Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Windy Kusuma
"Latar Belakang : Anestesia regional dengan blok peribulbar merupakan teknik anestesia alternatif pada operasi katarak dengan teknik phacoemulsification. Umumnya anestetika lokal yang paling sering dipakai adalah campuran bupivakain yang mempunyai durasi panjang dan lidokain yang mempunyai onset cepat. Di rumah sakit kami, median waktu sejak dimulainya blok hingga dimulainya operasi adalah lebih dari 20 menit dan temuan ini menunjukkan bahwa untuk peribulbar anestesia tidak diperlukan anestetika lokal dengan onset yang cepat. Tujuan studi ini untuk mengetahui keefektifan blok peribulbar inferotemporal menggunakan anestetika tunggal bupivakain 0.5% dibandingkan dengan campuran bupivakain 0.5% dan lidokain 2% untuk blok peribulbar pada pasien yang menjalani operasi katarak dengan teknik phacoemulsification.
Metode : Penelitian ini dilakukan pada 70 pasien yang menjalani operasi katarak dengan teknik phacoemulsification. Secara random 35 pasien menggunakan anestesia blok peribulbar dengan anestetika campuran bupivakain 0.5% dan lidokain 2% (kelompok 1) dan 35 pasien menggunakan anestesia blok peribulbar dengan anestetika tunggal bupivakain 0.5% (kelompok 2). Skor akinesia bola mata dinilai pada menit ke 5, 10, 15 dan 20 setelah penyuntikan anestetika lokal. Analgesia, waktu antara dimulainya blok hingga dimulainya operasi, lamanya operasi, penambahan anestetika topikal intraoperatif dan insidens efek samping terkait blok peribulbar dicatat.
Hasil: Skor akinesia pada menit ke 5 dan 10 setelah penyuntikan lebih rendah secara bermakna pada kelompok 1 (p<0.05). Tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada kedua kelompok dalam hal skor akinesia pada menit ke 15 dan 20 setelah penyuntikan. Analgesia, total lamanya operasi, penambahan anestetika topikal intraoperatif dan efek samping terkait blok peribulbar tidak berbeda bermakna pada kedua kelompok.
Simpulan : Kecuali onset yang lebih cepat pada kelompok anestetika campuran bupivakain 0.5% dan lidokain 2%, bupivakain tunggal 0.5% sama efektif dibandingkan campuran bupivakain 0.5% dan lidokain 2% untuk blok peribulbar pada operasi katarak dengan teknik phacoemulsification. Data tersebut didapatkan bahwa bupivakain tunggal 0.5% dapat digunakan pada kasus dimana blok dengan onset yang cepat tidak diperlukan.

Background : Regional anesthesia provided by a peribulbar block is an alternative anesthetic technique in cataract surgery. Generally, the most frequently used local anesthetic agent is a mixture of bupivacaine which has a long duration of effect and lidocaine which has a rapid onset of action. In our centre, the median time from the start of peribulbar blockade to start surgery was more than 20 minutes and these findings suggest that it is not necessary to use a local anesthetic with a quick onset of action for peribulbar anesthesia. The purpose of this study was to determine the effectiveness of single injection inferotemporal peribulbar block using 5 mL of plain bupivacaine 0.5% compared with a 1:1 mixture of bupivacaine 0.5% and lidocaine 2% in patients underwent cataract surgery with phacoemulsification.
Methods : A total of 70 patients scheduled for phacoemulsification cataract surgery with peribulbar anesthesia were randomly allocated into two groups of 35 patients each, to receive 5 ml of a 1:1 mixture of bupivacaine 0.5% and lidocaine 2% (group 1), or plain bupivacaine 0.5% (group 2). Ocular movement scores were evaluated at 5, 10, 15 and 20 minutes after injection. Analgesia, time from block to start surgery, duration of surgery, need for supplementary anesthesia and the incidence of perioperative complication were recorded.
Results: The ocular movement scores at mins 5 and 10 were significantly lower in group 1 (p<0.05). There were no significant difference among the groups in ocular movement scores at mins 15 and 20. Analgesia, time from block to start surgery, duration of surgery, need for supplementary anesthesia and the incidence of perioperative complication did not differ among the groups.
