowledge and understanding of fatigue to employees. Research methodology is cross sectional with number of sample are 111, take all sample that meet the inclusion criteria. Data were collected by taking secondary data from PT. X , all data of work traffic accident in mine period of 2010 2015 , data of heavy equipment operator, medium and light vehicle driver, and data of the implementation of FMT. In bivariate analysis result, sociodemography factor and work factor have no associated with fatigue p 0.05 . Variable of FMT attendance showed that probability of fatigue occurrence was equally between the complete FMT attaendance and the incomplete. In multivariate analysis that was done in two step, did not obtain variable that has the strongest correlation to fatigue with p 0.05.Keyword fatigue management training, fatigue, work traffic accident.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Melian Anita
"ABSTRAK
Nama : dr. Melian AnitaProgram studi : Magister Kedokteran KerjaJudul tesis : Faktor-Faktor Risiko Stressor Kerja Kejadian Second Victim Syndrome pada Perawat Rumah Sakit Swasta di Tangerang Selatan Latar belakang: Pada rumah sakit swasta, kepuasan pasien menjadi target bagi rumah sakit. Jika ditilik lebih lanjut pada penilaian akreditasi Joint Commission International JCI standard SQE.8.2. ada kriteria penilaian berupa second victim ini yang terjadi di rumah sakit.Tujuan: Penelitian ini bertujuan mengetahui distribusi perawat yang mengalami kecenderungan menderita second victim syndrome dan menilai faktor risiko yang ada agar dapat diambil kebijakan manajemen untuk menanggulangi faktor risiko tersebut.Metode dan Hasil Penelitian: Penelitian dengan metode cross sectional dari 117 sampel, didapatkan hasil kurva total skor dari kuisioner the second victim experience and support tool SVEST menunjukan yang memiliki kecenderungan menderita second victim syndrome sedikit jumlahnya. Stressor kerja beban kerja memiliki nilai korelasi kuat r=0.518 dengan kecenderungan menderita second victim syndrome, stressor kerja ketidakjelasan pengobatan memiliki korelasi rendah dan masalah dengan pasien memiliki korelasi sedang dengan kecenderungan menderita second victim syndrome dan bermakna dengan masing-masing nilai r yaitu r=0.354 dan r=0.404 dalam jumlah 117 sampel. Pada faktor host dan unit kerja p>0.05 tidak ada perbedaan yang terjadi pada masing-masing kelompok dengan kecenderungan menderita second victim syndrome. Kesimpulan: Dari hasil yang didapatkan, disimpulkan bahwa adanya korelasi kuat pada faktor beban kerja dengan kecenderungan menderita second victim syndrome. Kata kunci: Expanded Nursing Stress Scale; perawat; sindrom korban kedua; stress kerja perawat; The Second Victim Experience and Support Tool

ABSTRACT
Name Melian Anita, MDStudy program Master of Occupational MedicineTitle Risk Factors of Occupational Stressor in Second Victim Syndrome among Nurses at Private Hospital in South Tangerang Background In private hospitals, patient satisfaction becomes the target for the hospital. If further judging on the assessment of standard Joint Commission International JCI accreditation SQE.8.2. There are criteria for assessment of the second victim is happening in the hospital.Objective This study aims to determine the distribution of nurses who suffer from second victim syndrome and assess existing risk factors in order to be able to take management policy to overcome these risk factors.Methods and Results A cross sectional study of 117 samples, the results of the total score curve of the second victim experience and support tool SVEST showed that those with a tendency to suffer from second victim syndrome were few in number. Work load stressors have a strong correlation value r 0.518 with a tendency to suffer from second victim syndrome, job stress obscurity treatment has a low correlation and problems with patients having moderate correlation with a tendency to suffer second victim syndrome and significance with each r value r 0.354 and r 0.404 in the number of 117 samples. On host and work unit factors p 0.05 no differences occurred in each group with a tendency to suffer second victim syndrome.Conclusion From the results obtained, it is concluded that there is a strong correlation on the workload factor with the tendency to suffer second victim syndrome.Keywords Expanded Nursing Stress Scale nurse Second victim syndrome Work stress nurse The Second Victim Experience and Support Tool"
2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>