Conclusion : Except for a significantly faster onset of peribulbar block with a mixture of bupivacaine 0.5% and lidocaine 2%, 0.5% bupivacaine as the sole agent was equally effective in inducing satisfactory peribulbar anesthesia for phacoemulsification cataract surgery. These data suggest that plain bupivacaine 0.5% may be suitable where the rapidity of onset of block is not necessary.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farah Soraya
"Berbagai studi dan penelitian telah dilakukan di berbagai negara untuk mengetahui pengetahuan pasien terhadap anestesia namun tidak ada instrumen kuesioner yang baku untuk menilai pengetahuan pasien tentang anestesia, dan hal ini belum pernah dilakukan di Indonesia khususnya di RSUPN Cipto Mangunkusumo. Kuesioner pengetahuan yang valid dan reliabel diharapkan menjadi standar untuk menilai pengetahuan masyarakat terhadap anestesia, dan dapat menjadi dasar bagi penelitian selanjutnya.
Metode: Kuesioner pengetahuan anestesia sebelumnya telah melalui tahapan pretest oleh ahli dan uji pilot, hasil kuesioner uji pilot disempurnakan sehingga dianggap layak diujicobakan. Penelitian dilakukan pada bulan Januri 2014 sampai dengan Maret 2014 terhadap subyek secara consecutive sampling yang akan menjalani pembiusan dan diperiksa di klinik preoperatif RSUPN Cipto Mangunkusumo Jakarta. Teknik uji validitas menggunakan validitas konstruk dengan koefisien korelasi minimal 0,3 dapat dianggap valid dan uji reliabilitas menggunakan teknik konsistensi internal dengan nilai cronbach α minimal 0,4 dianggap reliabel.
Hasil: Penelitian ini diikuti oleh 95 subyek dengan 1 subyek dikeluarkan dari penelitian karena tidak mengisi kuesioner secara lengkap. Kuesioner pengetahuan terdiri dari 20 pertanyaan, 8 pertanyaan diantaranya dinilai tidak valid dan reliabel yang dapat disebabkan oleh pertanyaan dan jawaban kuesioner yang tidak dapat dimengerti oleh subyek, pembahasan terlalu dalam dan penggunaan istilah medis yang tidak familiar. Beberapa jawaban pertanyaan memiliki kesamaan yang dapat membingungkan subyek, serta terdapat inkonsistensi jawaban yang diberikan oleh subyek. Tingkat penghasilan dan pendidikan subyek yang rendah serta pengalaman dan informasi yang kurang, sangat mempengaruhi pengetahuan subyek terhadap anestesia, tercermin dari rendahnya rerata tingkat pengetahuan subyek sebesar + 31,6%.
Kesimpulan: Kuesioner penilaian pengetahuan tentang anestesia pada pasien di klinik preoperatif RSUPN Cipto Mangunkusumo tidak dapat dijadikan sebagai suatu standar instrumen yang baku oleh karena dinilai tidak valid dan reliabel.

Various studies and researches have been conducted abroad to determine the patient?s anesthesia knowledge, although no standard questionnaires exist. Research on anesthesia?s knowledge questionnaires have never been done specifically in Cipto Mangunkusumo hospital. A valid and reliable questionnaire is aimed to be a standard instrument assessing the community?s knowledge on anesthesia, and as a foundation for future researches.
Methods: The anesthesia knowledge questionnaires has been evaluated through a pre-test phase done by experts and pilot test, the results was then revised until it is acceptable and can be tested. Researches was conducted on January 2014 until March 2014 on subjects by consecutive sampling who are going to undergo anesthesia and evaluated at the preoperative clinic Cipto Mangunkusumo Hospital Jakarta. Validity test techniques using construct validity with the minimal correlation coefficient 0.3 is valid. Reliability tests using internal consistency techniques with minimal cronbach alpha value 0.4 is reliable.
Results: Research was participated by 95 subjects with 1 subject excluded from the research because of not filling in the questionnaire completely. The knowledge questionnaire included 20 questions, whereas 8 questions was marked to be invalid and unreliable that may be caused by questions and answers were not fully understood by the subjects, the contents was too spesific, usage of medical terms that aren?t familiar. Some of the given answers have similarities that may confuse the subject, and also inconsistency from the subject?s answers. Low level of salary and education with lacking of experience and information from the subjects, has significant influence on the subjects knowledge on anesthesia which is reflected by the low average level of the subject`s knowledge which is + 31.6%.
Conclusions: Anesthesia knowledge questionnaires on patients at preoperative clinic Cipto Mangunkusumo hospital is invalid and unreliable therefore fail to be a standard instrument."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Reza Surya Dharma
"Latar belakang. Vena femoralis merupakan situs vaskular yang sangat penting terutama pada kondisi gawat darurat. Pada bulan Oktober 2018 di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, dilakukan 152 kali kanulasi vena femoralis di unit gawat darurat dan ruang perawatan untuk keperluan resusitasi. Kanulasi vena femoralis saat ini dilakukan menggunakan ultrasonografi dan topografi anatomi. Penggunaan ultrasonografi pada kondisi gawat darurat dinilai kurang praktis karena bergantung ketersediaan alat dan pengalaman operator. Teknik topografi anatomi untuk kanulasi vena femoralis yang selama ini dikenal mengandalkan pulsasi arteri femoralis. Teknik tersebut terkendala apabila pulsasi arteri femoralis sulit dittemukan, seperti pada kondisi syok atau henti jantung. Penelitian ini bertujuan meneliti teknik V sebagai topografi anatomi baru untuk kanulasi vena femoralis tanpa bergantung kepada terabanya pulsasi arteri femoralis.
Metode. Penelitian ini merupakan penelitian potong lintang terhadap 115 pasien dewasa usia 18-65 tahun dengan IMT 18-25 kg/m2 yang menjalani operasi terencana di Instalasi Bedah Pusat RSCM pada periode Februari – Maret 2020. Analisis Mcnemar dilakukan untuk membandingkan proporsi ketepatan teknik V dan teknik perabaan pulsasi arteri femoralis dalam menentukan lokasi vena femoralis dengan ultrasonografi sebagai alat untuk mengonfirmasi lokasi vena femoralis. Data jarak lokasi prediksi vena femoralis berdasarkan teknik V dan teknik perabaan pulsasi arteri femoralis ke titik tengah vena femoralis berdasarkan ultrasonografi juga akan dikumpulkan dan dilakukan analisis korelasi.
Hasil. Proporsi ketepatan teknik V dalam menentukan lokasi vena femoralis sebesar 93,9% sedangkan teknik perabaan pulsasi arteri femoralis sebesar 96,5%. Dari uji Mcnemar tidak didapatkan perbedaan kedua proporsi ketepatan dari tiap-tiap teknik (p 0,549). Terdapat korelasi positif yang bermakna secara statistik antara jarak lokasi prediksi vena femoralis berdasarkan teknik V dan teknik perabaan pulsasi arteri femoralis ke lokasi vena femoralis yang ditunjukkan oleh ultrasonografi dengan kekuatan korelasi sedang (r 0,548, p < 0,001).
Simpulan. Teknik V sebagai mempunyai ketepatan yang sama dengan teknik perabaan pulsasi arteri femoralis dalam menentukan lokasi vena femoralis.

Background. Femoral vein is an important vascular access especially during emergency situation. On October 2018, in emergency room dan ward of Cipto Mangunkusumo Hospital, femoral vein cannulation was done 152 times in a month for resuscitation need. Nowadays, femoral vein cannulation was done using ultrasonography and topographic anatomy. The use of ultrasonography in emergency situation is considered not practical because it depends on the availability of the tools and operator experience. Topographic anatomy technique relies on pulsation of femoral artery but it can be difficult to find in condition such as shock and cardiac arrest. This study aims to study the V technique as new topographic anatomy for femoral vein cannulation without relying on pulsation of femoral artery.
Methods. This study was a cross sectional study on 115 adult patients aged 18-65 years old with BMI 18-25 kg/m2 who underwent elective surgery in Surgery Centre Installation of Cipto Mangunkusumo Hospital on February until March 2020. Mcnemar analysis was done to compare the precision of V technique with palpation of femoral artery pulsation prediction location distance based on V technique and pulsation of femoral artery technique to the midpoint of femoral vein using ultrasonography were also collected and were analyzed with correlation analysis.
Results. The proportion of precision of V technique in determining femoral vein location was 93,9% while palpation of femoral artery pulsation technique was 96,5%. From Mcnemar analysis there was no difference of precision from each technique (p 0,549). There was a significant positive correlation statistically on femoral vein location prediction distance between V technique and palpation of femoral artery pulsation technique using ultrasonography with moderate correlation power ( r 0,548, p <0,001).
Conclusion. V technique has the same precision with palpation of femoral artery pulsation technique in determining femoral vein location.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library